• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Karakter-Karakter Morfologis Jeruk Siam di Kabupaten Karo dan Simalungun

Dari hasil survei yang dilakukan di dua kabupaten, didapat dua kecamatan yang biasa ditanami jeruk siam di Kabupaten Karo dan tiga kecamatan di Kabupaten Simalungun. Dari masing-masing kecamatan dipilih satu desa yang memiliki umur tanaman jeruk yang berdekatan. Berikut merupakan lokasi desa penelitian dan kordinat lahan nya

Tabel 1. Lokasi penelitian dan kordinat lahan di Kabupaten Karo dan Simalungun Lahan Kecamatan Desa Koordinat Lahan Kode Aksesi 1 Berastagi Gajah N : 03o 11’ 43” Dari setiap kecamatan dilakukan analisis data umum terhadap pemilik lahan dan karakteristik lahannya dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 diketahui bahwa ketinggian lahan di Desa Gajah adalah 1403 mdpl, di Desa Ndokum Siroga adalah 1340 mdpl, Desa Suka adalah 1372 mdpl, Desa Pailahan adalah 1407, dan Desa Marubung adalah 1301 . Umur tanaman jeruk yang diteliti pada jeruk Desa Gajah yaitu berumur 9 tahun, Desa Ndokum Siroga 10 tahun, Desa Suka 10 tahun, Desa Pailahan 11 tahun, dan Desa

Marubung 11 tahun. Tanaman jeruk pada masing-masing desa diperoleh dari hasil okulasi.

Tabel 2. Analisis data umum kuesioner pemilik lahan dan karakter lahan

Uraian Desa Gajah

Ginting G. Marbun Sipayung J. Purba

Usia 46 tahun 65 tahun 43 tahun 40 tahun 34 tahun

Pendidikan

Hasil Produksi 6 ton/tahun 10 ton/ tahun 9 ton/tahun 15ton/tahun 15ton/tahun Nama Varietas Jeruk Siam

Madu Jeruk Siam

Madu Jeruk Siam

Madu Jeruk Siam

Madu Jeruk Siam Madu Cara Perbanyakan Vegetatif Vegetatif Vegetatif Vegetatif Vegetatif Asal Tanaman Bibit hasil

okulasi Bibit hasil

Dari hasil pengamatan parameter pada karakter morfologi batang, daun, bunga, buah dan biji jeruk di dua kabupaten dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

Berdasarkan pengamatan pada tabel 3 menunjukkan bahwa hasil penelitian jeruk Desa Gajah dan Desa Ndokum Siroga pada karakter morfologis tanaman diketahui bahwa parameter tinggi tanaman yang tertinggi yaitu pada sampel C29 yaitu 6,48 meter, sedangkan tinggi tanaman terendah yaitu pada sampel C7 sebesar 2,05 meter. Pada pengamatan parameter lingkar batang diketahui bahwa data tertinggi adalah sampel C25 yaitu 64,8 cm sedangkan lingkar batang terendah terdapat pada sampel C8 yaitu 22,1 cm. Pada parameter ukuran daun yang terlebar yaitu pada sampel C7 yaitu 17,8 x 8,6 sedangkan ukuran daun terkecil terdapat pada sampel C1 yaitu 8,4 x 4,1 cm. Pada karakter morfologis tanaman diketahui

bahwa parameter diameter buah terbesar yaitu pada sampel C18 yaitu 91,2 mm sedangkan diameter buah terkecil terdapat pada sampel C2 yaitu 39,0 mm. Pada karakter morfologis tanaman diketahui bahwa parameter berat buah terbesar pada sampel C28 yaitu 298 gram, sedangkan parameter berat buah terendah yaitu sampel C23 yaitu 180 gram. Pada parameter tebal kulit buah paling tebal yaitu pada sampel C1 yaitu 7,8 mm sedangkan parameter tebal kulit buah paling tipis terdapat pada sampel C12 yaitu 2,2 mm. Pada parameter jumlah juring paling banyak terdapat pada sampel C4, C11,C16, C18, dan C27 yaitu 13 sedangkan jumlah juring paling sedikit yaitu sampel C1, C10, C14, C25, C26, C29 yaitu 10.

Pada karakter morfologis tanaman diketahui bahwa parameter jumlah biji paling banyak terdapat pada sampel C14 yaitu 30 biji, sedangkan jumlah juring paling sedikit yaitu sampel C2 yaitu 6 biji.

Tabel 3. Karakter-karakter Morfologis Tanaman Jeruk di Kabupaten Karo dan

(a) (b)

(b)

(c) (d)

Gambar beberapa karakter morfologis tanaman jeruk yang terdapat di Kabupaten Karo dan Simalungun dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 1. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 1:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan (f) biji

(e) (f)

Gambar 2. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 2:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 3. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 3:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 4. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 4:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 5. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 5:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 6. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 6:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 7. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 7:

(a) pohon jeruk berbentuk Elipsoid, (b) batang bertekstur sedang

(c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(e) (f) Gambar 8. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 8:

(a) pohon jeruk berbentuk Ellipsoid, (b) batang bertekstur sedang

(c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 9. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 9:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 10. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 10:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 11. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 11:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 12. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 12:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 13. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 13:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 14. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 14:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 15. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 15:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 16. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 16:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 17. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 17:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 18. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 18:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 19. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 19:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 20. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 20:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 21. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 21:

(a) pohon jeruk berbentuk Ellipsoid, (b) batang bertekstur sedang

(c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 22. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 22:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 23. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 23:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 24. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 24:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 25. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 25:

(a) pohon jeruk berbentuk Ellipsoid, (b) batang bertekstur sedang

(c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 26. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 26:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 27. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 27:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 28. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 28:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 29. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 29:

(a) pohon jeruk berbentuk Ellipsoid, (b) batang bertekstur sedang

(c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(e)

Gambar 30. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 30:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jeruk Kabupaten Simalungun memiliki karakteristik tinggi tanaman 2,87-6,48 m, lingkar batang 48,2-66,2 cm, tajuk berbentuk obloid, warna batang coklat, bentuk daun Elliptic, panjang daun 11,7-15,9 cm, lebar daun 5,8-7,4 cm, warna daun hijau tua, tepi daun bergerigi, diameter buah 71,7-91,2 mm, berat buah 158-298 gram, warna kulit buah kuning kehijauan, tebal kulit buah 3,6-6,2 mm, jumlah juring 10-13, bentuk buah obloid, jumlah biji antara 8-30 biji per buah, bentuk biji bulat, dan warna biji krem.

Hasil analisis karakter fenotipe yang diukur secara kuantitatif yang dianalisis dengan perbandingan nilai keragaman dengan standar deviasi disajikan pada Tabel 4. Untuk mengetahui adanya keragaman dari suatu populasi harus dilakukan pengukuran berbagai karakter yang spesifik pada populasi dan selanjutnya dianalisis menurut kaidah statistika.

Tabel 4. Keragaman Kuantitatif Jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun

Karakter

Lokasi Penelitian

Kabupaten Karo Kabupaten Simalungun

Rataan ± sd Kriteria Rataan ± sd kriteria

Dari hasil analisis keseragaman dengan perbandingan keragaman standar deviasi, terdapat kriteria variabilitas fenotipe yang disajikan pada tabel 5, yaitu terdapat variabilitas fenotipik yang luas pada karakter tinggi tanaman, lingkaran batang, ukuran daun, jumlah tangkai sari, ukuran mahkota bunga, diameter buah, berat buah, tebal kulit buah, jumlah juring dan jumlah biji.

Hubungan Kekerabatan

Hubungan Kekerabatan jeruk di dua kabupaten dilihat dari tabel berikut ini Tabel 5. Hubungan kekerabatan jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun dilihat dari Proximity matrix (dissimilarity matrix)

NO Hubungan Kekerabatan Nilai Koefisien

1 C17 C28 1,000

Berdasarkan karakter morfologis jeruk di dua kabupaten diperoleh nilai hubungan kekerabatan dapat dilihat pada tabel 5, berdasarkan nilai jarak koefisien diperoleh kesimpulan bahwa semakin kecil nilai koefisien antara variabel satu dengan variabel lainnya maka semakin mirip hubungan kekerabatan pada kedua variabel tersebut. Sehingga diketahui bahwa tingkat kemiripan (kesamaan) tertinggi yang memiliki hubungan kekerabatan yaitu pada sampel C17 dan C28 serta C16 dan C24 sebesar 1,000 sedangkan tingkat kemiripan (kesamaan) terendah yang memiliki hubungan kekerabatan yaitu pada sampel C9 dan C25 yaitu sebesar 63,080.

Dari hasil penelitian jeruk di tiga desa di Kabupaten Simalungun diperoleh dendogram hubungan kekerabatan jeruk di tiga desa pada masing-masing sampel dapat dilihat pada gambar berikut:

Hubungan Kekerabatan Jeruk Siam (Citrus nobilis) di Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun

Berdasarkan hasil dendogram hubungan kekerabatan jeruk yang dilakukan di tiga desa di Kabupaten Karo dan Simalungun(lihat gambar 31) menunjukkan bahwa jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun terbagi dalam 3 cluster utama dimana cluster 1 terdiri dari 26 sampel yaitu C17 , C28, C13, C14, C18, C16, C24, C22, C27, C20, C30, C26, C19, C23, C15, C21, C25, C29, C11, C12, C1, C4, C6, C2, C10, dan C3; cluster 2 terdiri dari 2 sampel yaitu C5 dan C9; dan

Gambar 31. Dendogram Hubungan Kekerabatan Jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun

I

II III IA

IB IA

a

IAb IBa

IBb

cluster 3 terdiri dari 2 sampel yaitu C7 dan C8. Cluster 1 memisah dengan cluster 2 karena adanya perbedaan karakter morfologis tepi daun yang mencolok dibanding karakter morfologis tepi daun sampel pada cluster 1 dan memisah dengan cluster 3 karena adanya perbedaan karakter morfologis bentuk tanaman dibanding karakter morfologis bentuk tanaman sampel pada cluster 1. Cluster 2 memisah dengan cluster 3 karena adanya perbedaan karakter morfologis tepi daun yang mencolok dibanding karakter morfologis tepi daun sampel pada cluster 3.

Karakter-karakter tersebut yang membedakan secara nyata antara jeruk yang terdapat pada masing-masing kabupaten, sehingga kedua kabupaten ini dapat dibedakan kedalam taksa yang berbeda.

Pada cluster 1 membentuk 2 sub cluster besar yaitu cluster 1a yang terdiri dari 18 sampel yaitu C17, C28, C13, C14, C18, C16, C24. C22, C27, C20, C30, C26, C19, C23, C15, C21, C25, C29 sedangkan cluster 1b terdiri dari 8 sampel yaitu C11, C12, C1, C4, C6, C2, C10, C3. Ini disebabkan karena adanya perbedaan yang jelas pada karakter seperti lingkar batang, ukuran daun, diameter batang, tebal kulit buah, jumlah biji, warna kulit buah, dan rasa buah sehingga dapat menyebabkan keragaman antar tanaman dalam satu daerah yang berbeda.

Pada cluster 1a membentuk 2 sub cluster besar yaitu cluster 1aa yang terdiri dari 16 sampel yaitu C17, C28, C13, C14, C18, C16, C24, C22, C27, C20, C30, C26, C19, C23, C15, dan C21. Pada cluster ini terdapat sampel (C17 dan C28); (C16 dan C24) yang memiliki nilai koefisien jarak terendah atau dengan kata lain memiliki banyak persamaan karakter diantara keduanya, persamaan tersebut antara lain bentuk buah, ukuran daun, warna kulit buah, jumlah juring, bentuk tanaman, dan rasa buah. Sedangkan cluster 1ab terdiri dari 2 sampel yaitu

C25 dan C29. Pada cluster 1b membentuk 2 sub cluster yaitu kelombok 1ba yang terdiri dari 2 sampel yaitu C11 dan C12, sedangkan cluster 1bb terdiri dari 8 sampel yaitu C1, C4, C6, C2, C10, dan C3.

Hubungan kekerabatan 30 sampel tanaman jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun dari 15 karakter morfologi berbeda yang diamati dan diukur menunjukkan bahwa dari analisis dendogram tersebut dari 30 sampel tanaman jeruk tidak membentuk satu cluster berdasarkan daerah yang diteliti, tetapi berdasarkan atas perbedaan karakter morfologis tanaman jeruk. Perbedaan karakter morfologis tanaman jeruk dapat diakibatkan karena asal-usul bibit tanaman jeruk tersebut belum diketahui pasti darimana asalnya. Dari data kuisioner atau wawancara langsung dengan para petani jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun diketahui bahwa sumber bibit tanaman jeruk di Kabupaten Karo berasal dari hasil okulasi tanaman jeruk di sekitar daerah yang juga membudidayakan jeruk , sedangkan sumber bibit dari Kabupaten Simalungun berasal dari hasil okulasi petani yang membudidayakan jeruk di Kabupaten Karo Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan jenis jeruk yang diidentifikasi merupakan daerah sentra produksi untuk pertanaman tanaman jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun. Dari karakteristik morfologis jenis-jenis jeruk di tiga desa tersebut dapat dilakukan pengamatan secara visual. Pada masing-masing pengamatan di setiap desa untuk parameter warna batang, warna daun, tepi daun, warna kulit buah, bentuk buah, permukaan biji dan warna biji terdapat persamaan karakteristik morfologi.

Pada pengamatan parameter tinggi tanaman jeruk di Kabupaten Karo berkisar 2,27-3,55 m dengan lingkar batang 22,1-53,9 cm sedangkan tinggi tanaman di Kabupaten Simalungun berkisar 2,87-6,48 m dengan lingkar batang berkisar 48,2-66,2 cm. Percabangan pada tanaman jeruk di kedua kabupaten ini memiliki percabangan yang banyak. Hal ini sesuai dengan penelitian Sinaga (2015) yang menyatakan bahwa Tanaman jeruk ini berbatang rendah dan memiliki percabangan yang banyak dimana percabangan tanaman jeruk relative kecil dan menyebar ke segala arah dengan tidak beraturan tetapi cenderung menghadap ke atas namun mempunyai jumlah cabang-cabang yang cukup banyak.

Ukuran daun tanaman jeruk di Kabupaten Karo memiliki panjang daun berkisar 8,4-17,8 cm dan lebar daun berkisar 3,8-8,6 cm, Kabupaten Simalungun memiliki panjang daun berkisar 11,7-15,9 cm dan lebar daun berkisar 5,8-8,1 cm.

Hasil identifikasi jenis jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun menunjukkan bahwa pada karakter bentuk daun, warna daun dan tepi daun memiliki persamaan karakter yaitu tepi daun berbentuk Eliptic, berwarna hijau kekuningan dan bentuk daun berbentuk obloid. Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat variabilitas fenotipik yang luas untuk karakter panjang dan lebar daun sedangkan karakter keragaan daun tidak memperlihatkan variablitas yang luas (Tabel 5). Hal ini sesuai literatur Ginting (2012) yang menyatakan bahwa ukuran daun dari tiap jenis jeruk dapat dibedakan dan berbentuk oval dengan tepi bergerigi serta berukuran sekitar 3,9-7,5 cm.

Dari hasil penelitian jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun diketahui bahwa warna kulit buah hijau kekuningan, bentuk buah obloid, jumlah juring

sekitar 10-13 juring dan tebal kulit buah sekitar 2,2-7,8 mm, jumlah biji berkisar 6-30 . Menurut Deptan (2015) jeruk siam memiliki buah berbentuk bulat dengan permukaan agak halus dan Ujung buah bundar dan berpusar, kulit buah jeruk berwarna kuning mengkilat dan ketebalan kulit sekitar 3,9 mm

Hasil analisis keseragaman dengan perbandingan keragaman standar deviasi menunjukkan bahwa terdapat variabilitas fenotipik yang luas pada karakter tinggi tanaman, lingkaran batang, ukuran daun, diameter buah, berat buah, tebal kulit buah dan jumlah juring (Tabel 5.). Hal ini ditunjukkan dengan nilai varians fenotipnya yang lebih besar dari dua kali nilai standar deviasi varians fenotipnya. Variabilitas luas memiliki keragaman yang tinggi atau dengan kata lain tanaman dalam populasi tersebut tidak seragam. Hal ini diakibatkan karena sumber bibit yang digunakan petani belum berasal dari bibit yang bersertifikasi.

Hal ini sesuai dengan wawancara langsung dari petani dari tiap kabupaten dimana para petani membudidayakan tanaman jeruk dari hasil okulasi tanaman jeruk yang berada di sekitar daerahnya.

Dari hubungan kekerabatan jeruk di tiga desa Kabupaten Simalungun dilihat dari dissimilarity matrix (Tabel 6) terdapat sampel C17 dan C28 serta C16 dan C24 yang memiliki nilai koefisien jarak terendah yaitu 1,000 dengan nilai similaritas sebesar 99,000 atau dengan kata lain memiliki banyak persamaan karakter diantara keduanya, persamaan tersebut antara lain bentuk tanaman, warna batang, bentuk daun, warna daun, tepi daun, warna kulit buah, bentuk buah, berat buah, rasa buah, dan jumlah biji, sedangkan sampel C9 dan C25 memiliki niai koefisien jarak tertimggi yaitu 63,080 dengan nilai similaritas sebesar 36,020 atau dengan kata lain memiliki sedikit persamaan karakter. Berdasarkan hubungan

kekerabatan jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun cluster 1 memisahkan diri dengan cluster 2 dan cluster 3 karena memiliki banyak perbedaan karakter morfologi seperti bentuk tanaman, ukuran daun, dan tepi daun . Hal ini sesuai dengan literatur Sinaga (2016) yang menyatakan bahwa semakin banyak perbedaan karakter yang dimiliki maka semakin kecil nilai similaritasnya berarti semakin jauh hubungan kekerabatannya dari cluster yang diperbandingkan dan semakin banyak persamaan karakter yang dimiliki maka semakin besar nilai similaritasnya berarti semakin dekat hubungan kekerabatannya diantara cluster yang diperbandingkan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di dua kabupaten diketahui bahwa karakteristik morfologi pada setiap sampel di kedua kabupaten sesuai dengan karakteristik morfologi tanaman jeruk siam madu karena memiliki beberapa karakteristik yang sesuai seperti kulit buah tebal,kulit agak rekat tapi masih bisa dikupas, permukaan kulit beragam halus hingga kasar, warna kuning gelap hingga oranye waktu matang, juring 12 hingga 14 dan mudah dipisahkan.

Hal ini sesuai literatur Martasari (2017) yang menyatakan bahwa jeruk siam mandarin memiliki ukuran buah besar, bentuk bulat dengan bagian bawah datar, kulit buah tebal, kulit agak rekat tapi masih bisa dikupas, permukaan kulit beragam halus hingga kasar, warna kuning gelap hingga oranye waktu matang, juring 12 hingga 14 dan mudah dipisahkan. Beberapa varietas komersial yang termasuk dalam kelompok ini adalah jeruk Encore, Honey, Kinnow, Wilking dan Kara.

Dokumen terkait