• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN TANAMAN JERUK SIAM (Citrus nobilis L.) DI KABUPATEN KARO DAN KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN TANAMAN JERUK SIAM (Citrus nobilis L.) DI KABUPATEN KARO DAN KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN TANAMAN JERUK SIAM (Citrus nobilis L.)

DI KABUPATEN KARO DAN KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

OLEH :

JEREMIA ARAPENTA GINTING 140301198 / PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)

IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN TANAMAN JERUK SIAM (Citrus nobilis L.)

DI KABUPATEN KARO DAN KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

OLEH :

JEREMIA ARAPENTA GINTING 140301198 / PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(3)
(4)

ABSTRAK

JEREMIA A. GINTING : Identifikasi Karakter Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis L.) Di Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun, dibimbing oleh EMMY HARSO KARDHINATA DAN EVA SARTINI BAYU.

Kabupaten Karo dan Simalungun merupakan daerah sentra produksi buah jeruk di Sumatera Utara dan memiliki pasar yang sangat baik di dalam maupun di luar negeri, sehingga memerlukan peningkatan baik kuantitas dan kualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakter morfologi dan hubungan kekerabatan tanaman jeruk siam di kabupaten Karo dan Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2018 menggunakan metode purposive sampling. Data diperoleh dari wawancara langsung kepada petani dengan beberapa pengamatan parameter kemudian dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 22. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakter morfologis jeruk di dua Kabupaten pada 30 sampel jeruk memiliki perbedaan karakter morfologis pada beberapa parameter. Hubungan kekerabatan tertinggi yaitu pada sampel C17 dan C28 serta C16 dan C24 yaitu sebesar 99,0%

sedangkan untuk hubungan kekerabatan terendah yaitu pada sampel C9 dan C25 yaitu sebesar 36,92%.

Kata kunci : jeruk, identifikasi, morfologi.

(5)

ABSTRACT

JEREMIA A. GINTING : Identification of morphological characterisric of Citrus nobilis L. at some areas of karo district, supervised by EMMY HARSO KARDHINATA and EVA SARTINI BAYU.

Karo and Simalungun district are centres of citrus production in North Sumatera that have market potential in domestic and overseas, so we need to increase quantity and quality. The objective of this research is to identification of morphological characteristic and relationship order of citrus at Karo and Simalungun district. This research has done at June until August 2018 using purposive sampling method. Data obtained fom the interviews directly to farmers with some obsevationn on the parameters to be analyzed using the software SPSS 22. The result of this research indicate that morphological characteristic of citrus at two districts on 30 samples have different morphological characteristics. The highest genetic relationship at C17 and C28; and C16 and C24 sample (99,0%) and the lowest genetic relationship at C9 and C25 sample (36,92%).

Key word : citrus, identification, morphological.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Jeremia Arapenta Ginting lahir pada tanggal 3 September 1996 di Medan.

Penulis merupakan anak kedua dari dari bersaudara dari pasangan ayahanda Juliasta Ginting dan Ibunda Sri Arihta Barus. Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah TK Assisi lulus pada tahun 2002, SD Swasta Assisi lulus pada tahun 2008, SMP St.Thomas 1 Medan lulus pada tahun 2011, SMA Swasta St.Thomas 1 Medan lulus pada tahun 2014 dan pada tahun yang sama lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru jalur tulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada program studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Selama perkuliahan penulis aktif dalam berbagai organisasi, diantaranya anggota Himpunan Mahasiswa Agroteknologi FP USU periode 2014 – 2018 dan Koordinator bidang sosial Ikatan Mahasiswa Karo Fakultas Pertanian periode 2017-2018. Penulis melaksanakan Peraktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III kebun Merbau Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli - Agustus 2017.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Identifikasi Karakter Morfologi dan Hubungan Kekerabatan Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis L.) Di Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun”.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada bapak Ir. Emmy Harso Kardhinata M.Scselaku dosen ketua komisi pembimbing, ibu Ir. Eva Sartini Bayu, MPselaku dosen anggota komisi pembimbing

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2019

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ...i

ABSTRACT ... ...ii

RIWAYAT HIDUP ... ...iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... ...v

DAFTAR TABEL... ...vii

DAFTAR GAMBAR ... ....viii

PENDAHULUAN Latar Belakang...1

Tujuan Penelitian...5

Kegunaan Penelitian... 5

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman... ... ...6

Syarat Tumbuh Iklim ... ...7

Tanah... ... ...7

Penyusunan Deskripsi...8

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ...11

Bahan dan Alat... 11

Metode Penelitian ...12

PELAKSANAAN PENELITIAN Penentuan Lokasi Penelitian ... 15

Metode Pengambilan Sampel ...15

Pengamatan Parameter ... 15

Wawancara Langsung ...15

Morfologi Batang Tinggi Tanaman ... 15

Bentuk Tanaman ... 16

Tekstur Batang...16

Lingkar Batang...16

Morfologi Daun Bentuk Daun...16

Ukuran Daun...16

Warna Daun...16

(9)

Tepi Daun...16

Morfologi Bunga Warna Bunga ...16

Kedudukan Bunga ...16

Warna Kelopak Bunga...16

Morfologi Buah Bentuk Buah...17

Berat Buah (gram)...17

Warna Kulit Buah...17

Tebal Kulit...17

Rasa Daging Buah...17

Jumlah Juring...17

Jumlah Biji...17

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil...18

Pembahasan...57

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...61

Saran ...61 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

1. Lokasi penelitian dan kordinat lahan di Kabupaten Karo

dan Simalungun ... 18 2. Analisis Data Umum Kuesioner Karakter Lahan

Kabupaten Karo dan Simalungun ... 19 3. Karakter-karakter Morfologis Tanaman Jeruk

di Kabupaten Karo dan Simalungun ... 21 4. Keragaman Kuantitatif Jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun ... 52 5. Hubungan kekerabatan jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun

dilihat dari Proximity matrix (dissimilarity matrix) ... 53

(11)

DAFTAR GAMBAR

1. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 1 ... 22

2. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 2 ... 23

3. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 3 ... 24

4. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 4 ... 25

5. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 5 ... 26

6. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 6 ... 27

7. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 7 ... 28

8. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 8 ... 29

9. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 9 ... 30

10. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 10 ... 31

11. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 11 ... 32

12. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 12 ... 33

13. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 13 ... 38

14. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 14 ... 39

15. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 15 ... 40

16. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 16 ... 41

17. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 17 ... 42

18. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 18 ... 43

19. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 19 ... 44

20. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 20 ... 45

21. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 21 ... 46

22. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 22 ... 47

23. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 23 ... 48

24. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 24 ... 49

25. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 25 ... 50

26. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 26 ... 51

27. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 27 ... 52

28. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 28 ... 53

29. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 29 ... 54

30. . Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 30 ... 55

31. Dendogram Hubungan Kekerabatan Jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun ... 59

(12)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pertanian merupakan mata pencaharian terbesar pendudukdi Indonesia.

Meskipun kegiatan pertanian hanya menyumbang rata-rata 4% dari PDB (Produk Domestik Bruto) suatu negara, namun kegiatan pertanian ini menjadi penyedia lapangan pekerjaan terbesar bagi setiap negara. Berdasarkan data BPStahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja sekitar 44,3%

bagipenduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto (Bukhori,2014).

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil komoditi jeruk terbesar di Indonesia. Pada kurun waktu tahun 1999-2003, luas panen komoditas jeruk di Provinsi Sumatera Utara memperlihatkan kecenderungan peningkatan yang tajam sebesar 14,35 persen per tahun. Demikian pula pertumbuhan luas areal panen komoditas jeruk di Kabupaten Karo menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi sebesar 24,01 persen per tahun. Bila dilihat dari segi peningkatan produksinya yaitu mencapai 32,53 persen/tahun di Provinsi Sumatera Utara, serta sebesar 21,93 persen/tahun di Kabupaten Karo(Nurasa dan Deri, 2005).

Tanaman jeruk menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2014, produktivitas jeruk di Sumatera Utara mencapai 513.677 ton, kedua terbesar setelah Jawa Timur yaitu sebesar 592.328 ton. Salah satu sentra produksi jeruk di Sumatera Utara yaitu Kabupaten Simalungun. Pada tahun 2013 luas areal penanaman jeruk di Kabupaten Simalungun 1.174 Ha dengan produksi mencapai 53.636 ton untuk jenis jeruk siam dan jeruk besar ( Sinaga,2015 )

(13)

Jeruk merupakan salah satu komoditi buah-buahan yang mempunyai peranan penting di pasaran dunia maupun dalam negeri, baik dalam bentuk segar maupun olahannya. Karena mempunyai nilai ekonomis tinggi, maka pemerintah tidak hanya mengarahkan pengelolaan jeruk bagi petani kecil, tetapi juga mengorientasikan kepada pola pengembangan industri jeruk yang komprehensif.

Tanaman jeruk adalah tanaman tahunan dan sudah sekitar 70-80% dikembangkan di Indonesia dan setiap tahunnya mengalami perkembangan dalam pembudidayaannya baik mencakup luasan lahan, jumlah produksi bahkan permintaan pasar ( Zikria,2016 ).

Beberapa jenis jeruk yang dikembangkan di Indonesia diantarany aadalah jerukmanis (Citrus sinensis L. Osbeck.) dengan daerah persebaran Bangli, Batu, Punten, Brastagi; jeruksiam (Citrus nobilis L.) dengan daerah persebaran Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan; jerukkeprok (Citrus reticulata) dengan daerah persebaran Batu, Jember,Banyuwangi, Garut, Timor Tengah Selatan, Bali, Sulawesi Selatan

( Endarto dan Endri, 2016 ).

Jeruk siam berasal dari siam (Myanmar) dan memiliki kulit buah yang lebih tipis dari jeruk lainnya. Karakteristik lainnya adalah dagingbuahnya tidak berongga dan memiliki kandungan air yang tinggi, kulit buahnya berwarna hijau kekuningan. Produksi rata-rata jeruk siam adalah 1000-2000 buah/pohon/ tahun dan sekitar 70-80% jenis jeruk yang dikembangkan petani di Indonesia merupakan jeruk siam.Sentra produksi utama jeruk siam di Indonesia adalah Sumatera Utara,Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

(14)

Salah satu permasalahan terdapat pada tingginya permintaan dalam negeri terhadap jeruk sehingga untuk memenuhi kebutuhan jeruk dalam negeri, komoditas jeruk terus diimpor dariluar negeri, dan pada kurun waktu 1998-2003 volume impornya mengalami peningkatan 7,26 persen/tahun serta nilai impornya meningkat sebesar 9,76 persen/tahun. Namun, volume dan nilai ekspor jeruk juga mulai mengalami peningkatan masing-masing sebesar 5,97 dan 118,05 persen/tahun (Tabel 4.10). Pada tahun 2003, volume impor jeruk sebesar 84,71 juta ton senilai US$ 58,32 juta, sedangkan ekspor jeruk baru sebesar 1,2 juta ton senilai US$ 0,91 juta. Tampak dalam hal ini bahwa volume impor jeruk jauh lebih besar dari ekspornya, hal ini menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan domestik, Indonesia masih cukup tergantung terhadap jeruk luar negeri

(Nurasa dan Deri, 2005).

Menurut data Kementrian Pertanian tahun 2015, produksi komoditas utama hortikultura selama kurun waktu 2010– 2014 menunjukkan pola yang berfluktuatif. Hal ini terjadi tidak hanya pada komoditas sayuran, tetapi juga pada kelompok komoditas buah dan florikultura. Selama periode tahun 2010-2014, laju pertumbuhan produksi tertinggi adalah pada komoditas mangga yaitu sebesar 21,95 %/tahun, disusul manggis, krisan dan temulawak masing-masing sebesar 13,82 %, 12,26 % dan 11,00 %. Sebaliknya laju pertumbuhan produksi terkecil yaitu pada cabe merah, kentang dan jeruk yang pertumbuhannya di bawah 4,13

%/tahun. Komoditas utama hortikultura yang mengalami peningkatan produktivitas yang tinggi diantaranya krisan, salak, dan cabe rawit. Namun demikian ada juga komoditi hortikultura yang mengalami penurunan produktivitas seperti mangga, jeruk, manggis dan temulawak (Kementan, 2015).

(15)

Dengan makin meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan, dan kesadaran kebutuhan gizi masyarakat, maka permintaan buah jeruk yang kaya mineral dan vitamin ini akan terus meningkat. Pada tahun 2010, kebutuhan produksi buah jeruk diprediksi sebesar 2.355.550 ton dan jika produktivitasnya 17 - 20 ton per ha, maka pada tahun tersebut diperlukan luas panen kurang lebih 127.327 ha dari 70.000 ha luas panen yang tersedia pada tahun 2004. Penambahan luas areal untuk mencapai total produksi yang telah ditetapkan hingga tahun 2010 diprediksikan minimal 27.327 ha di luar tanaman yang belum berproduksi saat itu. Hingga tahun 2010 diperkirakan kebutuhan pengembangan areal baru seluas 30.060 ha. Dari luasan ini, maka keperluan bibit jeruk yang bebas penyakit diperkirakan sebanyak 15.030.000 (populasi 500 bibit/ha) (Deptan,2005).

Deskripsi varietas merupakan kumpulan karakter kuantitatif dan kualitatif yang disusun menurut prosedur tertentu sehingga dapat mencirikan suatu varietas.

Mengingat bahwa karakter-karakter dalam deskripsi varietas akan digunakan sebagai acuan dalam uji kebenaran varietas, tentunya pemahaman tentang penulisan istilah-istilah dalam deskripsi harus sama. Salah satu parameter yang harus dicantumkan dalam deskripsi adalah keunggulan suatu varietas (Tobing,2013).

Pada penelitian Tobing (2013) diketahui bahwa pada identifikasi tanaman jeruk siam di Desa Suka, Desa Ajinembah, dan Desa Kacinambun Kabupaten Karo memiliki tingkat kekerabatan tertinggi sebesar 99,89 % dan tingkat kekerabatan terendah sebesar 39,44 %. Dari hasil deskripsi jeruk siam di Kabupaten Karo diketahui bahwa Jeruk siam di Desa Suka, Desa Ajinembah dan Desa Kacinambun

(16)

memiliki kesamaan sifat dan karakter morfologis yang sangat mirip dengan jeruk siam varietas banjar dan jeruk siam varietas madu.

Pada penelitian Sinaga (2015) diketahui bahwa identifikasi karakter morfologis jeruk menunjukkan bahwa tanaman jeruk di tiga desa Kabupaten Simalungun memiliki variabilitas fenotipik yang luas untuk karakter kuantitatif antara lain tinggi tanaman, lingkaran batang, ukuran daun, jumlah tangkai sari, ukuran mahkota bunga, diameter buah, berat buah, tebal kulit buah dan jumlah juring.Hubungan kekerabatan terdekat dengan nilai koefisien jarak sebesar 0,702 (nilai similaritas sebesar 99,298) sedangkan hubungan kekerabatan terjauh dengan nilai koefisien sebesar 22,103 (nilai similaritas terendah, sebesar 77,897).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikarakter morfologi dan hubungan kekerabatan tanaman jeruk siam (Citrus nobilis L.) di Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Menurut Deptan (2012), secara sistematis klasifikasi jeruk siam adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Sub Divisi : Angiospermae; Kelas : Dicotyledoneae; Ordo : Rutales; Family : Rutaceae;

Genus: Citrus; Spesies : Citrus nobilis.

Tanaman jeruk memiliki akar tunggang, akar serabut, dan memiliki beberapa akar rambut. Pada ujung akar terdiri dari sel-sel muda yang senantiasa membelah dan merupakan titik tumbuh akar. Kondisi sel akar ini sangat lembut sehingga sangat mudah rusak kalau menembus tanah yang keras dan padat (Ginting, 2003).

Pada umumnya batang tanaman jeruk siam yang dibudidayakan secara luas memiliki tinggi 2,5-3m. Tanaman ini dapat diperoleh melalui teknik cangkok atau okulasi. Bentuk dan ukuran daunnya oval dan berukuran lebih besar dari varietas lain seperti pada jeruk keprok garut. Ukuran daun tanaman jeruk berkisar 7,5 cm x 3,9 cm dan pada bagian pangkal daun meruncing dimana antara batang dengan daun dihubungkan oleh tangkai daun berukuran 1,3 cm

(Setiawan dan Trisnawati, 1993).

Pada beberapa varietas Citrus sp. memiliki bentuk daun yang berbeda- beda seperti pada C. Sinensis Osbeck memiliki bentuk sayap daun obdeltate dan pada C.maxima Merr memiliki bentuk sayap daun obcordate. Rentangan panjang sayap pada C. Maxima Merr antara 1,5-5,8 cm dan rentangan sayap pada C.Reticulata Blanco 0,3-1,6 cm. ( Hardiyanto et al, 2007 ).

(18)

Bunga tanaman jeruk kebanyakan berbentuk majemuk dalam satu tangkai dan mempunyai aroma yang harum. Bunga-bunga tersebut muncul dari ketiak daun atau pucuk ranting yang masih muda. Setelah pucuk daun tumbuh, beberapa hari kemudian akan muncul bunga.Berdasarkan letaknya, bunga pada tanaman jeruk terdapat pada terminal dan merupakan perbungaan dengan bentuk tandan.

Jumlah bunga pada perbungaannya bervariasi yaitu 2-10 pada C. maxima Merr, 1- 8 pada C. reticulata Blanco dan C. sinensis Osbeck.Jumlah kelopak dan mahkotatanaman jeruk adalah 4 kecuali pada jeruk besar Nambangan (C. maxima Merr) dan jeruk manis Punten (C. sinensis Osbeck) jumlah perhiasan bunganya 5.

Jeruk siam memiliki buah berbentuk bulat dengan permukaan agak halus dan Ujung buah bundar dan berpusar. Kulit buah jeruk berwarna kuning mengkilat dan sulit dikupas bila matang, ketebalan kulit sekitar 3,9 mm. Daging buah bertekstur lunak, mengandung banyak air, dan berwarna kekuningan. Rasa daging buahnya sangat manis dan baunya harum, ukuran jeruk ini tergolong besar, dengan berat buah jeruk antara 150-250 g/buah ( Deptan, 2015 ).

Syarat Tumbuh Iklim

Pada umumnya tanaman jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah.

Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buahagar tanahnya tetap lembab. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahanangin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.

(Prihatman, 2000).

(19)

Iklim yang sesuai untuk penanaman jeruk siam adalah iklim tipe B dan C sesuai dengan penggolongan Smith dan Ferguson. Pada iklim tipe B memiliki 7-9 bulan basah dan 2-3 bulan kering, sedangkan tipe C memiliki 5-6 bulan basah dan 2-4 bulan kering. Idealnya pada iklim ini curah hujan berkisar 1500 mm / tahun, serta penyebarannya merata sepanjang tahun ( Joesoef, 1993 ).

Tanaman jeruk siam dapat tumbuh sampai dengan 1400 m di atas pemukaan laut. Ketinggian tempat tersebut sangat mempengaruhi kualitas serta rasa buah. Daerah penanaman jeruk siam sebaiknya menerima penyinaran matahari antara 50-60 % dengan perbedaan suhu siang dan malam lebih dari 10%

(Sarwono, 1994).

Tanah

Tanaman jeruk siam dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah selama tanah tersebut subur dan gembur. Selain itu kedalaman air tanah tidak terlalu dalam yaitu 0,5 m di musim hujan dan 1,5 m di musim kemarau. Pada tanah yang tergenang tanaman ini mudah diserang penyakit akar, tetapi apabila kekurangan air akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman sehingga diperlukan drainase yang baik ( Sarwono, 1994 ).

Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5–6,5 dengan pH optimum 6.Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaantanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanamanjeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringansekitar 30º (Prihatman, 2000).

(20)

Penyusunan Deskripsi

Deskripsi varietas digunakan untuk melakukan identifikasi danpengenalan varietas yang dimaksud akurat pada proses sertifikasi dan pemurnian varietas dimasa yang akan datang. Deskripsi dibuat secara tertulis dan dilengkapi dengan foto berwarna dari varietas yang dimaksud (foto harus asli, bukan dibuat melalui scanner computer). Bagi varietas yang diunggulkan ketahanan terhadap OPT atau cekaman lingkungan, maka harus dicantumkan hasil uji laboratorium atau lapangan atau rumah kaca. Data ketahanan simpan diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium. Data penunjang lain yang perlu dilaporkan adalah hasil uji rasa secara organoleptik dan data agroklimat berupa tempat uji adaptasi atau uji observasi dilakukan (suhu, kelembaban, curah hujan rata-rata 5 tahun terakhir dan pada saat pengujian dilakukan). Deskripsi varietas juga dapat disertai dengan data pengukuran secara kuantitatif seperti panjang(mm atau cm), lebar (mm atau cm), diameter (mm atau cm), berat (gram atau kg), kandungan gula (obrix), kandungan vitamin C (mg/100g), serat (%), dsb (PPPVH, 2004).

Deskripsi varietas adalah kumpulan karakter penciri dari suatu varietas yang dapat digunakan untuk identifikasi dan pengenalan varietas yang dimaksud, acuan pengamatan morfologi tanaman dalam proses sertifikasi atau pemurnian varietas,sertapembanding dalam uji kebenaran varietas. Setiap karakter yang tercantum di dalam deskripsi varietas adalah hasil pengamatan dari uji keunggulan varietas yang dilaksanakan dalam bentuk uji adaptasi atau observasi. Pengamatan tersebut dilaksanakan pada saat ekspresi karakter optimum dengan menggunakan pengukuran yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang objektif

(Kementerian Pertanian, 2011).

(21)

Penanda genetik, juga disebut dengan penanda, marker, marka, atau markah diberbagai kepustakaan, merupakan penciri individu yang terdeteksi dengan alat tertentu yangmenunjukkan genotipe suatu individu. Penanda genetik menggambarkan perbedaan genetikdiantara individu dalam suatu organisme atau spesies. Salah satu penanda genetik tersebut adalah penanda morfologi. Penanda ini mudah dilihat oleh mata dan telah banyak digunakan sejak masa awal genetika.

Contohnya adalah warna, ukuran, atau bentuk organ tertentu (Afifah, 2012).

(22)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua kabupaten yaitu Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun. Penelitian dimulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2018.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Karo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia dan kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.127,25 km² yang terdiri dari pemukiman penduduk 174,22 km²dan lahan pertanian 1.953,03 km². Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari kota Medan, Ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Karena berada di ketinggian tersebut, kabupaten ini mempunyai suhu berkisar antara 16 sampai 17°C.

Secara geografis Kabupaten Simalungun terletak di antara 2°36’-3°18’ LU dan 98°32’-99°35’ BT dengan luas wilayah 4.386,60 km atau 6,12 % dari luas keseluruhan Provinsi Sumatera Utara serta berada pada ketinggian 20 – 1.400 m dari atas permukaan laut. Kabupaten Simalungun terdiri dari 30 kecamatan dan 263 kelurahan dengan luas wilayah 4.386,60 km².

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman jeruk siam ( Citrus nobilis L. ) yang terdapat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun

(23)

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera untuk mendokumentasikan tanaman jeruk yang dijadikan sampel penelitian; meteran untuk mengukur tinggi tanaman jeruk yang digunakan sebagai sampel penelitian, GPS/Smartphone untuk mengukur ketinggian tempat dari daerah yang dijadikan lokasi penelitian;timbangan untuk mengukur berat dari buah jeruk yang dijadikan sampel penelitian; buku data dan alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan metode survei di sentra-sentra produksi jeruk yang terdapat pada Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun. Metode survei yang diterapkan dengan teknik wawancara dan observasi langsung di lokasi sentra pertanaman jeruk. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki. Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman jeruk siam milik petani. Data yang diperoleh akan digunakan sebagai data awal untuk identifikasi dan karakteristik. Setiap data yang diperoleh akan dianalisis berdasarkan jenisnya. Analisis data fenotipe pada karakter kuantitatif dilakukan untuk melihat keragaman yang ada pada populasi.

Analisis perbandingan keragaman juga dilakukan dengan melihat perbandigan keragaman fenotipe dengan standar deviasi keragaman fenotipe.

Nilai keragaman fenotipe dihitung menurut Steel and Torrie (1995) sebagai berikut :

( ) ( )

(24)

² = keragaman fenotipe xi = nilai rata-rata populasi ke-i n = jumlah populasi yang diuji

Selanjutnya standar deviasi keragaman fenotipe dihitung berdasarkan

rumus :

s ² = standar deviasi keragaman fenotipe

Kriteria penilaian terhadap luas dan sempitnya keragaman dihitung berdasarkan Darajat (1987) dalam Mansyah dkk. (2003) sebagai berikut :

• Apabila ² > 2 𝑆 ² berarti bahwa keragaman luas

• Apabila ² < 2 𝑆 ² berarti bahwa keragaman sempit

Data kualitatif dan kuantitatif yang telah terstandarisasi diolah menggunakan program SPSS dengan analisis gerombol (cluster) untuk mengetahui tingkat kekerabatan antar aksesi dari setiap sampel masing-masing jeruk di Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun. Analisis cluster digunakan untuk memvisualisasikan data yang multivarians (dari parameter yang diukur)hasil survei. Analisis cluster menghasilkan dendogram yang digunakan untuk menilai pola keragaman dari data survei.

Untuk menganalisis nilai (skoring) data kualitatif digunakan dengan cara tes organoleptic atau penilaian dengan menggunakan organ (pancaindra) manusia dengan bantuan beberapa orang peserta sebagai tim penilai data kualitatif seperti rasa daging buah, tekstur daging buah dan sebagainya. Penilaian dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut :

1. Penentuan beberapa orang sebagai tim penilai.

2. Mengambil sampel secara acak tanpa di ketahui tim penilai

(25)

3. Sampel diberikan kepada tim penilai untuk penilaian.

4. Skoring dari sampel diberikan tim penilai sesuai dengan hasil panca indra masing-masing.

5. Nilai diberikan sesuai dengan pilihan skoring data pengisian deskripsi Rasa daging buah:

Manis Sekali : 5 Manis : 4 Manis Asam : 3 Manis Hambar : 2 Asam : 1

6. Langkah diatas diulang beberapa kali sampai mewakili semua sampel yang diuji untuk setiap peserta penilai (tes organoleptic).

(26)

PELAKSANAAN PENELITIAN Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan daristudi literatur di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utaraberdasarkan data produksi jeruk tertinggi yang berada di setiap daerah. Kemudian setelah didapat informasi tersebut maka ditentukan lokasi penelitian berada di Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun.

Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilansampel menggunakan purposive samplingyaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki.

Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman jeruk siam milik petani.

Pengamatan Parameter Wawancara Langsung

Dari penentuan lokasi tersebut dilakukan wawancara langsung kepada petani dengan mengetahui luas lahan masing-masing kebun petani yang ditanami oleh tanaman jeruk siam, cara pemeliharaannya, berapa jumlah populasi tanaman dan asal tanamannya tersebut. Kuesioner tersebut telah lebih dahulu ditentukan agar pada saat berlangsung wawancara dapat langsung menuju ke pokok penelitian yang dilaksanakan.

Morfologi Batang Tinggi Tanaman (m)

Tinggi tanaman jeruk diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi dengan menggunakan meteran pada jeruk yang diamati tersebut.

(27)

Bentuk Tanaman

Pengamatan bentuk tanaman dilakukan dengan cara visual dengan melihat bentuk pohon tanaman jeruk yang diamati tersebut.

Tekstur Batang

Pengamatan tekstur batang dilakukan dengan cara visual dan menyentuh permukaan batang tanaman tersebut.

Lingkar Batang

Pengamatan lingkar batang dilakukan dengan mengukur lingkar batang menggunakan meteran

Morfologi Daun Bentuk Daun

Bentuk daun diamati dengan mengamati karakteristik daun tersebut sesuai dengan kriteria bentuk daun yang terdapat pada deskiripsi tanaman jeruk varietas jeruk siam.

Ukuran Daun

Ukuran daun di ukur pada bagian tengah helaian daun yang terlebar dengan menggunakan alat ukur penggaris/meteran.

Warna Daun

Warna daun diamati secara visual yaitu mengetahui warna bagian atas dan bagian bawah daun.

Tepi Daun

Tepi daun diamati secara visual yakni melihat langsung di lapangan bentuk dari tepi daun tanaman tersebut.

Morfologi Buah Bentuk Buah

Bentuk buah diamati secara visual sesuai dengan karakteristik buah jeruk.

(28)

Berat Buah (gram)

Pengamatan pada berat buah ditimbang dengan menggunakan timbangan.

Warna Kulit Buah

Warna kulit buah jeruk diamati secara visual sesuai dengan warna kulit jeruk.

Tebal Kulit

Pengukuran tebal kulit buah dilakukan dengan menggunakan jangka sorong

Rasa Daging Buah

Rasa buah jeruk dengan mengambil beberapa sampel pada masing-masing jenis jeruk, kemudian dilakukan survey dengan meminta beberapa masyarakat untuk mencicipi rasa buah tersebut. Survey yang dilakukan pada buah yang muda dan tua.

Jumlah Juring

Penghitungan jumlah juring dilakukan dengan membuka kulit buah dan memisahkan tiap juring yang terdapat dalam buah jeruk.

Jumlah Biji

Penghitungan biji dilakukan dengan memisahkan biji dari setiap juring yang terdapat dalam satu buah jeruk yang diamati.

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakter-Karakter Morfologis Jeruk Siam di Kabupaten Karo dan Simalungun

Dari hasil survei yang dilakukan di dua kabupaten, didapat dua kecamatan yang biasa ditanami jeruk siam di Kabupaten Karo dan tiga kecamatan di Kabupaten Simalungun. Dari masing-masing kecamatan dipilih satu desa yang memiliki umur tanaman jeruk yang berdekatan. Berikut merupakan lokasi desa penelitian dan kordinat lahan nya

Tabel 1. Lokasi penelitian dan kordinat lahan di Kabupaten Karo dan Simalungun Lahan Kecamatan Desa Koordinat Lahan Kode Aksesi 1 Berastagi Gajah N : 03o 11’ 43”

E : 98o 30’ 32” C1-C6

2 Simpang

Empat Ndokum

Siroga N : 03o 09’ 30”

E : 98o 28’ 58” C7-C12

3 Pematang

Silimakuta Suka N : 02o 17’ 02. 35”

E : 098o 50’ 56. 64”

C13-C18 4 Silimakuta Pailahan N : 02o 16’ 49. 93”

E : 098o 52’ 38. 05” C19-24 5 Purba Marubung N : 02o 17’ 03. 14”

E : 098o 50’ 55.82” C25-C30 Dari setiap kecamatan dilakukan analisis data umum terhadap pemilik lahan dan karakteristik lahannya dapat dilihat pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 diketahui bahwa ketinggian lahan di Desa Gajah adalah 1403 mdpl, di Desa Ndokum Siroga adalah 1340 mdpl, Desa Suka adalah 1372 mdpl, Desa Pailahan adalah 1407, dan Desa Marubung adalah 1301 . Umur tanaman jeruk yang diteliti pada jeruk Desa Gajah yaitu berumur 9 tahun, Desa Ndokum Siroga 10 tahun, Desa Suka 10 tahun, Desa Pailahan 11 tahun, dan Desa

(30)

Marubung 11 tahun. Tanaman jeruk pada masing-masing desa diperoleh dari hasil okulasi.

Tabel 2. Analisis data umum kuesioner pemilik lahan dan karakter lahan

Uraian Desa Gajah

Kecamatan Berastagi

DesaNdokum Siroga Kecamatan Simpang Empat

Desa Suka Kecamata n Pematang Silimakuta

Desa Pailahan Kecamata n Silimakuta

Desa Marubung Kecamata n Purba Nama Petani Niwatana

Karo-karo Pengendesen

Ginting G. Marbun Sipayung J. Purba

Usia 46 tahun 65 tahun 43 tahun 40 tahun 34 tahun

Pendidikan

Terakhir SMA SD SMA SMA SMP

Luas Lahan 15 Rante 7000 m2 7500 m2 2 ha 3 ha

Umur Tanaman 9 Tahun 10 Tahun 10 tahun 11 tahun 11 tahun Ketinggian Tempat 1403 mdpl 1340 mdpl 1372 mdpl 1407 mdpl 1301 mdpl

Jumlah Tanaman 240 270 265 700 1200

Hasil Produksi 6 ton/tahun 10 ton/ tahun 9 ton/tahun 15ton/tahun 15ton/tahun Nama Varietas Jeruk Siam

Madu Jeruk Siam

Madu Jeruk Siam

Madu Jeruk Siam

Madu Jeruk Siam Madu Cara Perbanyakan Vegetatif Vegetatif Vegetatif Vegetatif Vegetatif Asal Tanaman Bibit hasil

okulasi Bibit hasil

okulasi Bibit hasil

okulasi Bibit hasil

okulasi Bibit hasil okulasi Hasil Panen Dijual ke

Tengkulak Dijual ke

Tengkulak Dijual ke

Pasar Dijual ke

luar kota Dijual ke luar kota

Dari hasil pengamatan parameter pada karakter morfologi batang, daun, bunga, buah dan biji jeruk di dua kabupaten dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

Berdasarkan pengamatan pada tabel 3 menunjukkan bahwa hasil penelitian jeruk Desa Gajah dan Desa Ndokum Siroga pada karakter morfologis tanaman diketahui bahwa parameter tinggi tanaman yang tertinggi yaitu pada sampel C29 yaitu 6,48 meter, sedangkan tinggi tanaman terendah yaitu pada sampel C7 sebesar 2,05 meter. Pada pengamatan parameter lingkar batang diketahui bahwa data tertinggi adalah sampel C25 yaitu 64,8 cm sedangkan lingkar batang terendah terdapat pada sampel C8 yaitu 22,1 cm. Pada parameter ukuran daun yang terlebar yaitu pada sampel C7 yaitu 17,8 x 8,6 sedangkan ukuran daun terkecil terdapat pada sampel C1 yaitu 8,4 x 4,1 cm. Pada karakter morfologis tanaman diketahui

(31)

bahwa parameter diameter buah terbesar yaitu pada sampel C18 yaitu 91,2 mm sedangkan diameter buah terkecil terdapat pada sampel C2 yaitu 39,0 mm. Pada karakter morfologis tanaman diketahui bahwa parameter berat buah terbesar pada sampel C28 yaitu 298 gram, sedangkan parameter berat buah terendah yaitu sampel C23 yaitu 180 gram. Pada parameter tebal kulit buah paling tebal yaitu pada sampel C1 yaitu 7,8 mm sedangkan parameter tebal kulit buah paling tipis terdapat pada sampel C12 yaitu 2,2 mm. Pada parameter jumlah juring paling banyak terdapat pada sampel C4, C11,C16, C18, dan C27 yaitu 13 sedangkan jumlah juring paling sedikit yaitu sampel C1, C10, C14, C25, C26, C29 yaitu 10.

Pada karakter morfologis tanaman diketahui bahwa parameter jumlah biji paling banyak terdapat pada sampel C14 yaitu 30 biji, sedangkan jumlah juring paling sedikit yaitu sampel C2 yaitu 6 biji.

(32)

Tabel 3. Karakter-karakter Morfologis Tanaman Jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun

Sampel

Pengamatan Parameter

Tinggi tanaman (m)

Lingkar Batang (cm)

Ukuran Daun

(cm) Diamet

er Buah (mm)

Berat Buah (gram)

Tebal Kulit (mm)

Jumlah

Juring Jumlah Biji

C1 2,68 47,1 8,4 x 4,1 73,1 253 7,8 10 14

C2 3,40 51,9 11,3 x 5,3 39,0 257 3,5 11 6

C3 2,98 42,2 11,4 x 5,5 43,6 229 5,3 11 13

C4 3,15 53,9 8,9 x 3,8 61,5 286 3,4 13 8

C5 3,02 44,3 9,7 x 4,3 67,7 215 4,9 11 12

C6 3,29 43,2 10,7 x 5,2 77,1 274 4,1 12 10

C7 2,05 34,3 17,8 x 8,6 60,8 239 2,4 11 10

C8 2,27 22,1 14,8 x 7,6 53,6 267 3,1 12 9

C9 2,57 42,1 10,8 x 5,1 49,7 224 2,6 11 7

C10 2,84 53,9 9,8 x 6,1 51,4 241 3,1 10 9

C11 3,55 44,3 10,7 x 5,0 42,6 258 2,3 13 7

C12 3,07 43,2 12,1x6,1 45,3 219 2,2 12 9

C13 3,62 63,1 14,8 x 6,6 76,6 198 4,6 12 18 C14 2,87 48,2 15,8 x 6,2 86,2 255 6,1 10 30 C15 3,21 55,1 13,8 x 6,7 79,8 197 5,6 11 19 C16 3,71 55,9 15,9 x 6,4 83,9 235 4,8 13 18

C17 3,44 60,7 14,6 x 7,4 85 240 6,2 12 15

C18 3,55 61,5 13,8 x 6,7 91,2 288 4,9 13 25

C19 3,49 60,2 15,1 x6,2 74,2 187 3,8 12 11

C20 3,80 58,4 13,9 x7,2 81,0 221 5,1 12 11

C21 4,93 66,2 12,8 x5,9 71,7 158 4,3 11 13

C22 2,88 49,7 13,9 x 6,3 78,4 215 4,3 12 20 C23 3,58 59,5 14,4 x 7,1 78,2 180 3,8 11 23 C24 3,35 55,8 15,9 x 7,4 77,3 198 3,6 11 13 C25 5,64 67,8 13,9 x 5,8 83,5 242 5,7 10 10 C26 4,75 51,7 13,1 x 6,4 83,6 295 3,9 10 8 C27 6,15 64,9 13,7 x 8,1 84,7 253 4,1 13 13 C28 4,76 58,5 14,2 x 6,5 87,9 298 6,2 12 16 C29 6,48 65,2 12,8 x 6,6 86,9 288 4,6 10 21 C30 4,76 57,8 11,7 x 5,8 87,2 286 4,6 11 11 Rataan 2,91 43,54 11,4 x 5,6 55,45 246,83 3,73 11,42 9,50 Standar

deviasi 0,12 2,43 0,72 x1,61 3,46 6,27 0,45 0,28 0,68

(33)

(a) (b)

(b)

(c) (d)

Gambar beberapa karakter morfologis tanaman jeruk yang terdapat di Kabupaten Karo dan Simalungun dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 1. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 1:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan (f) biji

(e) (f)

(34)

Gambar 2. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 2:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(35)

Gambar 3. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 3:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(36)

Gambar 4. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 4:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(37)

Gambar 5. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 5:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(38)

Gambar 6. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 6:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(39)

Gambar 7. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 7:

(a) pohon jeruk berbentuk Elipsoid, (b) batang bertekstur sedang

(c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(40)

(e) (f) Gambar 8. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 8:

(a) pohon jeruk berbentuk Ellipsoid, (b) batang bertekstur sedang

(c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(41)

(e)

Gambar 9. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 9:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(42)

(e)

Gambar 10. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 10:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(43)

(e)

Gambar 11. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 11:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(44)

(e)

Gambar 12. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 12:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(45)

(e)

Gambar 13. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 13:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(46)

(e)

Gambar 14. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 14:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(47)

(e)

Gambar 15. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 15:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(48)

(e)

Gambar 16. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 16:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(49)

(e)

Gambar 17. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 17:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(50)

(e)

Gambar 18. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 18:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(51)

(e)

Gambar 19. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 19:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(52)

(e)

Gambar 20. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 20:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(53)

(e)

Gambar 21. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 21:

(a) pohon jeruk berbentuk Ellipsoid, (b) batang bertekstur sedang

(c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(54)

(e)

Gambar 22. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 22:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(55)

(e)

Gambar 23. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 23:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(56)

(e)

Gambar 24. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 24:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(57)

(e)

Gambar 25. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 25:

(a) pohon jeruk berbentuk Ellipsoid, (b) batang bertekstur sedang

(c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(58)

(e)

Gambar 26. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 26:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(59)

(e)

Gambar 27. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 27:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(60)

(e)

Gambar 28. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 28:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(61)

(e)

Gambar 29. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 29:

(a) pohon jeruk berbentuk Ellipsoid, (b) batang bertekstur sedang

(c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(62)

(e)

Gambar 30. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 30:

(a) pohon jeruk berbentuk obloid, (b) batang bertekstur sedang (c) daun berbentuk Eliptic (d) buah berbentuk obloid (e) juring, dan

(f) biji

(a) (b)

(c) (d)

(f)

(63)

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jeruk Kabupaten Simalungun memiliki karakteristik tinggi tanaman 2,87-6,48 m, lingkar batang 48,2-66,2 cm, tajuk berbentuk obloid, warna batang coklat, bentuk daun Elliptic, panjang daun 11,7-15,9 cm, lebar daun 5,8-7,4 cm, warna daun hijau tua, tepi daun bergerigi, diameter buah 71,7-91,2 mm, berat buah 158-298 gram, warna kulit buah kuning kehijauan, tebal kulit buah 3,6-6,2 mm, jumlah juring 10-13, bentuk buah obloid, jumlah biji antara 8-30 biji per buah, bentuk biji bulat, dan warna biji krem.

Hasil analisis karakter fenotipe yang diukur secara kuantitatif yang dianalisis dengan perbandingan nilai keragaman dengan standar deviasi disajikan pada Tabel 4. Untuk mengetahui adanya keragaman dari suatu populasi harus dilakukan pengukuran berbagai karakter yang spesifik pada populasi dan selanjutnya dianalisis menurut kaidah statistika.

Tabel 4. Keragaman Kuantitatif Jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun

Karakter

Lokasi Penelitian

Kabupaten Karo Kabupaten Simalungun

Rataan ± sd Kriteria Rataan ± sd kriteria

Tinggi Tanaman

(m)

2,91±0,12 0,202 Luas 4,17±0,25 1,197 Luas

Lingkaran Batang

(cm)

43,54±2,43 77,048 Luas 58,90±1,27 30,795 Luas

Panjang

Daun (cm) 11,37±0,72 6,822 Luas 12,63±0,44 1,283 Luas

Lebar

Daun (cm) 5,56±1,61 1,957 Luas 6,63±0,14 0,377 Luas

Diameter

Buah (mm) 55,45±3,46 157,054 Luas 82,07±1,20 27,304 Luas

Berat Buah

(gram) 246,83±6,27 515,242 Luas 235,22±10,03 1918,889 Luas

Tebal Kulit

Buah (mm) 3,73±0,45 2,629 Luas 4,79±0,20 0,736 Luas

Jumlah

Juring 11,42±0,28 0,992 Luas 11,44±0,24 1,085 Luas

Jumlah Biji 9,50±0,68 6,091 Luas 16,39±1,34 34,369 Luas

(64)

Dari hasil analisis keseragaman dengan perbandingan keragaman standar deviasi, terdapat kriteria variabilitas fenotipe yang disajikan pada tabel 5, yaitu terdapat variabilitas fenotipik yang luas pada karakter tinggi tanaman, lingkaran batang, ukuran daun, jumlah tangkai sari, ukuran mahkota bunga, diameter buah, berat buah, tebal kulit buah, jumlah juring dan jumlah biji.

Hubungan Kekerabatan

Hubungan Kekerabatan jeruk di dua kabupaten dilihat dari tabel berikut ini Tabel 5. Hubungan kekerabatan jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun dilihat dari Proximity matrix (dissimilarity matrix)

NO Hubungan Kekerabatan Nilai Koefisien

1 C17 C28 1,000

2 C16 C24 1,000

3 C16 C22 1,585

4 C13 C17 2,710

5 C19 C23 3,754

6 C20 C30 4,350

7 C13 C14 4,658

8 C1 C4 4,880

9 C16 C27 6,367

10 C1 C6 7,711

11 C13 C18 7,993

12 C13 C16 8,624

13 C2 C10 8,630

14 C5 C9 10,284

15 C20 C26 10,683

16 C2 C3 10,779

17 C11 C12 10,878

18 C15 C19 11,693

19 C1 C2 12,149

20 C15 C21 12,540

21 C25 C29 12,973

22 C13 C20 13,590

23 C13 C15 18,793

24 C1 C11 22,169

25 C13 C25 22,827

26 C7 C8 23,363

27 C1 C13 28,266

28 C1 C5 40,447

29 C1 C7 41,375

30 C9 C25 63,080

(65)

Berdasarkan karakter morfologis jeruk di dua kabupaten diperoleh nilai hubungan kekerabatan dapat dilihat pada tabel 5, berdasarkan nilai jarak koefisien diperoleh kesimpulan bahwa semakin kecil nilai koefisien antara variabel satu dengan variabel lainnya maka semakin mirip hubungan kekerabatan pada kedua variabel tersebut. Sehingga diketahui bahwa tingkat kemiripan (kesamaan) tertinggi yang memiliki hubungan kekerabatan yaitu pada sampel C17 dan C28 serta C16 dan C24 sebesar 1,000 sedangkan tingkat kemiripan (kesamaan) terendah yang memiliki hubungan kekerabatan yaitu pada sampel C9 dan C25 yaitu sebesar 63,080.

Dari hasil penelitian jeruk di tiga desa di Kabupaten Simalungun diperoleh dendogram hubungan kekerabatan jeruk di tiga desa pada masing-masing sampel dapat dilihat pada gambar berikut:

(66)

Hubungan Kekerabatan Jeruk Siam (Citrus nobilis) di Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun

Berdasarkan hasil dendogram hubungan kekerabatan jeruk yang dilakukan di tiga desa di Kabupaten Karo dan Simalungun(lihat gambar 31) menunjukkan bahwa jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun terbagi dalam 3 cluster utama dimana cluster 1 terdiri dari 26 sampel yaitu C17 , C28, C13, C14, C18, C16, C24, C22, C27, C20, C30, C26, C19, C23, C15, C21, C25, C29, C11, C12, C1, C4, C6, C2, C10, dan C3; cluster 2 terdiri dari 2 sampel yaitu C5 dan C9; dan

Gambar 31. Dendogram Hubungan Kekerabatan Jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun

I

II III IA

IB IA

a

IAb IBa

IBb

(67)

cluster 3 terdiri dari 2 sampel yaitu C7 dan C8. Cluster 1 memisah dengan cluster 2 karena adanya perbedaan karakter morfologis tepi daun yang mencolok dibanding karakter morfologis tepi daun sampel pada cluster 1 dan memisah dengan cluster 3 karena adanya perbedaan karakter morfologis bentuk tanaman dibanding karakter morfologis bentuk tanaman sampel pada cluster 1. Cluster 2 memisah dengan cluster 3 karena adanya perbedaan karakter morfologis tepi daun yang mencolok dibanding karakter morfologis tepi daun sampel pada cluster 3.

Karakter-karakter tersebut yang membedakan secara nyata antara jeruk yang terdapat pada masing-masing kabupaten, sehingga kedua kabupaten ini dapat dibedakan kedalam taksa yang berbeda.

Pada cluster 1 membentuk 2 sub cluster besar yaitu cluster 1a yang terdiri dari 18 sampel yaitu C17, C28, C13, C14, C18, C16, C24. C22, C27, C20, C30, C26, C19, C23, C15, C21, C25, C29 sedangkan cluster 1b terdiri dari 8 sampel yaitu C11, C12, C1, C4, C6, C2, C10, C3. Ini disebabkan karena adanya perbedaan yang jelas pada karakter seperti lingkar batang, ukuran daun, diameter batang, tebal kulit buah, jumlah biji, warna kulit buah, dan rasa buah sehingga dapat menyebabkan keragaman antar tanaman dalam satu daerah yang berbeda.

Pada cluster 1a membentuk 2 sub cluster besar yaitu cluster 1aa yang terdiri dari 16 sampel yaitu C17, C28, C13, C14, C18, C16, C24, C22, C27, C20, C30, C26, C19, C23, C15, dan C21. Pada cluster ini terdapat sampel (C17 dan C28); (C16 dan C24) yang memiliki nilai koefisien jarak terendah atau dengan kata lain memiliki banyak persamaan karakter diantara keduanya, persamaan tersebut antara lain bentuk buah, ukuran daun, warna kulit buah, jumlah juring, bentuk tanaman, dan rasa buah. Sedangkan cluster 1ab terdiri dari 2 sampel yaitu

(68)

C25 dan C29. Pada cluster 1b membentuk 2 sub cluster yaitu kelombok 1ba yang terdiri dari 2 sampel yaitu C11 dan C12, sedangkan cluster 1bb terdiri dari 8 sampel yaitu C1, C4, C6, C2, C10, dan C3.

Hubungan kekerabatan 30 sampel tanaman jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun dari 15 karakter morfologi berbeda yang diamati dan diukur menunjukkan bahwa dari analisis dendogram tersebut dari 30 sampel tanaman jeruk tidak membentuk satu cluster berdasarkan daerah yang diteliti, tetapi berdasarkan atas perbedaan karakter morfologis tanaman jeruk. Perbedaan karakter morfologis tanaman jeruk dapat diakibatkan karena asal-usul bibit tanaman jeruk tersebut belum diketahui pasti darimana asalnya. Dari data kuisioner atau wawancara langsung dengan para petani jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun diketahui bahwa sumber bibit tanaman jeruk di Kabupaten Karo berasal dari hasil okulasi tanaman jeruk di sekitar daerah yang juga membudidayakan jeruk , sedangkan sumber bibit dari Kabupaten Simalungun berasal dari hasil okulasi petani yang membudidayakan jeruk di Kabupaten Karo Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan jenis jeruk yang diidentifikasi merupakan daerah sentra produksi untuk pertanaman tanaman jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun. Dari karakteristik morfologis jenis-jenis jeruk di tiga desa tersebut dapat dilakukan pengamatan secara visual. Pada masing-masing pengamatan di setiap desa untuk parameter warna batang, warna daun, tepi daun, warna kulit buah, bentuk buah, permukaan biji dan warna biji terdapat persamaan karakteristik morfologi.

(69)

Pada pengamatan parameter tinggi tanaman jeruk di Kabupaten Karo berkisar 2,27-3,55 m dengan lingkar batang 22,1-53,9 cm sedangkan tinggi tanaman di Kabupaten Simalungun berkisar 2,87-6,48 m dengan lingkar batang berkisar 48,2-66,2 cm. Percabangan pada tanaman jeruk di kedua kabupaten ini memiliki percabangan yang banyak. Hal ini sesuai dengan penelitian Sinaga (2015) yang menyatakan bahwa Tanaman jeruk ini berbatang rendah dan memiliki percabangan yang banyak dimana percabangan tanaman jeruk relative kecil dan menyebar ke segala arah dengan tidak beraturan tetapi cenderung menghadap ke atas namun mempunyai jumlah cabang-cabang yang cukup banyak.

Ukuran daun tanaman jeruk di Kabupaten Karo memiliki panjang daun berkisar 8,4-17,8 cm dan lebar daun berkisar 3,8-8,6 cm, Kabupaten Simalungun memiliki panjang daun berkisar 11,7-15,9 cm dan lebar daun berkisar 5,8-8,1 cm.

Hasil identifikasi jenis jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun menunjukkan bahwa pada karakter bentuk daun, warna daun dan tepi daun memiliki persamaan karakter yaitu tepi daun berbentuk Eliptic, berwarna hijau kekuningan dan bentuk daun berbentuk obloid. Dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat variabilitas fenotipik yang luas untuk karakter panjang dan lebar daun sedangkan karakter keragaan daun tidak memperlihatkan variablitas yang luas (Tabel 5). Hal ini sesuai literatur Ginting (2012) yang menyatakan bahwa ukuran daun dari tiap jenis jeruk dapat dibedakan dan berbentuk oval dengan tepi bergerigi serta berukuran sekitar 3,9-7,5 cm.

Dari hasil penelitian jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun diketahui bahwa warna kulit buah hijau kekuningan, bentuk buah obloid, jumlah juring

(70)

sekitar 10-13 juring dan tebal kulit buah sekitar 2,2-7,8 mm, jumlah biji berkisar 6-30 . Menurut Deptan (2015) jeruk siam memiliki buah berbentuk bulat dengan permukaan agak halus dan Ujung buah bundar dan berpusar, kulit buah jeruk berwarna kuning mengkilat dan ketebalan kulit sekitar 3,9 mm

Hasil analisis keseragaman dengan perbandingan keragaman standar deviasi menunjukkan bahwa terdapat variabilitas fenotipik yang luas pada karakter tinggi tanaman, lingkaran batang, ukuran daun, diameter buah, berat buah, tebal kulit buah dan jumlah juring (Tabel 5.). Hal ini ditunjukkan dengan nilai varians fenotipnya yang lebih besar dari dua kali nilai standar deviasi varians fenotipnya. Variabilitas luas memiliki keragaman yang tinggi atau dengan kata lain tanaman dalam populasi tersebut tidak seragam. Hal ini diakibatkan karena sumber bibit yang digunakan petani belum berasal dari bibit yang bersertifikasi.

Hal ini sesuai dengan wawancara langsung dari petani dari tiap kabupaten dimana para petani membudidayakan tanaman jeruk dari hasil okulasi tanaman jeruk yang berada di sekitar daerahnya.

Dari hubungan kekerabatan jeruk di tiga desa Kabupaten Simalungun dilihat dari dissimilarity matrix (Tabel 6) terdapat sampel C17 dan C28 serta C16 dan C24 yang memiliki nilai koefisien jarak terendah yaitu 1,000 dengan nilai similaritas sebesar 99,000 atau dengan kata lain memiliki banyak persamaan karakter diantara keduanya, persamaan tersebut antara lain bentuk tanaman, warna batang, bentuk daun, warna daun, tepi daun, warna kulit buah, bentuk buah, berat buah, rasa buah, dan jumlah biji, sedangkan sampel C9 dan C25 memiliki niai koefisien jarak tertimggi yaitu 63,080 dengan nilai similaritas sebesar 36,020 atau dengan kata lain memiliki sedikit persamaan karakter. Berdasarkan hubungan

(71)

kekerabatan jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun cluster 1 memisahkan diri dengan cluster 2 dan cluster 3 karena memiliki banyak perbedaan karakter morfologi seperti bentuk tanaman, ukuran daun, dan tepi daun . Hal ini sesuai dengan literatur Sinaga (2016) yang menyatakan bahwa semakin banyak perbedaan karakter yang dimiliki maka semakin kecil nilai similaritasnya berarti semakin jauh hubungan kekerabatannya dari cluster yang diperbandingkan dan semakin banyak persamaan karakter yang dimiliki maka semakin besar nilai similaritasnya berarti semakin dekat hubungan kekerabatannya diantara cluster yang diperbandingkan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di dua kabupaten diketahui bahwa karakteristik morfologi pada setiap sampel di kedua kabupaten sesuai dengan karakteristik morfologi tanaman jeruk siam madu karena memiliki beberapa karakteristik yang sesuai seperti kulit buah tebal,kulit agak rekat tapi masih bisa dikupas, permukaan kulit beragam halus hingga kasar, warna kuning gelap hingga oranye waktu matang, juring 12 hingga 14 dan mudah dipisahkan.

Hal ini sesuai literatur Martasari (2017) yang menyatakan bahwa jeruk siam mandarin memiliki ukuran buah besar, bentuk bulat dengan bagian bawah datar, kulit buah tebal, kulit agak rekat tapi masih bisa dikupas, permukaan kulit beragam halus hingga kasar, warna kuning gelap hingga oranye waktu matang, juring 12 hingga 14 dan mudah dipisahkan. Beberapa varietas komersial yang termasuk dalam kelompok ini adalah jeruk Encore, Honey, Kinnow, Wilking dan Kara.

(72)

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

1. Hasil dari identifikasi karakter morfologis jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun pada 30 sampel jeruk memiliki persamaan karakter morfologis pada karakter kualitatif antara lain warna batang, bentuk daun, warna daun, tepi daun, warna kulit buah, bentuk buah dan warna biji.

2. Hasil dari identifikasi karakter morfologis jeruk menunjukkan bahwa tanaman jeruk di Kabupaten Karo dan Simalungun memiliki variabilitas fenotipik yang luas untuk karakter kuantitatif antara lain tinggi tanaman, lingkaran batang, ukuran daun, diameter buah, berat buah, tebal kulit buah dan jumlah juring.

3. Hasil analisis keseragaman dengan perbandingan keragaman standar deviasi memiliki variabilitas fenotipik yang tinggi yang menunjukkan tanaman dalam populasi tidak seragam.

4. Dari hasil dendogram terbentuk ke dalam tiga cluster utama yaitu cluster 1 terdiri dari 26 sampel, cluster 2 terdiri dari 2 sampel, dan cluster 3 terdiri dari 2 sampel. Cluster 1 membentuk dua sub cluster besar yaitu: cluster 1a terdiri dari 18 sampel dan cluster 1b terdiri dari 8 sampel.

SARAN

Diperkirakan masih ada beberapa daerah yang masih memiliki tanaman jeruk siam di kedua kabupaten dan kabupaten lain seperti Dairi sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh data keragaman morfologi lainnya

Gambar

Tabel 2. Analisis data umum kuesioner pemilik lahan dan karakter lahan
Gambar beberapa karakter morfologis tanaman jeruk yang terdapat di  Kabupaten Karo dan Simalungun dapat dilihat pada gambar  berikut ini
Gambar 2. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 2:
Gambar 4. Karakter morfologi tanaman jeruk aksesi 4:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai pendidikan akhlak yang ditekankan dalam Al- Israa‟ ayat 29 tersebut bahwa ada larangan untuk tidak menjadi orang pelit atau kikir dalam membelanjakan harta yang

Namun umumnya orang akan merasa malu untuk melakukan konsultasi atau mencari obatnya sendi di apotik sehingga biasanya mereka akan menunda untuk melakukan pengobatan,tapi kini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian feed aditif berbahan dasar temulawak dan kunyit dalam ransum tidak menyebabkan perubahan yang nyata terhadap konsumsi

Teknik sampling yang digunakan adalah proportionate startified random sampling, sampel diambil 10% dari jumlah siswa dengan besar sampel (n=232). Pengumpulan data menggunakan

Reviu Kertas Kerja, Temuan Audit dan Teknik Penulisan Laporan Hasil Audit yang Efektif (WS-26) Workshop dilaksanakan selama 2 hari (20 jam pelatihan), materi workshop

Description : Internet lab will discuss about the basic knowledge about internet and internet programming include HTML and CSS as well as an introduction

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan, hal ini dinyatakan dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor

Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Grobogan Tahun 2006 Nomor