• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Penelitian

Penelitian diawali dengan perbanyakan planlet krisan dari kedua varietas yang diuji, yaitu varietas Chandra Kirana dan Puspita Asri. Perbanyakan dilakukan dengan menggunakan stek satu mata tunas, dimana di dalam setiap botol kultur terdiri dari lima eksplan krisan. Media perbanyakan yang digunakan berupa MS0 (Lampiran 1). Penyimpanan eksplan hasil perbanyakan dilakukan di dalam ruang kultur yang bersuhu 18-22 oC dengan pencahayaan penuh selama 24 jam.

Eksplan yang digunakan untuk perlakuan lama perendaman etil metana sulfonat (EMS) berupa pucuk. Keragaan eksplan seragam dengan rataan tinggi 0.5 cm, berdaun dua helai, tanaman segar, daun dan batang berwarna hijau. Tunas yang telah direndam EMS 0.77 % dibilas dengan aquades steril sebanyak tiga kali selama 15 menit. Kemudian eksplan ditanam ke media MS yang ditambah 1 ppm BAP.

Setelah perendaman EMS 0.77 % selama waktu perlakuan (0, 90, 105, dan 120 menit) dihasilkan kondisi eksplan yang beragam. Eksplan varietas Puspita Asri pada perlakuan kontrol terlihat lebih hijau dan segar jika dibandingkan dengan perlakuan perendaman EMS 0.77 %. Semakin lama perendaman eksplan dalam EMS 0.77 % akan semakin coklat warna eksplan yang dihasilkan (Gambar 7). Hal serupa juga terjadi pada eksplan varietas Candra Kirana.

Gambar 7. Kondisi Eksplan Varietas Puspita Asri Setelah Perendaman dalam EMS 0.77 % pada Lama Perendaman yang Berbeda.

kontrol 90 menit

105 menit 120 menit

Gambar 8. Kondisi Planlet Krisan Varietas Puspita Asri saat 12 MST a-d : Berturut-turut Perendaman EMS 0.77 % Selama 0, 90, 105, dan 120 menit.

Eksplan hasil perendaman EMS 0.77 % mengalami regenerasi yang baik setelah dikulturkan pada media MS + BAP 1 ppm. Pada varietas Puspita Asri, eksplan hasil perendaman yang terlihat coklat sebelum ditanam (Gambar 7) dapat tumbuh menjadi planlet yang hijau setelah dikulturkan pada media MS + BAP 1 ppm dan diinkubasi di dalam ruang kultur selama 12 MST (Gambar 8).

Regenerasi ini diduga terjadi karena sel dan jaringan eksplan masih hidup walaupun sudah berwarna coklat sehingga masih dapat menyerap nutrisi dari media. Media MS merupakan media dengan kandungan unsur makro dan mikro yang cukup lengkap bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu BAP 1 ppm yang ditambahkan juga mempengaruhi pertumbuhan sel tanaman. Gunawan (1992) menyatakan bahwa sitokinin adalah turunan dari adenin. Golongan ini sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Menurut Siringo ringo (2009), BAP merupakan jenis sitokinin yang sangat efektif dalam menginduksi pertumbuhan tunas.

Tanaman yang telah diberi perlakuan perendaman EMS mengalami kontaminasi mulai 1 MST dan semakin meningkat setiap minggunya. Perlakuan yang menghasilkan kontaminasi terbanyak pada varietas Chandra Kirana yaitu perendaman EMS 0.77 % selama 105 menit (Chandra Kirana-150 menit) sebesar 65 %. Kontaminasi terbanyak pada varietas Puspita Asri dihasilkan oleh perlakuan EMS 0.77 % selama 120 menit (Puspita Asri-120 menit) sebesar 50 % (Tabel 1). Tanaman yang terkontaminasi dan tidak dapat diselamatkan dianggap sebagai data yang hilang.

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Eksplan Krisan yang Mati dan Terkontaminasi pada Berbagai Perlakuan dari Awal sampai Akhir Pengamatan . Varietas Lama Perendaman EMS 0.77 % (menit) Total Eksplan Jumlah Eksplan Mati Jumlah Eksplan Terkontaminasi Sisa Eksplan Hidup Chandra Kirana 0 20 6 (30) 12 (60) 2 (10) 90 20 6 (30) 7 (35) 7 (35) 105 20 3 (15) 13 (65) 4 (20) 120 20 11 (55) 4 (20) 5 (25) Puspita Asri 0 20 0 (0) 7 (35) 13 (65) 90 20 7 (35) 9 (45) 4 (20) 105 20 6 (30) 6 (30) 8 (40) 120 20 8 (40) 10 (50) 2 (10)

Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase.

Jumlah eksplan mati secara umum semakin meningkat dengan semakin bertambahnya lama perendaman EMS 0.77 % (Tabel 1). Kematian eksplan ditandai dengan perubahan warna eksplan tunas dari hijau menjadi coklat kehitaman atau putih setelah diberi perlakuan perendaman EMS 0.77 %. Selain itu eksplan juga menjadi layu dan tidak vigor lagi, sehingga ada beberapa eksplan yang tidak dapat ditanam. Eksplan yang berwarna coklat kehitaman yang ditanam tetapi tidak tumbuh selama masa pengamatan juga dianggap sebagai eksplan mati.

Kematian ekplan yang semakin tinggi dengan semakin bertambahnya lama perendaman EMS 0.77 % diduga terjadi karena toksisitas yang semakin bertambah pada tanaman. Priyono dan Susilo (2002) menyatakan bahwa semakin lama waktu perendaman EMS menyebabkan semakin tinggi kadar EMS terserap ke dalam tanaman termasuk bertambahnya toksisitas EMS. Poerba et al. (2009) menyatakan semakin tinggi konsentrasi EMS, maka semakin rendah kemampuan eksplan petiola iles-iles (Amorphophallus muelleri) untuk bertahan hidup dan beregenerasi.

Manzila et al. (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi EMS (0.25-1.0 %) dan semakin lama waktu perendaman yang diberikan (15-60 menit), maka semakin meningkat persentase tunas terminal yang mati pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Tunas terminal dengan perlakuan EMS 1 % dan waktu perendaman 60 menit mengalami kematian jaringan dengan persentase yang lebih

tinggi dibandingkan dengan jaringan yang diberi perlakuan konsentrasi EMS lebih rendah dan waktu perendaman lebih singkat.

Kontaminasi paling banyak disebabkan oleh cendawan (Gambar 9). Kontaminasi oleh cendawan yang terjadi saat penelitian diduga terjadi karena adanya peningkatan suhu dan kelembapan di ruang kultur pada saat inkubasi. Hal ini terjadi karena pendingin ruangan (AC) sempat rusak pada saat penelitian berlangsung. Gandjar, et al. (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan cendawan (jamur) dipengaruhi oleh faktor substrat, cahaya, kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia di lingkungannya. Carlile dan Watkinson (1995) menambahkan bahwa suhu maksimum kebanyakan fungi atau cendawan untuk tumbuh berkisar 30⁰C sampai 40 ⁰C dan optimalnya pada suhu 20⁰C sampai 30⁰C.

Gambar 9. Ekplan Varietas Puspita Asri Perendaman EMS 0.77% Selama 90 menit yang Terkontaminasi oleh Cendawan.

Data hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel 2) menggambarkan bahwa varietas tidak berpengaruh pada hampir semua peubah kecuali pada peubah jumlah daun saat 2 MST, jumlah tunas saat minggu akhir 12 MST, jumlah akar pada 11 MST, dan jumlah kloroplas pada sel penjaga stomata. Interaksi antara varietas dengan lama perendaman EMS 0.77 % berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun, jumlah tunas, jumlah stomata, jumlah kloroplas dalam sel penjaga serta ukuran lebar stomata. Namun demikan, interaksi antara varietas dengan lama perendaman EMS 0.77 % tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah akar (Tabel 2).

Lama perendaman EMS 0.77 % secara tunggal berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat 4 MST dan 12 MST, tetapi berpengaruh sangat nyata saat 6-10 MST. Pada peubah jumlah daun, lama perendaman EMS 0.77 %

berpengaruh sangat nyata pada 2-10 MST dan berpengaruh nyata saat 12 MST. Lama perendaman EMS 0.77 % juga berpengaruh nyata pada peubah jumlah tunas tanaman pada 4 MST dan berpengaruh sangat nyata saat 6-12 MST. Selanjutnya peubah jumlah akar tanaman juga dipengaruhi secara nyata oleh lama perendaman EMS 0.77 % saat 11 MST. Pengujian stomata menggambarkan bahwa lama perendaman EMS 0.77 % berpengaruh nyata pada ukuran panjang stomata dan berpengaruh sangat nyata pada lebar stomata (Tabel 2).

Nilai koefisien keragaman (KK) pada hasil penelitian ini besarnya yaitu 39.88 sampai 276.59 (Tabel 2). Eksplan diperoleh dari planlet yang sudah ada dan tidak terlalu jelas sudah berapa kali disubkultur, sehingga diduga faktor tersebut juga ikut mempengaruhi. Larkin (1987) melaporkan bahwa dengan melakukan subkultur yang berulang dapat meningkatkan keragaman fenotipe pada tanaman.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Seluruh Peubah Kuantitatif

No Peubah Umur

(MST)

Varietas (V)

Lama Perendaman EMS

0.77 % (L) V×L KK 1 Tinggi Tanaman 2 tn tn tn 39.88 4 tn * tn 42.4 6 tn ** tn 50.63 8 tn ** tn 62.32 10 tn ** tn 67.28 12 tn * tn 64.22 2 Jumlah Daun 2 ** ** tn 42.11 4 tn ** * 52.32 6 tn ** ** 46.89 8 tn ** * 51.22 10 tn ** * 52.31 12 tn * tn 53.07 3 Jumlah Tunas 3 tn tn tn 88.46 4 tn * * 80.79 6 tn ** ** 83.21 8 tn ** * 84.68 10 tn ** ** 71.02 12 * ** ** 77.36 4 Jumlah akar 9 tn tn tn 276.59 10 tn tn tn 295.35 11 ** * tn 198.27 12 tn tn tn 141.98 5 Jumlah Stomata 14 tn tn * 35.24 6 Jumlah Kloroplas* 14 ** tn * 31.61 7 Panjang Stomata 14 tn * tn 9.15 8 Lebar Stomata 14 tn ** ** 8.51

Keterangan: * = jumlah kloroplas dalam dua sel penjaga tn = tidak berpengaruh nyata (p > 5 %) * = berpengaruh nyata (p < 5 %) ** = berpengaruh sangat nyata (p < 1 %) KK = Koefisien Keragaman.

Persentase Eksplan Berkalus, Eksplan Bertunas, dan Eksplan Berakar

Pertumbuhan eksplan tunas krisan varietas Chandra Kirana dan Puspita Asri setelah perlakuan lama perendaman EMS 0.77 % yang berbeda menghasilkan respon yang berbeda dalam kemampuan eksplan untuk beregenerasi. Hal ini merupakan suatu indikasi adanya pengaruh fisiologis dari mutagen pada mutagenesis di dalam sel dan jaringan eksplan.

Kalus mulai terbentuk saat 3 MST pada varietas Chandra Kirana perlakuan kontrol, perendaman EMS 0.77 % selama 90 dan 105 menit. Perendaman EMS 0.77 % selama 120 menit pada Chandra Kirana dan seluruh perlakuan perendaman pada varietas Puspita Asri menghasilkan kalus saat 4 MST. Lama perendaman EMS 0.77 % tidak menunjukkan adanya kecenderungan pola pada persentase tumbuh kalus eksplan krisan. Hal ini dapat dilihat dari fluktuasi persentase kalus terhadap lama perendaman EMS 0.77 % yang berbeda (Tabel 3).

Kalus terbentuk pada pangkal batang tanaman (Gambar 10), tetapi terdapat sebagian kecil kalus yang tumbuh pada daun tanaman. Kalus tumbuh pada bagian pangkal batang tanaman diduga terjadi karena bagian pangkal batang merupakan bagian yang terluka akibat pemotongan sehingga kalus terbentuk. Tumbuhnya kalus pada pangkal tanaman diduga juga terjadi karena bagian tersebut langsung bersentuhan dengan media MS + BAP 1 ppm. Adanya penambahan BAP yang merupakan sitokinin pada media bereaksi dengan hormon auksin endogen yang terdapat pada pucuk tanaman sebagai eksplan.

Gambar 10. Kalus Muncul pada Pangkal Batang Planlet Krisan var. Chandra Kirana Perendaman EMS 0.77 % Selama 90 menit Saat 9 MST Wattimena et al. (1992) menyatakan bahwa Asam Indol Asetat (IAA) auksin diproduksi dipucuk dan ditranslokasikan secara base petal atau polair ke akar tanaman. Menurut Mariani (2003), zat pengatur tumbuh sitokinin berperan

dalam pembelahan sel dan morfogenesis, sedang auksin berperanan dalam mengatur pertumbuhan dan pemanjangan sel. Pemanjangan sel, pembelahan sel, morfogenesis dan pengaturan pertumbuhan merupakan proses yang sangat penting dalam pembetukan kalus dan selanjutnya diikuti pembentukan tunas.

Eksplan mulai bertunas saat 2 MST pada varietas Chandra Kirana, sedangkan varietas Puspita Asri mulai bertunas saat 3 MST. Kemampuan eksplan membentuk tunas bervariasi pada varietas dan lama perendaman EMS 0.77 %. Persentase eksplan bertunas pada varietas Chandra Kirana dan Puspita Asri mengalami penurunan pada perendaman EMS 0.77 % selama 90 menit yang masing-masing besarnya 40 % dan 33.33 %. Namun, lama perendaman EMS 0.77 % selama 120 menit (100 %) lebih besar dibandingkan kontrol (76.92 %) pada varietas Chandra Kirana.

Tabel 3. Jumlah dan Persentase Eksplan Berkalus, Eksplan Bertunas, dan Eksplan Berakar pada Berbagai Perlakuan Saat 10 MST.

Varietas Lama Perendaman EMS 0.77 % (menit) Jumlah Eksplan Total Jumlah Eksplan Berkalus Jumlah Eksplan Bertunas Jumlah Eksplan Berakar Chandr a Kirana 0 13 13 (100) 9 (76.92) 2 (15.38) 90 10 8 (80) 4 (40) 1 (10) 105 15 15 (100) 11 (73.3) 2 (13.33) 120 6 4 (66.67) 6 (100) 1 (16.67) Puspita Asri 0 15 15 (100) 14 (93.33) 4 (26.67) 90 6 3 (50) 2 (33.33) 2 (33.33) 105 8 7 (87.5) 4 (44.44) 1 (12.5) 120 2 2 (100) 1 (50) 0 (0)

Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase.

Hasil penelitian menunjukkan respon yang berbeda terhadap persentase berakar tanaman. Persentase berakar eksplan varietas Chandra Kirana cenderung meningkat dengan perendaman EMS 0.77 % selama 120 menit (16.67 %). Hal sebaliknya terjadi pada varietas Puspita Asri yang menghasilkan persentase eksplan bertunas yang semakin menurun seiring bertambahnya lama waktu perendaman EMS 0.77 % hingga mencapai 0 % pada perendaman EMS 0.77 % selama 120 menit (Tabel 3).

Respon yang beragam pada hasil persentase eksplan berkalus, bertunas, dan berakar diduga terjadi karena berbedanya varietas yang digunakan serta sifat khusus dari EMS itu sendiri yang dapat merubah susunan basa. Menurut

Nasir (2002) faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas mutagen kimia adalah spesies dan kekhususan mutagenik. Hasil penelitian Greene et al. (2003) pada tanaman arabidopsis menunjukkan 99% mutasi yang terjadi akibat EMS (20-40 mM selama 10-20 jam) adalah perubahan dari GC menjadi AT dengan 53 % perubahan pada G dan 47 % perubahan pada C.

Pada penelitian ini diduga terjadi perubahan susunan basa yang diakibatkan EMS. Perubahan susunan basa nitrogen tersebut diduga menyebabkan perubahan pada DNA yang mempengaruhi pembentukan enzim dan protein yang merespon hormon. Hal ini dapat menyebabkan proses reaksi selanjutnya terhadap pertumbuhan tanaman akan terhambat atau berkurang sehingga proses pembentukan kalus, akar, dan tunas berbeda-beda.

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan pada tanaman. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari permukaan media sampai titik tumbuh pada tunas yang tertinggi. Pertumbuhan tinggi yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan dihasilkan oleh interaksi varietas dengan lama perendaman EMS 0.77 %. Pertumbuhan tinggi tanaman semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman, kecuali pada varietas Puspita Asri dengan perendaman EMS selama 90 menit (Puspita Asri-90 menit). Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan kontrol varietas Puspita Asri (Puspita Asri-0 menit) yaitu 3.8 cm saat 10 MST (Gambar 11).

0 0 .5 1 1 .5 2 2 .5 3 3 .5 4 4 .5 5 2 4 6 8 1 0 1 2 U m u r (M S T ) T in g g i T a n a m a n ( c C K -0 C K -9 0 C K -1 0 5 C K -1 2 0 P A -0 P A -9 0 P A -1 0 5 P A -1 2 0 Keterangan : CK = Chandra Kirana

PA = Puspita Asri

0, 90, 105, 120 = berturut-turut lama perendaman EMS 0.77 % (menit).

Gambar 11. Rataan Tinggi Tanaman Pada Berbagai Perlakuan dan Umur Tanaman.

Pertumbuhan tinggi tanaman tidak dipengaruhi oleh varietas, tetapi dipengaruhi oleh faktor lama perendaman EMS 0.77 %. Pengaruh yang nyata terjadi pada 2 MST dan 12 MST. Pengaruh yang sangat nyata terjadi pada periode pertengahan penelitian yaitu pada 6-10 MST. Tanaman tertinggi saat 10 MST diperoleh pada perlakuan kontrol yaitu 3.26 cm. Hasil ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman EMS 0.77 % selama 120 menit (2.56 cm), namun berbeda nyata dengan perendaman selama 90 menit (1.19 cm) dan 105 menit sebesar 1.28 cm (Tabel 4).

Tabel 4. Pengaruh Lama Perendaman EMS terhadap Tinggi Tanaman KrisanIn vitro

Lama Perendaman Umur (MST)

EMS 0.77 % (menit) 4 6 8 10 12 ---cm---0 1.01 a 1.69 a 2.80 a 3.26 a 4.22 a 90 0.66 b 0.89 b 1.19 b 1.35 b 1.29 b 105 0.71 b 0.92 b 1.28 b 1.49 b 2.5 ab 120 0.78 ab 1.37 ab 1.95 ab 2.56 ab 3.02 ab

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5 %.

Hasil penelitian menggambarkan terjadinya respon linear tinggi planlet krisan varietas Chandra Kirana akibat lama perendaman EMS 0.77 % (Gambar 12.). Lama Perendaman EMS 0.77 % menyebabkan respon linear yang menurun terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Peningkatan satu menit lama perendaman EMS 0.77 % dapat menyebabkan tinggi tanaman varietas Chandra Kirana terhambat sebesar 0.0017 cm. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), maka respon perendaman EMS 0.77 % terhadap tinggi tanaman varietas Chandra Kirana dapat dijelaskan 1.5 % oleh persamaan linear pada Gambar 12.

Gambar 12. Respon Tinggi Planlet Krisan Varietas Chandra Kirana Akibat Lama Perendaman EMS 0.77 % pada 10 MST.

Hasil penelitian menggambarkan terjadinya respon linear tinggi planlet krisan varietas Puspita Asri akibat lama perendaman EMS 0.77 % (Gambar 13.). Lama Perendaman EMS 0.77 % menyebabkan respon linear yang menurun terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Peningkatan satu menit lama perendaman EMS 0.77 % dapat menyebabkan tinggi tanaman varietas Puspita Asri terhambat sebesar 0.0192 cm. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), maka respon perendaman EMS 0.77 % terhadap tinggi tanaman varietas Puspita Asri dapat dijelaskan 93 % oleh persamaan linear pada Gambar 13. Tampak bahwa varietas Puspita Asri lebih berespon terhadap lama perendaman EMS 0.77 % dibandingkan dengan varietas Chandra Kirana.

Gambar 13. Respon Tinggi Planlet Krisan Varietas Puspita Asri Akibat Lama Perendaman EMS 0.77 % pada 10 MST.

Hal ini menunjukkan bahwa EMS 0.77 % mampu menghambat tinggi tanaman. Poerba et al. (2009) melaporkan bahwa induksi mutasi dengan EMS pada kultur in vitro iles-iles (A. Muelleri) menyebabkan pertumbuhan kultur terhambat. Jumlah tunas, jumlah akar, dan tinggi tunas tanaman iles-iles cenderung menurun sejalan dengan bertambahnya konsentrasi EMS.

Jumlah Daun

Pengamatan terhadap jumlah daun dihitung berdasarkan jumlah daun yang telah membuka. Interaksi antara varietas dengan lama perendaman EMS 0.77 % berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun saat 4, 8, dan 10 MST, serta berpengaruh sangat nyata saat 6 MST (Tabel 5). Rata-rata jumlah daun terbanyak

pada 10 MST dihasilkan oleh kombinasi perlakuan Chandra Kirana-120 menit (45.8) tidak berbeda nyata dengan kombinasi Puspita Asri-0 menit (43.1).

Tabel 5. Interaksi Varietas dengan Lama Perendaman EMS 0.77 % terhadap Jumlah Daun per Planlet

Varietas Lama Perendaman EMS 0.77 % (menit) Umur (MST) 2 4 6 8 10 12 Chandra Kirana 0 3.56 8.57 ab 12.00 c 19.50 bc 23.71 bc 45.50 90 2.11 5.87 b 10.67 c 15.50 c 21.17 c 25.00 105 2.25 7.17 b 14.78 bc 21.69 bc 24.00 bc 26.50 120 2.80 9.70 ab 24.10 ab 40.10 a 45.80 a 52.75 Puspita Asri 0 7.00 13.30 ab 30.30 a 33.40 ab 43.10 ab 46.17 90 2.92 4.42 b 5.90 c 7.50 c 18.00 c 5.25 105 4.30 4.70 b 12.70 c 13.80 c 10.00 c 21.90 120 4.37 4.62 b 11.83 c 21.00 bc 24.50 bc 37.50 Interaksi VxL tn * ** * * tn

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

tn = tidak berpengaruh nyata (p > 5 %) * = berpengaruh nyata (p < 5 %) ** = berpengaruh sangat nyata (p < 1 %).

Hasil penelitian menggambarkan terjadinya respon linear jumlah daun krisan varietas Chandra Kirana akibat lama perendaman EMS 0.77 %. Lama Perendaman EMS 0.77 % menyebabkan respon linear yang meningkat terhadap jumlah daun tanaman. Peningkatan satu menit lama perendaman EMS 0.77 % dapat meningkatkan jumlah daun tanaman krisan varietas Chandra Kirana sebesar 0.1252. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), maka respon perendaman EMS 0.77 % terhadap jumlah daun varietas Chandra Kirana dapat dijelaskan 24.17 % oleh persamaan linear pada Gambar 14.a.

Gambar 14. Respon Jumlah Daun Krisan Akibat Lama Perendaman EMS 0.77 % saat 10 MST pada: (a) Var. Chandra Kirana dan (b) Var. Puspita Asri.

Hasil penelitian menggambarkan terjadinya respon linear jumlah daun krisan varietas Puspita Asri akibat lama perendaman EMS 0.77 % (Gambar 14.b). Lama Perendaman EMS 0.77 % menyebabkan respon linear yang menurun terhadap jumlah daun tanaman. Peningkatan satu menit lama perendaman EMS 0.77 % dapat menghambat jumlah daun tanaman krisan varietas Puspita Asri sebesar 0.1849. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), maka respon perendaman EMS 0.77 % terhadap jumlah daun varietas Puspita Asri dapat dijelaskan 67.38 % oleh persamaan linear pada Gambar 14.b.

Lama perendaman EMS 0.77 % memberikan hasil yang berbeda pada kedua varietas. Pada varietas Puspita Asri, lama perendaman EMS 0.77 % secara umum mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan daun. Namun sebaliknya, semakin lama perendaman EMS 0.77 % secara umum menyebabkan pertumbuhan daun semakin banyak. Respon yang berbeda diduga muncul karena perbedaan genetik serta perbedaan ketahanan dan kepekaan terhadap lama perendaman EMS 0.77 % diantara krisan varietas Puspita Asri dan varietas Chandra Kirana.

Jumlah Tunas Tanaman

Pengamatan pertumbuhan tunas bertujuan untuk melihat sejauh mana pengaruh mutagen kimia terhadap keragaman yang terjadi pada tunas atau planlet. Pertumbuhan jumlah tunas cenderung semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman, kecuali pada perlakuan kombinasi Chandra Kirana-0 menit, Chandra Kirana-90 menit, Puspita Asri-0 menit serta Puspita Asri-90 menit yang

mengalami penurunan sejak 10-12 MST (Tabel 6). Hal ini terjadi karena banyak planlet yang mengalami kontaminasi dan tidak bisa diselamatkan saat 11 MST sehingga banyak data yang hilang.

Tabel 6. Interaksi Varietas dengan Lama Perendaman EMS 0.77 % terhadap Jumlah Tunas Tanaman Krisan

Varietas Lama Perendaman EMS 0.77 % Umur (MST) 4 6 8 10 12 Chandra Kirana 0 1.57 bc 1.64 B c 2.36 b 2.43 bc 0.50 b 90 1.44 bc 1.42 bc 1.58 b 2.50 bc 1.75 b 105 1.50 bc 2.00 bc 2.50 b 2.87 bc 3.25 b 120 3.50 a 5.40 a 6.50 a 7.70 a 8.25 a Puspita Asri 0 2.50 ab 3.70 ab 3.05 b 4.50 bc 4.00 ab 90 0.50 c 0.30 c 0.30 b 0.60 c 0.00 b 105 0.67 c 1.42 bc 1.50 ab 1.60 bc 1.60 b 120 1.30 bc 1.00 c 1.33 b 1.33 c 1.67 ab Uji F * ** * ** *

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

* = berpengaruh nyata (p < 5 %) ** = berpengaruh sangat nyata (p < 1 %).

Hasil penelitian menggambarkan terjadinya respon linear jumlah tunas krisan varietas Chandra Kirana akibat lama perendaman EMS 0.77 % (Gambar 15.a). Lama Perendaman EMS 0.77 % menyebabkan respon linear yang meningkat terhadap jumlah tunas tanaman. Peningkatan satu menit lama perendaman EMS 0.77 % dapat meningkatkan jumlah tunas tanaman krisan varietas Chandra Kirana sebesar 0.0283. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), maka respon perendaman EMS 0.77 % terhadap jumlah tunas varietas Chandra Kirana dapat dijelaskan 28.89 % oleh persamaan linear pada Gambar 15.a.

Hasil penelitian menggambarkan terjadinya respon linear jumlah tunas krisan varietas Puspita Asri akibat lama perendaman EMS 0.77 % (Gambar 15.b). Lama Perendaman EMS 0.77 % menyebabkan respon linear yang menurun terhadap jumlah tunas tanaman. Peningkatan satu menit lama perendaman EMS 0.77 % dapat menghambat jumlah tunas tanaman krisan varietas Puspita Asri sebesar 0.0092. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), maka respon perendaman EMS 0.77 % terhadap jumlah tunas varietas Puspita Asri dapat dijelaskan 20.65 % oleh persamaan linear pada Gambar 15.b.

y = 0.0283x + 1.5501 R² = 0.2889 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 50 100 150 J u m l a h T u n a s

Lama Perendaman EMS 0.77 % (menit)

y = -0.0092x + 3.9415 R² = 0.2065 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 0 50 100 150 J u m l a h T u n a s

Lama Perendaman EMS 0.77 % (menit)

Gambar 15. Respon Jumlah Tunas Krisan Akibat Lama Perendaman EMS 0.77 % saat 10 MST pada: (a) Var. Chandra Kirana dan (b) Var. Puspita Asri.

Perendaman EMS 0.77 % dapat bersifat positif pada jumlah tunas varietas Chandra Kirana, tetapi juga dapat bersifat negatif atau menghambat terhadap varietas Puspita Asri. Sifat positif hasil perendaman EMS terhadap jumlah tunas pernah dilaporkan sebelumnya. Manzilla et al. (2010) menyatakan rata-rata jumlah tunas tanaman cabai (Capsicum annum L.) genotipe PBC495 dan Gelora yang diberi perlakuan EMS 0.5% selama 60 menit cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pada kondisi kontrol. Perendaman EMS yang bersifat negatif atau menghambat pertumbuhan jumlah tunas juga telah dilaporkan sebelumnya pada tanaman abaka (Purwatiet al.,2008), purwoceng (Ajijah, 2009), dan Iles-iles (Poerbaet al., 2009).

(a)

Gambar 16. Keragaan Pertumbuhan TunasIn vitroKrisan Varietas Chandra Kirana saat 9 MST pada berbagai lama perendaman EMS 0.77 %. a-d : berturut-turut perendaman EMS 0.77 % selama 0, 90, 105, 120 menit.

Perendaman EMS 0.77 % dapat menyebabkan terjadinya keragaman pertumbuhan tunas dengan lama perendaman yang berbeda (Gambar 16 a-d). Tanaman kontrol memiliki tunas yang sedikit, tetapi lebih tinggi (Gambar 16 a). Hal ini sangat berbeda dengan pertumbuhan tunas hasil perendaman EMS 0.77 % selama 120 menit yang memiliki banyak tunas, tetapi kerdil (Gambar 16 d).

Pertumbuhan Akar Tanaman

Interaksi antara varietas dengan lama perendaman EMS 0.77 % tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar tanaman. Akar mulai tumbuh sejak 9 MST pada semua perlakuan dan varietas, kecuali pada varietas Puspita Asri dengan lama perendaman EMS 0.77 % selama 105 menit (10 MST) dan 120 menit (11 MST). Rata-rata jumlah akar yang terbanyak dihasilkan oleh perlakuan kontrol varietas Puspita Asri (5.39) saat 11 MST (Tabel 7).

Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar tanaman, sedangkan lama perendaman EMS 0.77 % bepengaruh nyata. Varietas yang memiliki respon terbaik yaitu Puspita Asri (2.37) yang berbeda sangat nyata dengan varietas Chandra Kirana (0.19). Rata-rata jumlah akar terbanyak dihasilkan kontrol (2.59) yang tidak berbeda nyata dengan perendaman EMS 0.77 % selama 105 menit (0.68), tetapi berbeda nyata dengan perendaman selama 90 menit (0.10) dan 120 menit sebesar 0.28 (Tabel 7).

Tabel 7. Pengaruh Lama Perendaman EMS 0.77 % dan Varietas terhadap Jumlah Akar pada 11 MST

Perlakuan Jumlah Akar

Lama Perendaman EMS 0.77 % (menit)

0 2.59 a 90 0.10 b 105 0.68 ab 120 0.28 b Uji F * Varietas Candra Kirana 0.19 k Puspita Asri 2.37 j Uji F **

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

* = berpengaruh nyata (p < 5 %) ** = berpengaruh sangat nyata (p < 1 %).

Hasil penelitian menggambarkan terjadinya respon linear jumlah akar krisan varietas Chandra Kirana akibat lama perendaman EMS 0.77 % (Gambar 17.a). Lama Perendaman EMS 0.77 % menyebabkan respon linear yang meningkat terhadap jumlah akar tanaman. Peningkatan satu menit lama perendaman EMS 0.77 % dapat meningkatkan jumlah akar tanaman krisan varietas Chandra Kirana sebesar 0.0003. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), maka respon perendaman EMS 0.77 % terhadap jumlah akar varietas Chandra Kirana dapat dijelaskan 13.2 % oleh persamaan linear pada Gambar 17.a.

Hasil penelitian menggambarkan terjadinya respon linear jumlah akar krisan varietas Puspita Asri akibat lama perendaman EMS 0.77 % (Gambar 17.b). Lama Perendaman EMS 0.77 % menyebabkan respon linear yang menurun terhadap jumlah akar tanaman. Peningkatan satu menit lama perendaman EMS 0.77 % dapat menghambat jumlah akar tanaman krisan varietas Puspita Asri sebesar

Dokumen terkait