• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini, untuk menguji apakah kuesioner yang digunakan valid dan reliabel, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat mewakili obyek yang diamati. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat diandalkan dan dapat dijadikan sebagai alat ukur, apabila pengukuran diulangi. Proses pengolahan data menggunakan komputer dengan program SPSS versi 19.0

Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment dan hasilnya akan dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi r. Uji coba kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui apakah butir pertanyaan dalam kuesioner memenuhi syarat sah atau valid secara konten maupun isi dari apa yang ingin diukur. Apakah kuesioner secara konten sudah mewakili obyek yang ingin diamati, dalam hal ini apakah secara konten butir-butir pertanyaannnya memang berkaitan dengan motivasi dan kepuasan sesuai dengan obyek yang ingin diamati sebagai dasar untuk dijadikan sebagai data utama penelitian.

Uji validitas menghasilkan nilai r kritis (product moment) dari jumlah

responden sebanyak 3η orang adalah 0.27η pada selang kepercayaan 9η% (α =

0.275). Sementara nilai corrected item-total dari seluruh pernyataan mempunyai rata-rata nilai sebesar 0.9. Hal ini menunjukkan bahwa pernyataan yang diberikan dalam tabel kuesioner valid (0.9 > 0.275). Hasil Uji Validitas tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten bila alat ukur tersebut digunakan berulang kali, atau suatu uji yang menunjukkan sejauh mana pengukuran ini dapat memberikan hasil yang relatif tidak beda bila dilakukan pengulangan pengukuran terhadap subyek yang sama. Metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah teknik Alpha Cronbach dan pengolahan data dilakukan dengan bantuan software SPSS 19.00. Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS 19.00, nilai Cronbach’s Alpha dari instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 0,996. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai r hitung (0,996) lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel (0,361) sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini telah reliable.

Karakteristik Responden

Responden merupakan dosen tetap STIE Kesatuan berdasarkan data tahun 2012. Deskripsi karakteristik responden diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada pegawai di lingkungan STIE Kesatuan. Responden yang diibatkan dalam penelitian ini adalah seluruh dosen tetap berdasarkan data tahun

2012, yaitu sebanyak 60 orang. Karakteristik responden dilihat dari sisi jenis kelamin, usia, masa kerja, pendidikan dan status pegawai.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Secara umum responden dalam penelitian ini yang berjenis kelamin pria berjumlah 45 orang atau sebesar 75 persen dan responden yang berjenis kelamin wanita berjumlah 15 orang atau sebesar 25 persen. Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik Frekuensi Persentase

 Laki-laki Perempuan 45 15 75% 25% Total 60 100%

Meskipun jumlah antara responden laki-laki dan perempuan berbeda, namun, baik laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan yang nyata pada variabel-variabel yang ada dalam kuesioner. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 2 dimana di sana disajikan tabel yang menunjukkan perbandingan rata-rata (mean) antara responden laki-laki dan permpuan dalam variabel yang digunakan. Perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari nilai p-value statistic uji t yang besarnya <0.05. Semua variabel dalam kuesioner menunjukkan nilai p-value lebih dari 0.05 (>0.05) maka semua variabel tidak berbeda nyata.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Responden dalam penelitian ini yang berusia 41-50 tahun memiliki persentase tertinggi yaitu sebanyak 45 orang atau sebesar 91,6% dibandingkan kelompok usia lainnya. Kemudian diikuti kelompok responden dengan usia 30-40 sebanyak 12 orang atau sebesar 20%. Setelah itu diikuti kelompok responden dengan usia >50 tahun sebanyak 3 orang atau sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa STIE Kesatuan memiliki dosen muda yang potensial dan bersemangat dalam meningkatkan pengembangan diri dan karir mereka.

Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan usia

Karakteristik Frekuensi Persentase

Kelompok Usia  30 – 40  41 – 50  >50 12 45 3 20% 75% 5% Total 60 100%

Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa kerja erat hubungannya dengan pengalaman, kepercayaan diri yang tinggi dan emahaman job description yang lebih baik. Lama masa kerja pada umumnya berkaitan dengan tingkat loyalitas yang dimiliki oleh seorang pegawai (dosen). Data mengsponden lah memiliki masa kerja lebih dari 6 tahun. Persentase responden terbesar adalah kelompok responden dengan masa kerja 11-15 tahun yaitu sebanyak 29 orang sebesar 36.67 persen. Sedangkan persentase responden terendah adalah kelompok responden dengan masa kerja 6-10 tahun yaitu sebanyak 9 orang atau sebesar 15 persen. Sedangkan kelompok responden dengan masa kerja >15 tahun sebanyak 22 orang sebesar 36.67 persen. Berdasarkan deskripsi masa kerja dapat diketahui bahwa secara umum responden

mampu menjawab kuesioner dan memberikan informasi yang sesuai dengan substansi penelitian karena telah pengalaman kerja yang cukup. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.

Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan masa kerja

Karakteristik Frekuensi Persentase

Lama Bekerja  3 - 5  6 – 10  11 – 15  >15 - 9 29 22 - 15% 48,33% 36.67% Total 60 100%

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan UU RI No.14 Tahun 2005 pasal 46, pemerintah mengharuskan setiap dosen memiliki kualifikasi akademik minimum, yaitu lulusan program magister untuk dosen program diploma atau program sarjana dan lulusan program doktor untuk dosen program pascasarjana. Dosen adalah sebutan untuk tenaga pendidik pada perguruan tinggi. Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. STIE Kesatuan telah memenuhi persyaratan minimum yang diberikan oleh pemerintah. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut.

Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Karakteristik Frekuensi Persentase

Status Pendidikan  S1  S2  S3 6 45 9 10% 45% 15% Total 60 100%

Responden dengan tingkat pendidikan S2 merupakan jumlah terbanyak dengan persentase sebesar 45%, diikuti responden dengan latar belakang pendidikan S3 sebesar 15%, responden dengan latar belakang pendidikan S1 sebanyak 10%. STIE Kesatuan merupakan instiusi pendidikan yang sedang berkembang dan selalu mendorong dosen untuk meningkatkan kemampuannya melalui peningkatan jenjang pendidikan terutama pada dosen yang masih memiliki jenjang pendidikan S1 dan S2. Banyaknya peluang beasiswa bagi dosen juga menjadi motivasi bagi para dosen tetap untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Hasil Analisis Partial Least Square (PLS) Pengaruh Motivasi (faktor motivator dan faktor hygine) terhadap kepuasan

Metode analisis yang dilakukan untuk mengetahui bentuk dan besarnya pengaruh konstruk laten independen (endogen) yaitu kepuasan kerja terhadap konstruk dependen (eksogen) yaitu faktor motivator dan faktor hygine. Metode analisis dilakukan dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) yang diolah dengan Smart PLS 2.0. Model awal pada project PLS tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Model awal PLS (Data diolah 2013).

Bentuk hubungan multidimensi antara konstruk second order, konstruk first order dan indikator-indikatornya dalam penelitian ini terbentuk menjadi formatif indicator dan reflektif indicator. Pada penelitian ini konstruk second order meliputi dua faktor pembentuk motivasi menurut teori Herzberg, yaitu faktor motivator, faktor hygine, dan kepuasan.

Setelah model terbentuk dengan menggunakan smartPLS, dilakukan evaluasi model pengukuran. Evaluasi model pengukuran hubungan konstrak dengan indikatornya yang bersifat reflektif meliputi pemeriksaan convergent validity dan discriminant validity. Pemeriksaan convergent validity meliputi validitas indikator (nilai loading factor beserta nilai t-statistic), reliabilitas konstrak, dan nilai AVE. Pemeriksaaan terhadap indikator yang bersifat formatif dilakukan dengan melihat indikator reliability dan indikator collinierity. Indikator reliability menganalisis kepentingan setiap indikator yang membentuk konstrak. Pemeriksaan ini meliputi dua hal, yaitu tanda atau arah indikator sesuai dengan yang dihipotesiskan dan weight setiap indikator paling sedikit adalah 0.20 serta signifikansi dengan pengujian t-statistic. Pada model awal terlihat bahwa konstruk indikator formatif yang terbentuk ada yang kurang dari 0.2, maka dilakukan penghilangan (drop) dan kemudian melakukan penghitungan lagi dengan menggunakan PLS Algoritm. Hasil model yang terbentuk adalah sebagai berikut.

Gambar 6 Model PLS Algoritm setelah pemeriksaan indikator (data diolah 2013).

Evaluasi Indikator yang Bersifat Reflektif

Pengujian kelayakan model dilakukan terhadap outer model-reflektif yaitu pada indikator pembentuk kepuasan. Evaluasi model pengukuran hubungan konstrak dengan indikatornya yang bersifat reflektif meliputi pemeriksaan convergent validity dan discriminant validity. Pemeriksaan convergent validity meliputi validitas indikator (nilai loading factor beserta nilai t-statistic), reliabilitas konstrak, dan nilai AVE. Menurut Ghozaly (2008), evaluasi outher model-reflektif dilakukan berdasarkan tiga criteria yaitu convergent validity, discriminant validity, dan composite reliability. Terdapat dua criteria dalam pengujian kelayakan inner model menurut Ghozaly (2008), yaitu berdasarkan R- square pada konstruk second order untuk mengidentifikasi kategori model dan path coefisien untuk pengujian hipotesis.

Gambar 7 Konstruk first order dengan indikator reflektif (data diolah 2013). Evaluasi outher model reflektif pada konstruk second order dilakukan terhadap konstruk first ordernya. Evaluasi indikator pada setiap konstruk first order dilakukan dengan menggunakan tiga kriteria yang telah disebutkan sebelumnya. Kriteria dan standarisasi evaluasi outher model dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8 Kriteria dan standarisasi dalam evaluasi outher model-refleksi

Kriteria Standar Keterangan

Convergent validity (Reliabilitas indikator)

Nilai loading > 0.50 Menilai kekuatan indikator dalam merefleksikan konstruk laten Chin (1998) menyatakan jika nilai loading <0.50 maka indikator harus di drop

Discriminant validity Nilai cross loading korelasi indikator ke konstruk latennya lebih besar dari konstruk laten-laten lain

Mengukur ketepatan model refleksi

Composite reliability(ρc) ρc > 0.6 Kestabilan dan konsistensi

internal indikator yang baik.

Sumber : Pujiwati, 2012

Convergent Validity (Reliabilitas Indikator)

Reliabilitas indikator dicerminkan dari nilai loading factor yang merefleksikan kekuatan interelasi antara konstruk first order dengan indikator- indikatornya. Pada Gambar 7, dapat dilihat bahwa indikator pembentuk konstruk kepuasan terbentuk secara reflektif. Nilai loading yang terbentuk semuanya lebih dari 0.5. Nilai convergent validity digunakan untuk mengukur tingkat refleksi intererasi indikator terhadap konstruk first order. Hasil analisis pada tabel di bawah ini menunjukkan indikator dalam menggambarkan konstruk first order-nya. Tabel 9 Outher loading (Mean, STDEV, T-value)

Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) Standard Error (STERR) T Statistics (|O/STERR|) A1 <- kehadiran 0.713373 0.713121 0.026521 0.026521 26.89836 A2 <- kehadiran 0.848634 0.844437 0.026228 0.026228 32.35591 P1 <- produkivitas 0.915946 0.915668 0.010584 0.010584 86.54318 P2 <- produktivitas 0.745339 0.746258 0.035224 0.035224 21.16022 P3 <- produktivitas 0.713068 0.715167 0.036743 0.036743 19.40706 U1 <- tdk undur diri 0.918878 0.91856 0.00722 0.00722 127.2642 U2 <- tdk undur diri 0.859604 0.859774 0.022954 0.022954 37.44881

Sumber : Hasil olahan boothstrapping SmartPLS 2.0 (data diolah)

Dari hasil output Smart PLS tersebut dapat dilihat bahwa semua nilai loading factor (original sample (O)) A1, A2, P1, P2, P3, U1, dan U2 lebih dari 0.5 dengan nilai t-hitung dibawah 1.96 pada selang kepercayaan 95 persen. Berdasarkan data tersebut, maka semua indikator tersebut valid.

Uji Reliabilitas Konstruk

Disamping uji validitas konstruk, dilakukan pula uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan composite reliability dari blok indikator yang mengukur konstruk. Nilai composite reliability dapat dilihat pada nilai outher model loading masing-masing variabel laten. Reliabilitas komposit konstruk first order pada motivasi dan kepuasan baik. Hal ini dapat dilihat pada nilai konstruk yang dibentuk lebih dari 0.7. Hal ini menunjukkan terdapat kestabilan dan konsistensi internal indikator yang baik. Nilai composite reliability tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Berdasarkan hasil output olahan PLS Algoritm pada konstruk kepuasan, nilai composite reliability sebesar 0.934618 dan conbranch alpha

0.917037 (diatas 0.7) serta nilai AVE diatas 0.5, yaitu sebesar 0.673613 sehingga dapat dikatakan konstrak memliki reliabilitas yang baik.

Convergent Validity

Pemeriksaan convergent validity dilakukan dengan melihat cross loading. Nilai cross loading untuk setiap indikator diperoleh dari proses PLS Algorithm. Jika dilihat pada Tabel Outher loading (Mean, STDEV, T-value) di atas dapat dilihat bahwa semua indikator memiliki loading factor lebih dari 0.5, sehingga dapat dikatakan bahwa konstruk memiliki convergent validity yang baik. Nilai cross loading juga menunjukkan adanya discriminate validity yang baik. Oleh karena nilai korelasi indikator terhadap konstruknya lebih tinggi dibandingkan nilai korelasi indikator dengan konstruk lainnya. Nilai Cross loading tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10 Output cross loadings

kehadiran produktivitas tdk undur diri

A1 0.864012 0.413413 0.668019 A2 0.944728 0.582697 0.828826 P 1 0.677001 0.936113 0.797717 P 2 0.411391 0.9504 0.485072 P 3 0.381889 0.912247 0.468668 U 1 0.895111 0.646511 0.975749 U 2 0.715596 0.657843 0.964416

Sumber : Hasil PLS Algoritm (data diolah, 2013)

Hasil output crossloading di atas, diperoleh hasil bahwa setiap indikator berkorelasi lebih tinggi dengan konstraknya masing-masing dibandingkan dengan konstrak lainnya. Sebagai ilustrasi, nilai cross loading factor A1 pada konstruk Kehadiran adalah sebesar 0.864012 yang lebih tinggi dibandingkan dengan konstruk lain, yaitu Produktivitas (sebesar 0.413413), dan Tidak Undur Diri (sebesar 0.668019).

Evaluasi Indikator yang Bersifat Formatif

Pemeriksaaan terhadap indikator yang bersifat formatif dilakukan dengan melihat indikator reliability dan indikator collinierity. Indikator reliability menganalisis kepentingan setiap indikator yang membentuk konstrak. Berikut adalah evaluasi terhadap indikator yang bersifat formatif.

Indikator Reliability

Pemeriksaan terhadap indikator reliability (validitas indikator) meliputi tanda pada koefisien outher weight sesuai hipotesis (positif) dan nlai outher weight. Hasil outher weight didapat dari proses Bootstrapping (Tabel 11). Pemeriksaan terhadap indikator reliability (validitas indikator) meliputi tanda pada koefisien outher weight sesuai dengan hipotesis (positif) dan nilai outher weight . Seluruh indikator yang membentuk konstruk hygine dan motivactor factor memiliki nilai diatas 0,2 dengan nilai t-statistic lebih dari 1,95 (pada selang kepercayaan 95%) menunjukkan indikator yang dibentuk signifikan.

Tabel 11 Hasil Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) Standard Error (STERR) T Statistics (|O/STERR|) H1 0.595396 0.596086 0.040329 0.040329 0.595396 H2 0.766564 0.767855 0.023204 0.023204 0.766564 H3 0.573843 0.577488 0.027738 0.027738 0.573843 H4 0.599376 0.59948 0.037147 0.037147 0.599376 H5 0.595396 0.596086 0.040329 0.040329 0.595396 H6 0.524526 0.529039 0.032297 0.032297 0.524526 M1 0.759194 0.759631 0.033754 0.033754 22.49201 M2 0.758195 0.758783 0.032234 0.032234 23.52148 M3 0.720647 0.725936 0.018719 0.018719 38.49823 M4 0.839058 0.837264 0.029519 0.029519 28.42405 M5 0.777448 0.780702 0.03072 0.03072 25.3075 M6 0.524607 0.531673 0.033505 0.033505 15.65736 M7 0.759194 0.759631 0.033754 0.033754 22.49201

Sumber : Hasil olahan boothstrapping SmartPLS 2.0 (data diolah) Indikator collinierrity

Pemeriksaan indikator collinearity dilakukan dengan melihat hasil output VIF (output dari XLSTAT). Pemeriksaan indikator tersebut dilakukan setiap konstruk. Hasil dari pengolahan XLSTAT dapat dilihat pada Lampiran 4. Korelasi antara indikator formatif pada tiap-tiap konstruk adalah dengan nilai VIF (dibawah 10) sehingga dapat dikatakan tidak terdapat masalah multikolinier. Pada konstruk H7, hanya terdapat satu indikator, sehingga tidak dapat dilakukan pemeriksaan indikator collinearity. Oleh karena konstruk H7 tidak memenuhi persyaratan reliability pada indikatornya, maka konstruk H7 dapat dihilangkan. Model Struktural yang dibentuk setelah konstruk H7 dihilangkan adalah sebagai berikut.

Gambar 8 Model PLS setelah uji validitas indikator formatif (data diolah 2013). Evaluasi Model Struktural

Evaluasi model structural diawali dengan melihat nilai t-statistik hubungan antar konstak yang dihipotesiskan, kemudian nilai R2 yang menggambarkan besarnya kemampuan konstrak laten eksogen menjelaskan

konstrak laten endogen (Yamin, 2011). Nilai tersebut dapat dilihat pada hasil Bootstrapping dari SmartPLS sebagai berikut.

Tabel 12 Hasil Path Coeficients (Mean, STDEV, T Value)

Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) Standard Error (STERR) T Statistics (|O/STERR|) Hygine -> Kepuasan 0.444233 0.4484 0.036801 0.036801 12.07121 Motivator -> Kepuasan 0.627144 0.62467 0.029 0.029 21.62554

Sumber : Hasil Bootstrapping Smart PLS (data diolah 2013)

Berdasarkan tabel di atas, semua hubungan hubungan antar konstrak yang dihipotesiskan adalah hygine factor dengan kepuasan dan motifactor factor dengan kepuasan. Besarnya hubungan yang ada dalam hipotesis dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 9 Ilustrasi hubungan antar konstrak yang dihipotesiskan Hipotesis 1 : Motivator factors berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai

Hipotesis 1 menyatakan bahwa motivator factor berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Berdasarkan Tabel 16 di atas, dapat dilihat bahwa motivator factor berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja. Hal ini didasarkan pada nilai koefisiennya sebesar 0.627144. Hubungan tersebut signifikan, karena memiliki nilai t-hitung lebih dari 1.96 pada selang kepercayaan 95 persen yaitu sebesar 21.62554.

Hipotesis 2 : Hygine factors berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai Hygine Factor memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan kerja. Berdasarkan Tabel 16 di atas, dapat dilihat nilai koefisiennya sebesar 0.444233. Hygine factor dan kepuasan kerja berpengaruh secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung diatas 1.96 pada selang kepercayaan 95 persen yaitu sebesar 12.07121.

Hipotesis 3 : Motivator Factors atau Hygine Factors yang lebih besar pengaruhnya terhadap kepuasan kerja pegawai

Pengaruh Herzberg Two Factors Motivation Theory yang lebih besar pengaruhnya terhadap kepuasan kerja pegawai di dosen STIE Kesauan adalah Motivator factors. Hal ini dapat di lilihat dari besarnya t-hitung Motivator factor yang lebih besar daripada hygine factor.

Analisis tiap faktor dari Motivactor Factor dan Hygine Factor

Faktor-faktor yang membentuk konstruk hygine factor dan motivator factor merupakan faktor-faktor yang membentuk kepuasan kerja. Masing-masing dari konstruk tersebut direfleksikan oleh beberapa konstruk yang menunjukkan faktor

Motivactor factor

Hygine Factor Kepuasan

H1 (+)

dari masing-masing faktor tersebut. Hasil nilai loading dari masing-masing konstruk tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13 Nilai loading konstruk hygine factor dan motivator factor

Hygine Factor Nilai Loading Motivator Factor Nilai Loading

H2 : Penyeliaan 0.766564 M4 : Keterlibatan 0.839058

H4 : Kondisi Kerja 0.599376 M5 : Tanggung jawab 0.777448

H1 : Kebijakan Administratif 0.595396 M1 : Prestasi 0.759194

H5 : Gaji 0.595396 M7 : Kesempatan untuk maju 0.759194

H3 : Hubungan dengan

penyelia/atasan 0.573843

M2 : Penghargaan

0.758195 H6 : Hubungan dengan rekan kerja 0.524526 M3 : Pekerjaan itu sendiri 0.720647

H2 : Penyeliaan 0.766564 M6 : Pengembangan 0.524607

Hygine Factor

Konstruk second order hygine factor direfleksikan oleh 7 (tujuh) konstruk first order, yaitu H1 : kebijakan administratif, H2 : Penyeliaan, H3 : Hubungan dengan penyelia/atasan, H4 : Kondisi Kerja, H5 : Gaji, H6 : Hubungan dengan rekan kerja, dan H7: Keamanan Kerja (security). Masing-masing konstruk first order dipertegas oleh beberapa indikator. Dari hasil pada tabel di atas, nilai tertinggi terdapat pada penyeliaan.

Proses penyeliaan di STIE Kesatuan dilakukan secara rutin dan berkala. Hal ini menjadi penting karena hal tersebut sangat menentukan reputasi sebagai dosen dimata mahasiswa dan rekan sekerja, karena hasil dari penyeliaan tersebut akan dipresentasikan di depan para dosen untuk mengevaluasi kinerja mereka. Hasil penilaian dari mahasiswa merupakan penilaian yang utama, karena institusi merupakan institusi swasta dimana mahasiswa dijadikan sebagai asset dalam mempromosikan institusi di masyarakat. Penilaian yang baik akan memberikan dampak pada hubungan dosen dengan atasan juga baik, karena atasan akan memberikan apresiasi yang baik atas kinerjanya dalam memberikan pengajaran yang baik bagi mahasiswa.

Hasil penyeliaan yang baik akan membuat kondisi kerja menjadi baik. Institusi akan berusaha memenuhi fasilitas pendukung yang dibutuhkan agar kegiatan pembelajaran menjadi lancar, terutama pada mata kuliah yang diampu oleh dosen tertentu yang memiliki nilai penyeliaan yang baik. Dengan adanya penyeliaan tersebut, maka sesama rekanan kerja akan menciptakan hubungan yang harmonis, dimana sesama rekan kerja dituntut untuk saling bantu membantu dan saling bertukar pikiran bagaimana untuk menghadapi mahasiswa agar proses pembelajaran dapat dilakukan dengan baik. Seiring dengan peningkatan kinerja tersebut, maka institusi akan meningkatkan kompensasi yang ada dan memberikan kebijaksanaan administratif yang baik di dalam dan di luar institusi.

Motivator Factor

Konstruk second order motivation factor direfleksikan oleh 7 (tujuh) konstruk first order, yaitu M1 : Prestasi, M2 : Penghargaan, M3 : pekerjaan itu sendiri, M4 : Keterlibatan, M5 : tanggung jawab, M6 : Kesempatan untuk maju, dan M7 : Pengembangan karir. Nilai loading pada faktor-faktor tersebut besar (di

atas 0.7), hal ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor tersebut mampu merefleksikan konstruk motivator factor dengan baik. Nilai loading tertinggi terdapat pada keterlibatan yaitu sebesar 0.839, diikuti dengan tanggung jawab sebesar 0.777, prestasi sebesar 0.759, kesempatan untuk maju sebesar 0.759, pengharhaan sebesar 0.758, pekerjaan itu sendiri sebesar 0.720, pengembangan sebesar 0.525.

Hal ini menggambarkan bahwa keterlibatan merupakan faktor yang harus dimiliki dosen. STIE Kesatuan merupakan institusi yang sedang berkembang saat ini, sehingga keterlibatan ini sangat diperlukan untuk lebih meningkatkan perkembangannya secara internal dan eksternal. Hal ini karena keterlibatan merupakan sarana dalam menciptakan inisiatif individu. Dengan rasa ingin terlibat yang tinggi maka secara otomatis akan meningkatkan gairah untuk menggapai kesempatan untuk maju, berprestasi, seta melakukan pengembangan diri.

Inisiatif dalam keterlibatan tersebut mampu memberikan dampak positif pada faktor motivator yang lain seperti pekerjaan itu sendiri, rasa tanggung jawab, dan penghargaan atas tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, faktor-faktor yang terdapat dalam motivator factor merupakan hal yang saling berkaitan satu sama lain, dan keberadaannya harus selalu dijaga untuk meningkatkan kepuasan. Hal tersebut dapat dilihat dari indikator keterlibatan, yaitu keterlibatan dalam kontribusinya dalam pengambilan keputusan, kesempatan untuk menunjang keahlian dan karir, keterlibatan dalam menjalin kerjasama secara pribadi dan institusi yang dapat menunjang karir, serta keterlibatan pada kegiatan yang dapat menunjang keahlian dan karir. Indikator-indikator tersebut merupakan faktor yang dapat meningkatkan faktor-faktor hygine lain terutama kesempatan untuk maju, prestasi, dan pengembangan.

Pentingnya rasa keterlibatan dalam diri seorang dosen merupakan awal dari rasa inisiatif diri untuk maju. Keterlibatan dalam hal ini dapat dijadikan sebagai motor penggerak untuk meningkatkan faktor-faktor dalam motivator factor yang lain. Keterlibatan merupakan faktor penting sebagai motor penggerak meningkatkan faktor lain. Hal tersebut sejalan dengan penelitian oleh Kartiningsih 2007, yang menyatakan bahwa keterlibatan mampu keterlibatan kerja untuk meningkatkan komitmen organisasi yang tinggi dan kinerja yang baik dari karyawan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mempertahankan keterlibatan karyawan dengan pelanggan dan meningkatkan keterlibatan karyawan dengan rekan kerja yang dinilai masih rendah. Hal serupa juga disampaikan oleh Chungthai, 2008 yang menyatakan bahwa keterlibatan mampu meningkatkan kinerja dan organizational citizenship behaviour.

Pengtingnya keterlibatan ini harus dapat djadikan alat yang dapat meningkatkan gairah motivasi dosen, terutama dalam hal yang berkaitan dengan kerjasama dan peningkatan kapabilitas yang mampu meningkatkan kinerja dosen. Katerlibatan ini dapat mendukung institusi untuk dapat dikenal lebih banyak oleh masyarakat maupun dengan institusi pendidikan lain sehingga akan tercipta suatu reputasi yang baik. STIE Kesatuan saat ini ingin merintis kerjasama internasional. Dimana perintisannya dimulai dengan mengutus dosen yang memiliki kompetensi yang baik untuk melanjutkan studinya ke luar negeri. Hal tersebut sangat didukung oleh semua pihak dan pemerintah saat ini telah banyak memberikan

peluang beasiswa dan kerjasama internasional baik di dalam maupun di luar negeri terutama pada dosen. Program kerjasama yang didukung oleh pemerintah seperti program hibah internasional, program beasiswa double degree, sanwich, dan kerjasama lain yang dapat meningkatkan kualitas dosen di Indonesia. Dukungan program pemerintah ini dapat meningkatkan keterlibatan dosen untuk

Dokumen terkait