• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Sekolah

Sekolah yang diteliti terdiri dari dua SD yang terletak di Kota Bogor. Sekolah yang pertama adalah SD Negeri Lawanggintung 01 yang berakreditasi A dan sekolah kedua SD Negeri Cimanggu Kecil yang berakreditasi B. Kedua sekolah ini memiliki kantin baik di dalam lingkungan sekolah maupun penjaja makanan di luar sekolah.

SD Negeri Lawanggintung 01 adalah sekolah yang berada di Jalan Lawanggintung No.22, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, dan didirikan pada tahun 1966. Sekolah ini memiliki luas tanah 1593 m², yang terdiri dari bangunan seluas 865 m² dan halaman seluas 728 m². Jumlah pegawai sebanyak 31 orang, termasuk kepala sekolah, guru kelas sebanyak 15 orang, guru bidang studi 10 orang, pustakawan 1 orang, pegawai tata usaha 2 orang dan penjaga sekolah 2 orang. Jumlah siswa pada tahun 2008/2009 sebanyak 632 orang yang terdiri dari 306 laki-laki dan 326 perempuan, dengan jumlah kelas sebanyak 13 kelas. Kegiatan belajar disekolah ini yaitu masuk pagi dan siang, pagi dimulai dari pukul 07.00-13.00 WIB sedangkan siang dimulai dari pukul 13.00-17.00 WIB. Fasilitas yang tersedia terdiri dari ruang kelas, ruang komputer, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang penjaga, mushola, koperasi, kantin, serta WC guru dan WC murid.

SD Negeri Cimanggu Kecil adalah sekolah yang beralamat di Jalan Cimanggu Kecil No. 35, Kelurahan Ciwaringin, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Letaknya berada agak dalam sehingga tidak begitu banyak kendaraan umum yang melaluinya. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1977 dan mulai beroperasi pada tahun 1978. Sekolah ini memiliki luas tanah seluas 1660 m². Jumlah guru dan staf pegawai sekolah sebanyak 19 orang PNS dan 2 honorer. Jumlah siswa sebanyak 555 orang yang terdiri dari 276 laki-laki dan 279 perempuan, dengan jumlah kelas sebanyak 16 kelas. Sama halnya dengan SD Negeri Lawanggintung 01, kegiatan belajar di SD Negeri Cimanggu Kecil yaitu masuk pagi dan siang, pagi dimulai dari pukul 07.00-13.00 WIB sedangkan siang dimulai dari pukul 13.00-17.00 WIB. Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu ruang kelas, perpustakaan, mushola, kantin, koperasi sekolah, taman sekolah, lapangan olahraga, serta WC guru dan WC murid.

Karakteristik Siswa Umur dan Jenis Kelamin

Siswa pada penelitian ini adalah siswa SD kelas 3 dan kelas 4 dengan kisaran umur 7-12 tahun. Rata-rata siswa berumur 8,6 ± 0,9 tahun. Sebagian besar umur siswa berada pada usia 8 dan 9 tahun. Sebaran siswa berdasarkan umur, kelas dan jenis kelamin dapat dilihat dalam Tabel 6. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa kelas 3, baik laki-laki maupun perempuan berumur 8 tahun dengan persentase 50% dan 60% sedangkan siswa kelas 4 sebagian besar berumur 9 tahun yaitu laki-laki sebanyak 66,7% dan perempuan 53,3%.

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan umur, kelas dan jenis kelamin Umur

(tahun)

Kelas 3 Kelas 4

Total Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n % n % 7 3 21,4 1 6,7 0 0,0 0 0,0 4 6,5 8 7 50,0 9 60,0 3 16,7 4 26,7 23 37,1 9 4 28,5 5 33,3 12 66,7 8 53,3 29 46,7 10 0 0,0 0 0,0 2 11,1 1 6,7 3 4,8 11 0 0,0 0 0,0 1 5,6 1 6,7 2 3,2 12 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 6,7 1 1,6 Total 14 100,0 15 100,0 18 100,0 15 100,0 62 100,0 Rata-rata ± SD 8,1 ± 0,6 8,1 ± 0,5 9,0 ± 0,7 9,2 ± 1,1 8,6 ± 0,9

Besar Uang Saku

Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu, seperti harian, mingguan, atau bulanan. Perolehan uang saku sering menjadi suatu kebiasaan, anak diharapkan untuk belajar mengelola dan bertanggung jawab atas uang saku yang dimiliki (Napitu 1994).

Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan besar uang saku

Uang Saku

Kelas 3 Kelas 4

Total Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n % n %

< Rp. 2.000 3 21,4 0 0,0 1 5,6 0 0,0 4 6,5 Rp. 2.000 s/d Rp. 4.800 7 50,0 11 73,3 11 61,1 11 73,3 40 64,5 > Rp. 4.800 4 28,6 4 26,7 6 33,3 4 26,7 18 29,0

Total 14 100,0 15 100,0 18 100,0 15 100,0 62 100,0 Berdasarkan hasil penelitian, besar uang saku siswa berkisar antara

Rp.1.500,- sampai Rp.10.000,-. Dapat dilihat pada Tabel 7, sebagian besar uang saku siswa berada pada kisaran Rp.2.000,- sampai Rp.4.800,- yaitu sebanyak 64,5%. Besar uang saku anak merupakan salah satu indikator sosial ekonomi keluarga, pada penelitian ini ditemukan bahwa besarnya uang saku anak sebanding dengan pendapatan ayah. Andrawulan et al (2008) diacu dalam

28   

Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin banyak uang saku, maka semakin besar peluang anak untuk membeli makanan jajanan baik di kantin maupun di luar sekolah.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan yang menjadi penentu utama perilaku seseorang. Pengetahuan gizi yang baik menjadi andalan yang menentukan konsumsi pangan. Anak yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mampu menerapkan pengetahuan gizinya didalam pemilihan bahan makanan, khususnya makanan jajanan yang akan dikonsumsi. Pengetahuan gizi siswa terbagi menjadi dua yaitu pengetahuan terkait gizi dan pengetahuan terkait keamanan pangan. Pengetahuan terkait gizi meliputi definisi dan kegunaan makanan bergizi, pangan sumber zat gizi, dan fungsi zat gizi. Pengetahuan terkait keamanan pangan meliputi definisi pangan yang aman, contoh jajanan sehat, perilaku hidup sehat, dan keamanan makanan jajanan.

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan gizi Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan

Gizi Keamanan Pangan Keseluruhan

n % n % n % Kurang 12 19,4 16 25,8 11 17,7 Sedang 17 27,4 16 25,8 23 37,1 Baik 33 53,2 30 48,4 28 45,2 Total 62 100,0 62 100,0 62 100,0 Rata-rata ± SD 73,1 ± 17,5 70,3 ± 23,8 71,7 ± 17,2

Menurut Khomsan (2000), kategori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam tiga kelompok yaitu baik (skor > 80), sedang (60 ≤ skor ≤ 80) dan kurang (skor < 60). Tabel 8 menunjukkan bahwa pengetahuan gizi siswa termasuk dalam kategori sedang, hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pengetahuan terkait gizi 73,1 ± 17,5 pengetahuan terkait keamanan pangan 70,3 ± 23,8 dan pengetahuan gizi secara keseluruhan 71,7 ± 17,2. Pengetahuan terkait gizi siswa sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan yang lainnya, hal ini ditunjukkan dari sebaran pengetahuan terkait gizi siswa yang masuk dalam kategori baik mencapai 53,2%. Berikut merupakan sebaran siswa kelas 3 dan 4 berdasarkan pengetahuan gizi.

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan gizi pada siswa kelas 3 dan 4

Gizi Keamanan Pangan Keseluruhan

Kelas 3 Kelas 4 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 3 Kelas 4

n % n % n % n % n % n % Kurang 12 41,4 8 24,2 8 27,6 8 24,2 11 37,9 9 27,3 Sedang 14 48,3 15 45,5 11 37,9 5 15,2 12 41,4 10 30,3 Baik 3 10,3 10 30,3 10 34,5 20 60,6 6 20,7 14 42,4 Total 29 100,0 33 100,0 29 100,0 33 100,0 29 100,0 33 100,0 Rata-rata ±SD 66,9 ± 17,3 78,5 ± 16,0 67,2 ± 18,6 71,0 ± 20,7 67,1 ± 14,5 75,8 ± 18,5

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan gizi siswa kelas 4 lebih baik daripada siswa kelas 3. Hal ini dapat dilihat berdasarkan rata- rata skor pengetahuan gizi baik pengetahuan terkait gizi, keamanan pangan maupun keseluruhan siswa kelas 4 lebih tinggi daripada kelas 3. Selain itu, juga dapat dilihat dari sebaran siswa yang masuk dalam kategori baik lebih tinggi pada siswa kelas 4. Hal ini dikarenakan siswa kelas 4 dianggap memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan siswa kelas 3. Namun demikian, secara umum pengetahuan gizi siswa baik kelas 3 maupun kelas 4 termasuk dalam kategori sedang yaitu dalam kisaran 60-80%. Berikut ini disajikan pertanyaan yang ditanyakan kepada siswa serta jumlah siswa yang dapat menjawab dengan benar pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran siswa berdasarkan jawaban yang benar untuk pertanyaan pengetahuan gizi dan keamanan pangan

No. Pertanyaan n %

A. 1.

Gizi

Definisi makanan bergizi 49 79,0

2. Kegunaan makanan bergizi 53 85,5

3. Contoh anak sehat 56 90,3

4. Kegunaan makanan yang cukup 35 56,5

5. Waktu makan sehari 44 71,0

6. Pangan sumber karbohidrat 35 56,5

7. Pangan sumber protein hewani 44 71,0

8. Pangan sumber vitamin 52 83,9

9. Sayuran yang baik untuk kesehatan mata 58 93,6

10. Kegunaan air minum 27 43,6

B. 11.

Keamanan Pangan

Definisi pangan yang aman 42 67,7

12. Contoh jajanan sehat 54 87,1

13. Minuman yang aman bagi tubuh 58 93,6

14. Kebiasaan mencuci tangan 32 51,6

15. Cara mencuci sayuran 41 66,1

16. Ciri-ciri makanan yang aman 44 71,0

17. Pengolahan daging (pangan hewani) 57 91,9

18. Makanan kemasan 48 77,4

19. Bungkus jajanan yang aman 23 37,1

20. Makanan kaleng 37 59,7

Tabel 10 memperlihatkan bahwa hampir seluruh siswa (>90%) dapat menjawab dengan benar mengenai contoh anak yang sehat, sayuran yang baik bagi kesehatan mata, minuman yang aman bagi tubuh serta pengolahan pangan hewani yang baik. Namun hanya sedikit (<50%) siswa yang dapat menjawab dengan benar mengenai kegunaan air minum dan bungkus jajanan yang aman. Selebihnya sebagian besar siswa sudah dapat menjawab dengan benar mengenai definisi dan kegunaan makanan bergizi, kegunaan makanan yang cukup, pangan sumber zat gizi, definisi pangan yang aman, contoh jajanan

30   

sehat, kebiasaan mencuci tangan, cara mencuci sayuran, ciri-ciri makanan yang aman, makanan kemasan dan makanan kaleng. Pertanyaan pilihan berganda mengenai pengetahuan gizi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Status Gizi

Penentuan status gizi siswa didasarkan pada indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Menurut WHO (2007), IMT/U dan TB/U adalah indikator yang direkomendasikan untuk menilai status gizi kurus, normal dan obesitas pada anak usia 5-19 tahun. Penentuan nilai status gizi ditentukan berdasarkan software anthroplus 2007. Sebelum membahas status gizi, berikut disajikan rata-rata berat badan dan tinggi badan siswa pada Tabel 11.

Tabel 11 Rata-rata berat badan dan tinggi badan siswa

Kelas 3 Kelas 4 Laki-laki Perempuan Keseluruhan

BB (kg) 24,9 27,2 25,8 26,5 26,1

TB (cm) 126,8 129,7 128,6 128,1 128,3

Rata-rata berat badan dan tinggi badan siswa pada penelitian ini adalah 26,1 kg dan 128,3 cm. Dapat dilihat bahwa selain rata-rata berat badan dan tinggi badan siswa kelas 4 lebih tinggi dari kelas 3, rata-rata berat badan siswa pada jenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan jenis kelamin laki-laki, sedangkan untuk rata-rata tinggi badan siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan.

Tabel 12 merupakan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan indeks IMT/U. Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (69,4%) berada dalam status gizi normal, sedangkan kurus 16,1%, gemuk dan obesitas masing-masing 6,5%, dan sangat kurus 1,6%. Data Riskesdas Jawa barat tahun 2007 menyebutkan bahwa prevalensi kurus dan BB lebih anak usia sekolah (6- 14 tahun) di Kota Bogor berdasarkan IMT/U adalah jenis kelamin laki-laki kurus 9,5% dan BB lebih 15,3% sedangkan jenis kelamin perempuan kurus 5,3% dan BB lebih 8,6%. Pada penelitian ini prevalensi kurus dan BB lebih untuk jenis kelamin laki-laki adalah 21,9% dan 15,7% sedangkan pada jenis kelamin perempuan 13,3% dan 10%.

Tabel 12 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMT/U)

Kelas 3 Kelas 4 Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % n % n % Sangat kurus 0 0,0 1 3,0 1 3,1 0 0,0 1 1,6 Kurus 5 17,2 5 15,2 6 18,8 4 13,3 10 16,1 Normal 22 75,9 21 63,6 20 62,5 23 76,7 43 69,4 Gemuk 1 3,4 3 9,1 2 6,3 2 6,7 4 6,5 Obesitas 1 3,4 3 9,1 3 9,4 1 3,3 4 6,5 Total 29 100,0 33 100,0 32 100,0 30 100,0 62 100,0

Bedasarkan tabel di atas, juga dapat dilihat bahwa dari 62 siswa yang dijadikan sampel, terdapat satu siswa yang mengalami status gizi sangat kurus berdasarkan indeks IMT/U yaitu anak laki-laki kelas 4. Begitupula siswa yang mengalami status gizi obesitas juga terutama terjadi pada siswa kelas 4 dengan jenis kelamin laki-laki. Pada penelitian ini terdapat kecenderungan bahwa siswa yang mengalami status gizi kurus dan sangat kurus berasal dari keluarga dengan pendapatan ayah menengah kebawah, sedangkan siswa dengan status gizi gemuk dan obesitas berasal dari keluarga dengan pendapatan ayah menengah keatas. Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antaran pendapatan ayah dengan status gizi anak (p=0,063).

Tabel 13 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TB/U)

Kelas 3 Kelas 4 Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % n % n %

Pendek 2 6,9 2 6,1 0 0,0 4 13,3 4 6,5

Normal 25 86,2 31 93,9 32 100,0 24 80,0 56 90,3

Tinggi 2 6,9 0 0,0 0 0,0 2 6,7 2 3,2

Total 29 100,0 33 100,0 32 100,0 30 100,0 62 100,0

Tabel 13 merupakan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan indeks TB/U. Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (90,3%) memiliki tinggi badan dalm kategori normal. Namun terdapat 6,5% siswa dalam kategori pendek dan 3,2% siswa lainnya dalam kategori tinggi.

Karakteristik Keluarga Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua dibedakan atas pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Tingkat pendidikan orangtua siswa disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 14 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua siswa

Tingkat Pendidikan Ayah Ibu

n % n % Tidak tamat SD 0 0,0 0 0,0 Tamat SD 3 4,8 3 4,8 SMP 6 9,7 12 19,4 SMA 35 56,5 33 53,2 Perguruan Tinggi 18 29,0 14 22,6 Total 62 100,0 62 100,0

32   

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendidikan orangtua siswa adalah SMA (ayah sebanyak 56,5% dan ibu sebanyak 53,2%). Kurang dari 30% orangtua siswa memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi (ayah sebanyak 29% dan ibu sebanyak 22,6%), dan selebihnya hanya menamatkan SMP atau SD.

Pekerjaan Orangtua

Tabel 15 menampilkan sebaran pekerjaan orangtua siswa. Sebagian besar pekerjaan ayah siswa adalah pegawai swasta yaitu sebanyak 37,1%. Pekerjaan ayah lainnya yaitu wiraswasta, TNI/POLRI, PNS, petani/buruh dan lainnya. Lebih dari separuh ibu siswa merupakan ibu rumah tangga atau tidak bekerja yaitu sebesar 69,3%, sedangkan sisanya bekerja sebagai PNS, pegawai swasta, wiraswasta dan lainnya.

Tabel 15 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua siswa

Pekerjaan Ayah Ibu

n % n % PNS 8 12,9 4 6,5 TNI/POLRI 12 19,4 0 0,0 Swasta 23 37,1 9 14,5 Petani/buruh 2 3,2 0 0,0 Wiraswasta 14 22,6 5 8.1 IRT 0 0,0 43 69,3 Lain-lain 3 4,8 1 1,6 Total 62 100,0 62 100,0 Pendapatan Orangtua

Pendapatan orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan ayah. Sebagian besar ayah siswa memiliki penghasilan dalam kisaran Rp.500.000 – Rp.1.000.000. Hal ini berarti sebagian besar siswa berasal dari keluarga menengah kebawah. Sebaran pendapatan ayah siswa disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan pendapatan orangtua siswa

Pendapatan Ayah n % < Rp.500.000 4 6,5 Rp.500.000 – Rp.1.000.000 24 38,7 Rp.1.000.000 – Rp.2.000.000 17 27,4 > Rp.2.000.000 17 27,4 62 100,0 Besar Keluarga

Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Besar keluarga dapat mempengaruhi konsumsi zat gizi dan luas penghuni dalam suatu rumah tangga yang nantinya dapat mempengaruhi kesehatan anggota

keluarga lainnya (Sukarni 1989). Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga disajikan pada Tabel 17. Jumlah anggota keluarga siswa berkisar antara 3-6 orang, yang kemudian dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu keluarga kecil, sedang dan besar. Tabel 17 menunjukkan bahwa lebih dari separuh (59,7%) keluarga siswa termasuk dalam kategori keluarga kecil.

Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga siswa

Besar keluarga n % Kecil 37 59,7 Sedang 21 33,9 Besar 4 6,4 Total 62 100,0 Rata-rata ± SD 4,5 ± 1,5 Konsumsi Pangan

Menurut Khomsan (2002) pangan merupakan kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan pangan perlu diupayakan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup, layak, aman dikonsumsi dan mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau. Pengukuran konsumsi pangan siswa dilakukan menggunakan metode food recall 24 jam. Metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu mudah dalam melaksanakannya, tidak membebani responden, biayanya murah dan cepat. Namun metode ini juga memiliki kekurangan yaitu kurang dapat menggambarkan asupan makan sehari-hari jika dilakukan satu hari dan ketepatannya tergantung dari daya ingat responden. Agar mendapatkan hasilnya yang lebih baik recall tentang makanan yang dikonsumsi siswa, sebaiknya setelah ditanyakan kepada siswa dapat ditanyakan kembali kepada orangtua (ibu).

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa, jumlah siswa yang mengkonsumsi jenis pangan daging, ikan, telur, kacang-kacangan, serta sayur dengan masing-masing olahannya, lebih tinggi pada hari libur dibandingkan hari sekolah. Jumlah siswa yang mengkonsumsi makanan pokok, susu buah dan jajanan sama besarnya antara hari sekolah dan hari libur, sedangkan ayam dan olahannya serta minuman lebih banyak siswa yang mengkonsumsi pada hari sekolah.

34   

Tabel 18 Jumlah siswa yang mengkonsumsi jenis pangan

Jumlah yang mengkonsumsi

Hari Sekolah Hari Libur

n % n %

Makanan Pokok 62 100,0 62 100,0

Daging dan olahannya 13 21,0 14 22,6

Ayam dan olahannya 29 46,8 28 45,2

Ikan dan olahannya 25 40,3 29 46,8

Telur dan olahannya 40 64,5 41 66,1

Susu dan olahannya 35 56,5 35 56,5

Kacang-kacangan dan olahannya 12 19,4 21 33,9

Sayur dan olahannya 26 41,9 39 62,9

Buah dan olahannya 18 29,0 18 29,0

Minuman 20 32,3 12 19,4

Kudapan 48 77,4 48 77,4

Total 62 100,0 62 100,0

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal. Adanya perubahan komposisi tubuh dan aktivitas fisik anak yang semakin banyak di luar rumah menyebabkan orangtua perlu memperhatikan asupan gizi seimbang pada anak (Soekirman et al. 2010).

Tabel 19 merupakan konsumsi jenis pangan siswa, dapat dilihat bahwa jumlah jenis makanan pokok, ayam dan olahannya, ikan dan olahannya, serta kudapan yang dikonsumsi siswa pada hari sekolah sama banyaknya dengan hari libur namun rata-rata konsumsinya berbeda yaitu makanan pokok dan ayam serta olahannya lebih tinggi di hari sekolah, sedangkan ikan dan olahannya serta kudapan lebih tinggi di hari libur.

Jenis pangan daging, telur, susu, kacang-kacangan dan masing-masing olahannya memilki jumlah jenis pangan yang lebih banyak pada hari sekolah namun demikian rata-rata konsumsinya tetap lebih tinggi pada hari libur. Jenis pangan sayur dan olahannya, buah dan olahannya serta minuman memiliki jumlah jenis pangan yang lebih tinggi pada hari libur dengan rata-rata konsumsi sayur dan olahannya serta minuman sedikit lebih tinggi pada hari sekolah, sedangkan rata-rata konsumsi buah dan olahannya lebih tinggi pada hari libur.

Tabel 19 Konsumsi jenis pangan siswa Jumlah jenis pangan (n) Rata-rata konsumsi (g/kap/hari) % Konsumsi Hari Sekolah Hari Libur Hari Sekolah Hari Libur Hari Sekolah Hari Libur Makanan pokok 9 9 609,6 567,3 62,4 58,6

Daging dan olahannya 6 2 13,7 20,2 1,4 2,1

Ayam dan olahannya 9 9 40,2 32,3 4,1 3,3

Ikan dan olahannya 10 10 27,7 37,5 3,0 3,9

Telur dan olahannya 7 5 40,9 41,2 4,2 4,3

Susu dan olahannya 5 4 40,5 60,3 4,7 6,2

Kacang-kacangan dan olahannya 8 6 10,5 20,9 1,1 2,2

Sayur dan olahannya 9 10 55,1 54,4 5,6 5,6

Buah dan olahannya 9 11 42,9 46,6 4,4 4,8

Minuman 8 9 36,9 34,5 5,8 3,6

Kudapan 21 21 32,3 52,3 3,3 5,4

Total 975,4 967,5 100,0 100,0

Menurut Soekirman et al. (2010) anjuran pembagian makanan sehari anak usia 6-9 tahun adalah nasi 3 porsi (300 g), daging 3 porsi (105 g), tempe 2 porsi (100 g), sayur 2 porsi (200 g), buah 3,5 porsi (75-105 g), minyak 3 porsi (15 g), gula 2 porsi (26 g), dan susu 1 porsi (4sdm = 20 g). Dapat dilihat pada Tabel 19 bahwa kategori nasi (dalam pembahasan ini adalah makanan pokok) dan sudah melebihi dari jumlah yang anjuran agar mencapai gizi seimbang, sedangkan daging (dalam pembahasan ini adalah daging, ayam, ikan, dan telur), tempe (dalam pembahasan ini adalah kacang-kacangan), sayur dan buah masih dibawah jumlah yang dianjurkan agar mencapai gizi seimbang.

Rata-rata konsumsi susu siswa dalam penelitian ini merupakan campuran antara susu bubuk, cair, dan kental manis sehingga nilai rata-ratanya cukup tinggi, namun tidak berarti konsumsi siswa lebih baik dari pada nilai yang dianjurkan. Hal ini dikarenakan nilai yang dianjurkan adalah untuk susu bubuk, sehingga tidak dapat dibandingkan antara rata-rata susu yang merupakan campuran dengan susu bubuk saja. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi pangan siswa belum seimbang, dimana konsumsinya cenderung ke konsumsi makanan pokok sedangkan konsumsi pangan lainnya masih kurang. Konsumsi pangan siswa secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.

Intik Energi dan Zat Gizi

Intik energi dan zat gizi siswa berdasarkan hari konsumsi dapat dilihat pada Tabel 20. Intik energi sehari siswa berkisar 1104 – 3244 kkal/hari dengan rata-rata 1961 ± 486 kkal/kap/hari. Rata-rata intik energi siswa pada hari sekolah (1969 ± 630 kkal/kap/hari) hampir sama dengan hari libur (1954 ± 649 kkal/kap/hari). Hasil uji beda Independent Sample t-test menunjukan tidak

36   

terdapat perbedaan yang nyata antara intik energi pada hari sekolah dan hari libur (p=0,834).

Sama halnya dengan intik energi, intik protein siswa pada hari sekolah juga hampir sama dengan intik protein siswa hari libur, yaitu dengan rata-rata intik protein hari sekolah 45,1 ± 15,5 g/kap/hari dan hari libur 46,9 ± 17,8 kkal/kap/hari. Intik protein harian siswa berkisar antara 26,9 – 81,8 g/hari dengan rata-rata 46,0 ± 11,6 g/kap/hari. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0,622) antara intik protein siswa hari sekolah dan hari libur.

Berdasarkan Riskesdas (2007), rata-rata intik energi Kota Bogor sebesar 1672 kkal/kap/hari dan intik protein 58,6 g/kap/hari. Rata-rata intik energi siswa (1961 kkal/kap/hari) sudah berada diatas rata-rata intik energi Kota Bogor berdasarkan Riskesdas, namun rata-rata intik protein siswa masih dibawah rata- rata intik protein Kota Bogor berdasarkan Riskesdas. Hal ini dikarenakan data dalam Riskesdas merupakan intik penduduk Jawa Barat secara umum (dewasa), sedangkan pada penelitian ini merupakan intik siswa sekolah dasar (anak) yang mendapatan tambahan konsumsi dari kudapan yang biasanya merupakan energi yang cukup tinggi namun proteinnya rendah.

Tabel 20 Intik energi dan zat gizi siswa berdasarkan hari konsumsi

Energi dan zat gizi Hari Sekolah Hari Libur p Total

Energi (kkal/kap/hari) 1969 ± 630 1954 ± 649 0,834 1961 ± 486

Protein (g/kap/hari) 45,1 ± 15,5 46,9 ± 17,8 0,622 46,0 ± 11,6

Vit A (RE/kap/hari) 1110,3 ± 674,4 1060,2 ± 533,2 0,574 1085,3 ± 507,7

Vit C (mg/kap/hari) 53,4 ± 134,2 33,7 ± 51,5 0,742 43,5 ± 72,2

Kalsium (mg/kap/hari) 492,8 ± 371,6 519,7 ± 451,0 0,538 506,2 ± 329,1

Zat Besi (mg/kap/hari) 16,8 ± 32,2 15,1 ± 9,4 0,183 16,0 ± 17,1

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, vitamin harus diperoleh dari makanan. Secara umum rata-rata intik vitamin A siswa adalah 1085,3 ± 507,7 RE/kap/hari dengan kisaran 270,0 - 2886,5 RE/kap/hari. Rata-rata intik vitamin A pada hari sekolah adalah 1110,3 ± 674,4 RE/kap/hari, sedangkan pada hari libur 1060,2 ± 533,2 RE/kap/hari. Berdasarkan uji beda Independent Sample t-test tidak terdapat perbedaan yang nyata antara intik vitamin A hari libur dan hari sekolah (p=0,574).

Intik Vitamin C siswa berkisar antara 0,4 – 511,7 mg/hari dengan rata-rata 43,5 ± 72,2 mg/kap/hari. Rata-rata intik vitamin C siswa pada hari sekolah (53,4 ± 134,2 mg/kap/hari) jauh lebih tinggi dibandingkan pada hari libur (33,7 ± 51,5 mg/kap/hari). Namun demikian hasil uji beda Independent Sample t-test

menunjukan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara intik vitamin C siswa pada hari sekolah dan hari libur (p=0,742). Hal ini dikarenakan standar deviasi yang tinggi pada vitamin C sehingga diduga terdapat pencilan yang membuat rata-rata intik vitamin C pada hari sekolah dan hari libur jauh berbeda.

Secara umum rata-rata intik kalsium siswa adalah 506,2 ± 329,1 mg/kap/hari dengan kisaran antara 73,0 – 1630,1 mg/hari. Rata-rata intik kalsium hari sekolah sebesar 492,8 ± 371,6 mg/kap/hari sedangkan pada hari libur 519,7 ± 451,0 mg/kap/hari. Rata-rata intik kalsium siswa pada kedua hari tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan kalsium anak-anak usia 7-9 tahun dan 10-12 tahun yaitu 600 dan 1000 mg/hari. Tidak terdapat perbedaan yang nyata

(p=0,538) antara intik kalsium hari sekolah dan hari libur.

Intik zat besi siswa berkisar antara 5,0 – 141,1 mg/hari dengan rata-rata 16,0 ± 17,1 mg/kap/hari. Intik zat besi siswa pada hari sekolah (16,8 ± 32,2 mg/kap/hari) hampir sama dengan intik pada hari libur (15,1 ± 9,4 mg/kap/hari). Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0,183) pada kedua hari tersebut.

Tabel 21 Intik energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin dan kelas

Energi dan zat gizi Jenis Kelamin Kelas

Laki-Laki Perempuan p 3 4 p

Energi (kkal/ kap/hari) 1951 ± 526 1973 ± 449 0,873 1999 ± 537 1928 ± 442 0,595 Protein (g/kap/hari) 45,5 ± 12,8 46,5 ± 10,2 0,771 48,6 ± 13,3 43,7 ± 9,3 0,100 Vit A (RE/kap/hari) 1071,5 ± 572,8 1100,0 ± 437,0 0,826 1240,4 ± 532,0 949,0 ± 459,4 0,028 Vit C (mg/ kap/hari) 29,3 ± 36,7 58,7 ± 95,1 0,104 58,6 ± 97,2 35,8 ± 37,7 0,104 Kalsium (mg/kap/hari) 475,4 ± 325,5 539,1 ± 335,2 0,603 616,1 ± 335,6 409,7 ± 295,5 0,018 Zat Besi (mg/kap/hari) 12,6 ± 4,5 19,5 ± 23,9 0,271 18,2 ± 24,1 14,0 ± 6,5 0,397 Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa rata-rata intik energi, protein, dan vitamin A siswa hampir sama antara siswa laki-laki dan perempuan. Namun rata-rata intik vitamin C, kalsium dan zat besi cukup berbeda antara siswa laki- laki dan siswa perempuan. Rata-rata intik vitamin C siswa perempuan (58,7 ± 95,1 mg/kap/hari) jauh lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki (29,3 ± 36,7 mg/kap/hari). Begitu pula dengan kalsium, rata-rata intik kalsium siswa

Dokumen terkait