• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Karakteristika Pertumbuhan Tanaman

Untuk mengkaji sifat pertumbuhan tanaman, dilakukan analisis tumbuh dengan menghitung karakteristika pertumbuhan, yaitu laju tumbuh relative rata-rata, laju asimilasi bersih rata-rata, dan nisbah luas daun rata-rata.

4.1.1 Laju Tumbuh Relatif Rata-Rata (LTR)

Laju tumbuh relative rata-rata (LTR) pembibitan panili selama fase pertumbuhan vegetative umur 84 sampai 124 hari setelah tanam dengan perlakuan zat pengatur tumbuh rootone F, dharmasri 5 EC, dan atonik untuk masing-masing taraf konsentrasi sama-sama menunjukkan penurunan. Kurca LTR menurun mengikuti kurva kuadratik pada empat taraf konsentrasi dari masing-masing jenis zat pengatur tumbuh tersebut.

Laju tumbuh relatif rata-rata (LTR) yang dirangsang oleh rootone F dengan berbagai taraf konsentrasi, keempat kurva sejajar dan berimpit berdasarkan uji beda garis.

Tabel 1.

Uji kurva regresi LTR dari rootone F

______________________________________________________

Tabel 2.

Uji kurva regresi LTR dari dharmasri 5 EC

______________________________________________________

Tabel 3

Uji kurva regresi LTR dari atonik

______________________________________________________

Nilai LTR rootone F pada bibit panili umur 84 sampai 124 hari

setelah tanam, penurunan kelihatan sejak 94 hari setelah tanam dan nilai antra taraf konsentrasinya sama. Nilai LTR dharmasri 5 EC dan atonik pada umur 84 sampai 124 hari setelah tanam, penurunan baru mulai kelihatan setelah umur 104 hari setelah tanam dan nilai antara taraf konsentrasi dari masing-masing dharmasri 5 Ec dan atonik juga sama.

Penurunan nilai LTR tersebut secara perlahan-lahan sejalan dengan penambahan umur tanaman . Hal demikian dapat terjadi karena zat pengatur tumbuh rootone F, dharmasri 5EC dan atonik dapat mempercepat pertumbuhan vegetative setek panili. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Salisbury dan Ross (1977) bahwa zat pengatur tumbuh dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman, karena akan mengaktifkan aliran plasma sel secara biokimia sehingga mengaktifkan proses metabolism tanaman. Weaver (1972) ; Hartman dan Kester (1978) juga mengatakan pemberian auksin dapat mempercepat pemunculan akar, meningkatkan kualitasperakaran dan menyeragamkan munculnya akar. Triakontanol dapat meningkatkan aktivitas ATPase pada membrane plasma sel (Lesniak et al. 1988).

Atonik dengan auksin membentuk rhizokalin yang dapat merangsang perakaran setek (Hartman dan Kester, 1978) . Akar mempunyai peran

yang sangat enting dalam pertumbuhan tanaman.Tetapi, media tumbuh terbatas, sehingga unsure hara yang tersedia pada media tersebut semakin berkurang sejalan dengan penambahan umur tanaman, 84 sampai 124 hari setelah tanam. Dengan demikian fotosintat yang dihasilkan akan semakin berkurang pula, sehingga pertumbuhan pupus baru akan tertunda, tetapi perkembanga sel untuk menjadi sel-sel dewasa pada bagian vegetative seperti akar, batang dan daun terus berlangsung yang mengakibatkan pertambahan fotosintat yang diakumulasi akan terus meningkat, yang ditunjukakan oleh bobot kering total tanaman terus meningkat sejalan dengan penambanahan umur tanaman.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gardner et al. (1985) yang menyatakan bahwa pada fase pertumbuhan vegetative, fotosintat fotosintat ditranslokasikan dari sumber ke limbung vegetative dan untuk pembentukan akar, batang, dan daun disamping untuk mengganti sel-sel tanaman yang telah rusak.

4.1.2. Laju Asimilasi Bersih Rata-Rata (LAB).

Laju asimilasi bersih rata-rata (LAB) pembibitan panili selama fase pertumbuhan vegetative umur 84 sampai 124 hari setelah tanam denga perlakuan zat pengatur tumbuh rootone F, dharmasri 5 EC dan

atonik untuk masing-masing taraf konsrntrasi sama-sama menunjukkan penurunan.Kurva LAB menurun mengikuti garis kuadratik pada empat taraf konsentrasi dari masing-masing jenis zat pengatur tumbuh tersebut.

Nilai LAB rootone F taraf konsentrasi 590 mg/L dan 885 mg/L selalu lebih tinggi dibandingkan dengan taraf konsentrasi 295 mg/L dan 0,00 mg/L. Nilai LAB dharmasri 5 EC taraf konsentrasi 0.100 ml/L selalu lebih tinggi dibandingkan dengan taraf konsentrasi 0.150 ml/L, 0.05 ml/L dan 0.00 ml/L. Nilai LAB atonik taraf konsentrasi 0.175 ml/L selalu lebih tinggi di bandingkan dengan taraf konsentrasi 0.265 ml/L, 0.0875 ml/L dan 0.00ml/L.

Penurunan nilai LAB tersebut sejalan dengan penambahan umur tanaman. Hal demikian terjadio karena pertumbuhan setek panili dengan pemberian zat pengatur tumbuh rootone F, dharmasri 5 EC dan atonik berlangsung lebih cepat. Tetapi media tumbuh terbatas, akhirnya tidak dapat mengimbangi kecepatan pertumbuhan vegetative tersebut. Faktor media yaitu unsure hara semakin tidak seimbang dengan factor lainnya seperti radiasi matahari, suhu, air, dan udara sejalan penambahan umur tanaman. Oleh karena pemupukan dilakukan hanya sekali pada umur 21 hari setelah tanam dan kantong

pelastik sebagai media tumbuh dibikin berlubang.

Tabel 4

Uji kurva regresi LAB dari rootone F

______________________________________________________

Tabel 5.

Uji kurva regresi LAB dari dharmasri 5 EC

______________________________________________________

Tabel 6

Uji kurva regresi LAB dari atonik

______________________________________________________

Thompson dan Troeh (1975) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman akan lambat apabila kekurangan nitrogen. Kekurangan nitrogen akan membatasi proses pembentukan proteindan unsure

esensial lain untuk pembentukan sel baru. Harkat pertumbuahn menjadi seimbang bila nitrogen dalam keadaan tersedia. Goeswono Soepardi (1983) menyatakan bahwa dari tiga unsure yang biasanya diberikan sebagai pupuk, nitrogen memberikan efek yang yang paling mencolok dan cepat. Nitrogen terutama menstimulir pertumbuhan di atas tanah dan memberikan warna hijau pada daun. Hampir pada semua tanaman nitrogen merupakan pengatur dari penggunaan kalium, fosfat, dan penyusun lainnya. Cibes et al. (1947) menyatakan kekurangan unsure N pada pertumbuhan tanaman panili menyebabkan luas daun kecil, batang kecil, warna daun hijau kekuningan, dan pertumbuhan pupus lambat.

Nilai LAB pada taraf konsentrasi rootone F 590 mg/L, dharmasri 5 EC 0.100 ml/L dan atonok 0.175 ml/L selalu lebih tingggi dari perlakuan taraf konsentrasi lainnya dari masing-masing jenis zat pengatur tumbuh tersebut. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan respons tanaman terhadap konsentrasi yang paling mendekati optimal dari pemberian zat penagtur tumbuh tersebut. Maka dari nitunpertumbuhan tanaman yang paling baik, sehingga parat fotosintesis , yaitu daun jumlahnya paling banyak dan memberikan luas daun paling tinggi, yang ditunjukkan oleh berat daun per bibit

paling tinggi. Tetapi belum memberikan efek negative dari penaungan antra daun bibit tersebut. Oleh karena pertumbuhan panili yang baik memerlukan naungan.

4.1.3 Nisbah Luas Daun (NLD).

Nisbah luas daun rata-rata (NLD) pembibitan panili selama fase pertumbuhan vegetative umur 84 sampai 124 hari setelah tanam dengan perlakuan jenis zat pengatur tumbuh rootone F, dharmasri 5 EC, dan atonik untuk masing0masing taraf konsentrasi sama-sama menunjukkan penurunan. Kurva NLD menurun mengikuti kurva linier pada empat taraf konsentrasi dari masing-0masing jenis zat pengatur tumbuh tersebut.

Nilai NLD rootone F taraf konsentrasi 590 mg/L dan 885 mg/L selalu lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi 295 mg/L dan 0.00 mg/L. Nilai NLD dharmasri 5 EC taraf konsentrasi 0.10 ml/L selalu lebih rendah dibandingkan taraf konsentrasi 0.05 ml/L dan 0.00 ml/L. Nilai NLD atonik taraf konsentrasi 0.175 ml/L dan 0.2625 ml/L dan 0.00 ml/L.

Penurunan nilai NLD secara perelahan-lahan sejalan dengan penambahan umur tanaman. Hal ini berarti pembentangan luas daun dengan pertumbuhan tidak berjalan seimbang, oleh karena pemberian

zat pengatur tumbuh rootone F, dharmasri 5 EC, dan atonik menyebabkan pertumbuhan setek panili lebih cepat dan lebih awal, sedangkan media tumbuh terbatas menyebabkan suplai unsure hara semakin berkurang, maka terjadi penghambatan pembentukan daun-saun baru. Fotosintat yang dihasilkan di daun disamping ditranslokasikan ke bagian bagian tanaman lainnya, juga akan digunakan untuk pertumbuhan daun untuk menjadi lebih tebal, karena pada umur 84 sampai 124 hari setelah tanam , bibit panili ukuran daunnya sebagian besar telah mencapai luas daun maksimal dan pada daun yang belum mencapai luas daun maksimal,pembentangan daunya akan terhambat.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Cibes et al,(1947) bahwa pertumbuhan tanaman panili luas daunnya akan kecil apabila media tumbuhnya dalam keadaan kekurangan unsure N.Demikian juga karena tanaman panili yang tergolong beradaptasi dengan naungan, maka kondisi salah satu factor lingkungan sebagai factor pembatas, maka perubahan luas daun akan lebih mudah terjadi.

Nilai NLD yang lebih rendah pada taraf konsentrasi yang paling mendekati optimal dari masing-masing jenis zat pengatur tumbuh tersebut, disebabkan karena perlakuan itu mampu memberikan

pertumbuhan yang lebih cepat, tetapi tidak diimabngai dengan media tumbuh yang terus optimal.

Tabel 7.

Uji kurva regresi NLD dari rootone F

______________________________________________________

Tabel 8.

Uji kurva regresi NLD dari dharmasri 5 EC

______________________________________________________

Tabel 9.

Uji kurva regresi NLD dari atonik

______________________________________________________

Dokumen terkait