• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah dan Pekembangan

PT Lembu Jantan Perkasa (LPJ) merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang breeding, fattening dan trading sapi potong dan didirikan pada tahun 1990 oleh Bapak Djaya Gunawan. Visi PT LJP adalah meningkatkan kualitas dan modernisasi tata niaga sapi potong, yang bertujuan untuk menunjang usaha peningkatan gizi masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan ternak sapi potong dalam lingkup regional dan nasional. Perusahaan ini memiliki kantor pusat yang terletak di jalan Tarum Barat E11-12 No.8, Jakarta Timur. Perusahaan terdaftar pada Apfindo (Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia) dengan nomor registrasi 015/APFINDO/1995 tanggal 29 Agustus 1995 dan fokus pada usaha di bidang perdagangan, impor dan penggemukan sapi potong.

PT LJP merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak di bidang penggemukan dan pembibitan secara intensif. PT LJP merupakan salah satu perusahaan penggemukan sapi terbaik di Indonesia. PT LJP memiliki beberapa cabang perusahaan yaitu Serang-Banten, Cikalong-Bandung, Langkat-Medan dan Sawah Lunto-Padang.

Lokasi Usaha

PT LPJ terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang km 9,6 Desa Sindangsari, Kecamatan Pabuaran, Serang-Banten. Perusahaan ini berada sekitar 200 m dari jalan raya dan memiliki topografi yang landai dan datar dengan ketinggian 200 m di atas permukaan air laut. Suhu udara di PT LJP sekitar 27,9-32 oC dan curah hujan sebesar 1500-3000 mm per tahun dengan jumlah hujan rata-rata 141 hari per tahun. PT LJP dibatasi oleh, sebelah Utara berbatasan dengan desa Ranca Lutung dan desa Baruan, sebelah Selatan berbatasan dengan desa Tanjung dan persawahan, sebelah Barat berbatasan dengan kebun masyarakat Desa Sindangsari dan sebelah timur berbatasan dengan desa Tonggoh.

16 Fasilitas dan Bangunan

Fasilitas dan bangunan yang terdapat di PT Lembu Jantan Perkasa Serang-Banten dapat dilihat pada Gambar 1. yang meliputi kantor, kandang pemeliharaan, kandang isolasi, loading chute, cattle yard, gang way, crush (kandang jepit), mess manajer dan karyawan, pos satpam, gudang alat, mushola, gudang pakan, dan unit penanganan limbah. Loading chute digunakan untuk menurunkan dan menaikkan sapi dari atau ke truk, tinggi loading chute ini sekitar 1,15 m. Cattle yard merupakan tempat penanganan ternak sementara seperti bongkar muat sapi, penimbangan, pemasangan ear tag, pengobatan, dan lain-lain. Gang way merupakan lorong tempat sapi berjalan dari cattle yard menuju ke kandang ataupun sebaliknya. Kandang di PT. Lembu Jantan Perkasa Serang-Banten terdiri dari 2 jenis yaitu kandang tertutup dan kandang terbuka.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi sangat dibutuhkan dalam menunjang operasional usaha penggemukan sapi potong. PT Lembu Jantan Perkasa merupakan perusahaan keluarga yang sekarang dipimpin oleh Ibu Joyce Aryanti Gunawan. Struktur organisasi PT Lembu Jantan Perkasa dapat dilihat pada Gambar 2.

17 Denah Unit Penggemukan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa.

Keterangan: S M M ES MES KARYAWAN M ES K AN T OR

M

WC B A G. UM UM GUD A N G PA K A N A S TIMBANGAN KENDARAAN

A

B

C

PENAMPUNGAN LIMBAH

D

E

F

G

K ES W A N GUDANG PAKAN B GUDANG PAKAN CATTLE YARD = Kandang Penggemukan = Kantor = Kebun HMT = Pos Keamanan = Pintu Gerbang = Mushola = Timbangan Ternak Gambar 1. Denah Unit Penggemukan

18 Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi PT Lembu Jantan Perkasa (Sumber : Arsip PT Lembu Jantan Perkasa)

Bagian Umum

Administrasi Head Office General Marketing

Direksi

Kandang Fattening Kandang Breeding

Kesehatan Hewan Supervisor Kesehatan Hewan Supervisor

Manager Fattening Hijauan MakananTernak Staf Keamanan Manager Cikalong Staf Limbah Unit Feedmill Manager Breeding Administrasi Farm Farm Manager General Manager

19 Jumlah dan bangsa Sapi

Jumlah sapi penggemukan di PT LJP selama tahun 2009 sebanyak 3511 ekor sedangkan tahun 2010 sebanyak 4258 ekor. Sapi bakalan yang dipelihara di PT LJP berasal dari Australia. Menurut Susilowati (1998) sapi bakalan yang digunakan dalam penggemukan adalah sapi Bali, Peranankan Onggole (PO), dan sapi impor seperti sapi Australian Commersial Cross (ACC), Brahman Cross (BX), Shorthon dan Brangus. Sapi potong yang dipelihara sebagian besar merupakan sapi Brahman Cross (BX). Sapi-sapi Brahman Cross (BX) yang dipelihara di PT LJP berasal dari Auastralia. Minish dan Fox (1979) menyatakan bahwa sapi Brahman di Australia secara komersial jarang dikembangkan secara murni dan banyak disilangkan dengan sapi Hereford-Shorthorn (HS). Hasil persilangan dengan Hereford dikenal dengan nama Brahman Cross (BX). Gambar 3 memperlihatkan sapi Brahman Cross (BX) di PT LJP.

Gambar 3. Sapi Brahman Cross (BX) di PT Lembu Jantan Perkasa

Sapi BX banyak digunakan sebagai sapi bakalan di Indonesia dikarenakan memiliki beberapa keunggulan, antara lain: memiliki daya tahan terhadap panas dan kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan baik di daerah tropis, memiliki daya tahan terhadap ektoparasit terutama caplak (Direktorat Jendral Peternakan, 1986). Menurut Ensminger (1995) ciri fisik sapi Brahman Cross (BX) ditandai dengan adanya kelasa yang cukup besar melampaui bahu, kulit yang menggantung dibawah

20 kerongkongan dan gelambir yang panjang, serta mempunyai kaki panjang dan telinga menggantung.

Evaluasi Penerapan Good Farming Practices (GFP)

Good Farming Practices menurut Departement of Agriculture, Food and Rural Development (2001) merupakan cara beternak yang baik dan benar, yang memperhatikan lingkungan dan memenuhi standar minimal sanitasi dan kesejahteraan ternak. Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan pedoman budidaya ternak sapi potong yang baik (GFP) menurut Direktorat Jenderal Produksi Peternakan (2000) adalah: 1) meningkatkan popolasi, produksi dan produktivitas ternak, 2) meningkatkan mutu hasil ternak (daging), 3) menunjang ketersediaan pangan asal ternak di dalam negeri, 4) menciptakan lapangan kerja, 5) meningkatkan pendapatan dan kesejahtaraan peternak dan 6) mendorong ekspor komoditas ternak khususnya daging.

Ruang lingkup pedoman budidaya ternak sapi potong yang baik (GFP) menurut Direktorat Jenderal Produksi Peternakan (2000) meliputi empat aspek yaitu sarana, proses produksi, pelestarian lingkungan dan pengawasan. Hasil penerapan aspek Good Farming Practices di PT LJP Serang-Banten dapat dilihat pada Tabel 1. sampai Tabel 4.

21 Tabel 1. Hasil Evaluasi Aspek Sarana Penerapan GFP Sapi Penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa

No. Aspek Kondisi Seharusnya Kondisi dilapangan Kesesuaian/koreksi

1. Lokasi Tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD).

Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD). Ada surat izin mendirikan bangunan.

Letak dan ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya harus memperhatikan lingkungan dan topografi sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan.

Sesuai dengan persyaratan. Memiliki topografi yang landai dan datar dengan ketinggian 200 m dpl.

2. Lahan Status lahan peternakan sapi potong jelas.

Status lahan peternakan sapi potong jelas.

Sesuai dengan peruntukannya menurut perundang–undangan yang berlaku.

Sesuai dengan peruntukannya menurut perundang–undangan yang berlaku, dengan iji mendirikan bangunan no 03.647/0423/2008.

3. Penyediaan Air dan Alat

Penerangan

Air yang digunakan harus memenuhi baku mutu air yang sehat, yang dapat diminum oleh manusia dan ternak serta tersedia sepanjang tahun dalam jumlah yang mencukupi.

Air memenuhi baku mutu air sehat, dilakukan pengecekan kualitas air secara berkala, air tersedia sepanjang tahun. Sumber air berasal dari sumur bor dan sumur summermersible yang ada di dalam wilayah peternakan. Sumur bor sejumlah 11 unit. Air minum ditampung dalam tower air.

Setiap usaha penggemukan sapi potong hendaknya menyediakan alat penerangan (misalnya listrik) cukup

Alat penerangan cukup. Setiap kandang terdapat 10 lampu.

22 setiap saat sesuai kebutuhan dan

peruntukannya.

4. Bangunan Jenis bangunan yang diperlukan untuk usaha penggemukan sapi potong adalah:

a. Kandang penggemukan

b. Kandang isolasi sapi yang sakit c. Gudang pakan dan peralatan d. Barak pekerja

e. Unit penampungan dan unit pengolahan limbah

Semua bangunan tersedia. a. Kandang penggemukan

b. Kandang isolasi sapi yang sakit c. Gudang pakan dan peralatan d. Barak pekerja

e. Unit penampungan dan unit pengolahan limbah

Konstuksi bangunan

a. Konstruksi bangunan terdiri dari bahan yang kuat yang dapat menjamin kenyamanan dan keamanan bagi pegawai/buruh dan ternak.

b. Konstruksi kandang harus dapat memenuhi daya tampung dan pertukaran udara didalam kandang harus terjamin kelancarannya.

c. Lantai kandang harus kuat dan tidak licin sebaiknya terbuat dari coran semen untuk menjamin kebersihan kandang dan memudahkan untuk didesinfeksi. d. Konstruksi bangunan gudang pakan harus dibuat sedemikian rupa agar pakan tetap sehat dan hygienis.

Konstruksi bangunan PT Lembu Jantan Perkasa:

• Bahan baku yang digunakan untuk bangunan kandang terdiri atas bahan logam, kayu, beton dan besi. • Atap kandang menggunakan asbes

dan aluminium galvanum setiap atap terdapat seng berwarna bening untuk penerangan cahaya matahari. • Kerangka dan tiang kandang

menggunakan bahan beton, kayu dan besi.

• Lantai terbuat dari paving block dan semen dengan kemiringan 5º. • Daya tampung cukup, jumlah sapi

tiap pen 50-60 ekor dengan luasan sekitar 3 m2/ekor.

-23 Tataletak Bangunan

a. Ruang kantor dan tempat tinggal karyawan/pengelola usaha peternakan harus terpisah dari daerah perkandangan.

b. Jarak terdekat antara kandang dengan bangunan lain bukan kandang minimal 25 m.

c. Letak kandang dan bangunan lain harus ditata sedemikian rupa agar memudahkan bagi karyawan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, memudahkan pengaturan drainase dan penampungan limbah sehingga tidak terjadi polusi dan pencemaran penyakit.

d. Letak kandang isolasi ternak yang sakit atau diduga sakit di belakang penampungan limbah sehingga tidak terjadi polusi dan pencemaran penyakit.

e. Usaha peternakan hanya mempunyai satu pintu masuk (entry point) yang dilengkapi dengan kolam disinfektan dan setiap tamu atau kendaraan harus melewati.

Tataletak Bangunan PT Lembu Jantan Perkasa:

• Ruang kantor dan tempat tinggal karyawan/pengelola usaha peternakan harus terpisah dari daerah perkandangan.

• Jarak terdekat antara kandang dengan bangunan bukan kandang kurang dari 25 m.

• Letak kandang dengan unit penampungan limbah terlalu dekat ± 3 m, dikhawatirkan dapat menyebabkan polusi dan pencemaran penyakit.

• Usaha peternakan hanya mempunyai satu pintu masuk (entry point) yang tidak dilengkapi dengan kolam disinfektan dan setiap tamu atau kendaraan harus melewati.

Sebaiknya tata letak kandang dengan unit penampungan limbah diperbaiki agar jaraknya tidak terlalu dekat. Peternakan dilengkapi dengan kolam disinfektan pada pintu masuk (entry point) dan setiap tamu atau kendaraan harus melewati, adanya disinfektan untuk mencegah kemungkinan adanya penyakit dari luar.

5. Alat dan Mesin Peternakan

Usaha penggemukan sapi potong memiliki peralatan sesuai dengan kapasitas/jumlah sapi yang dipelihara mudah digunakan, mudah dibersihkan

Usaha penggemukan sapi potong memiliki kandang dengan kapasitas tampung 3 m2/ekor, bangunan terbuat dari besi dan kayu yang mudah

24 dan tidak mudah berkarat. dibersihkan dan tidak mudah berkarat.

Alat dan mesin yang perlu disediakan: a. Tempat pakan dan tempat

minum bias terbuat dari semen, seng anti karat atau papan tebal b. Kendaraan pembawa rumput

kekandang

c. Timbangan pakan dan sapi d. Alat timbangan untuk sapi

(statis/mobil)

e. Mesin giling butiran (apabila membuat pakan konsentrat sendiri)

f. Chopper (pemotong rumput) g. Tempat bongkar/muat ternak

memadai h. Mixer

Alat dan mesin yang ada di Lembu Jantan Perkasa:

a. Tempat pakan terbuat dari semen dan terbuat dari plastik (jligen yang dibelah menjadi 2 bagian).

b. Rumput diangkut mengunakan mobil pick up/truk.

c. Timbangan yang tersedia: timbangan sapi, timbangan kendaraan, timbangan rumput dan timbangan pakan.

d. Terdapat 2 mesin giling

e. Terdapat chopper untuk rumput dan chopper untuk jerami padi. f. Tempat bongkar dan muat

(loading chute ) memadai. g. Terdapat 4 mixer.

6. Bibit/bakal an

Bakalan sapi khusus untuk digemukkan bisa berasal dari sapi lokal atau impor, tergantung jenis sapi.

Bakalan berasal dari ternak impor dari Australia yaitu sapi Brahman Cross. Sapi bakalan yang digunakan harus

bebas dari penyakit menular seperti mulut dan kuku (Foot and Mouth Disease), penyakit ngorok, Rinderpest, brucellosis (keluron), anthrax (radang limpa), Blue tangue (lidah biru).

Sapi bakalan berasal dari Negara Australia yang terbebas dari penyakit menular. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum dan sesudah sampai ke peternakan oleh Balai Karantina dan Dinas Peternakan Kabupaten Banten. Usaha peternakan sapi potong yang

mengadakan kegiatan pembibitan telah

Usaha peternakan sapi potong yang mengadakan kegiatan pembibitan telah

25 mengikuti petunjuk, pengarahan, serta

pengawasan dari instansi yang berwenang.

mengikuti petunjuk, pengarahan, serta pengawasan dari instansi yang berwenang.

7. Pakan Ketersediaan pakan cukup bagi ternak, baik yang berasal dari hijauan/rumput, maupun pakan konsentrat yang dibuat sendiri atau berasal dari pabrik.

Ketersediaan pakan cukup, pakan hijauan berasal dari kebun HMT perusahaan yaitu rumput Taiwan dan jerami diperoleh dari daerah sekitar, pakan konsentrat diproduksi sendiri oleh perusahaan sedangkan bahan baku ransum berasal dari luar.

Bahan campuran pakan harus diperoleh dari sumber yang sudah mendapat izin. Ransum pakan yang digunakan tidak terkontaminasi mikroba, penyakit stimulant pertumbuhan, hormon, bahan kimia, obat-obatan, mycotoxin melebihi tingkat yang dapat diterima oleh pejabat yang berwenang dan Negara-negara pengimpor.

Bahan pakan diperoleh dari dalam negeri dan dilakukan pengujian analisis proksimat untuk setiap bahan pakan yang digunakan. Ransum yang digunakan tidak terkontaminasi mikroba, penyakit stimulant pertumbuhan, hormon, bahan kimia, obat-obatan, mycotoxin.

Dalam memenuhi kebutuhan pakan hijauan yang cukup bagi usaha peternakan sapi potong secara berkesinambungan, dapat bekerja sama dengan petani setempat untuk penyediaan hijauan pakan ternak.

Kebutuhan pakan hijauan cukup bagi usaha peternakan sapi potong secara berkesinambungan dan penanaman HMT dilakukan oleh perusahaan bekerja sama dengan masyarakat melalui sistem kemitraan.

8. Obat Hewan

Obat-obatan, bahan kimia dan bahan biologic untuk ternak yang digunakan sudah terdaftar.

Setiap obat memiliki nomor pendaftaran tersendiri.

Penggunaan obat hewan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Penggunaan obat keras di bawah pengawasan tim kesehatan hewan

26 (Keswan) yaitu dokter hewan dan

kepala unit kesehatan hewan. 9. Tenaga

Kerja

Semua karyawan yang bekerja pada usaha peternakan sapi potong berbadan sehat

Semua karyawan yang bekerja pada usaha peternakan sapi potong berbadan sehat jasmani dan rohani. Setiap karyawan mendapat kartu jaminan kesehatan dari perusahaan.

Pekerja disediakan pakaian kerja, sepatu bot, jas hujan dan peralatan lainya yang diperlukan.

Pekerja disediakan pakaian kerja, sepatu bot dan peralatan lainya yang diperlukan yang diberikan setiap tahun. Setiap usaha penggemukan sapi potong

hendaknya menjalankan ketentuan/ peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Sesuai persyaratan, karyawan digaji sesuai dengan jabatan, pendidikan dan masa kerja.

27 Tabel 2. Hasil Evaluasi Aspek Proses Produksi Penerapan GFP Sapi Penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa

No. Aspek Kondisi Seharusnya Kondisi dilapangan Kesesuaian/koreksi

1. Pemilihan bibit

Pemilihan sapi bakalan pada usaha penggemukan sapi potong harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Bangsa sapi murni atau persilangan. 2. Umur 1 sampai 2 tahun

3. Berat; untuk sapi lokal 100 – 150 kg, untuk sapi persilangan 250-350 kg

Sapi bakalan usaha penggemukan PT Lembu Jantan Perkasa berasal dari bangsa sapi persilangan yaitu sapi Brahman Cross (BX) dengan kisaran umur 2 tahun dengan bobot badan 250-350kg.

2. Kandang Setiap usaha penggemukan sapi potong yang akan didirikan harus merencanakan jumlah kandang yang akan dibangun sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan dipeliharan.

Usaha penggemukan PT Lembu Jantan Perkasa merencanakan jumlah kandang sesuai dengan jumlah dan jenis sapi yang akan dipelihara. Jumlah kandang penggemukan 7 kandang penggemukan, setiap kandang terdiri dari 8 - 14 pen. Daya tampung kandang penggemukan di PT Lembu Jantan Perkasa sekitar 4500 ekor dengan daya tampung setiap pen 50 - 60 ekor.

Kandang yang akan dibangun harus kuat, memenuhi syarat kesehatan, mudah dibersihkan, mempunyai drainase yang baik, sikulasi udara yang bebas dan dilengkapi tempat makan dan minum sapi serta bak desinfektan.

Kandang terbuat dari logam, kayu, beton dan besi sehingga dipastikan kuat, memenuhi syarat kesehatan, mudah dibersihkan, mempunyai drainase yang baik, sikulasi udara yang bebas dan dilengkapi tempat makan dan minum sapi serta bak desinfektan.

Sistem kandang dapat dibuat berkoloni/kelompok dan setiap

Kandang dibuat koloni dengan jumlah sapi 50- 60 ekor tiap pen dan memiliki

28 kelompok berisi 5-10 ekor sapi dengan

luas ruang (space) 10-20 m2.

luas ruang 3 m2 perekor. Jarak antar kandang dengan kandang

lainya minimal 10 m, dan jarak kandang dengan tempat penampungan limbah/kotoran sapi minimal 25 m. Sebaiknya bangunan kandang dibuat sedemikian rupa agar selalu mendapat cahaya pagi yang penuh ultra violet.

Jarak kandang penggemukan dengan kandang breeding dan kandang isolasi lebih dari 10 m, jarak kandang dengan tempat penampungan limbah/kotoran sapi sekitar 3 m. Bangunan kandang mendapat cahaya pagi yang penuh ultra violet.

Sebaiknya tempat

penampungan limbah/kotoran sapi berjarak lebih dari 25m dari kandang.

3. Pakan Pemberian pakan hijauan segar minimal 10% berat badan dan pakan konsentrat sekitar 0,4% dari berat badan. Pemberian pakan dilakukan 2 (dua) kali sehari.

Pemberian hijauan 1-2 % dari bobot badan dan pakan konsentrat 1,3 – 2 % berat badan. Pemberian pakan dilakukan 3 (tiga) kali sehari. Pemberian pakan disesuaikan dengan bobot badan, PBBH dan konsumsi pakan ternak.

Penyusunan ransum memperhatikan keseimbangan zat-zat makanan yang dapat dicerna dalam ransum. Zat-zat makanan dasar adalah energi dan lemak, protein, mineral dan vitamin serta serat kasar.

Penyusunan ransum dilakukan oleh supervisor feeding. Penyusunan ransum memperhatikan keseimbangan zat-zat makanan yang dapat dicerna dalam ransum.

Kebutuhan energi atau Total Digestible Nutrient (TDN), protein dan mineral untuk penggemukan sapi potong jantan untuk tujuan pemelihraan dan pertumbuhan dapat dilihat pada tabel.

Sesuai persyaratan. Ransum konsentrat yang diproduksi PT Lembu Jantan Perkasa untuk sapi penggemukan memiliki kandungan protein sebesar 12-14%.

Pakan tambahan yang digunakan memiliki ketentuan yang berlaku.

Pakan tambahan yang digunakan memiliki ketentuan yang berlaku. Pakan tambahan yang diberikan adalah urea

29 molasses block (UMB).

4. Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner A. Kesehatan Hewan 1. Situasi Penyakit

Usaha penggemukan sapi potong terutama usaha penggemukan harus terletak di daerah dimana tidak ditemukan gejala klinis atau bukti lain tentang penyakit mulut dan kuku (Foot and Mouth Disease), ingus jahat (Malignat Catarhal Fever), Bovine Ephemeral Fever, Lidah biru (Blue tangue), anthrax (Radang Limpa), Brucellosis (kluron menular).

Sesuai persyaratan, usaha penggemukan sapi potong terletak di daerah yang bebas endemik penyakit zoonosis.

2. Vaksinasi/pencegahan

a. Usaha bidudaya sapi potong harus melakukan vaksinasi dan pengujian/tes laboratorium terhadap penyakit tertentu yang ditetapkan oleh instansi berwenang.

b. mencatat setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang dipakai dalam kartu kesehatan ternak,

c. melaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat (instansi yang berwenang) setiap timbulnya kasus penyakit terutama yang diduga/dianggap penyakit menular.

a. Usaha penggemukkan sapi potong melakukan vaksinasi dan pengujian/tes laboratorium terhadap penyakit tertentu yang ditetapkan oleh instansi berwenang yaitu unit kesehatan hewan dan dinas peternakan kabupaten Banten.

b. Setiap ternak memiliki kartu kesehatan ternak.

c. Melaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat (instansi yang berwenang) setiap timbulnya kasus penyakit terutama yang diduga/dianggap penyakit menular. Namun selama ini belum pernah

30 terjadi kasus penyakit menular.

B. Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)

1. Lokasi usaha tidak mudah dimasuki binatang liar serta bebas dari hewan piaraan lainnya yang dapat menularkan penyakit.

2. Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi serangga, lalat dan hama lainnya.

3. Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak lainnya, pekerja yang melayani ternak yang sakit tidak diperkenankan melayani ternak yang sehat.

4. Menjaga agar tidak setiap orang dapat bebas keluar masuk kandang ternak yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit. 5. Membakar atau mengubur bangkai

kerbau yang mati karena penyakit menular.

6. Menyediakan fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk perusahaan. 7. Mengusahakan lokasi peternakan

tidak mudah dimasuki binatang

• Lokasi mudah dimasuki binatang liar sebab berdekatan dengan masyarakat, namun hanya mampu masuk hingga wilayah kebun HMT.

• Diterapkan pemakaian insektisida baik tabur dan cair.

• Terdapat pembagian tenaga kerja yang jelas untuk tiap-tiap unit. • Terdapat unit keamanan yang

memantau keluar masuk peternakan.

• Ternak mati segera dikuburkan setelah diperiksa penyebab kematiaannya.

• Tidak tersedia fasilitas desinfeksi untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk perusahaan. • Kandang dibersihkan setiap hari. • Ternak yang sakit di kandangkan

khusus ternak di kandang ternak sakit.

- Sebaiknya melakukan

koordinasi dengan

masyarakat agar ternak tidak digembalakan disekitar areal peternakan.

Tersedianya fasilitas

desinfeksi untuk

staf/karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk perusahaan.

-31 liar, bebas dari hewan piaraan

lainya yang dapat menularkan penyakit.

8. Melakukan desinfektan peralatan, penyemprotan, insektisida terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap hama-hama lainnya. 9. Melakukan pembersihan dan

pencucian kandang serta menyediakan pencuci hama. 10. Memiliki program vaksinasi

terhadap penyakit.

11. Melakukan pelaporan kepada yang berwenang apabila ditemukan gejala penyakit menular yang diatur dalam undang-undang. 12. Mengeluarkan ternak yang mati

dari kandang untuk segera dikubur/ dimusnahkan oleh petugas yang berwenang.

13. Mengelurkan ternak yang sakit dari kandang untuk segera diobati atau dipotong oleh petugas yang berwenang.

14. Ternak sapi potong bebas dari penyakit Tuberkulosis (TBC). 15. Menyediakan fasilitas desinfektan

untuk staf dan tamu serta kendaraan pada pintu masuk peternakan.

32 5. Penanganan

Hasil

Lama/waktu yang digunakan untuk penggemukan sapi potong berkisar antara 3-6 bulan sesuai umur dan kondisi sapi pada waktu mulai digemukkan.

Lama penggemukan 3 bulan sesuai umur dan kondisi sapi pada waktu mulai digemukkan.

Minimal satu bulan terakhir sebelum dipasarkan, pemberian ransum konsentrat ditingkatkan dari pemberian biasa dan pakan hijauan dikurangi dari pemberian biasa dan penggunaan anti biotic dan chemotropic diharapkan

Dokumen terkait