• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Hasil penelitian diperoleh ikan Garing (Tor tambra) sebanyak 56 ekor dengan distribusi tangkapan 26 ekor pada stasiun 1, 13 ekor pada stasiun 2 dan 17 ekor pada stasiun 3. Hasil analisis isi saluran pencernaan seluruh sampel ikan yang diperoleh pada tiga stasiun menunjukkan seluruh saluran pencernaan sampel ikan dalam kondisi berisi makanan. Hasil identifikasi pada 56 ekor ikan Garing (Tor tambra) dengan distribusi kelamin 46 ekor jantan dan 10 ekor betina diperoleh bahwa isi saluran pencernaan terdiri atas plankton 37 genus dalam 10 kelas, potongan tubuh serangga dan serasah daun.

Kebiasaan Makan Ikan Garing (Tor tambra)

Kebiasaan makan ikan Garing (Tor tambra) dianalisis menggunakan Indeks of Preponderance (IP) yang menggabungkan metode volumetrik dan metode frekuensi kejadian.Kebiasaan makan ikan Garing (Tor tambra) secara umum dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kebiasaan Makan Ikan Garing (Tor tambra) Secara Umum Jenis Makanan Indek of Preponderance (%)

Bacillariophyceae 0,2756 Chlorophyceae 88,3075 Conjugatophyceae 0,0569 Coscinodiscophyceae 0,0057 Cyanophyceae 0,2795 Euglenophyceae 0,0002 Mesotaeniaceae 0,0098 Oligochaeta 2,1669 Plecoptera 0,0867 Rhizopoda 0,0002 Serangga 8,6676 Daun 0,1432

a. Berdasarkan Jenis Kelamin

Kebiasaan makan ikan Garing (Tor tambra) berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kebiasaan Makan Ikan Garing (Tor tambra) Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Makanan

Indeks of Preponderance (%)

ST1 ST2 ST3

Jantan Betina Jantan Jantan Betina Bacillariophyceae 0,2524 0,5723 0,2991 0,2650 1,5273 Chlorophyceae 92,0815 85,6046 80,4869 74,2166 97,7938 Conjugatophyceae 0,0284 0 0,2264 0,1403 0 Coscinodiscophyceae 0,0142 0,0269 0 0 0 Cyanophyceae 0,1093 0,0741 0,8079 0,9665 0,0848 Euglenophyceae 0 0,0067 0 0 0 Mesotaeniaceae 0,0109 0,0606 0,0028 0 0 Oligochaeta 0,6294 2,9693 1,7472 15,9626 0,3818 Plecoptera 0,0535 0,0067 0,2795 0,1403 0 Rhizopoda 0 0 0,0028 0 0 Serangga 6,8201 6,4705 16,1472 8,2463 0,0424 Daun 0 4,2082 0 0,0623 0 b. Berdasarkan Ukuran

Kebiasaan makan ikan Garing (Tor tambra) berdasarkan ukuran dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kebiasaan Makan Ikan Garing (Tor tambra) Berdasarkan Ukuran

Jenis Makanan Indeks of Preponderance (%) 6,90 -10,60 10,61 - 14,30 14,31 – 18,00 18,01 - 21,80 Bacillariophyceae 0,5258 0,2132 0,2132 0,6775 Chlorophyceae 97,8550 91,8994 83.5044 49,3628 Conjugatophyceae 0,0018 0,0578 0,1174 0,1290 Coscinodiscophyceae 0,0163 0 0,0072 0,0323 Cyanophyceae 0,0921 0,0289 0,8872 0,8872 Euglenophyceae 0,0018 0 0 0 Mesotaeniaceae 0,0452 0,0036 0 0,0161 Oligochaeta 0,0289 1,9113 5,2691 4,6459 Plecoptera 0,0162 0,0144 0,3054 0.0726 Rhizopoda 0 0 0,0018 0 Serangga 1,4167 4,4260 9,6292 44,1684 Daun 0 1,4452 0,0650 0,0081

c. Berdasarkan Stasiun

Kebiasaan makan ikan Garing (Tor tambra) berdasarkan stasiun dapat dilihat pada Tabel 6 dan data isi saluran pencernaan secara rinci disajikan pada Lampiran 2.

Tabel 6. Kebiasaan makan ikan Garing (Tor tambra) Berdasarkan Stasiun Jenis Makanan Indeks of Preponderance (%) ST1 ST2 ST3 Bacillariophyceae 0,3185 0,2991 0,6417 Chlorophyceae 91,1760 80,4869 85,6237 Conjugatophyceae 0,0147 0,2264 0,0648 Coscinodiscophyceae 0,0163 0 0 Cyanophyceae 0,0875 0,8079 0,5912 Euglenophyceae 0,0005 0 0 Mesotaeniaceae 0,0209 0,0028 0 Oligochaeta 1,1435 1,7472 8,8320 Plecoptera 0,0361 0,2796 0,0648 Rhizopoda 0 0,0028 0 Serangga 6,8328 16,1471 4,1528 Daun 0,3529 0 0,0288

Rasio Panjang Tubuh dan Panjang Usus

Hasil penelitian diperoleh rasio panjang tubuh dan panjang usus yang menjadi salah satu parameter penentu spesialisasi kebiasaan makan ikan Garing (Tor tambra) yang dapat dilihat pada Tabel 7, data mentah panjang bobot ikan dapat dilihat pada Lampiran 3, dan data mentah panjang, bobot dan volume saluran pencernaan dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 7. Rasio Panjang Tubuh dan Panjang Usus Ikan Garing (Tor tambra) Kelas

Panjang Tubuh Panjang Usus

Rasio Kisaran (cm) Rata-rata Kisaran (cm) Rata-rata

1 6,90 - 10,60 8,75 8,20 - 18,20 13,30 1 : 1,52 2 10,61 - 14,30 12,00 18,30 - 26,80 22,55 1 : 1,81 3 14,31 - 18,00 16,00 20,60 - 42,70 31,65 1 : 1,96 4 18,10 - 21,80 19,95 33,30 - 56,10 44,70 1 : 2,24

Plankton

Hasil pengamatan plankton diperoleh 50 genus dalam 17 kelas dan potongan tubuh serangga.Berdasarkan hasil identifikasi plankton dan dianalisis secara kuantitatif diperoleh nilai kelimpahan plankton.Nilai kelimpahan plankton digunakan sebagai parameter untuk melihat jumlah ketersediaan pakan alami ikan Garing di sungai Batang Gadis.Nilai kelimpahan plankton dapat dilihat pada Tabel 8 dan data kelimpahan plankton pada masing-masing stasiun secara rinci disajikan pada Lampiran 5.

Tabel 8. Nilai Kelimpahan Plankton (ind/m3) Taksa Kelimpahan (Ind/m3) ST1 ST2 ST3 Bacillariophyceae 41.333,34 8.000,00 47.333,34 Chlorophyceae 90.000,00 54.000,00 40.666,67 Conjugatophyceae 4.666,67 2.000,00 2.666,67 Coscinodiscophyceae 8000,00 1333,34 1.333,34 Cyanophyceae 16.666,67 2.666,67 4.666,67 Euglenophyceae 666,67 0 0 Mesotaeniaceae 666,67 0 0 Phyrrophyceae 666,67 0 0 Ulvophyceae 2.000,00 0 666,67 Filosia 666,67 0 666,67 Mollusca 2.666,67 0 666,67 Oligochaeta 2.000,00 666,67 0 Plecoptera 666,67 0 0 Rhizopoda 2.666,67 0 1.333,34 Trichocercidae 666,67 0 0 Turbellaria 1.333,34 0 0 Serangga 3.333,34 1.333,34 2.666,67

Hasil pengamatan parameter biologi berupa plankton pada seluruh stasiun diperoleh nilai indeks keanekaragaman plankton (H') pada stasiun 1 sebesar 2,898082, stasiun 2 sebesar 1,811754 dan stasiun 3 sebesar 2,617709 sedangkan data mentah plankton disajikan pada Lampiran 6.

Kondisi Lingkungan Perairan

Hasil pengamatan kondisi lingkungan perairan terdiri atas faktor fisika dan kimia perairan.Faktor fisika terdiri atas suhu, kecepatan arus, kecerahan dan kedalaman, sedangkan parameter kimia terdiri atas pH dan DO.Nilai rata-rata faktor fisika dan kimia perairan dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 10 dan data parameter fisika kimia perairan secara rici disajikan pada Lampiran 7.

Tabel 9. Kisaran nilai rata-rata faktor fisika dan kimia perairan

Parameter Satuan Stasiun

1 2 3 Suhu ˚C 21-22 22 - 23 21,5 - 22 Kecepatan Arus m/s 1,6 - 2,5 0,71 - 1,6 0,625 - 1 Kecerahan m 0,4 - 0,5 0,2 - 0,7 0,1 - 0,35 Kedalaman m 0,2 - 0,7 0,6 - 0,8 0,1 - 0,6 pH - 6 - 7,4 6 - 9,4 5 - 9,2 DO mg/l 5 - 6 4 - 6,6 4,6 - 8,2 Pembahasan

Kebiasaan Makan Ikan Garing (Tor tambra)

Hasil pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai Indeks of Preponderance (IP) secara umum tertinggi terdapat pada kelas Chlorophyceae dengan nilai IP sebesar 88,3075% dan nilai IP terendah terdapat pada kelas Euglenophyceae dengan nilai IP sebesar 0,0002%. Menurut Nikolsky (1963) yang menyatakan makanan ikan yang memiliki nilai IP > 40% maka organisme tersebut sebagai makanan utama.Jika nilai IP 4 – 40 % maka organisme tersebut sebagai makanan pelengkap.Jika nilai IP < 4 % maka organisme tersebut sebagai makanan tambahan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 3 diperoleh makanan utama ikan Garing terdapat pada kelas Chlorophyceae dengan nilai IP sebesar 88,3075%, makanan plengkap ikan Garing terdapat pada serangga dengan nilai IP sebesar 8,6676%, dan makanan tambahan dengan nilai

IP < 4% terdapat pada kelas Oligochaeta, Bacillariophyceae, Conjugatophyceae, Coscinodiscophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae, Mesotaeniaceae, Plecoptera, Rhizopoda dan serasah daun.

Hasil pengamatan saluran pencernaan yang terdapat pada Tabel 3 didapatkan bahwa ikan Garing memiliki variasi makanan yang beragam yaitu fitoplankton, zooplankton, serangga dan serasah daun.Variasi makanan ikan Garing yang termasuk fitoplankton adalah kelas Chlorophyceae, Bacillariophyceae, Conjugatophyceae, Coscinodiscophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae, dan Mesotaeniaceae.Variasai makanan ikan Garing yang termasuk zooplankton adalah Oligochaeta, Plecoptera dan Rhizopoda.Menurut Effendie (1997) ikan yang memiliki jenis makanan yang bermacam-macam atau campuran disebut euryphagus.Hal ini menunjukkan bahwa ikan Garing tergolong dalam ikan euryphagus karena memiliki variasi makanan yang beragam.

Variasi makanan ikan Garing yang terdapat pada Tabel 3 menunjukkan bahwa makanan utama ikan Garing adalah kelas Chlorophyceae yang termasuk ke dalam fitoplankton yang menunjukkan ikan Garing merupakan ikan herbivora dan makanan lain dari ikan Garing diantaranya Oligochaeta, Plecoptera dan Rhizopoda yang termasuk ke dalam zooplankton serta potongan tubuh serangga menunjukkan ikan Garing merupakan ikan omnivora. Persentase nilai IP Chlorophyceae yang tertinggi dibandingkan jenis makanan lain menjadikan ikan Garing termasuk ke dalam ikan omnivora yang cenderung herbivora. Hasil ini selaras dengan penelitian Adjie (2009) yang menyatakan bahwa ikan Semah (Tor spp.) digolongkan ke dalam ikan omnivora dengan referensi pakan cenderung mengarah ke herbivora.Sedangkan penelitian yang dilakukan pada ikan yang

masih satu famili dengan ikan Garing yaitu anggota dari famili Cyprinidae di sungai Cimanuk oleh Tresna dkk. (2012) didapatkan bahwa ikan Genggehek (Mystacoleucus marginatus) dan ikan Nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan jenis herbivora, ikan Paray (Rasbora aprotaenia) termasuk ikan jenis omnivora cenderung herbivora dan ikan Mas (Cyprinus carpio) termasuk ikan jenis omnivora cenderung karnivora.

Hasil pada Tabel 7 menunjukkan bahwa ikan Garing memiliki panjang usus yang lebih panjang dibandingkan dengan panjang tubuh. Menurut Situmorang, dkk. (2013) bahwa ikan yang memiliki struktur anatomis panjang usus lebih panjang dibanding panjang tubuh adalah jenis ikan omnivora.Hasil perbandingan panjang usus dengan panjang tubuh ini lebih memperkuat bahwa ikan Garing merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora.

Hasil pada Tabel 3 menunjukkan bahwa makanan utama ikan Garing terdapat pada kelas Chlorophyceae dan hasil pada Tabel 8 menunjukkan bahwa kelas Chlorophyceae merupakan kelas yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan pakan alami ikan Garing di sungai Batang Gadis melimpah. Menurut Ibrahim, dkk. (2006) menyatakan bahwa kebiasaan makanan dari suatu jenis ikan berkaitan dengan kondisi ekologi perairannya.Sedangkan menurut Lagler (1977) jenis-jenis makanan yang dimakan suatu spesies ikan biasanya tergantung pada kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, ukuran dan umur ikan, musim serta habitat hidupnya. Hal ini menunjukkan ikan Garing memanfaatkan sumber makanan yang paling melimpah di perairan sebagai makanan utamanya dan diduga ikan Garing menyukai

makanan pada kelas Chlorophyceae karena makanan ini ditemukan hampir pada seluruh ikan sampel.

a. Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil pada Tabel 4 menunjukkan bahwa sampel ikan betina tidak ditemukan pada stasiun 2 dan makanan utama ikan Garing jantan dan betina relatif sama, yaitu kelas Chlorophyceae dengan nilai IP berkisar antara 74,2166 – 97,7938%. Makanan pelengkap ikan Garing berdasarkan jenis kelamin bervariasi pada setiap stasiun. Ikan Garing jantan dan betina pada stasiun 1 memiliki makanan pelengkap yang sama yaitu serangga dengan nilai IP masing-masing sebesar 6,8201% dan 6,4705%. Pada stasiun 2 hanya ditemukan ikan Garing jantan yang memiliki makanan pelengkap serangga dengan nilai IP sebesar 16,1471%. Sedangkan pada stasiun 3 ikan jantan memiliki makanan pelengkap kelas Oligochaeta dan serangga dengan nilai IP sebesar 15,9625% dan 8,2462%.

Makanan utama ikan Garing yang sama pada ikan jantan dan betina di seluruh stasiun diduga karena ketersediaan Chlorophyceae yang melimpah pada seluruh stasiun sehingga ikan Garing mudah mendapatkan jenis makanan ini. Hal ini didukung oleh Rumondang (2013) yang menyatakan bahwa kesamaan makanan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan makanan, jenis kelamin serta bentuk dan kondisi perairan.

b. Berdasarkan Ukuran

Hasil pada Tabel 5 menunjukkan variasi makanan yang beragam pada ukuran yang berbeda.Analisis makanan ikan berdasarkan kesamaan ukuran merupakan pendekatan pertama untuk mengetahui perubahan komposisi makanan

yang didasarkan pada faktor dalam ikan Garing, yaitu perubahan ukuran karena pertambahan umur ikan.

Berdasarkan data pada Tabel 5 didapatkan 4 kelas ukuran ikan Garing, yaitu ukuran 6,90 – 10,60 cm, 10,61 – 14,30 cm, 14,31 – 18,00 cm dan 18,01 – 21,80 cm. Pada ukuran 6,90 – 10,60 cm nilai IP tertinggi terdapat pada kelas Chlorophyceae dengan nilai IP sebesar 97,8550% yang menunjukkan bahwa ikan ukuran 6,90 – 10,60 cm memiliki makanan utama kelas Chlorophyceae. Nilai IP terendah terdapat pada kelas Rhizopoda dan serasah daun dengan nilai IP sebesar 0% yang menunjukkan bahwa ikan Garing pada ukuran ini tidak memakan makanan tersebut. Makanan tambahan ikan Garing ukuran 6,90-10,60 cm merupakan jenis makanan yang memiliki nilai IP < 4% yaitu kelas Bacillariophyceae, Conjugatophyceae, Coscinodiscophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae, Mesotaeniaceae, Oligochaeta, Plecoptera dan serangga.

Nilai IP tertinggi pada ikan Garing ukuran 10,61 – 14,30 cm terdapat pada kelas Chlorophyceae dengan nilai IP sebesar 91,8994% yang menunjukkan bahwa makanan tersebut merupakan makanan utama. Nilai IP terendah dengan nilai IP 0% terdapat pada kelas Coscinodiscophyceae, Euglenophyceae, dan Rhizopoda yang menunjukkan bahwa ikan pada ukuran 10,61 – 14,30 cm tidak memanfaatkan organisme tersebut sebagai makanan. Makanan pelengkap ikan Garing ukuran 10,61 – 14,30 cm, yaitu serangga dengan nilai IP sebesar 4,4260% dan makanan tambahan dengan nilai IP < 4% terdapat pada kelas Bacillariophyceae, Conjugatophyceae, Cyanophyceae, Mesotaeniaceae, Oligochaeta, Plecoptera dan serasah daun.

Ikan Garing ukuran 14,31 – 18,00 cm memiliki nilai IP tertinggi yang terdapat pada kelas Chlorophyceae dengan nilai IP sebesar 83,5044% yang menunjukkan makanan tersebut merupakan makanan utama. Nilai IP terendah dengan nilai IP sebesar 0% terdapat pada kelas Euglenophyceae dan Mesotaeniaceae yang menunjukkan bahwa ikan Garing pada ukuran 14,31 – 18,00 cm tidak memakan makanan tersebut dan makanan pelengkap terdapat pada kelas Oligochaeta dan serangga dengan nilai IP sebesar 5,2690% dan 9,6292% serta makanan tambahan dengan IP < 4% terdapat pada kelas Bacillariophyceae, Conjugatophyceae, Coscinodiscophyceae, Cyanophyceae, Plecoptera, Rhizopoda dan serasah daun.

Ikan Garing ukuran 18,01 – 21,80 cm memiliki niali IP tertinggi yang terdapat pada kelas Chlorophyceae dan serangga dengan nilai IP sebesar 49,36,28% dan 44,1684% yang menunjukkan makanan tersebut merupakan makanan utama. Nilai IP terendah dengan nilai sebesar 0% terdapat pada kelas Euglenophyceae dan Rhizopoda yang menunjukkan bahwa ikan Garing ukuran 18,01 – 21,80 cm tidak memakan makanan tersebut. Makanan pelengkap ikan Garing terdapat pada kelas Oligochaeta dengan IP sebesar 4,6459% dan makanan tambahan denga IP < 4% terdapat pada kelas Bacillariophyceae, Conjugatophyceae, Coscinodiscophyceae, Cyanophyceae, Mesotaeniacea, Plecoptera dan serasah daun.

Ikan Garing ukuran 6,90 – 10,60 cm memiliki keberagaman makanan yang lebih sedikit dibandingkan dengan ukuran lainnya dan memiliki makanan utama kelas Chlorophyceae serta persentase makanan lain merupakan makanan tambahan. Ikan Garing ukuran 10,61 – 14,30 cm memiliki keberagaman makanan

yang mulai bertambah dibandingkan ukuran yang lebih kecil dengan makanan utama Chlorophyceae, makanan pelengkap berupa serangga dan persentase makanan lain merupakan makanan tambahan.

Variasi makanan ikan Garing pada ukuran 14,31 – 18,00 cm memiliki komposisi yang lebih banyak dibandingkan dua ukuran dibawahnya dengan makanan utama Chlorophyceae, makanan pelengkap berupa serangga dan Oligochaeta, serta persentase makanan lain merupakan makanan tambahan. Perbedaan jenis makanan sangat terlihat pada ukuran 18,01 – 21,80 cm dengan makanan utama Chlorophyceae dan serangga, makanan pelengkap Oligochaeta dan persentase makanan lain merupakan makanan tambahan. Diduga ikan Garing pada ukuran 18,01 – 21,80 cm dan ukuran lebih besar diatasnya merupakan omnivora karena variasi makanan yang mulai beragam pada ukuran tersebut.

Menurut Effendie (1997) yang menyatakan bahwa jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi suatu spesies ikan biasanya bergantung pada umur, tempat dan waktu. Selanjutnya Situmorang, dkk. (2013) menyatakan bahwa perbedaan strategi makanan ditentukan kebiasaan dalam memanfaatkan, memilih makanan dan ketersediaan makanan di perairan, jenis kelamin dan perbedaan aktivitas.

c. Berdasarkan Stasiun

Hasil pada Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai IP tertinggi pada seluruh stasiun terdapat pada kelas Chlorophyceae dengan nilai IP berkisar 80,4869 – 91,1760% yang menunjukkan bahwa makanan tersebut merupakan makanan utama dan pada makanan pelengkap ikan Garing terdapat perbedaan jenis dan jumlah persentase makanan. Ikan Garing pada stasiun 1 dan 2 memanfaatkan

serangga sebagai makanan pelengkap dengan nilai IP sebesar 6,8328% dan 16,1471% sedangkan pada stasiun 3 ikan Garing memanfaatkan serangga dan Oligochaeta sebagai makanan pelengkap dengan nilai IP sebesar 4,1528% dan 8,8320%. Perbedaan ini diduga karena pada stasiun 3 ikan yang tertangkap memiliki ukuran lebih besar dibandingkan ukuran ikan pada stasiun lainnya sehingga memiliki kecenderungan variasi makanan yang lebih banyak.Hal ini sesuai dengan Rumondang (2013) yang menyatakan sejalan perubahan tubuh ikan, juga diikuti dengan semakin bervariasinya jenis makanan yang dimakan.

Hasil pada Tabel 8 menunjukkan bahwa ketersediaan makanan utama ikan Garing yaitu Chlorophyceae melimpah pada seluruh stasiun.Menurut Effendie (1997) keberadaan makanan di perairan dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan.Ketersediaan ini menunjukkan bahwa ikan Garing memanfaatkan jenis makanan yang paling melimpah pada habitatnya.Hal ini selaras dengan Rahmah (2010) variasi jumlah dan jenis makanan pada setiap stasiun diduga terkait dengan kondisi lingkungan perairan dan ketersediaan makanan di setiap stasiun.

Ikan Garing pada sungai Batang Gadis memiliki makanan utama berupa Chlorophyceae, makanan pelengkap berupa potongan tubuh serangga dan makanan tambahan berupa fito-zooplankton dan serasah daun. Sedangkan penelitian lain pada ikan genus Tor yang dilakukan Adjie (2009) di DAS Kapuas menyatakan bahwa ikan Semah (Tor spp.) memiliki makanan utama berupa lumut, makanan pelengkap berupa potongan buah-buahan dan makanan tambahan berupa fito-zooplankton dan cacing nematode. Hasil ini sesuai dengan pernyataan

Sawaliyah (2007), perbedaan tempat atau daerah dapat berbeda konsumsi makanannya baik jenis maupun jumlahnya.

Rasio Panjang Tubuh dan Panjang Usus

Beradasarkan perhitungan rasio panjang tubuh dan panjang usus pada Tabel 7 diperoleh nilai kisaran rasio panjang tubuh dan panjang usus sebesar 1 : 1,52 sampai 1 : 2,24. Berdasarkan Effendie (1997) yang menyatakan apabila usus berukuran sangat panjang dan beberapa kali dari panjang tubuhnya maka termasuk ikan herbivora. Tetapi berdasarkan makanan yang ada dalam saluran pencernaan terdapat serangga dan Tubifex maka ikan Garing (Tor tambra) dapat juga tergolong dalam ikan omnivora karena Effendie (2002) juga menyatakan apabila panjang usus sedang dengan panjang 2 – 3 kali dari panjang tubuhnya maka ikan tersebut tergolong dalam ikan omnivora. Hasil ini memperkuat bahwa ikan Garing termasuk ikan omnivora dengan referensi jenis makanan cenderung herbivora.

Plankton

Hasil pada Tabel 8 diperoleh 17 kelas plankton yang terdapat pada sungai Batang Gadis, yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Conjugatophyceae, Coscinodiscophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae, Mesotaeniaceae, Phyrrophyceae, Ulvophyceae, Filosia, Mollusca, Oligochaeta, Plecoptera, Rhizopoda, Trichocercidae, Turbellaria, dan serangga.

Hasil perhitungan plankton diperoleh data kelimpahan pada Tabel 8 yang menunjukkan kelas Chlorophyceae merupakan jenis yang paling melimpah di setiap stasiun dengan nilai kelimpahan 40666 – 90000 ind/m3, selanjutnya kelas Bacillariophyceae memiliki nilai kelimpahan 8000 – 47333 ind/m3 dan nilai

kelimpahan terendah dengan nilai kelimpah 0 – 666,67 ind/m3terdapat pada kelas Euglenophyceae, Mesotaeniaceae, Phyrrophyceae, Plecoptera dan Trichocerdia. Kelimpahan plankton sangat erat kaitannya dengan faktor fisika dan kimia yang mendukung kehidupan plankton. Menurut Silalahi (2009), kehidupan organisme sangat tergantung pada faktor lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik. Faktor lingkungan biotik adalah parameter fisika dan kimia perairan dan faktor lingkungan biotik bagi organisme adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya. Selanjutnya menurut Suin (2002), faktor biotik dan abiotik sangat mempengaruhi kehidupan organisme perairan.

Berdasarkan data perhitungan kuantitatif indeks keaneragaman plankton diperoleh nilai keanekaragam pada stasiun 1 sebesar 2,898082, stasiun 2 sebesar 1,811754 dan stasiun 3 sebesar 2,617709. Menurut Siregar (2009), apabila nilai keanekaragaman 0 < H' < 2,302 maka keanekaragaman berada pada level rendah. Apabila nilai keanekaragaman 2,302 < H' < 6,097 maka keanekaragaman berada pada level sedang dan apabila nilai keanekaragaman H' > 6,907 maka keanekaragaman berada pada level tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka stasiun 1 dan 3 memiliki keanekaragaman plankton pada level sedang dan stasiun 2 memiliki keanekaragaman plankton pada level rendah.

Keanekaragaman plankton pada sungai Batang Gadis sangat dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia perairan terutama kecepatan arus sungai Batang Gadis yang tergolong cepat sampai sangat cepat.Kondisi ini menyebabkan plankton yang ada dalam perairan terbawa oleh arus sehingga keanekaragaman plankton di sungai tersebut relatif rendah.Hal ini didukung oleh Gonawi (2009), arus dalam perairan mengalir merupakan faktor pembatas karena plankton-plankton yang

merupakan makanan bagi nekton tidak dapat bertahan dan cenderung untuk terbawa arus.

Kondisi Lingkungan Perairan

Berdasarkan hasil pengamatan faktor fisika dan kimia perairan pada Tabel 3 diperoleh nilai kisaran suhu 21 – 23˚C, nilai suhu tertinggi terdapat pada stasiun

2 yang berkisar 22 – 23˚C dan terendah terdapat pada stasiun 1 yang berkisar 21 –

22˚C. Nilai kisaran suhu tergolong masih pada ambang normal yang mendukung

kehidupan biota akuatik.Hasil ini didukung Effendi (2003) yang menyatakan kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton dan organisme di perairan adalah 20 - 30˚C.Hal ini menunjukkan bahwa kisaran suhu yang diukur masih

mendukung kehidupan ikan Garing dan pakan alami ikan Garing yaitu Chlorophyceae sebagai organisme perairan.

Nilai kecepatan arus berkisar 0,625 – 2,5 m/det, nilai kecepatan arus tertinggi terdapat pada stasiun 1 yang berkisar 1,6 – 2,5 m/det dan kecepatan arus terendah terdapat pada stasiun 3 yang berkisar 0,625 – 1 m/det. Berdasarkan nilai kecepatan arusnya sungai Batang Gadis memiliki kecepatan arus cepat sampai sangat cepat. Hal ini didasarkan pada pernyataan Mason (1981) diacu Gonawi (2009) yang mengelompokkan sungai berdasarkan kecepatan arus yaitu: arus yang sangat cepat (> 1 m/detik), arus yang cepat (0,5 – 1 m/detik), arus yang sedang (0,25 – 0,5 m/detik), arus yang lambat (0,1 – 0,25 m/detik) dan arus yang sangat lambat (< 0,1 m/detik). Kecepatan arus pada lokasi penelitian sesuai dengan habitat hidup ikan Garing karena menurut Haryono dan Subagja (2008) ikan Tambra hidup pada arus lambat sampai dengan deras.

Nilai kedalaman sungai Batang Gadis yang menjadi lokasi penelitian berkisar 0,1 – 0,8 m. Nilai kecerahan berkisar 0,1 – 0,7 m sehingga cahaya matahari masih bisa menembus hampir ke dasar sungai. Kondisi penetrasi yang hampir mencapai ke dasar ini masih tergolong jernih sehingga sangat mendukung kehidupan plankton dan ikan Garing (Tor tambra) pada habitat tersebut. Menurut Barus (2008) menyatakan bahwa aspek penetrasi cahaya sangat berpengaruh terhadap tingkat fotosintesis (fitoplankton) pada perairan dan menurut Haryono dan Subagja (2008) yang menyatakan bahwa habitat ikan Garing (Tor tambra) berada pada perairan jernih berbatu dan kedalaman tidak mencapai 1 (satu) meter. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kisaran kedalaman yang diukur masih mendukung kehidupan ikan Garing secara optimal.

Nilai pH berkisar antara 5 – 9,4 dengan nilai pH tertinggi terdapat pada stasiun 2 dengan kisaran nilai 6 – 9,4 dan nilai pH terendah terdapat pada stasiun 3 dengan kisaran 5 – 9,2 sedangkan pada stasiun 1 nilai pH cenderung pada kisaran pH normal dengan kisaran 6 – 7,4. Menurut Yeanny (2005) pH yang ideal di suatu perairan berkisar antara 6,5 – 8,5 dan nilai pH bervariasi dipengaruhi oleh suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, jenis dan stadium organisme. Hal ini menunjukkan pH di sungai Batang Gadis masih memenuhi kebutuhan hidup organisme yang hidup didalamnya termasuk ikan Garing dan plankton sebagai pakan alami ikan Garing.

Nilai DO berkisar antara 4 – 8,2 mg/l dengan nilai DO tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan nilai berkisar antara 4,6 – 8,2 mg/l dan nilai DO terendah terdapat pada stasiun 2 dengan nilai berkisar antara 4 – 6,6 mg/l sedangkan pada stasiun 1 nilai DO cenderung stabil dengan nilai berkisar antara 5 – 6 mg/l.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, batas minimum DO untuk kriteria air kegiatan budidaya ikan adalah 4 mg/l sehingga sungai Batang Gadis yang menjadi lokasi penelitian masih termasuk dalam habitat yang mendukung kehidupan ikan Garing.

Pengelolaan Sumberdaya Ikan Sungai Batang Gadis

Pengelolaan sumberdaya ikan sungai Batang Gadis diperlukan untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan hidup biota termasuk ikan Garing serta menjaga kualitas perairan tersebut.Berdasarkan pertimbangan yang didapatkan pada hasil dan pembahasan maka pengelolaan yang dapat direkomendasikan yaitu pengelolaan dalam menjaga ketersediaan pakan alami ikan dan pengelolaan dalam menjaga keberadaan ikan Garing. Pengelolaan sumberdaya ikan yang ada di sungai Batang Gadis merujuk kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air Pasal 1 ayat 9 bahwa konservasi sumberdaya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun generasi yang akan datang.

Pengelolaan yang mengarah pada menjaga ketersediaan pakan ikan Garing

Dokumen terkait