• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 19-42) diketahui bahwa proporsi lulangan biotip resisten-parakuat berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, jumlah malai per rumpun, jumlah biji per rumpun, dan bobot kering. Namun, proporsi lulangan biotip resisten-parakuat tidak berpengaruh nyata terhadap parameter waktu berbunga. Pada perlakuan proporsi lulangan biotip sensitif-parakuat berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.

Tabel 1. Karakteristik pertumbuhan E. indica biotip resisten-parakuat pada berbagai proporsi Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kelompok kolom yang

sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Tukey pada taraf 5%.

Tabel 2. Karakteristik pertumbuhan E. indica biotip sensitif-parakuat pada berbagai proporsi

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kelompok kolom yang sama adalah berbeda nyata berdasarkan Uji Tukey pada taraf 5%.

20

Jumlah Anakan per Rumpun

Berdasarkan data pengamatan dan hasil uji t (Lampiran 7 dan 8) diketahui bahwa proporsi lulangan 75% R : 25% S menunjukkan ada perbedaan signifikan jumlah anakan per rumpun antara biotip resisten-parakuat dan sensitif-parakuat. Namun, pada proporsi lulangan 50% R : 50% S dan 25% R : 75% S menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan jumlah anakan per rumpun antara biotip parakuat dan sensitif-parakuat. Proporsi lulangan biotip resisten-parakuat berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan per rumpun namun proporsi lulangan biotip sensitif-parakuat tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan per rumpun.

Pada perlakuan kontrol (ditanam secara tidak berkompetisi) biotip resisten-parakuat menghasilkan jumlah anakan per rumpun 4.25 anakan dan biotip sensitif-parakuat 2.38 anakan.

Tabel 3. Rataan Jumlah anakan per rumpun (anakan) E. indica biotip resisten-parakuat dan sensitif-resisten-parakuat pada berbagai proporsi tumbuhan

Proporsi Tumbuhan Keterangan : R = biotip resisten

S = biotip sensitif

parakuat dan biotip sensitif-parakuat. Proporsi lulangan biotip resisten-parakuat berpengaruh nyata pada jumlah anakan produktif namun proporsi lulangan biotip sensitif-parakuat tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif.

Tabel 4. Jumlah anakan produktif (anakan) E. indica biotip resisten-parakuat dan sensitif-parakuat pada berbagai proporsi tumbuhan

Proporsi Tumbuhan Keterangan : R = biotip resisten

S = biotip sensitif - = tidak ada penanaman

± = standart error

*= ada perbedaan rataan

Pada perlakuan kontrol (ditanam secara tidak berkompetisi) biotip resisten-parakuat menghasilkan jumlah anakan produktif sebanyak 0.25 dan biotip sensitif-parakuat sebesar 0.50.

Waktu Berbunga

Berdasarkan data pengamatan dan hasil uji t (Lampiran 11 dan 12) diketahui bahwa proporsi lulangan 75% R : 25% S, 50% R : 50% S, dan 25% R : 75% S menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara biotip parakuat dan biotip sensitif-parakuat. Pada proporsi lulangan biotip resisten-parakuat dan biotip sensitif-resisten-parakuat tidak berpengaruh nyata terhadap waktu berbunga.

22

Tabel 5. Waktu berbunga (HSPT) E. indica biotip resisten-parakuat dan sensitif-parakuat pada berbagai proporsi tumbuhan

Proporsi Tumbuhan Keterangan : R = biotip resisten

S = biotip sensitif rumpun antara biotip resisten-parakuat dan biotip sensitif-parakuat. Proporsi lulangan biotip resisten-parakuat berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun dan proporsi lulangan biotip sensitif-parakuat tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun.

Tabel 6. Jumlah malai per rumpun (malai) E. indica biotip resisten-parakuat dan sensitif-parakuat pada berbagai proporsi tumbuhan

Proporsi Tumbuhan Keterangan : R = biotip resisten

S = biotip sensitif - = tidak ada penanaman

± = standart error

*= ada perbedaan rataan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pada perlakuan yang ditanam tidak berkompetisi, biotip resisten-parakuat menghasilkan jumlah malai per rumpun sebesar 2.75 dan biotip sensitif-parakuat sebesar 3.88.

Jumlah Biji per Rumpun

Berdasarkan data pengamatan dan hasil uji t (Lampiran 11 dan 12) diketahui bahwa pada proporsi lulangan 75% R : 25% S dan proporsi 50% R : 50% menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan jumlah biji per rumpun biotip resisten-parakuat dan biotip sensitif-parakuat. Namun pada proporsi lulangan 25%

R : 75% S menunjukkan ada perbedaan signifikan jumlah biji per rumpun antara biotip resisten-parakuat dan biotip sensitif-parakuat. Proporsi lulangan biotip resisten-parakuat berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per rumpun namun proporsi lulangan biotip sensitif-parakuat tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per rumpun.

Pada perlakuan kontrol (ditanam secara tidak berkompetisi), biotip resisten-parakuat memiliki jumlah biji per rumpun sebesar 113.59 dan biotip sensitif-parakuat sebesar 159.41.

Tabel 7. Jumlah biji per rumpun (biji) E. indica biotip resisten-parakuat dan sensitif-parakuat pada berbagai proporsi tumbuhan

Proporsi Tumbuhan

1627.70 (±227.76) : 1172.23 (±201.36) 1040.70 (±123.43) : 1535.20 (±218.19) 1008.38 (±127.37) : 1534.83 (±112.38)*

- : 1326.78 (±126.23) Keterangan : R = biotip resisten

S = biotip sensitif - = tidak ada penanaman

± = standart error

*= ada perbedaan rataan

24

Bobot Kering

Berdasarkan data pengamatan dan hasil uji t (Lampiran 11 dan 12) diketahui bahwa pada proporsi lulangan 75% R : 25% S dan 50% R : 50% S menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan bobot kering biotip resisten-parakuat dan biotip sensitif-resisten-parakuat. Namun, proporsi lulangan 25% R : 75% S menunjukkan ada perbedaan signifikan bobot kering biotip resisten-parakuat dan biotip sensitif parakuat. Proporsi lulangan biotip resisten-parakuat berpengaruh nyata terhadap bobot kering, namun proporsi lulangan biotip sensitif-parakuat tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering.

Pada perlakuan kontrol atau penanaman tanpa kompetisi, biotip resisten-parakuat memiliki bobot kering sebesar 1.65 g dan pada biotip sensitif-resisten-parakuat memiliki bobot kering sebesar 1.50 g.

Tabel 8. Bobot kering per rumpun (g) E. indica biotip resisten-parakuat dan sensitif-parakuat pada berbagai proporsi tumbuhan

Proporsi Tumbuhan Keterangan : R = biotip resisten

S = biotip sensitif - = tidak ada penanaman

± = standart error

*= ada perbedaan rataan

Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa pada biotip resisten-parakuat lebih fit dibandingkan dengan biotip sensitif-resisten-parakuat pada parameter jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, jumlah malai per rumpun, jumlah biji per rumpun dan bobot kering (Tabel 1 dan 2). Pada parameter waktu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

berbunga pada biotip resisten-parakuat tidak ada perbedaan kebugaran dengan biotip sensitif-parakuat. Pada data hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa biotip resisten-parakuat lebih bugar dibandingkan biotip sensitif-parakuat. Hal ini sesuai dengan Sastrautomo (1990), setiap jenis gulma mempunyai potensi berbeda-beda dalam menghasilkan biji. Produksi setiap jenis gulma yang bervariasi ini sangat bergantung pada keadaan lingkungan dimana tumbuhan itu hidup serta dipengaruhi oleh daya kompetisi dan kerapatan gulma.

Jumlah anakan per rumpun pada biotip resisten-parakuat cenderung lebih banyak yang bugar dibandingkan biotip sensitif-parakuat pada semua proporsi penanaman (Tabel 3). Pada proporsi 75% R: 25% S memiliki perbedaan rataan jumlah anakan per rumpun dimana biotip resisten-parakuat lebih bugar dibandingkan biotip sensitif-parakuat. Jumlah anakan produktif biotip resisten-parakuat juga cenderung lebih bugar dibandingkan dengan biotip sensitif-parakuat. Namun, tidak ada perbedaan yang nyata antara jumlah anakan produktif biotip resisten-parakuat dengan biotip sensitif-parakuat. Hal ini dikarenakan biotip resisten sudah memiliki perubahan gen sehingga gulma memiliki daya adaptasi dan daya saing yang kuat serta memiliki sifat dapat bertahan hidup pada keadaan lingkungan yang kurang optimal. Hal ini sesuai dengan Holt and Thill (1996) yang menyatakan bahwa biotip resisten herbisida lebih baik, lebih cepat dan jumlah individu resisten akan menurunkan sumber daya dan seleksi tanaman melalui kompetisi. Hal ini didukung juga oleh Barus (2003) yang menyatakan gulma memiliki sifat mempertahankan diri dan segera beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya. Sifat ini diperoleh dari seleksi alam yang terjadi secara terus menerus.

26

Berdasarkan data penelitian parameter jumlah biji per rumpun tidak ada perbedaan yang signifikan antara biotip resisten-parakuat dan sensitif-parakuat.

Namun, pada Tabel 7 jumlah biji per rumpun biotip resisten-parakuat cenderung sedikit dibandingkan dengan biotip sensitif-parakuat. Hal ini dikarenakan setiap biotip memiliki potensi tersendiri dalam menghasilkan jumlah biji tergantung faktor-faktor pertumbuhan seperti iklim, maupun lingkungan tumbuh gulma tersebut. Hal ini sesuai dengan Sastroutomo (1990) yang menyatakan bahwa setiap jenis gulma mempunyai potensi untuk menghasilkan biji dalam jumlah yang berbeda-beda. Produksi biji yang sebenarnya sangat bervariasi tergantung dari lingkungan dimana gulma tumbuh. Meskipun pada tanah yang tidak subur, pada umumnya gulma dapat tumbuh dan memproduksi biji.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa E. indica biotip resisten-parakuat pada proporsi di atas 25% tidak menunjukkan pengurangan kebugaran di lapangan jika dibandingkan dengan biotip sensitif-parakuat. Hal ini dapat dilihat pada parameter jumlah anakan, jumlah anakan produktif, jumlah malai per rumpun, jumlah biji per rumpun dan bobot kering yang dihasilkan pada proporsi yang sama (Tabel 3, 4, 5, 6, 7, dan 8), E. indica biotip resisten-parakuat memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan biotip sensitif. Hal ini karena biotip resisten menghasilkan regenerasi yang juga tahan terhadap herbisida yang sama sehingga menyebabkan populasi tunggal di lahan pertanian. Hal ini sesuai dengan Purba (2009) yang menyatakan bahwa kemungkinan satu individu dari sekian juta individu yang diberi herbisida memiliki gen yang membuat individu tersebut kebal terhadap herbisida tersebut. Individu yang kebal tersebut tumbuh normal dan menghasilkan regenerasi sejumlah individu yang juga tahan terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

herbisida yang sama pada aplikasi herbisida berikutnya. Demikian seterusnya secara berulang-ulang, setiap pengaplikasian herbisida yang sama akan mematikan individu-individu yang sensitif dan meninggalkan individu-individu yang resisten. Jumlah individu-individu yang resisten tersebut pada suatu ketika menjadi signifikan dan menyebabkan kegagalan dalam pengendalian. Hal ini juga didukung oleh Qasem (2013) yang menyatakan bahwa semua gulma memiliki adaptasi. Adaptasi ini dapat bersifat fisik, morfologi, fisiologis, anatomis. Ini terjadi akibat perubahan beberapa genetik sebagai mutasi yang terjadi pada metode pengendalian tertentu. Mutasi ini setidaknya sebagian dominan dan diwariskan. Dengan demikian evolusi resistensi akan didorong oleh mutasi, intensitas seleksi, dominasi dan kebugaran dengan ada atau tidaknya herbisida.

Berdasarkan hasil penelitian, pada parameter jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, jumlah malai per rumpun, jumlah biji per rumpun, dan bobot kering (Tabel 3, 4, 6, 7, dan 8) dapat dilihat bahwa terjadi penurunan pada biotip resisten-parakuat bila ditanam dengan biotip sensitif-parakuat dibandingkan dengan penanaman hanya biotip resisten-parakuat. Ditanamnya biotip sensitif-parakuat membuat jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, jumlah malai per rumpun, jumlah biji per rumpun, dan bobot kering pada biotip resisten-parakuat menjadi turun. Hal ini mungkin karena adanya perubahan pada membran sel biotip resisten-parakuat sehingga kebugaran biotip resisten-parakuat mengalami penurunan dengan hadirnya biotip sensitif-parakuat. Hal ini sesuai dengan literatur Lingenfelter dan Hartwig (2007) yang menyatakan bahwa parakuat merupakan herbisida yang merusak membran sel dengan membentuk

28

radikal bebas sehingga menghalangi proses fotosintesis dalam menangkap cahaya sehingga tidak dapat memproduksi glukosa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dokumen terkait