• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Karakteristik Keluarga

Usia Suami dan Istri

Hampir dari separuh suami (43.3%) berada pada kategori dewasa awal dan dewasa madya. Usia suami paling muda 21 tahun dan usia paling tua 70 tahun. Terdapat lima keluarga responden yang tidak memiliki suami disebabkan telah meninggal dunia ataupun bercerai. Sehingga total suami pada penelitian ini 55 orang. Lebih dari separuh istri (61.7%) berada pada kategori dewasa awal sedangkan satu pertiga (33.3%) istri berada pada kategori dewasa madya. Usia istri paling muda 18 tahun dan usia paling tua 66 tahun. Sebaran suami dan istri berdasarkan usia terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sebaran suami dan istri berdasarkan usia

Sebaran usia (tahun) Suami Istri

n % n % Dewasa awal (18-40) 26 43.3 37 61.7 Dewasa madya (41-60) 26 43.3 20 33.3 Dewasa tua (>60) 3 5.0 3 5.0 Total 55 91.7 60 100.0 Min-Maks Mean± Stdev 21-70 38.8 ± 16.649 18-80 38.7 ± 13.209

Lama Pendidikan Suami dan Istri

Sebagian besar (80%) suami dan hampir seluruh (93.3%) istri menempuh pendidikan SD. Terdapat (1.7%) atau satu orang istri saja yang tidak tamat SD sehingga dikategorikan tidak sekolah.Tingkat pendidikan tertinggi pada suami(3.3%) dan istri (1.7%) adalah SMA. Sebaran suami dan istri menurut tingkat pendidikan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran suami dan istri berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Suami Istri

n % n % Tidak sekolah 0 0 1 1.7 SD 48 80 56 93.3 SMP 5 8.3 2 3.3 SMA/SMK 2 3.3 1 1.7 Perguruan Tinggi (PT) 0 0 0 0 Total 55 91.7 60 100.0 Min-Maks Mean±Stdev 6-12 5.95±2.243 0-12 6.10±1.231

Jenis Pekerjaan Suami dan Istri

Jenis pekerjaan suami merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan besar pendapatan keluarga yang diperoleh.Tabel 3 yang menunjukan jenis pekerjaan buruh tani paling banyak (50%). Hal ini dikarenakan lokasi penelitian memiliki area persawahan yang cukup luas sehingga sebagian suami memilih bekerja sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Sedangkan untuk jenis pekerjaan istri sebagian besar (86.7%) adalah tidak bekerja dan memilih menjadi ibu rumah tangga dalam kesehariannya tanpa memiliki pekerjaan sampingan lainnya. Namun, terdapat juga istri yang ikut bekerja dengan suaminya menjadi buruh tani (6.7%). Sebaran suami dan istri berdasarkan jenis pekerjaan terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran suami dan istri berdasarkan jenis pekerjaan

Tingkat pendidikan Suami Istri

n % n % Buruh tani 30 50.0 4 6.7 Buruh pabrik 7 11.7 1 1.7 Buruh bangunan 3 5.0 0 0 Pedagang 9 15.0 2 3.3 Wiraswasta 1 1.7 0 0 PNS 0 0 0 0 Karyawan swasta 2 3.3 0 0 Lain-lain 3 5.0 1 1.7 Tidak bekerja 0 0 52 86.7 Total 55 91.7 60 100.0 Besar Keluarga

Besar keluarga adalah jumlah total seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Menurut BKKBN besar keluarga dikategorikan menjadi tiga,

yaitu kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥ 8 orang). Tabel 4

menyajikan sebaran besar keluarga, kurang dari separuh (45%) keluarga contoh merupakan kategori keluarga kecil dan sedang. Jumlah anggota keluarga paling kecil dalam penelitian ini adalah tiga orang (memiliki satu anak) dan jumlah anggota keluarga paling besar adalah sebelas orang (memiliki sembilan anak). Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga

Besar keluarga (orang)* n %

Kecil (≤4 orang) 27 45.0 Sedang (5-7 orang) 27 45.0 Besar (≥8 orang) 6 10.0 Total 60 100.0 Min-Maks 3-11 5.00±1.707 Mean±Stdev *Kategori menurut BKKBN Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah sejumlah uang yang diperoleh oleh anggota keluarga dari hasil kerja yang dilakukannya. Pendapatan keluarga tidak hanya dapat diperoleh dari suami atau kepala keluarga saja, tetapi dapat diperoleh juga

dari hasil kerja istri atau anak yang telah bekerja. Pendapatan terkecil keluarga contoh adalah Rp150 000 per bulan dan pendapatan terbesar keluarga contoh adalah Rp1 500 000 per bulan dengan pendapatan keluarga per bulan rata-rata Rp429 166.67 yang dapat dilihat pada Tabel 5. Jika mengacu pada UMR Kabupaten Cianjur tahun 2013 yaitu Rp970 000 (Pemprov 2013) hanya sebanyak 3.4 persen keluarga contoh yang memiliki pendapatan keluarga per bulan diatas UMR.

Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per bulan

Pendapatan keluarga/bulan n % 150 000 - 600 000 53 88.3 601 000 – 1051 000 6 10.0 ≥1052 000 1 1.7 Total 60 Min-Maks Rp150 000-Rp1500 000 Rp429 166.67 ± Rp230 565.198 Mean±Stdev

Pendapatan Keluarga Per Kapita

Pendapatan keluarga per kapita adalah total pendapatan keluarga per bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Tujuan menghitung pendapatan keluarga per kapita adalah untuk mengetahui jumlah pendapatan yang layak dalam memenuhi kebutuhan minimal serta dapat mengetahui keluarga miskin atau tidak miskin.Tabel 6 menunjukan bahwa hampir seluruh (93.3%) keluarga contoh termasuk dalam keluarga miskin. Pendapatan per kapita minimum Rp18 750 dan pendapatan per kapita maksimum Rp300 000.

Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per kapita/bulan

Pendapatan per kapita* n %

Miskin (< Rp202 438) 56 93.3 Hampir Miskin (Rp202 438-Rp404 876) 4 6.7 Menengah ke atas (>Rp404 876) 0 0 Total 60 100 Min-Maks Mean±Stdev Rp18 750-Rp300 000 Rp96 888.20±Rp63 644.960 *Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur (BPS 2012) sebesar Rp202 438.00 menggunakan

*Kriteria menurut Puspitawati (2009) dalam Laporan: Survei Kepuasan Orang Tua terhadap Pelayanan Pendidikan Dasar yang disediakan oleh Sistem Desentralisasi Sekolah (Miskin: <1GK, Hampir Miskin: 1GK-2GK, Menengah ke atas: >2GK

Nilai-Nilai Keluarga

Hasil penelitian menunjukan bahwa keluarga masih memiliki nilai-nilai keluarga yang dianut seperti keluarga setuju bahwa arti keluarga merupakan sumber kebahagiaan, kenyamanan dan ketentraman (100%), tempat untuk berbagi suka dan duka (100%). Keluarga masih memaknai arti perkawinan dengan baik. Keluarga setuju bahwa perkawinan merupakan ikatan suci (100%) yang bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah (91.7%) walaupun ada beberapa responden yang telah bercerai dengan suaminya. Namun, mereka masih mengharapkan perkawinan yang lebih baik lagi. Keluarga masih memaknai pasangan sebagai pemimpin dalam keluarga (100%) dan pencari nafkah utama (95%). Hanya ada satu responden yang sudah tidak memiliki suami,

baik itu suaminya telah meninggal atau bercerai. Menurutnya suami sudah tidak dapat dikatakan lagi sebagai pencari nafkah utama dan pelindung keluarga. Keluarga masih memaknai arti anak dengan baik seperti anak sebagai titipan Tuhan YME dan penerus keturunan keluarga (100%).Walaupun ada sebagian anak dari responden yang sudah diajarkan untuk mencari nafkah keluarga (96.6%) untuk meningkatkan taraf hidup keluarga (98.3%).Makna keluarga, makna pernikahan, makna pasangan dan makna anak merupakan bagian dari pemaknaan terhadap nilai-nilai keluarga. Sebaran berdasarkan pemaknaan keluarga terhadap nilai-nilai keluarga dapat dilihat pada Tabel 7 dan untuk hasil selengkapnya tersaji dalam Lampiran 4.

Tabel 7 Sebaran berdasarkan nilai-nilai keluarga

No Pernyataan TS (1) KS (2) S (3) n % n % n % Makna Keluarga

1 Sekelompok orang yang memiliki hubungan darah 0 0 7 11.7 53 88.3 2 Tempat berbagi suka dan duka 0 0 0 0 60 100 3 Sumber kebahagiaan, kenyamanan dan ketentraman 0 0 0 0 60 100 4 Tempat untuk meneruskan generasi/keturunan 0 0 0 0 60 100 5 Sandaran hidup/tulang punggung 0 0 2 3.3 58 96.7

6 Harta yang paling berharga 0 0 0 0 60 100

Makna Perkawinan 7 Penyatuan antara laki-laki dan perempuan yang sah secara

agama dan hokum 0 0 0 0 60 100

8 Suatu ikatan yang suci dan sacral 0 0 0 0 60 100 9 Untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah dan

warahmah 0 0 5 8.3 55 91.7

10 Suatu komitmen masa depan dan tanggung jawab 0 0 2 3.3 58 96.7 Makna Pasangan

11 Suami adalah seorang imam atau pemimpin di dalam

keluarga 0 0 0 0 60 100

12 Keputusan keluarga suami yang menentukan 3 5.0 14 23.3 43 71.7 13 Seseorang yang menjadi teman dalam berbagi suka dan

duka 3 5.0 1 1.7 56 93.3

14 Pencari nafkah dan pelindung keluarga 3 5.0 0 0 57 95 15 Penentu kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga 3 5.0 0 0 57 95

Makna Anak

16 Titipan dan anugerah dari Tuhan YME 0 0 0 0 60 100 17 Buah cinta dalam suatu perkawinan 0 0 0 0 60 100

18 Penerus keturunan keluarga 0 0 0 0 60 100

19 Pencari nafkah tambahan keluarga 1 1.7 1 1.7 58 96.6 20 Meningkatkan taraf hidup keluarga 1 1.7 0 0 59 98.3 Keterangan: TS=Tidak Setuju; KS=Kurang Setuju; S=Setuju

Keluarga setuju bahwa anak laki-laki merupakan calon pencari nafkah utama dalam keluarga sehingga anak laki-laki harus dapat bersekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (75%), sedangkan untuk makna anak perempuan, responden setuju bahwa anak perempuan dapat membantu pekerjaan rumah tangga (73.3%) dan dapat memberikan kebahagian, keceriaan dan pemerhati dalam rumah tangga (71.7%). Pandangan terhadap pendidikan anak laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Setiap keluarga setuju anak laki-laki dan perempuan bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik untuk masa

depannya.Namun, keadaan ekonomi yang membuat anak-anak berhenti sekolah dan memutuskan untuk bekerja. Makna anak laki-laki, makna anak perempuan, makna pendidikan anak laki-laki serta makna pendidikan anak perempuan merupakan bagian dari makna nilai gender. Sebaran keluarga berdasarkan nilai-nilai gender dapat dilihat pada Tabel 8 dan untuk hasil selengkapnya tersaji dalam Lampiran 4.

Tabel 8 Sebaran berdasarkan nilai-nilai keluarga (nilai gender)

No Pernyataan TS (1) KS (2) S (3) n % n % n %

Makna Anak Laki-Laki 1 Pelindung bagi saudara perempuan dan keluarga di masa

depan 15 25 0 0 45 75

2 Tulang punggung keluarga 17 28.3 2 3.3 41 68.4 3 Calon pencari nafkah utama 14 23.3 1 1.7 45 75 4 Anak yang harus bertanggung jawab, tegas dan calon

pemimpin/imam 14 23.3 0 0 46 76.7

5 Anak yang harus bersekolah sampai ke jenjang yang lebih

tinggi 17 28.3 26 43.4 17 28.3

6 Anak yang bisa bekerja ke luar daerah atau merantau 14 23.3 4 6.7 42 70 Makna Anak Perempuan

7 Dapat membantu pekerjaan rumah tangga 15 25 1 1.7 44 73.3 8 Tidak diperbolehkan pulang larut malam 9 15 5 8.3 46 76.7 9 Anak yang manja dan lemah lembut 11 18.3 13 21.7 36 60 10 Lebih dalam memberikan kontribusi dalam ekonomi

keluarga 20 33.3 22 36.7 18 30

11 Anak yang lebih diperhatikan dalam pergaulannya 9 15 13 21.7 38 63.3 12 Memberikan kebahagiaan, keceriaan dan pemerhati dalam

rumah tangga 9 15 8 13.3 43 71.7

Makna Pendidikan Anak Laki-Laki

13 Bekal di masa depan untuk mencapai kesuksesan 14 23.3 4 6.7 42 70 14 Untuk mencari pekerjaan yang layak 14 23.3 1 1.7 45 75 15 Laki-laki akan menjadi pencari nafkah utama dalam

keluarganya 14 23.3 0 0 46 76.7

16 Tidak begitu penting, yang penting adalah bekerja 14 23.3 20 33.3 26 43.3 Makna Pendidikan Anak Perempuan

17 Bekal di masa depan dalam mencapai kesuksesan 12 20 6 10 42 70 18 Bermanfaat untuk mencari pekerjaan 12 20 9 15 39 65 19 Tidak perlu bersekolah terlalu tinggi karena nantinya akan

mengurus anak, suami dan rumah tangga 15 25 19 31.7 26 43.3 20 Investasi dalam memperbaiki kehidupan keluarga 13 21.7 23 38.3 24 40 Keterangan: TS=Tidak Setuju; KS=Kurang Setuju; S=Setuju

Komitmen

Komitmen merupakan keyakinan yang dipegang kuat oleh individu. Komitmen sangat diperlukan di dalam membangun sebuah keluarga. Salah satunya adalah komitmen terhadap nilai-nilai keluarga yang dianut dalam keluarga tersebut. Menurut Lestari 2012, keluarga yang memiliki komitmen dapat meraih suatu keberhasilan dan terdapat suatu kesetiaan terhadap keluarga dan kehidupan keluarga menjadi prioritas. Selain itu, pada saat yang sama komitmen anggota keluarga pada keluarga seperti sebuah kesatuan atau merasa satu tim. Ketika

tekanan-tekanan dari luar mengancam keluarga, anggota-anggota keluarga bertindak dan mau berkorban jika diperlukan untuk mempertahankan kesejahteraan keluarga (Stinnett 1986 dalam Siregar 2000). Hasil penelitian menunjukan bahwa komitmen terhadap nilai-nilai keluarga berada dalam kategori tinggi (96.7%). Seluruh keluarga masih berkomitmen kuat pada nilai-nilai keluarga yang dianut. Hanya saja yang masih menjadi permasalahan adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan pula yang mengakibatkan masyarakat kurang mendapatkan akses pendidikan (Mashud 2008). Hampir seluruh keluarga hanya sebatas lulusan SD dan bekerja sebagai buruh tani maupun buruh bangunan yang jika dilihat dari segi pendapatan tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebaran berdasarkan skor komitmen terhadap nilai-nilai keluarga terdapat pada Tabel 9 dan untuk hasil selengkapnya tersaji dalam Lampiran 5.

Tabel 9 Sebaran berdasarkan skor komitmen terhadap nilai-nilai keluarga

Kategori n % Rendah (0-33.3) 0 0 Sedang (33.4-66.7) 2 3.3 Tinggi (66.8-100) 58 96.7 Total 60 100.0 Interaksi Keluarga

Interaksi keluarga sangat diperlukan dalam sebuah keluarga. Interaksi tersebut terdiri dari interaksi suami istri, interaksi orang tua dan anak serta interaksi dengan keluarga besar. Situasi dalam keluarga secara langsung dan tidak langsung akan membentuk kualitas interaksi yang terjadi (Dewi RR 2012). Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi suami istri berada dalam kategori tinggi (78.3%), interaksi orang tua dengan anak serta interaksi dengan keluarga besar juga berada dalam kategori tinggi yaitu (68.3%) dan (98.3%). Sebaran berdasarkan skor interaksi keluarga yang diperoleh terdapat pada Tabel 10 dan untuk hasil selengkapnya tersaji dalam Lampiran 6.

Tabel 10 Sebaran berdasarkan skor interaksi keluarga

Kategori Interaksi suami-istri Interaksi orang tua-anak Interaksi dengan keluarga besar Total interaksi keluarga n % n % n % n % Rendah (0-33.3) 5 8.4 5 8.4 1 1.7 1 1.7 Sedang (33.4-66.7) 8 13.3 14 23.3 0 0 16 28.7 Tinggi (66.8-100) 47 78.3 41 68.3 59 98.3 43 71.6 Total 60 100 60 100 60 100 60 100

Potensi Perdagangan Manusia

Potensi perdagangan manusia merupakan suatu kemampuan yang memiliki kemungkinan untuk dilakukannya proses perekrutan, pengiriman dan pemindahan seseorang dengan bentuk ancaman, paksaan, penculikan atau bahkan dengan kekerasan dengan tujuan untuk dieksploitasi. Potensi perdagangan manusia

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam lingkungan keluarga sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar keluarga seperti lingkungan tempat tinggal. Potensi perdagangan manusia internal. Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir separuh keluarga (65%) memiliki masalah ekonomi dalam membiayai pendidikan anggota keluarganya sehingga banyak anggota keluarga yang tidak menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Rata-rata keluarga hanya lulus SD dan jika tidak melanjutkan pendidikan, keluarga mengizinkan setiap anggota keluarga untuk bekerja (70%). Hampir seluruh keluarga (93.3%) terbiasa menjual asset keluarga jika sedang mengalami persoalan ekonomi.Selain itu, hampir seluruh keluarga (76.7%) terbiasa berhutang jika tidak memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Biasanya keluarga memilih untuk berhutang di warung-warung dekat rumah untuk membeli beras dan lauk-pauk. Ketika sudah memiliki uang, keluarga akan membayar segala hutang-hutangnya tersebut. Hampir seluruh keluarga (78.3%) setuju bahwa kebahagian keluarga dapat dirasakan jika memiliki penghasilan yang tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga hampir seluruh keluarga (85.0%) lebih mengutamakan untuk memiliki penghasilan yang tinggi daripada menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Namun, hampir seluruh keluarga (98.3%) tetap masih selalu menanamkan nilai-nilai agama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebaran mengenai potensi perdagangan manusia internal terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran keluarga berdasarkan potensi perdagangan internal

No Pertanyaan Jawaban Ya

n %

1 Keluarga memiliki masalah ekonomi dalam membiayai pendidikan anggota keluarganya 39 65.0 2 Keluarga mengizinkan setiap anggota keluarga untuk bekerja jika tidak sekolah 42 70.0 3 Keluarga selalu mendorong setiap anggota keluarganya untuk bekerja ke luar negeri 9 15.0 4 Keluarga tidak terlalu memperhatikan lingkungan pergaulan setiap anggota keluarganya 9 15.0 5 Keluarga mewajibkan setiap anggota keluarga yang telah berusia remaja untuk mencari

penghasilan tambahan 17 28.3

6 Keluarga terbiasa berhutang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari apabila keluarga

tidak memiliki uang yang cukup 46 76.7

7 Menjual asset keluarga merupakan solusi dalam mengatasi persoalan ekonomi keluarga 56 93.3 8 Adanya pemahaman dalam keluarga bahwa penghasilan tinggi lebih diutamakan

dibandingkan dengan memiliki status pendidikan yang tinggi 51 85.0

9 Keluarga selalu menanamkan nilai-nilai agama dalam menjalani kehidupan sehari-hari 59 98.3 10 Adanya pemahaman dalam keluarga bahwa perempuan jauh lebih menguntungkan

dibandingkan laki-laki 6 10.0

11 Keluarga selalu mengarahkan setiap anggota keluarganya sejak dini untuk bekerja diluar

negeri 4 6.7

12 Keluarga tidak terlalu memperhatikan tentang dimana tempat anggota keluarganya untuk

bekerja 13 21.7

13 Keluarga tidak terlalu memperhatikan tentang jenis pekerjaan setiap anggota keluarganya 22 36.7 14 Kebahagiaan keluarga dapat dirasakan apabila keluarga memiliki penghasilan yang tinggi

sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup 47 78.3

Potensi perdagangan manusia eksternal. Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya satu keluarga (1.7%) yang mengatakan terdapat lingkungan prostitusi di sekitar rumah dan membuatnya merasa tidak nyaman sedangkan hampir seluruh keluarga (93.3%) mengatakan bahwa lingkungan rumah berada di jalur strategis untuk transportasi sehingga sering dikunjungi oleh orang luar. Seluruh keluarga (100%) setuju bahwa pendapatan keluarga dapat mempengaruhi

keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Hal ini dapat terlihat dari hampir seluruh keluarga (98.3%) mengalami tekanan ekonomi ketika ada peningkatan kebutuhan pokok. Solusi yang biasa dilakukan oleh keluarga salah satunya menjadi buruh migran ke luar kota atau luar negeri untuk memperoleh penghasilan yang lebih tinggi. Lebih dari separuh masyarakat sekitar (60.0%) memiliki pemahaman bahwa menjadi buruh migran jauh lebih menguntungkan secara ekonomi. Hal tersebut didukung oleh lebih dari separuh keluarga (71.7%) yang mengatakan bahwa kurangnya lapangan pekerjaan di sekitar lingkungan rumah sehingga memaksa keluarga untuk bekerja ke luar kota bahkan luar negeri. Selain itu, terdapat banyak anak yang putus sekolah dan menjadi pengangguran di sekitar lingkungan rumah (100%). Anak-anak yang putus sekolah akanlebih memilih untuk menikah ataupun bekerja. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga. Pada negara berkembang di daerah pedesaan beban ekonomi biasanya jauh lebih rendah jika anak tidak sekolah. Pada usia yang sangat dini anak mulai dapat menyokong penghasilan keluarga dengan bekerja ( Siregar F 2003). Selain adanya dukungan dari orang tua, hampir seluruh remaja memiliki gaya hidup yang cenderung konsumtif sehingga bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan remaja lebih memilih bekerja dibandingkan sekolah. Penduduk sekitar juga sudah terbiasa untuk bekerja sebagai buruh migran, baik ke luar kota maupun ke luar negeri sehingga banyak anak-anak yang ditinggalkan oleh ibunya bekerja dan diasuh oleh nenek maupun keluarga besar. Selain itu, jalur transportasi yang strategis karena merupakan jalur penghubung dari Jakarta, Bogor, Sukabumi menuju Bandung membuat lingkungan sekitar sering dikunjungi oleh orang luar. Disepanjang jalur terdapat banyak warung-warung kecil yang sering disinggahi oleh para supir-supir bus, angkot maupun truk dan aktivitas terlihat ramai jika sudah menjelang malam hari. Sebaran keluarga berdasarkan potensi perdagangan ekternal terdapat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran keluarga berdasarkan potensi perdagangan manusia eksternal

No Pertanyaan Jawaban Ya

n %

1 Terdapat lingkungan prostitusi di sekitar rumah yang membuat saya dan keluarga tidak merasa

nyaman 1 1.7

2 Adanya praktek prostitusi di lingkungan rumah sudah dianggap biasa oleh masyarakat sekitar 1 1.7 3 Keadaan lingkungan sekitar biasa memperkerjakan setiap anggotanya untuk bekerja di luar kota

atau di luar negeri 51 85.0

4 Lingkungan prostitusi merupakan hal yang meresahkan keluarga dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari 9 15.0

5 Kemajuan teknologi dan informasi saat ini memberikan dampak negatif terhadap kehidupan

anggota keluarga 15 25.0

6 Jalur transportasi yang strategis menyebabkan lingkungan rumah sering dikunjungi orang luar 56 93.3 7 Lingkungan sekitar dapat membawa pengaruh negatif kepada anggota keluarga dalam

menjalankan aktivitas sehari-hari 17 28.3

8 Di dalam masyarakat sekitar menjadi buruh migran ke luar negeri merupakan hal biasa yang

dilakukan oleh setiap anggota keluarganya 56 93.3 9 Masyarakat di sekitar rumah biasanya mewajibkan setiap anggota keluarga selain orangtua

untuk bekerja walaupun ada anggota keluarga yang masih berusia remaja 32 53.3 10 Pendapatan keluarga mempengaruhi pemenuhan kebutuhan ekonomi 60 100.0 11 Peningkatan kebutuhan barang pokok menyebabkan adanya tekanan ekonomi 59 98.3 12 Kurangnya lapangan pekerjaan di lingkungan sekitar rumah memaksa anggota keluarga untuk

bekerja di luar kota ataupun diluar negeri 43 71.7 13 Terdapat pemahaman di dalam masyarakat sekitar, bahwa dengan bekerja menjadi buruh

migran jauh lebih menguntungkan secara eknomi 36 60.0 14 Terdapat banyak anak yang putus sekolah dan penggangguran yang banyak di lingkungan

Menurut Tabel 13 potensi perdagangan manusia internal dan eksternal berada dalam kategori sedang (80.0%) dan (71.7%), artinya potensi untuk terjerumus pada kasus perdagangan manusia baik itu internal maupun eksternal tergolong sedang. Hal ini dapat disebabkan karena berdasarkan hasil wawancara lebih dari separuh keluarga mengaku memiliki masalah ekonomi sehingga solusi yang dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi persoalan ekonomi adalah menjual asset yang dimiliki. Selain itu, adanya pemahaman dalam keluarga bahwa memiliki penghasilan yang tinggi lebih diutamakan daripada melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, walaupun demikian hampir seluruh keluarga masih menanamkan nilai-nilai atau aturan dalam keluarga. Keadaan lingkungan di sekitar keluarga yang sudah terbiasa mengirim anggota keluarganya untuk bekerja baik itu di dalam negeri maupun luar negeri. Faktor kemiskinanlah yang mendorong manusia ingin bekerja apa saja yang dapat dilakukan yang penting dapat upah/ uang. Sehingga banyak dari mereka yang meninggalkan daerah asal.

Tabel 13 Sebaran keluarga berdasarkan skor potensi perdagangan manusia

Kategori Internal Eksternal

n % n %

Rendah (0-33.3) 3 5.0 1 1.7

Sedang (33.4-66.7) 48 80.0 43 71.7

Tinggi (66.8-100) 9 15.0 16 26.7

Total 60 100.0 60 100.0

Hubungan antar Variabel

Hubungan karakteristik keluarga dengan interaksi keluarga dapat dilihat pada Tabel 14. Interaksi suami istri sangat berhubungan positif signifikan dengan usia dan pendidikan suami. Semakin tinggi usia dan pendidikan suami, maka semakin baik interaksi antar suami istri. Interaksi suami istri juga sangat berhubungan negatif signifikan dengan usia istri. Semakin tinggi usia istri, maka semakin kurang interaksi antar suami istri. Interaksi orang tua dan anak sangat berhubungan positif signifikan dengan usia suami. Artinya semakin tinggi usiasuami maka semakin baik interaksi antara orang tua dengan anak. Sedangkan usia istri dan pendidikan istri berhubungan negatif signifikan dengan interaksi orang tua dan anak. Semakin tinggi usia dan pendidikan istri, maka semakin kurang interaksi orang tua dan anak. Interaksi dengan saudara berhubungan positif signifikan dengan usia dan pendidikan suami, artinya semakin tinggi usia dan pendidikan istri, maka semakin baik interaksi dengan saudara. Interaksi dengan saudara berhubungan negatif signifikan dengan pendidikan istri. Semakin tinggi pendidikan istri, maka semakin kurang interaksi yang terjadi dengan saudara besar. Secara keseluruhan total interaksi berhubungan negatif signifikan dengan usia suami, usia istri dan pendidikan suami. Semakin tinggi usia suami dan istri maka interaksi yang terjadi di dalam keluarga akan semakin kurang. Sedangkan semakin tinggi pendidikan suami maka akan semakin kurang interaksi yang terjadi dalam keluarga. Pendidikan suami yang tinggi akan membantu suami dalam memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian, jika suami yang menempuh pendidikan sampai jenjang yang tinggi yaitu SMA memiliki pekerjaan di luar kota dan untuk pulang ke rumah hanya seminggu

sekali atau bahkan sebulan sekali sehingga memang waktu untuk berinteraksi dengan keluarga masih cukup kurang.

Tabel 14 Hubungan karakteristik keluarga dengan interaksi keluarga

Variabel bebas Interaksi suami

istri

Interaksi orang tua dan anak

Interaksi dengan saudara

Total interaksi keluarga Usia suami (tahun) 0.430** 0.443** 0.428** -0.435** Usia istri (tahun) -0.482** 0.373** -0.128 -0.362** Pendidikan suami (tahun) 0.360** 0.255* 0.277* -0.330* Pendidikan istri (tahun) -0.198 -0.291* -0.351** -0.162

Besar keluarga -0.154 0.027 -0.036 -0.026

Pendapatan per kapita 0.163 0.183 0.075 -0.063 *korelasi signifikan pada level 0.05 level (2-tailed)

**korelasi signifikan pada level 0.01 level (2-tailed)

Hubungan karakteristik keluarga dengan potensi perdagangan manusia internal dapat dilihat pada Tabel 15. Hasil uji hubungan menunjukan semakin tinggi usia istri, maka akan semakin tinggi potensi perdagangan manusia internalnya. Hal ini dapat disebabkan karena istri yang usianya semakin tinggi memiliki pengawasan yang kurang terhadap anggota keluarganya. Istri lebih fokus

Dokumen terkait