• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai Keluarga, Interaksi Keluarga dan Potensi Perdagangan Manusia (Kasus di Kabupaten Cianjur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai-nilai Keluarga, Interaksi Keluarga dan Potensi Perdagangan Manusia (Kasus di Kabupaten Cianjur)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI KELUARGA, INTERAKSI KELUARGA DAN

POTENSI PERDAGANGAN MANUSIA

(Kasus di Kabupaten Cianjur)

RENA NING LARASATI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai-Nilai Keluarga, Interaksi Keluarga dan Potensi Perdagangan Manusia (Kasus di Kabupaten Cianjur) adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Rena Ning Larasati

(3)

ABSTRAK

RENA NING LARASATI. Nilai-Nilai Keluarga, Interaksi Keluarga, dan Potensi Perdagangan Manusia (Kasus di Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara interaksi keluarga dengan potensi perdagangan manusia. Penelitian dilakukan di Desa Sukatani, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur. Penelitian ini merupakan penelitian payung yang menggunakan teknik nonprobability sampling denganpurposive

sebanyak 60 orang. Contoh penelitian adalah istri pada keluarga miskin. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungannegatif signifikan antara interaksi orang tua dan anak dengan potensi perdagangan manusia internal sedangkan untuk interaksi suami istri dan interaksi dengan saudara tidak terdapat hubungan yang signifikan.

Kata kunci : interaksi keluarga, kemiskinan, komitmen, nilai-nilai keluarga, potensi perdagangan manusia

ABSTRACT

RENA NING LARASATI. Family Values, Family Interaction, and Potential for Human Trafficking (Case in Cianjur Regency).Supervised by HERIEN PUSPITAWATI.

The aim of this research was to examine the relationship between family interaction with potential human trafficking. The research was conducted in the Sukatani village, Haurwangi District, Cianjur Regency. This is umbrella research with uses nonprobability sampling technique with purposive as many 60 people. Samples of this research was the wife of a poor family. The data collected by interview based on questionnaire. The results showed that there was negative significance relationship between parent child interaction with potential trade man.

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

NILAI-NILAI KELUARGA, INTERAKSI KELUARGA DAN

POTENSI PERDAGANGAN MANUSIA

(Kasus di Kabupaten Cianjur)

RENA NING LARASATI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul Skripsi :Nilai-nilai Keluarga, Interaksi Keluarga dan Potensi Perdagangan Manusia (Kasus di Kabupaten Cianjur)

Nama : Rena Ning Larasati NIM : I24090033

Disetujui oleh

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Keluarga, Interaksi Keluarga dan Potensi Perdagangan Manusia (Kasus di Kabupaten Cianjur)” berhasil diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan rasa hormat, penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan selama penelitian kepada penulis. 2. Ir. Retnaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh

dosen atas bimbingannya selama penulis belajar di Ilmu Keluarga dan Konsumen.

3. Ibu Tuti selaku Kepala Bidang Bagian Pemberdayaan Keluarga dan Perempuan BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) Kabupaten Cianjur beserta jajarannya yang telah memberikan rekomendasi dan perizinan untuk lokasi penelitian.

4. Ibu Popon selaku kader di bidang keluarga untuk Kecamatan Haurwangi yang telah memberikan informasi terkait penelitian.

5. Kepala Desa Sukatani, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur beserta staff yang telah memberikan izin untuk pengambilan data.

6. Ibu Yuli beserta keluarga yang telah menyediakan tempat tinggal selama pengambilan data berlangsung.

7. Apa, ibu, dan seluruh keluarga besar atas dukungan, doa dan kasih sayangnya

8. Widyan Lutfil yang selalu memberikan dukungan dan doa

9. Teman sepayungku Merisa dan satu bimbingan skripsi Nesvi, Aida dan Salsa.

10.Mba Vivi dan Mba Tika yang turut membantu dan memberikan saran terkait penelitian

11.Sahabat-sahabatku Devinta, Nunu, Denissa, Ndai, Dinda, Didi dan teman-teman IKK 46.

Penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang ada, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna dan dapat dijadikan sebagai perbandingan maupun penambah pengetahuan para pembaca.

Bogor, Oktober2013

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

KERANGKA BERPIKIR 8

METODE 11

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 11

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 11

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 12

Pengolahan dan Analisis Data 12

Definisi Operasional 13

HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Karakteristik Keluarga 14

Nilai-Nilai Keluarga 16

Komitmen 18

Interaksi Keluarga 19

Potensi Perdagangan Manusia 19

Hubungan antar Variabel 22

Hubunganinteraksi keluarga dengan potensi perdagangan manusia internal 24

Pembahasan 24

SIMPULAN DAN SARAN 26

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 30

(8)

DAFTAR TABEL

1 Sebaran suami dan istri berdasarkan usia 14

2 Sebaran suami dan istri berdasarkan tingkat pendidikan 14 3 Sebaran suami dan istri berdasarkan jenis pekerjaan 15

4 Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga 15

5 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per bulan 16 6 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per kapita/bulan 16

7 Sebaran berdasarkan nilai-nilai keluarga 17

8 Sebaran berdasarkan nilai-nilai keluarga (nilai gender) 18 9 Sebaran berdasarkan skor komitmen terhadap nilai-nilai keluarga 19

10 Sebaran berdasarkan skor interaksi keluarga 19

11 Sebaran keluarga berdasarkan potensi perdagangan internal 20 12 Sebaran keluarga berdasarkan potensi perdagangan manusia eksternal 21 13 Sebaran keluarga berdasarkan skor potensi perdagangan manusia 22 14 Hubungan karakteristik keluarga dengan interaksi keluarga 23 15 Hubungan interaksi keluarga dengan potensi perdagangan manusia

internal 24

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran nilai-nilai keluarga, interaksi keluarga dan

potensi perdagangan manusia 10

2 Metode penarikan contoh 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambaran lokasi Penelitian 30

2 Hasil penelitian terdahulu 31

3 Jenis data, variabel, alat dan cara pengukuran dan skala 34 4 Sebaran keluarga berdasarkan nilai-nilai keluarga, komitmen, interaksi

keluarga 35

5 Sebaran keluarga berdasarkan komitmen terhadap nilai-nilai keluarga 37 6 Sebaran keluarga berdasarkan interaksi keluarga 38 7 Hasil uji korelasi karakteristik keluarga, nilai-nilai keluarga, komitmen,

interaksi keluarga, dan potensi perdagangan manusia 39

8 Indepth interview 41

(9)
(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah kasus perdagangan manusia terbesar dengan 3909 kasus (99.14%) (IOM 2010 dalam PKGA-IPB 2011). Menurut Mashud 2008, Indonesia bersama 22 negara lain dipandang sebagai sumber trafficking, baik di dalam negeri maupun antar negara. Selain itu Indonesia dinilai termasuk sumber utama perdagangan perempuan, anak-anak dan laki-laki, baik budak seks maupn korban kerja paksa (VOA Indonesia 2012). Di Indonesia kasus Tindak Perdagangan Orang (TPPO) meningkat dari tahun ke tahun dengan modus penempatan tenaga kerja ke luar negeri (Puspitawati 2012). Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang melakukan pengiriman terbesar dalam kasus perdagangan manusia dengan 920 kasus (23.3%) dan Kabupaten Cianjur merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki jumlah korban perdagangan manusia terbesar ketiga setelah Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Bandung (PKGA-IPB 2011).

Perdagangan manusia adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi (UU No 21 Tahun 2007 Pasal 1). Perdagangan manusia di seluruh dunia didorong oleh proses yang kompleks, namun secara umum adalah faktor kemiskinan (Neill2010). Indonesiamerupakan negara berkembang yang masih mengalami masalah pembangunan yaitu kemiskinan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2012 sebanyak 28 594.60 orang atau 11.66 persen dan total jumlah penduduk miskin terbesar Indonesia ada di pedesaan yaitu sebanyak 18 086.90 orang atau 14.70 persen.

(11)

keluarga merupakan suatu tempat atau wadah untuk menanamkan, mewariskan kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, dan nilai-nilai dari suatu generasi ke generasi berikutnya (Sudiasa 1992).

Nilai berfungsi sebagai pengatur sikap atau tindakan dalam keluarga. Nilai-nilai keluarga perlu dikomunikasikan di dalam keluarga melalui interaksi keluarga. Interaksi di dalam keluarga meliputi interaksi suami dan istri, interaksi orang tua dan anak serta interaksi antar saudara (Puspitawati 2013). Interaksi yang baik dapat berpengaruh baik pada kehidupan keluarga atau sebaliknya interaksi yang buruk akan berpengaruh buruk pula pada kehidupan keluarga sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan di dalam keluarga. Desa Haurwangi, Kabupaten Cianjur merupakan salah satu desa yang masih mengalami masalah kemiskinan dan menurut BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) Kabupaten Cianjur, desa tersebut berpotensi pada kasus perdagangan manusia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di desa tersebut untuk mengidentifikasi nilai-nilai keluarga, interaksi keluarga dan potensi perdagangan manusia.

Perumusan Masalah

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah sekitar 3 501.48 km² (BPS 2010). Menurut sensus penduduk 2000, penduduk Cianjur mencapai 1 931 480 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 982 164 jiwa dan perempuan 949 676 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2.23 persen (Cianjurkab.go.id). Kabupaten Cianjur sendiri masih belum terlepas dari masalah kemiskinan walaupun data BPS menunjukan bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Cianjur tiap tahunnya mengalami penurunan. Tahun 2010 presentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Cianjur sebanyak 14.32%, padahal pada tahun 2008 presentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Cianjur sebanyak 15.38%. Presentase jumlah penduduk miskin terbanyak terjadi pada tahun 2006, yaitu sebanyak 19.81%.

Kemiskinan dapat mendorong terjadinya berbagai permasalahan di dalam keluarga dan dapat memicu merosotnya komitmen pada nilai-nilai keluarga, seperti kasus perceraian, KDRT, bahkan sampai pada kasus perdagangan manusia. Data terakhir hasil perhitungan Kementerian Agama RI di tahun 2009 tercatat terjadinya 250 ribu kasus perceraian di Indonesia. Angka ini setara dengan 10 persen dari jumlah pernikahan di tahun 2009 sebanyak 2.5 juta. Jumlah perceraian tersebut naik 50 ribu kasus dibanding tahun 2008 yang mencapai 200 ribu perceraian (Bolang 2012). Sementara itu, untuk kasus KDRT menurut data komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan, kasus KDRT di Indonesia pada tahun 2006 berjumlah 16 709 kasus, tahun 2007 mencapai 22 517 kasus, tahun 2008 mengalami peningkatan hingga mencapai 35 398 kasus dan di tahun 2009 meningkat kembali menjadi 56 000 kasus (Komnas Perempuan 2012).

(12)

gaji yang sangat murah dan sering diperlakukan tidak manusiawi (Puspitawati 2012). Permasalahan sosial ekonomi yang dihadapi oleh keluarga dapat dijadikan sebagai cermin nilai-nilai keluarga yang dianut. Jika keluarga memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai keluarga yang dianut, permasalahan sosial ekonomi tidak akan menjadi suatu faktor yang menyebabkan keluarga matrealistis dan melupakan nilai-nilai keluarga yang dianut. Selain itu, kasus yang biasanya terjadi terkait masalah sosial ekonomi adalah terdapat keluarga yang rela menjebloskan anggota keluarganya ke dalam perdagangan manusia. Padahal keluarga sendiri merupakan unit pertama yang seharusnya bisa melindungi anggota keluarganya dari masalah perdagangan manusia. Namun pada kenyataannya masih ada keluarga yang berpotensi untuk menjadikan salah satu anggota keluarganya sebagai orang yang diperdagangkan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hal ini menunjukan bahwa nilai-nilai keluarga yang dianut telah mengalami kemerosotan.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bermaksud menganalisis masalah sebagai berikut

1. Bagaimana nilai-nilai keluarga yang dianut? 2. Bagaimana interaksi keluarga?

3. Bagaimana potensi perdagangan manusia?

4. Bagaimana hubungan interaksi keluarga dengan potensi perdagangan manusia?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Menganalisis hubungan antara nilai-niai keluarga, interaksi keluarga dengan potensi perdagangan manusia.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi nilai-nilai keluarga yang dianut 2. Mengidentifikasi interaksi keluarga

3. Mengidentifikasi potensi perdagangan manusia

4. Menganalisis hubungan interaksi keluarga dengan potensi perdagangan manusia pada keluarga

Manfaat Penelitian

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Keluarga

Keluarga adalah unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi masyarakat dan negara.Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologis, makan, dan minum.Tujuan dibentuknya keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota keluarga dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (Landis 1989;BKKBN 1992, diacu dalam Puspitawati 2012). Keluarga terdiri atas komposisi orang-orang yang disatukan dalam perkawinan, darah, atau adopsi. Hubungan antara suami dan istri adalah hubungan pernikahan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya berdasarkan hubungan darah atau adopsi. Keluarga saling berinteraksi dan saling berkomunikasi yang memerankan peran sosial dari suami dan istri, ibu, ayah, anak laki-laki dan anak perempuan serta saudara laki-laki dan saudara perempuan. Di dalam keluarga seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya dan berfungsi sebagai saksi segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dan lingkungannya (Wahyuningsih 2012).

Teori Struktural Fungsional

(14)

Nilai-nilai dalam Keluarga

Keluarga merupakan sebuah lingkungan pertama di mana sebuah ajaran dan pandangan tentang kehidupan diajarkan, disosialisasikan, dan ditanamkan. Keluarga juga merupakan suatu wadah yang mana suatu nilai diproses dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berlaku bagi masyarakat mana saja dan golongan sosial apapun. Para struktural-fungsionalis yang konservatif sangat percaya akan pentingnya institusi keluarga dalam menciptakan kedamaian dan kemakmuran masyarakat. Suatu gagasan yang memiliki kekuatan untuk ditransformasikan pada masyarakat juga berawal dari organisasi kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak ini. Nilai-nilai keluarga dapat dipandang sebagai struktur yang dapat menguatkan. Perubahan zaman membuat nilai-nilai menjadi terancam sehingga sangat penting untuk menjaga tradisi dan nilai-nilai hidup. Tanpa adanya nilai-nilai keluarga, keluarga akan goyah dan gagal (Blessing 2013). Oleh karena itu kita bisa melihat betapa pentingnya suatu keluarga dalam membentuk nilai-nilai yang beredar dalam masyarakat.

Komitmen

Nilai adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang atau masyarakat. Nilai bisa berarti sebuah kepercayaan tentang suatu hal, namun bukan hanya kepercayaan. Nilai mengarahkan seseorang untuk berperilaku yang sesuai dengan budayanya (Sumarwan 2004). Seseorang mempunyai nilai yang didasarkan pada nilai inti dari masyarakat tempat mereka tinggal, tetapi dimodifikasi oleh nilai dari kelompok lain dimana mereka menjadi anggotanya dan situasi kehidupan individual atau kepribadian (Engel J, dkk 1994). Nilai komitmen diperlukan dalam membangun sebuah keluarga karena dengan terbangunnya nilai komitmen yang kuat dapat mengemban semua konsekuensi yang hadir ketika formasi keluarga telah terbentuk. Menurut Lestari 2012, keluarga yang memiliki komitmen dapat meraih suatu keberhasilan dan terdapat suatu kesetiaan terhadap keluarga dan kehidupan keluarga menjadi prioritas.

Interaksi Keluarga

(15)

pendekatan interaksi melihat keluarga sebagai unit interaksi personal, dimana ayah, ibu, dan anak-anak akan saling menjalin hubungan dalam interaksi dan komunikasi. Pendekatan ini juga melihat bagaimana individu memainkan perannya masing-masing dalam keluarga dan bagaimana mereka memikirkan dan merasakan apa yang mereka lakukan dalam keluarga mereka dan terhadap anggota keluarga lainnya. Menurut Dewi RR (2012) situasi dalam keluarga secara langsung dan tidak langsung akan membentuk kualitas interaksi yang terjadi antara ibu dan anak.

Potensi Perdagangan Manusia

Perdagangan manusia adalah perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi atau menerima bayaran atau manfaat untuk memperoleh izin dari orang yang mempunyai wewenang atas orang lain untuk tujuan eksploitasi. Perdagangan manusia merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.Perdagangan manusia juga merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari pelanggaran harkat dan martabat manusia, oleh karena itu merupakan suatu tindak pidana (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007). Merujuk pada UN Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Espsecially Women and Children (2000) yang diacu dalam Mashud 2008, perdagangan manusia setidaknya terdiri atas tiga komponen: (1) rekrutmen, (2) transportasi, (3) perbatasan. Rekrutmen meliputi semua aktivitas proses perpindahan dari tempat asal, bisa dari tempat kelahiran atau tempat pertama dimana perempuan diajak (diluar tempat kelahirannya), atau tempat dimana mereka bertempat tinggal. Transportasi meliputi proses pergerakan dari tempat asal atau tempat dimana korban pertama kali ditemukan menuju ke tempat tujuan. Selama dalam perjalanan, korban sangat mungkin transit di beberapa tempat sebelum mencapai daerah tujuan.

Penyebab utama dari perdagangan manusia adalah ganda dan kompleks. Faktor dorongan dapat diidentifikasi dengan berbagai cara. Kesempatan kerja rendah, kerentanan sosial, kerentanan ekonomi, urbanisasi dan migrasi. Di sisi lain, upah kerja atau buruh paksa, migrasi tenaga kerja dan prostitusi, mitos budaya dan lain-lain dianggap faktor penarik bagi perdagangan anak perempuan (Hoque 2010). Penelitian mengenai perdagangan wanita yang dilakukan di lima negara, yaitu Indonesia, Filiphina, Thailand, Venezuela, dan Amerika Serikat menemukan sembilan faktor penyebab meningkatnya perdagangan manusia di seluruh dunia (Raymond 2001). Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Pengaruh kebijakan perekonomian global. Banyak sektor pelayanan yang menjadi indikator, seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kesejahteraan sosial yang sekarang sudah dikelola oleh swasta menyebabkan bertambahnya beban bagi keluarga yang harus membayar untuk pelayanan ini.

(16)

3. Permintaan pria untuk pelayanan seksual adalah pasar yang tidak pernah jenuh.

4. Struktur sosial hampir di seluruh dunia dibangun dalam ketidakadilan bagi wanita dan menyebabkan ketergantungan secara ekonomi pada pria dan suami pada umumnya.

5. Anggapan bahwa tubuh wanita merupakan objek seks dan dapat diperjualbelikan.

6. Kekerasan seksual terhadap anak-anak, menempatkan wanita muda untuk bekerja di dunia prostitusi.

7. Stereotipe bahwa eksotis berarti erotis menyebabkan permintaan akan wanita asing untuk memasuki dunia prostitusi mengalami peningkatan. 8. Peperangan atau konflik militer menyebabkan permintaan wanita untuk

ditempatkan di tempat konflik sebagai pelayan seksual untuk pria pasukan. 9. Kebijakan pembatasan imigrasi menyebabkan hilangnya kesempatan kerja

dengan dokumen berpergian yang sah.

(17)

KERANGKA BERPIKIR

Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologis, makan dan minum, dan sebagainya. Keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Peran keluarga disesuaikan dengan tahapan perkembangan keluarga. Diharapkan peran dan fungsi tersebut dapat mengantarkan keluarga pada satu tujuan yaitu terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota keluarga serta antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (BKKBN 1992).

Salah satu teori yang melandasi studi keluarga adalah teori struktural fungsional. Pendekatan teori struktural fungsional menekankan pada keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan sistem sosial dalam masyarakat. Konsep struktural fungsional sendiri salah satunya adalah adanya pembagian peran, tugas dan tanggung jawab, menjalankan fungsi, memiliki aturan atau nilai-nilai dalam keluarga dan memiliki tujuan (Puspitawati 2013). Karakteristik keluarga dapat memperlihatkan bagaimana keadaan suatu keluarga, seperti keadaan ekonominya yang dapat dilihat dari pendapatan keluarga yang diperoleh. Jika keluarga berada dalam kategori miskin tentunya keluarga memiliki permasalahan dalam hal ekonomi dan dari permasalahan ekonomi yang dihadapi tersebut akan memperlihatakan masih dipegang atau tidaknya nilai-nilai keluarga yang dianut. Dalam level individu, nilai merupakan representasi sosial atau keyakinan moral yang diinternalisasikan dan digunakan orang sebagai dasar rasional terakhir dari tindakan-tindakannya (Lestari 2012). Nilai-nilai keluarga sangat penting dimiliki karena dapat membentengi atau mengatur setiap anggota keluarga dalam berperilaku sehingga diperlukan komitmen agar nilai-nilai keluarga dapat tertanam kuat di dalam sebuah keluarga. Nilai-nilai keluarga yang dimaksud adalah pemaknaan keluarga terhadap makna keluarga, makna pernikahan, makna pasangan, makna anak yang termasuk ke dalam makna nilai keluarga sedangkan makna anak laki-laki, makna anak perempuan, makna pendidikan anak laki-laki, dan makna pendidikan anak perempuan termasuk ke dalam makna nilai gender.

(18)
(19)

Nilai-nilai keluarga:

- Makna keluarga

- Makna pernikahan

- Makna pasangan

- Makna anak

- Makna anak laki-laki

- Makna anak perempuan

- Makna pendidikan bagi anak laki-laki

- Makna pendidikan bagi anak perempuan

- Komitmen Karakteristik lingkungan

- Potensi eksternal

Interaksi keluarga

- Interaksi suami istri

- Interaksi orang tua dan anak

- Interaksi dengan saudara

Potensi perdagangan manusia:

- Potensi internal Karakteristik keluarga:

- Usia

- Pendidikan

- Pekerjaan

- Besar keluarga

- Jumlah anak

- Pendapatan keluarga/bulan

- Pendapatan per kapita

(20)

Kabupaten Cianjur

Kecamatan Haurwangi

Desa Sukatani

n=60

METODE

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Disain penelitian ini adalah Cross Sectional Study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu tertentu. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)di Desa Sukatani, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat dengan pertimbangan bahwa pengirim terbesar dalam kasus perdagangan manusia adalah Provinsi Jawa Barat dengan kasus (23.3%) dan Kabupaten Cianjur menduduki peringkat keenam dalam kasus terjadinya perdagangan manusia di Indonesia (IOM 2010 dalam PKGA-IPB 2011). Pemilihan Kecamatan Haurwangi merupakan rekomendasi dari BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) yang menyebutkan bahawa lokasi tersebut memiliki jumlah terbanyak untuk potensi perdagangan manusia dibandingkan dengan daerah lainnya yang berada di Kabupaten Cianjur. Penelitian dilakukan melalui tahap persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penulisan laporan. Waktu pengambilan data mulai dilakukan dari pada bulan Mei 2013.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Populasi pada penelitian ini adalah keluarga yang berada pada kriteria miskin. Penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling

denganpurposive melalui pemilihan data yang tersedia di Desa Sukatani. Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan topik potensi perdagangan manusia yang terjadi pada keluarga miskin di Desa Sukatani, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur. Jumlah contoh adalah 60 istri pada keluarga miskin dengan alasan memenuhi batas minimal statistik dan ini merupakan penelitian eksploratif. Metode penarikan contoh digambarkan secara lengkap pada Gambar 2.

Purposive

Purposive menurut BKBPP

Purposive menurut kriteria contoh

Purposive

(21)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner terstruktur. Data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian. Potensi perdagangan manusia diukur menggunakan instrumen dari Nurafifah (2012) yang dimodifikasi oleh penulis dan dibawah bimbingan Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc. Nilai-nilai keluarga, komitmen terhadap nilai-nilai keluarga, interaksi keluarga merupakan modifikasi dari instrumen Puspitawati (2012) serta disusun oleh penulis. Pengukuran variabel-variabel penelitian secara lengkap terdapat pada Lampiran 3.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner melalui tahap pengolahan data, yaitu tahap editing, entry, coding, scoring, cleaning dan analyzing. Analisis data menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS. Penelitian ini menggunakan analisis data seperti : (1) Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik keluarga meliputi usia, status dalam keluarga, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan keluarga per bulan, pendapatan per kapita, dan besar keluarga. Jenis kelamin dikategorikan laki-laki dan perempuan. Menurut BKKBN besar keluarga

dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu kecil (≤4 orang), sedang (5-7 orang),

dan besar (≥ 8 orang). Tingkat pendidikan dikelompokan menjadi tidak bersekolah, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi. Pekerjaan dikelompokkan menjadi petani/buruh tani, buruh pabrik, buruh bangunan, pedagang, wiraswasta, PNS, karyawan swasta, dan lainnya. Pendapatan per kapita per bulan diperoleh dari total pendapatan keluarga dalam sebulan dibagi jumlah anggota keluarga. Pendapatan keluarga per bulan diperoleh dari total pendapatan saat ini baik yang berasal dari pendapatan seluruh anggota keluarga dan penerimaan diluar pendapatan selama satu bulan. Analisis deskriptif yang digunakan antara lain: nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi; (2) Analisis inferensia yang digunakan, yaitu uji korelasi Pearson. Uji korelasi Pearson digunakan pada saat melakukan pengolahan data variabelinteraksi keluarga, dan potensi perdagangan manusia diubah dari bentuk skor menjadi bentuk rasio dengan cara indeks. Interaksi keluarga memiliki pernyataan “tidak pernah” diberi skor 1,

“kadang-kadang” diberi skor 2, dan “sering” diberi skor 3. Indeks=

x100

Setelah mendapatkan indeks setiap variabel, selanjutnya indeks dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Menentukan

cut off interaksi keluargadan potensi perdagangan manusia, maka dicari interval kelasnya (Slamet 1993) dengan menggunakanrumus berikut :

Interval kelas =

(22)

Berdasarkan interval kelas yang telah ditentukan, maka pengkategorian tiap variabel menggunakan rumus berikut :

a. Rendah : skor minimum ≤ x ≤ skor minimum + IK

b. Sedang : skor minimum + IK < x ≤ skor minimum + 2 IK c. Tinggi : skor minimum + 2 IK < x ≤ skor maksimum

Dengan menggunakan rumus di atas, maka interval kelas untuk variabel-variabel tersebut yaitu :

Interval kelas =

Dengan demikian cut off bagi nilai-nilai keluarga, interaksi keluarga dan potensi perdagangan manusia, yaitu :

a. Rendah : 0%-33.3% b. Sedang : 33.4%-66.6% c. Tinggi : 66.7%-100%

Definisi Operasional

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga

Interaksi keluarga adalah tindakan yang terjadi pada anggota keluarga yang mempunyai dampak saling menguntungkan atau berpengaruh

Karakteristik keluarga adalah kondisi atau keadaan keluarga yang dapat dilihat dari demografi dan keadaan sosial ekonomi keluarga

Karakteristik lingkungan adalah kondisi atau keadaan lingkungan sekitar keluarga

Keluarga adalah unit sosial terkecil di dalam masyarakat yang di dalamnya terdapat peran dan fungsi yang harus dijalankan untuk mencapai keluarga yang berkualitas

Komitmen adalah keteguhan dan kesungguhan yang kuat dalam memaknai nilai-nilai yang dianut

Nilai-nilai keluarga adalah sesuatu yang dianggap penting yang dianut dalam sebuah keluarga dan menjadi tolak ukur dalam berperilaku sehari-hari

Pekerjaan adalah status pekerjaan saat pengambilan data berlangsung

Pendapatan keluarga per bulan adalah diperoleh dari total pendapatan saat ini baik yang berasal dari pendapatan seluruh anggota keluarga dan penerimaan diluar pendapatan selama satu bulan

Pendapatan per kapita adalah Pendapatan total keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga

Perdagangan manusia adalah penjualan manusia, baik sebagai pekerja seks komersial maupun perdagangan organ tubuh manusia

Potensi eksternal adalah potensi yang berasal dari luar lingkungan keluarga

Potensi internal adalah potensi yang berasal dari dalam keluarga

Potensi adalah suatu hal yang mendorong terjadinya suatu tindakan

(23)

Trafficking adalah perekrutan, pengiriman, pemindahan seseorang dengan ancaman atau bentuk kekerasan, penipuan untuk tujuan eksploitasi

Usia suami dan istri adalah usia yang diambil ketika pengambilan data

Hampir dari separuh suami (43.3%) berada pada kategori dewasa awal dan dewasa madya. Usia suami paling muda 21 tahun dan usia paling tua 70 tahun. Terdapat lima keluarga responden yang tidak memiliki suami disebabkan telah meninggal dunia ataupun bercerai. Sehingga total suami pada penelitian ini 55 orang. Lebih dari separuh istri (61.7%) berada pada kategori dewasa awal sedangkan satu pertiga (33.3%) istri berada pada kategori dewasa madya. Usia istri paling muda 18 tahun dan usia paling tua 66 tahun. Sebaran suami dan istri berdasarkan usia terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sebaran suami dan istri berdasarkan usia

Sebaran usia (tahun) Suami Istri

n % n %

Lama Pendidikan Suami dan Istri

Sebagian besar (80%) suami dan hampir seluruh (93.3%) istri menempuh pendidikan SD. Terdapat (1.7%) atau satu orang istri saja yang tidak tamat SD sehingga dikategorikan tidak sekolah.Tingkat pendidikan tertinggi pada suami(3.3%) dan istri (1.7%) adalah SMA. Sebaran suami dan istri menurut tingkat pendidikan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran suami dan istri berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Suami Istri

(24)

Jenis Pekerjaan Suami dan Istri

Jenis pekerjaan suami merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan besar pendapatan keluarga yang diperoleh.Tabel 3 yang menunjukan jenis pekerjaan buruh tani paling banyak (50%). Hal ini dikarenakan lokasi penelitian memiliki area persawahan yang cukup luas sehingga sebagian suami memilih bekerja sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Sedangkan untuk jenis pekerjaan istri sebagian besar (86.7%) adalah tidak bekerja dan memilih menjadi ibu rumah tangga dalam kesehariannya tanpa memiliki pekerjaan sampingan lainnya. Namun, terdapat juga istri yang ikut bekerja dengan suaminya menjadi buruh tani (6.7%). Sebaran suami dan istri berdasarkan jenis pekerjaan terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran suami dan istri berdasarkan jenis pekerjaan

Tingkat pendidikan Suami Istri

n % n %

Besar keluarga adalah jumlah total seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Menurut BKKBN besar keluarga dikategorikan menjadi tiga,

yaitu kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥ 8 orang). Tabel 4 menyajikan sebaran besar keluarga, kurang dari separuh (45%) keluarga contoh merupakan kategori keluarga kecil dan sedang. Jumlah anggota keluarga paling kecil dalam penelitian ini adalah tiga orang (memiliki satu anak) dan jumlah anggota keluarga paling besar adalah sebelas orang (memiliki sembilan anak). Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga

Besar keluarga (orang)* n %

(25)

dari hasil kerja istri atau anak yang telah bekerja. Pendapatan terkecil keluarga contoh adalah Rp150 000 per bulan dan pendapatan terbesar keluarga contoh adalah Rp1 500 000 per bulan dengan pendapatan keluarga per bulan rata-rata Rp429 166.67 yang dapat dilihat pada Tabel 5. Jika mengacu pada UMR Kabupaten Cianjur tahun 2013 yaitu Rp970 000 (Pemprov 2013) hanya sebanyak 3.4 persen keluarga contoh yang memiliki pendapatan keluarga per bulan diatas UMR.

Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per bulan

Pendapatan keluarga/bulan n %

150 000 - 600 000 53 88.3

601 000 – 1051 000 6 10.0

≥1052 000 1 1.7

Total 60

Min-Maks Rp150 000-Rp1500 000

Rp429 166.67 ± Rp230 565.198 Mean±Stdev

Pendapatan Keluarga Per Kapita

Pendapatan keluarga per kapita adalah total pendapatan keluarga per bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Tujuan menghitung pendapatan keluarga per kapita adalah untuk mengetahui jumlah pendapatan yang layak dalam memenuhi kebutuhan minimal serta dapat mengetahui keluarga miskin atau tidak miskin.Tabel 6 menunjukan bahwa hampir seluruh (93.3%) keluarga contoh termasuk dalam keluarga miskin. Pendapatan per kapita minimum Rp18 750 dan pendapatan per kapita maksimum Rp300 000.

Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per kapita/bulan

Pendapatan per kapita* n %

Miskin (< Rp202 438) 56 93.3

Hampir Miskin (Rp202 438-Rp404 876) 4 6.7

Menengah ke atas (>Rp404 876) 0 0 *Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur (BPS 2012) sebesar Rp202 438.00 menggunakan

*Kriteria menurut Puspitawati (2009) dalam Laporan: Survei Kepuasan Orang Tua terhadap Pelayanan Pendidikan Dasar yang disediakan oleh Sistem Desentralisasi Sekolah (Miskin: <1GK, Hampir Miskin: 1GK-2GK, Menengah ke atas: >2GK

Nilai-Nilai Keluarga

(26)

baik itu suaminya telah meninggal atau bercerai. Menurutnya suami sudah tidak dapat dikatakan lagi sebagai pencari nafkah utama dan pelindung keluarga. Keluarga masih memaknai arti anak dengan baik seperti anak sebagai titipan Tuhan YME dan penerus keturunan keluarga (100%).Walaupun ada sebagian anak dari responden yang sudah diajarkan untuk mencari nafkah keluarga (96.6%) untuk meningkatkan taraf hidup keluarga (98.3%).Makna keluarga, makna pernikahan, makna pasangan dan makna anak merupakan bagian dari pemaknaan terhadap nilai-nilai keluarga. Sebaran berdasarkan pemaknaan keluarga terhadap nilai-nilai keluarga dapat dilihat pada Tabel 7 dan untuk hasil selengkapnya tersaji dalam Lampiran 4.

Tabel 7 Sebaran berdasarkan nilai-nilai keluarga

No Pernyataan

7 Penyatuan antara laki-laki dan perempuan yang sah secara

agama dan hokum 0 0 0 0 60 100

8 Suatu ikatan yang suci dan sacral 0 0 0 0 60 100

9 Untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah dan

warahmah 0 0 5 8.3 55 91.7

10 Suatu komitmen masa depan dan tanggung jawab 0 0 2 3.3 58 96.7 Makna Pasangan

11 Suami adalah seorang imam atau pemimpin di dalam

keluarga 0 0 0 0 60 100

12 Keputusan keluarga suami yang menentukan 3 5.0 14 23.3 43 71.7

13 Seseorang yang menjadi teman dalam berbagi suka dan

duka 3 5.0 1 1.7 56 93.3 Keterangan: TS=Tidak Setuju; KS=Kurang Setuju; S=Setuju

(27)

depannya.Namun, keadaan ekonomi yang membuat anak-anak berhenti sekolah dan memutuskan untuk bekerja. Makna anak laki-laki, makna anak perempuan, makna pendidikan anak laki-laki serta makna pendidikan anak perempuan merupakan bagian dari makna nilai gender. Sebaran keluarga berdasarkan nilai-nilai gender dapat dilihat pada Tabel 8 dan untuk hasil selengkapnya tersaji dalam Lampiran 4.

Tabel 8 Sebaran berdasarkan nilai-nilai keluarga (nilai gender)

No Pernyataan TS

1 Pelindung bagi saudara perempuan dan keluarga di masa

depan 15 25 0 0 45 75

2 Tulang punggung keluarga 17 28.3 2 3.3 41 68.4 3 Calon pencari nafkah utama 14 23.3 1 1.7 45 75

4 Anak yang harus bertanggung jawab, tegas dan calon

pemimpin/imam 14 23.3 0 0 46 76.7

5 Anak yang harus bersekolah sampai ke jenjang yang lebih

tinggi 17 28.3 26 43.4 17 28.3

10 Lebih dalam memberikan kontribusi dalam ekonomi

keluarga 20 33.3 22 36.7 18 30

11 Anak yang lebih diperhatikan dalam pergaulannya 9 15 13 21.7 38 63.3

12 Memberikan kebahagiaan, keceriaan dan pemerhati dalam

rumah tangga 9 15 8 13.3 43 71.7

Makna Pendidikan Anak Laki-Laki

13 Bekal di masa depan untuk mencapai kesuksesan 14 23.3 4 6.7 42 70 14 Untuk mencari pekerjaan yang layak 14 23.3 1 1.7 45 75

15 Laki-laki akan menjadi pencari nafkah utama dalam

keluarganya 14 23.3 0 0 46 76.7

16 Tidak begitu penting, yang penting adalah bekerja 14 23.3 20 33.3 26 43.3 Makna Pendidikan Anak Perempuan

17 Bekal di masa depan dalam mencapai kesuksesan 12 20 6 10 42 70 18 Bermanfaat untuk mencari pekerjaan 12 20 9 15 39 65

19 Tidak perlu bersekolah terlalu tinggi karena nantinya akan

mengurus anak, suami dan rumah tangga 15 25 19 31.7 26 43.3 20 Investasi dalam memperbaiki kehidupan keluarga 13 21.7 23 38.3 24 40 Keterangan: TS=Tidak Setuju; KS=Kurang Setuju; S=Setuju

Komitmen

(28)

tekanan-tekanan dari luar mengancam keluarga, anggota-anggota keluarga bertindak dan mau berkorban jika diperlukan untuk mempertahankan kesejahteraan keluarga (Stinnett 1986 dalam Siregar 2000). Hasil penelitian menunjukan bahwa komitmen terhadap nilai-nilai keluarga berada dalam kategori tinggi (96.7%). Seluruh keluarga masih berkomitmen kuat pada nilai-nilai keluarga yang dianut. Hanya saja yang masih menjadi permasalahan adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan pula yang mengakibatkan masyarakat kurang mendapatkan akses pendidikan (Mashud 2008). Hampir seluruh keluarga hanya sebatas lulusan SD dan bekerja sebagai buruh tani maupun buruh bangunan yang jika dilihat dari segi pendapatan tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebaran berdasarkan skor komitmen terhadap nilai-nilai keluarga terdapat pada Tabel 9 dan untuk hasil selengkapnya tersaji dalam Lampiran 5.

Tabel 9 Sebaran berdasarkan skor komitmen terhadap nilai-nilai keluarga

Kategori n %

Interaksi keluarga sangat diperlukan dalam sebuah keluarga. Interaksi tersebut terdiri dari interaksi suami istri, interaksi orang tua dan anak serta interaksi dengan keluarga besar. Situasi dalam keluarga secara langsung dan tidak langsung akan membentuk kualitas interaksi yang terjadi (Dewi RR 2012). Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi suami istri berada dalam kategori tinggi (78.3%), interaksi orang tua dengan anak serta interaksi dengan keluarga besar juga berada dalam kategori tinggi yaitu (68.3%) dan (98.3%). Sebaran berdasarkan skor interaksi keluarga yang diperoleh terdapat pada Tabel 10 dan untuk hasil selengkapnya tersaji dalam Lampiran 6.

Tabel 10 Sebaran berdasarkan skor interaksi keluarga

Kategori

(29)

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam lingkungan keluarga sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar keluarga seperti lingkungan tempat tinggal. Potensi perdagangan manusia internal. Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir separuh keluarga (65%) memiliki masalah ekonomi dalam membiayai pendidikan anggota keluarganya sehingga banyak anggota keluarga yang tidak menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Rata-rata keluarga hanya lulus SD dan jika tidak melanjutkan pendidikan, keluarga mengizinkan setiap anggota keluarga untuk bekerja (70%). Hampir seluruh keluarga (93.3%) terbiasa menjual asset keluarga jika sedang mengalami persoalan ekonomi.Selain itu, hampir seluruh keluarga (76.7%) terbiasa berhutang jika tidak memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Biasanya keluarga memilih untuk berhutang di warung-warung dekat rumah untuk membeli beras dan lauk-pauk. Ketika sudah memiliki uang, keluarga akan membayar segala hutang-hutangnya tersebut. Hampir seluruh keluarga (78.3%) setuju bahwa kebahagian keluarga dapat dirasakan jika memiliki penghasilan yang tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga hampir seluruh keluarga (85.0%) lebih mengutamakan untuk memiliki penghasilan yang tinggi daripada menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Namun, hampir seluruh keluarga (98.3%) tetap masih selalu menanamkan nilai-nilai agama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebaran mengenai potensi perdagangan manusia internal terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran keluarga berdasarkan potensi perdagangan internal

No Pertanyaan Jawaban Ya

n %

1 Keluarga memiliki masalah ekonomi dalam membiayai pendidikan anggota keluarganya 39 65.0 2 Keluarga mengizinkan setiap anggota keluarga untuk bekerja jika tidak sekolah 42 70.0 3 Keluarga selalu mendorong setiap anggota keluarganya untuk bekerja ke luar negeri 9 15.0 4 Keluarga tidak terlalu memperhatikan lingkungan pergaulan setiap anggota keluarganya 9 15.0

5 Keluarga mewajibkan setiap anggota keluarga yang telah berusia remaja untuk mencari

penghasilan tambahan 17 28.3

6 Keluarga terbiasa berhutang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari apabila keluarga

tidak memiliki uang yang cukup 46 76.7

7 Menjual asset keluarga merupakan solusi dalam mengatasi persoalan ekonomi keluarga 56 93.3

8 Adanya pemahaman dalam keluarga bahwa penghasilan tinggi lebih diutamakan

dibandingkan dengan memiliki status pendidikan yang tinggi 51 85.0

9 Keluarga selalu menanamkan nilai-nilai agama dalam menjalani kehidupan sehari-hari 59 98.3

10 Adanya pemahaman dalam keluarga bahwa perempuan jauh lebih menguntungkan

dibandingkan laki-laki 6 10.0

11 Keluarga selalu mengarahkan setiap anggota keluarganya sejak dini untuk bekerja diluar

negeri 4 6.7

12 Keluarga tidak terlalu memperhatikan tentang dimana tempat anggota keluarganya untuk

bekerja 13 21.7

13 Keluarga tidak terlalu memperhatikan tentang jenis pekerjaan setiap anggota keluarganya 22 36.7

14 Kebahagiaan keluarga dapat dirasakan apabila keluarga memiliki penghasilan yang tinggi

sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup 47 78.3

(30)

keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Hal ini dapat terlihat dari hampir seluruh keluarga (98.3%) mengalami tekanan ekonomi ketika ada peningkatan kebutuhan pokok. Solusi yang biasa dilakukan oleh keluarga salah satunya menjadi buruh migran ke luar kota atau luar negeri untuk memperoleh penghasilan yang lebih tinggi. Lebih dari separuh masyarakat sekitar (60.0%) memiliki pemahaman bahwa menjadi buruh migran jauh lebih menguntungkan secara ekonomi. Hal tersebut didukung oleh lebih dari separuh keluarga (71.7%) yang mengatakan bahwa kurangnya lapangan pekerjaan di sekitar lingkungan rumah sehingga memaksa keluarga untuk bekerja ke luar kota bahkan luar negeri. Selain itu, terdapat banyak anak yang putus sekolah dan menjadi pengangguran di sekitar lingkungan rumah (100%). Anak-anak yang putus sekolah akanlebih memilih untuk menikah ataupun bekerja. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga. Pada negara berkembang di daerah pedesaan beban ekonomi biasanya jauh lebih rendah jika anak tidak sekolah. Pada usia yang sangat dini anak mulai dapat menyokong penghasilan keluarga dengan bekerja ( Siregar F 2003). Selain adanya dukungan dari orang tua, hampir seluruh remaja memiliki gaya hidup yang cenderung konsumtif sehingga bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan remaja lebih memilih bekerja dibandingkan sekolah. Penduduk sekitar juga sudah terbiasa untuk bekerja sebagai buruh migran, baik ke luar kota maupun ke luar negeri sehingga banyak anak-anak yang ditinggalkan oleh ibunya bekerja dan diasuh oleh nenek maupun keluarga besar. Selain itu, jalur transportasi yang strategis karena merupakan jalur penghubung dari Jakarta, Bogor, Sukabumi menuju Bandung membuat lingkungan sekitar sering dikunjungi oleh orang luar. Disepanjang jalur terdapat banyak warung-warung kecil yang sering disinggahi oleh para supir-supir bus, angkot maupun truk dan aktivitas terlihat ramai jika sudah menjelang malam hari. Sebaran keluarga berdasarkan potensi perdagangan ekternal terdapat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran keluarga berdasarkan potensi perdagangan manusia eksternal

No Pertanyaan Jawaban Ya

n %

1 Terdapat lingkungan prostitusi di sekitar rumah yang membuat saya dan keluarga tidak merasa

nyaman 1 1.7

2 Adanya praktek prostitusi di lingkungan rumah sudah dianggap biasa oleh masyarakat sekitar 1 1.7

3 Keadaan lingkungan sekitar biasa memperkerjakan setiap anggotanya untuk bekerja di luar kota

atau di luar negeri 51 85.0

4 Lingkungan prostitusi merupakan hal yang meresahkan keluarga dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari 9 15.0

5 Kemajuan teknologi dan informasi saat ini memberikan dampak negatif terhadap kehidupan

anggota keluarga 15 25.0

6 Jalur transportasi yang strategis menyebabkan lingkungan rumah sering dikunjungi orang luar 56 93.3 7 Lingkungan sekitar dapat membawa pengaruh negatif kepada anggota keluarga dalam

menjalankan aktivitas sehari-hari 17 28.3

8 Di dalam masyarakat sekitar menjadi buruh migran ke luar negeri merupakan hal biasa yang

dilakukan oleh setiap anggota keluarganya 56 93.3

9 Masyarakat di sekitar rumah biasanya mewajibkan setiap anggota keluarga selain orangtua

untuk bekerja walaupun ada anggota keluarga yang masih berusia remaja 32 53.3 10 Pendapatan keluarga mempengaruhi pemenuhan kebutuhan ekonomi 60 100.0 11 Peningkatan kebutuhan barang pokok menyebabkan adanya tekanan ekonomi 59 98.3

12 Kurangnya lapangan pekerjaan di lingkungan sekitar rumah memaksa anggota keluarga untuk

bekerja di luar kota ataupun diluar negeri 43 71.7 13 Terdapat pemahaman di dalam masyarakat sekitar, bahwa dengan bekerja menjadi buruh

migran jauh lebih menguntungkan secara eknomi 36 60.0

14 Terdapat banyak anak yang putus sekolah dan penggangguran yang banyak di lingkungan

(31)

Menurut Tabel 13 potensi perdagangan manusia internal dan eksternal berada dalam kategori sedang (80.0%) dan (71.7%), artinya potensi untuk terjerumus pada kasus perdagangan manusia baik itu internal maupun eksternal tergolong sedang. Hal ini dapat disebabkan karena berdasarkan hasil wawancara lebih dari separuh keluarga mengaku memiliki masalah ekonomi sehingga solusi yang dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi persoalan ekonomi adalah menjual asset yang dimiliki. Selain itu, adanya pemahaman dalam keluarga bahwa memiliki penghasilan yang tinggi lebih diutamakan daripada melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, walaupun demikian hampir seluruh keluarga masih menanamkan nilai-nilai atau aturan dalam keluarga. Keadaan lingkungan di sekitar keluarga yang sudah terbiasa mengirim anggota keluarganya untuk bekerja baik itu di dalam negeri maupun luar negeri. Faktor kemiskinanlah yang mendorong manusia ingin bekerja apa saja yang dapat dilakukan yang penting dapat upah/ uang. Sehingga banyak dari mereka yang meninggalkan daerah asal.

Tabel 13 Sebaran keluarga berdasarkan skor potensi perdagangan manusia

Kategori Internal Eksternal

n % n %

(32)

sekali atau bahkan sebulan sekali sehingga memang waktu untuk berinteraksi dengan keluarga masih cukup kurang.

Tabel 14 Hubungan karakteristik keluarga dengan interaksi keluarga

Variabel bebas Interaksi suami

istri Pendidikan suami (tahun) 0.360** 0.255* 0.277* -0.330* Pendidikan istri (tahun) -0.198 -0.291* -0.351** -0.162

Besar keluarga -0.154 0.027 -0.036 -0.026

Pendapatan per kapita 0.163 0.183 0.075 -0.063 *korelasi signifikan pada level 0.05 level (2-tailed)

**korelasi signifikan pada level 0.01 level (2-tailed)

Hubungan karakteristik keluarga dengan potensi perdagangan manusia internal dapat dilihat pada Tabel 15. Hasil uji hubungan menunjukan semakin tinggi usia istri, maka akan semakin tinggi potensi perdagangan manusia internalnya. Hal ini dapat disebabkan karena istri yang usianya semakin tinggi memiliki pengawasan yang kurang terhadap anggota keluarganya. Istri lebih fokus pada masalah ekonomi karena berdasarkan hasil wawancara, kebahagiaan keluarga dapat dirasakan jika keluarga memiliki penghasilan yang tinggi dibandingkan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga seluruh kebutuhan keluarga terpenuhi. Sedangkan pendidikan suami dan pendapatan per kapita keluarga berhubungan negatif signifikan dengan potensi perdagangan manusia internal. Semakin tinggi pendidikan suami, maka akan semakin rendah potensi perdagangan manusia internal. Pendidikan suami yang tinggi dapat memberikan pekerjaan yang lebih baik sehingga dari segi pendapatan pun akan jauh lebih baik dan mampu memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari sehingga keluarga tidak terjerumus pada tindakan yang tidak diinginkan. Hal ini sejalan dengan Wijaya 1986 dalam Kartini 1997 yang menyatakan bahwa ada kecenderungan semakin tinggi pendidikan formal yang diterima seseorang, semakin tinggi pula status sosial ekonominya.

(33)

Tabel 15 Hubungan karakteristik keluarga dengan potensi perdagangan manusia internal

Variabel bebas Potensi perdagangan manusia

internal

Usia suami (tahun) 0.190

Usia istri (tahun) 0.475**

Pendidikan suami (tahun) -0.280*

Pendidikan istri (tahun) -0.019

Besar keluarga 0.413**

Pendapatan per kapita -0.356**

*korelasi signifikan pada level 0.05 level (2-tailed) **korelasi signifikan pada level 0.01 level (2-tailed)

Hubungan interaksi keluarga dengan potensi perdagangan manusia internal

Hubunganinteraksi keluarga dengan potensi perdagangan manusia internal dapat dilihat pada Tabel 16. Interaksi keluarga yang memiliki hubungan negatif signifikan dengan potensi perdagangan manusia internal adalah dimensi interaksi antara orang tua dengan anak. Semakin baik interaksi yang terjalin antara orang tua dan anak maka akan semakin rendah potensi perdagangan manusia internalnya. Komunikasi antara orang tua dan anak sangat diperlukan terutama pada keluarga yang memang memiliki banyak permasalahan termasuk sosial ekonomi. Adanya komunikasi dan interaksi yang baik antara orang tua dan anak akan meminimalisir terjadinya hal-hal negatif pada anak. Orang tua dan anak akan dapat bersikap terbuka mengenai segala hal sehingga orang tua dan anak akan dapat saling memahami satu sama lain. Interaksi suami dan istri serta interaksi dengan saudara kandung berhubungan negatif dengan potensi perdagangan manusia internal.

Tabel 14 Hubungan nilai-nilai keluarga dan interaksi keluarga dengan potensi perdagangan manusia internal

Variabel bebas Potensi perdagangan manusia internal Interaksi keluarga Total interaksi keluarga - 0.334** *korelasi signifikan pada level 0.05 level (2-tailed)

**korelasi signifikan pada level 0.01 level (2-tailed)

Pembahasan

(34)

fungsi, memiliki aturan dan nilai atau norma yang harus diikuti serta memiliki tujuan. Aspek struktural fungsional menciptakan keseimbangan sebuah sistem yang tertib. Ketertiban keluarga akan tercipta jika ada struktur atau strata dalam keluarga dimana masing-masing mengetahui peran dan posisinya serta patuh pada nilai yang melandasi struktur tersebut (Puspitawati 2012). Menurut Siregar F 2003, latar belakang sosial yang berbeda, tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat atau kebudayaan suatu kelompok sosial serta penghasilan atau mata pencaharian yang berlainan menyebabkan pandangan yang berbeda terhadap anak. Di daerah pedesaan anak memiliki nilai yang tinggi bagi keluarga dimana anak dapat memberikan kebahagiaan kepada orang tuanya dimana anak merupakan jaminan di hari tua dan dapat membantu ekonomi keluarga.

Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi keluarga berada dalam kategori tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa interaksi dalam keluarga tergolong cukup baik. Interaksi keluarga yang baik tentunya akan memberikan kebahagiaan di dalam keluarga dan menjauhkan keluarga dari berbagai permasalahan keluarga. Menurut Susanto Sunario 1995 dalam Puspitawati 2012, permasalahan keluarga yang semakin rentan akhir-akhir ini menjadi semakin melemahnya kualitas komunikasi antar anggota keluarga sehingga memudarkan fungsi keluarga dalam melindungi anggota keluarganya dari pihak luar. Hasil uji hubungan menunjukan bahwa interaksi orang tua dengan anak berhubungan negatif signifikan dengan potensi perdagangan internal, artinya semakin baik interaksi antara orang tua dan anak maka akan semakin rendah potensi perdagangan manusia internal. Interaksi antara orang tua dan anak sangat diperlukan pada keluarga yang memang berada di lingkungan yang berpotensi pada terjadinya kasus perdagangan manusia agar anak dapat terhindar dari tindakan perdagangan manusia. Gunarsa dan Gunarsa 1991 menyebutkan bahwa komunikasi positif yang terjalin antara orang tua dan anak dapat meminimalisir terjadinya hal-hal buruk pada anak. Orang tua yang mempunyai kemampuan yang baik memiliki cara, sikap, dan waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan anak. Berdasarkan analisis struktural fungsional, hasil menunjukkan bahwa keluarga masih memiliki aturan dan nilai atau norma yang harus diikuti sesuai dengan konsep struktural fungsional. Nilai-nilai keluarga dan interaksi keluarga yang baik menunjukan bahwa keluarga mampu menciptakan ketertiban dimana keluarga masih mengetahui fungsi dan perannya masing-masing serta patuh pada nilai-nilai keluarga yang berlaku. Sementara itu, faktor kemiskinan dan lingkunganlah yang lebih menunjukan adanya potensi perdagangan manusia.

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yaitu penelitian ini hanya menggunakan 60 contoh keluarga secara non probability sampling dengan

(35)

optimal. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya sebaiknya instrumen komitmen terhadap nilai-nilai keluarga dimodifikasi kembali.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Nilai-nilai keluarga yang dianut tergolong cukup baik, artinya keluarga masih memegang kuat nilai-nilai yang dianut dalam keluarga walaupun keluarga masih mengalami permasalahan sosial ekonomi. Keluarga masih menanamkan nilai-nilai agama kepada anggota keluarganya terutama kepada anak-anak yang masih berusia dini.

Interaksi keluarga yang terjalin juga cukup baik karena interaksi keluarga berada pada kategori tinggi, baik itu interaksi suami istri, interaksi orang tua dan anak, serta interaksi dengan keluarga besar.

Potensi perdagangan manusia berada pada kategori sedang dimana meskipun lingkungan keluarga berada di lingkungan yang berpotensi terjadinya perdagangan manusia, keluarga masih berkomitmen pada nilai-nilai keluarga. Masalah sosial ekonomi masih menjadi permasalahan dalam keluarga di lokasi tersebut.

Berdasarkan uji hubungan terdapat hubungan antara interaksi keluarga dengan potensi perdagangan manusia internal. Interaksi keluarga yang memiliki hubungan dengan potensi perdagangan manusia internal adalah interaksi antara orang tua dan anak.

Saran

(36)

DAFTAR PUSTAKA

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1992. UU RI No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1996. Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta. BKKBN

[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Data Agregat Per Kecamatan di Kabupaten Cianjur Angka Sementara. [internet]. [diunduh

25 Februari 2013]. Tersedia pada: http://

http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/3203.pdf

[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, 2012 [internet]. [ diunduh 23 Februari 2013]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.

[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, 2012 [internet]. [ diunduh 23 Februari 2013]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.

Blessing M. 2013.Examples of Family Values [internet].Diunduh pada hari Selasa tanggal 30 April 2013. Tersedia pada http://family.lovetoknow.com/about-family-values/examples-family-values

Bolang A. D. 2012. Perbedaan psychological well-being orang tua tunggal laki-laki dan orang tua tunggal perempuan yang bercerai [Skripsi], Jakarta: Universitas Esa Unggul

Cianjurkab.go.id Portal Resmi PemKab Cianjur. 2013. Fokus Pembangunan. [internet]. [diunduh 24 April 2013]. Tersedia pada: http://cianjurkab.go.id/Content_Nomor_Menu_22_3.html

Dewi RR. 2012. Pengaruh interaksi orang tua dan anak terhadap kesejahteraan anak pada keluarga nelayan [skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia.Institut Pertanian Bogor.

Engel J dkk. 1994. Perilaku Konsumen Jilid I. Penerjemah; Budiyanto FX, editor. Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Consumer Behavior. Guhardja S, Herien P, Hartoyo dan Hastuti D. 1992. Diktat Manajemen

Sumberdaya Keluarga.Diktat yang Tidak Dipublikasikan, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Gunarsa dan Gunarsa. 1991. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga.

Jakarta: BPK Gunung Mulia

Hoque S. 2010. Female child trafficking from Bangladesh: a new form of slavery. Canadian Social Science, 6(1), 45-58.

Kartini T. 1997. Pola asuh, konsumsi dan status gizi balita pada keluarga migran dan non migran Suku Minang [skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

(37)

Mashud M. 2008. Perspektif Fenomenologi tentang Trafficking TKW. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, XXI(2), 146-154.

Megawangi R. 1999. Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Jakarta: Mizan.

Neill, Casey. 2010. Immigration and Human Trafficking in the U.S.-Mexico Border Region: A Conceptual Model of the Geography of Human Trafficking, Human Smuggling, and Undocumented Immigration.

PKGA-IPB. November 2011. Tujuh kota atau kabupaten masuk zona merah

trafficking [internet]. [diunduh 10 September 2013]. Tersedia pada: http://pkga.ipb.ac.id/?p=312.

Nurafifah D. 2012.Analisis nilai anak, investasi anak, dan potensi perdagangan anak (kasus di kabupaten subang) [skripsi].Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia.Institut Pertanian Bogor.

Puspitawati H. 2006. Pengaruh faktor keluarga, lingkungan teman dan sekolah terhadap kenakalan pelajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kota Bogor [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Fakultas Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.

____________. 2012. Gender dan Keluarga Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor: IPB Press.

____________. 2013. Pengantar Studi Keluarga. Bogor: IPB Press.

Puspitawati H dan Setioningsih. 2011. Fungsi pengasuhan dan interaksi dalam keluarga terhadap kualitas perkawinan dan kondisi anak pada keluarga TKW, 4(1), 11-20.

Puspitawati H, Sumarwan U, Megawangi R, Asngari P. 2006. Pengaruh hubungan diadik dalam keluarga dan psiko-sosial remaja terhadap kenakalan pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Industri (SMK-TI) di Kota Bogor [artikel]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Fakultas Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.

Rayyani D. 2009.Kemampuan interaksi sosial siswa autisma dalam lingkungan sekolah formal di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Sumbersari Malang [skripsi]. Fakultas Psikologi: Universitas Islam Negeri Malang.

Siregar F. 2003. Pengaruh nilai dan jumlah anak pada keluarga terhadap norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) [internet]. [diunduh pada

September 2013]. Tersedia pada:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3751/1/fkm-fazidah2.pdf Siregar V. 2000.Nilai-nilai keluarga, kecerdasan emosional (EQ) anak, dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya (kasus di SDN Kota Bogor) [skripsi].Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Stinnett. 1986. Prepared statemen before the house select committee on children, youth, and families. In: The diversity and strength of American families. Washington, DC: US Government Printing Office.

Sub Gugus Tugas Pencegahan Perdagangan Orang. 2009. Panduan Pelaksanaan

Pencegah Tindak Pidana Perdagangan Orang. Direktorat Pendidikan

Masyarakat

(38)

Suleeman E. 1990. Komunikasi dalam Keluarga. Dalam Ihromi, T.O. Para Ibu yang Berperan Tunggal dan yang Berperan Ganda. Jakarta: FE. UI.

Sumarwan U. 2004.Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Suryandaru Y. 2001. Hegemoni dan reproduksi kekuasaan dalam perdagangan perempuan (trafficking) untuk prostitusi, manusia, kebudayaan dan politik, XIV(2), 35-50.

Tfrommsdorf G, Nauck B. 2005. The value children in cross-cultural perspective

[internet]. [diunduh pada September 2013]. Tersedia pada: http://www.tuchemnitz.de/hsw/soziologie/institute/file-dl-

VOA Indonesia. 2012. AS: RI Sumber Utama Perdagangan Manusia [internet].

[diunduh pada Agustus 2013]. Tersedia pada:

(39)

Lampiran 1 Gambaran lokasi penelitian

Gambaran Lokasi Penelitian

Kecamatan Haurwangi merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Cianjur merupakan pemekaran dari Kecamatan Bojongpicung dan Kecamatan Ciranjang, yang dibentuk berdasarkan Peraturan Kabupaten Cianjur Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Haurwangi dan Kecamatan Pasir Kuda tanggal 16 Juli 2007. Kecamatan Haurwangi secara operasional dimulai pada tanggal 9 Mei 2008 bersamaan dengan dilantiknya para Pejabat Eselon III dan Eselon IV.Secara Geografis Kecamatan Haurwangi terletak pada Lintasan Jalur Jalan Protokol Antara Bandung Jakarta dan merupakan Pintu Gerbang Kabupaten Cianjur dari Arah Timur. Kecamatan Haurwangi yang jaraknya + 25 Km dari Ibu Kota Kabupaten, mempunyai luas 4.335,889Ha, terdiri dari Sawah 1.066,841 Ha Darat 3.269,048 Ha dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah barat : Kecamatan Ciranjang b. Sebelah timur : Kabupaten Bandung Barat c. Sebelah utara : Kabupaten Bandung Barat d. Sebelah selatan : Kecamatan Bojong Picung

Secara administratif Kecamatan Haurwangi terdiri dari 8 desa, 19 dusun, 61 RW dan 280 RT. Adapun desanya sebagai berikut :

1. Desa Cihea

2. Desa Sukatani

3. Desa Haurwangi 4. Desa Ramasari 5. Desa Kertamukti 6. Desa Kertasari 7. Desa Mekarwangi 8. Desa Cipeyeum

Jumlah penduduk Kecamatan Haurwangi sebanyak 51 229 jiwa.Terdiri dari laki-laki 25 854 jiwa dan perempuan 25 365 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 14 465 KK.

Desa Sukatani

(40)

Lampiran 2 Hasil penelitian terdahulu

Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai interaksi keluarga telah banyak dilakukan, hal ini dapat dilihat dalam Tabel 19. Sementara itu, penelitian mengenai nilai-nilai keluarga dan potensi perdagangan manusia masih jarang dilakukan di Indonesia. Penelitian mengenai perdagangan manusia banyak dilakukan di negara lain seperti penelitian Neill Casey 2010 yang menganalisis proses geografis perdagangan manusia dalam konteks perbatasan AS-Meksiko. Perdagangan manusia ini terjadi dalam proses migrasi. Para migran sangat rentan terhadap penipuan yang dibawa oleh para perekrut perdagangan manusia apalagi para migran tersebut mungkin tidak dapat berbicara bahasa di tempat barunya dan membutuhkan bantuan orang lain untuk mencari pekerjaan atau perumahan. Perdagangan manusia di seluruh dunia didorong oleh proses yang kompleks namun secara umum kemiskinan, ketimpangan dan kurangnya kesempatan ekonomi akibat perpindahan menjadi tema menyeluruh bahwa populasi memaksa untuk meninggalkan rumah mereka dan berpotensi menjadi terlibat dalam perdagangan manusia.

No Tahun Penulis Judul Hasil

1 2012 Nurafifah Analisis Nilai Anak, investasi Anak, dan Potensi Perdagangan Anak

Nilai anak dan investasi anak tidak memiliki hubungan dengan potensi perdagangan orang. Potensi perdagangan anak internal memiliki hubungan negatif signifikan dengan pendidikan ayah dan pendidikan ibu, artinya semakin tinggi pendidikan ayah dan ibu, maka potensi perdagangan anak internal

(41)

Lampiran 2 Hasil penelitian terdahulu (lanjutan) interaksi antara ayah dan ibu juga tergolong tinggi. 6 2010 Hoque S Female Child

Trafficking from Bangladesh: a new form of slavery.

Upah kerja atau buruh paksa, migrasi tenaga kerja dan prostitusi, mitos budaya dan lain-lain dianggap faktor penarik bagi perdagangan anak perempuan

7 Contentious Issues in

Research on

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran nilai-nilai keluarga, interaksi keluarga dan potensi perdagangan manusia
Gambar 2.
Tabel 1 Sebaran suami dan istri berdasarkan usia
Tabel 3 Sebaran suami dan istri berdasarkan jenis pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum melakukan peneliti lebih lanjut, peneliti melakukan kajian karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti dengan judul analisis peran

Didapati stres kerja memiliki pengaruh negatif atau tinggi tingkat stess yang dialami karyawan semakin menurun kinerja yang dihasilkan begitu juga sebaliknya,

Korelasi antara suhu udara ambien dan konsentrasi CO2 di Taman Alun – Alun Merdeka pada pukul 13.00 memiliki nilai r sebesar 0.52 (Tabel 6, Gambar 4) yang berarti

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara serum seng dengan jumlah CD4 pada lansia yang tinggal di Panti Jompo, serta untuk mencari prevalensi

Sedangkan menurut (Sagala, 2010:12) ranah afektif adalah kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari

Sejak tahun 2016, Dinas Pertanian Kota Palangka Raya melakukan program peningkatan produksi Cabe Merah pada empat wilayah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media yang paling baik untuk melekatnya spora hingga tumbuh menjadi thallus muda adalah tali rafia dengan penempelan spora hingga