• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Kinerja Pemangkasan Mesin Potrum BBE-01

Dalam pengujian di rumput Bermuda Tiff Way 146, data yang akan dicari adalah lebar pemangkasan, kecepatan maju rata-rata, dan berat hasil pangkasan rumput dari tiap pola pemangkasan. Pengujian dilakukan dengan ketinggian pangkas 3cm untuk setiap pola pemangkasan. Pada rumput Bermuda Tiff Way 146 tidak pernah dilakukan pemangkasan sebelumnya selama hampir 2 minggu, sehingga rumput tersebut tumbuh dengan ketinggian yang tidak merata dan kerapatan rumput besar. Gambar 38 memperlihatkan lahan rumput Bermuda Tiff Way 146 sebelum dipangkas.

Gambar 38. Rumput Bermuda Tiff Way 146 sebelum dipangkas.

Lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 dengan pola pemangkasan kontinyu memiliki ketinggian rumput awal rata-rata 4.9cm. Setelah pemangkasan, ketinggian rumput rata-rata menjadi 3.5cm. Kecepatan maju rata-rata pada pemangkasan pola kontinyu adalah 0.372m/s. Berdasarkan perhitungan, kapasitas lapang teoritis pada pola kontinyu adalah 335m2/jam, sedangkan kapasitas lapang efektif yang didapat adalah 245m2/jam. Dari data kapasitas lapang teoritis dan efektif tersebut, didapatkan efisiensi lapang pada pola kontinyu adalah 73.12%. Untuk lebih jelasnya, data secara lengkap terdapat pada Lampiran 2. Gambar 39 memperlihatkan lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola kontinyu menggunakan mesin potrum BBE-01.

Gambar 39. Rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola kontinyu.

Lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 dengan pola pemangkasan headland memiliki ketinggian rumput awal rata-rata 5.4cm. Setelah pemangkasan, ketinggian rumput rata-rata menjadi 3.5cm. Kecepatan maju rata-rata pada pemangkasan pola headland adalah 0.757m/s. Berdasarkan perhitungan kapasitas lapang teoritis pada pola headland adalah 486m2/jam, sedangkan kapasitas lapang efektif yang didapat adalah 259m2/jam. Dari data kapasitas lapang teoritis dan efektif tersebut, didapatkan efisiensi lapang pada pola headland adalah 53.33%. Untuk lebih jelasnya, data secara lengkap terdapat pada Lampiran 3. Gambar 40 memperlihatkan lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola headland menggunakan mesin potrum BBE-01.

Gambar 40. Rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola headland.

Lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 dengan pola pemangkasan maju mundur memiliki ketinggian rumput awal rata-rata 5.6cm. Setelah pemangkasan, ketinggian rumput rata-rata menjadi 3.6cm. Kecepatan maju rata-rata pada pemangkasan pola maju mundur adalah 0.255m/s. Berdasarkan perhitungan kapasitas lapang teoritis pada pola maju mundur adalah 230m2/jam, sedangkan kapasitas lapang efektif yang didapat adalah 191m2/jam. Dari data kapasitas lapang teoritis dan efektif tersebut, didapatkan efisiensi lapang pada pola maju mundur adalah 82.81%. Untuk lebih jelasnya, data secara lengkap terdapat pada Lampiran 4. Gambar 41 memperlihatkan lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola maju mundur menggunakan mesin potrum BBE-01.

Gambar 41. Rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola maju mundur.

Lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 dengan pola pemangkasan sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan memiliki ketinggian rumput awal rata-rata 5.1cm. Setelah pemangkasan, ketinggian rumput rata-rata menjadi 3.5cm. Kecepatan maju rata-rata pada pemangkasan pola sirkuit dari tengah ke pinggir adalah 0.425m/s. Berdasarkan perhitungan kapasitas lapang teoritis pada pola sirkuit dari tengah ke pinggir adalah 382m2/jam, sedangkan kapasitas lapang efektif yang didapat adalah 191m2/jam. Dari data kapasitas lapang teoritis dan efektif tersebut, didapatkan efisiensi lapang pada pola sirkuit dari tengah ke pinggir adalah 50%. Untuk lebih jelasnya, data secara lengkap terdapat pada Lampiran 5. Gambar 42 memperlihatkan lapangan

rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola sirkuit dari tengah ke pinggir menggunakan mesin potrum BBE-01.

Gambar 42. Rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan.

Lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 dengan pola pemangkasan sirkuit dari pinggir ke tengah lapangan memiliki ketinggian rumput awal rata-rata 5cm. Setelah pemangkasan, ketinggian rumput rata-rata menjadi 3.4cm. Kecepatan maju rata-rata pada pemangkasan pola sirkuit dari pinggir ke tengah adalah 0.662m/s. Berdasarkan perhitungan kapasitas lapang teoritis pada pola sirkuit dari pinggir ke tengah adalah 594m2/jam, sedangkan kapasitas lapang efektif yang didapat adalah 409m2/jam. Dari data kapasitas lapang teoritis dan efektif tersebut, didapatkan efisiensi lapang pada pola sirkuit dari pinggir ke tengah adalah 68.88%. Untuk lebih jelasnya, data secara lengkap terdapat pada Lampiran 6. Gambar 43 memperlihatkan lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola sirkuit dari pinggir ke tengah menggunakan mesin potrum BBE-01.

Berdasarkan dari data-data diatas, didapatkan perbedaan berat hasil pangkasan rumput (clippings) pada tiap pola pemangkasan. Hal ini disebabkan pada tiap pola pemangkasan memiliki lapangan rumput dengan ketinggian rumput awal yang bervariasi dan kadar air rumput.

Nilai kecepatan maju dari tiap pola berbeda-beda dikarenakan nilai kecepatan maju didapatkan dari nilai kecepatan maju per lintasan, dimana dari tiap lintasan memiliki lama waktu yang berbeda. Data set tinggi pemangkasan, lebar pemangkasan, kecepatan maju, dan berat hasil pangkasan tiap pola dapat

dilihat pada Tabel 6. Untuk lebih jelasnya, data kapasitas tampung pangkasan rumput Bermuda Tiff Way 146 dan kadar air rumput terdapat pada Lampiran 8 dan 9.

Gambar 43. Rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola sirkuit dari pinggir ke tengah lapangan

Tabel 6. Setting tinggi pemangkasan, lebar pemangkasan, kecepatan maju, dan berat hasil pangkasan.

Pola pemangkasan Setting tinggi pemangkasan (cm) lebar pemangkasan (cm) Kecepatan maju (m/s) Berat hasil pangkasan rumput (gr) Kontinyu 3 0.25 0.372 3245 Headland 3 0.25 0.541 1820 Maju mundur 3 0.25 0.255 3500 Sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan 3 0.25 0.425 3025 Sirkuit dari pinggir ke tengah lapangan 3 0.25 0.662 1835

Hasil perhitungan kapasitas lapang teoritis, kapasitas lapang efektif, dan efisiensi lapang mesin potrum BBE-01 pada tiap pola pemangkasan, akan dibandingkan dengan kapasitas lapang teoritis, kapasitas lapang efektif, dan efisiensi lapang mesin potrum SRT-03 dan mesin pangkas pabrikasi yang sudah dilakukan penelitian sebelumnya oleh Surya Wirawan (2008). Data perbandingan kapasitas lapang teoritis, kapasitas lapang efektif, dan efisiensi lapang antara mesin potrum BBE-01, mesin potrum SRT-03, dan mesin pangkas pabrikasi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan KLT, KLE, dan efsiensi lapang pada mesin potrum BBE-01, mesin potrum SRT-03, dan mesin potrum pabrikasi.

Pola pemangkasan

mesin potrum BBE-01 mesin potrum SRT-03

(Wirawan, 2008)

mesin potrum pabrikasi (Wirawan, 2008) KLT (m2/jam) KLE (m2/jam) Efisiensi lapang (%) KLT (m2/jam) KLE (m2/jam) Efisiensi lapang (%) KLT (m2/jam) KLE (m2/jam) Efisiensi lapang (%) 1) Kontinyu 335 245 73.1 318 126 39.4 354 180 52.3 2) Headland 486 259 53.3 384 102 26.7 426 156 36.3 3) Maju-mundur 230 191 82.8 420 240 57.2 414 168 40.2 4) Sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan 382 191 50 402 138 36.2 444 150 34.4 5) Sirkuit dari pinggir ke tengah lapangan 594 409 68.8 420 150 36.5 444 156 35.1

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 5 Pola pemangkasan E fi s ie n s i la p a n g

Mesin Potrum BBE-01 Mesin Potrum SRT-03 Mesin Potrum Pabrikasi

Berdasarkan pada Tabel 7, mesin potrum BBE-01 pada pola maju-mundur memiliki nilai efisiensi 82.8%, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wirawan (2008) yang mendapatkan nilai efisiensi lapang 57.2% , dan pada mesin pabrikasi efisiensi terbesar pada pola lintasan kontinyu sebesar 52.3%. Gambar 44 adalah grafik perbandingan nilai efisiensi lapang tiap mesin.

Efisiensi lapang mesin potrum SRT-03 dan pabrikasi rendah disebabkan oleh banyaknya waktu yang hilang pada waktu belok dan memposisikan kembali kabel listrik pada mesin potrum SRT-03 dan banyaknya waktu yang hilang dipergunakan untuk mengumpulkan pangkasan rumput pada proses pemangkasan dengan menggunakan mesin pemangkas rumput pabrikasi. Pola lintasan pemangkasan sirkuit pada mesin potrum SRT-03 dan pabrikasi memiliki efisiensi lapangan terendah karena saat belok, operator memerlukan waktu lebih banyak daripada pola lintasan pemangkasan kontinyu, maju mundur, dan headland. Sedangkan mesin potrum BBE-01, nilai efisiensi lapang lebih tinggi daripada mesin potrum SRT-03 dan pabrikasi karena kemudahan berbelok ketika pengoperasian, sehingga saat belok tidak memerlukan waktu banyak.

Gambar 44 .Grafik perbandingan nilai efisiensi lapang tiap mesin.

1 = pola kontinyu 2 = pola headland 3 = pola maju-mundur 4 = pola sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan

5 = pola sirkuit dari pinggir ke tengah lapangan

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat pola maju-mundur menggunakan mesin potrum BBE-01 memiliki nilai KLT dan KLE lebih rendah jika dibandingkan dengan pola yang lain, tetapi memiliki nilai efisiensi lapang tertinggi. Nilai KLT dan KLE yang rendah disebabkan oleh kecepatan maju yang rendah dibandingkan dengan pola yang lain dan memiliki waktu pemangkasan yang lebih lama. Walaupun efisiensi lapangnya tinggi hasil dari pemangkasan pola maju mundur masih belum baik, karena ketika pemangkasan mundur terdapat banyak rumput yang tidak terpangkas. Hal ini dikarenakan mesin sering terangkat ketika pemangkasan mundur, sehingga hasil pemangkasan menjadi tidak seragam dan waktu pemangkasan menjadi lama. Untuk itu, perlu dilakukan perbaikan pada mesin potrum BBE-01 yaitu dengan diberikan pemberat pada bagian depan dek sehingga ketika pemangkasan mundur, mesin potrum BBE-01 tidak terjungkit. Selanjutnya perbaikan pada poros pisau, terlihat pisau belum sejajar sehingga banyak rumput yang tidak terpangkas. Gambar 45 memperlihatkan rumput yang tidak terpangkas dengan pola pemangkasan maju mundur.

Gambar 45. Rumput yang tidak terpangkas dengan pola pemangkasan maju mundur.

Pola pemangkasan terbaik dapat diketahui dengan melihat dari segi efisiensi lapang dan kualitas setelah pemangkasan. Untuk mesin potrum BBE-01, Pola pemangkasan terbaik adalah pola pemangkasan kontinyu. Efisiensi lapangnya bernilai 73.1%, kualitas pemangkasannya lebih seragam jika dibandingkan dengan pola lain dan kualitas rumput setelah pemangkasan. Kualitas rumput

dilihat dari hasil pangkasan rumput. Gambar 46 adalah hasil pangkasan rumput Bermuda Tiff Way 146 dengan mesin potrum BBE-01 dan digunting.

Gambar 46. Hasil pangkasan rumput Bermuda Tiff Way 146 : (a) mesin potrum BBE-01, (b) dengan gunting

Dilihat dari Gambar 42, hasil pangkasan rumput menggunakan mesin potrum BBE-01 terlihat cukup rapih walaupun belum terpangkas secara baik karena masih ada rumput yang terlihat seperti disobek. Pemangkasan dengan menggunakan tipe rotari hasilnya memang tidak bagus karena biasanya tidak digunakan untuk pemangkasan dengan ketinggian skala mm. Bandingkan dengan pemangkas rumput dengan gunting biasa mewakili tipe reel, terlihat sangat rapih dan terpangkas dengan sempurna. Pemangkasan dengan menggunakan tipe reel hasilnya rapih dan seragam karena biasa digunakan untuk pemangkasan dengan ketinggian skala mm.

Dalam pengujian di rumput Gajahan, pola pemangkasan yang akan digunakan adalah pola pemangkasan kontinyu. Tujuannya adalah ingin melihat apakah pola pemangkasan terbaik pada rumput Bermuda Tiff Way 146 sama baiknya jika digunakan pada rumput Gajahan. Pengujian dilakukan dengan ketinggian pangkas 5cm. Gambar 47 memperlihatkan lapangan rumput Gajahan sebelum dipangkas.

Ketinggian awal rata-rata lapangan rumput Gajahan adalah 9cm, ketika akan dipangkas dengan ketinggian pangkas 5cm tidak bisa dilakukan karena rumput Gajahan terlalu tinggi dan tebal. Untuk itu, lapangan rumput harus dipangkas dan diseragamkan terlebih dahulu dengan set ketinggian pangkas maksimum. Setelah dipangkas, ketinggian rumput rata-rata Gajahan dari 9cm menjadi 7.4cm.

Gambar 47. Rumput Gajahan sebelum dipangkas.

Ketinggian rumput rata-rata 7.4cm akan digunakan sebagai pengujian uji kinerja mesin potrum BBE-01 pada lapangan rumput Gajahan dengan pola pemangkasan kontinyu. Setelah pemangkasan dengan ketinggian pangkas 5cm, ketinggian rumput rata-rata menjadi 5.5cm. Didapatkan data kecepatan maju rata-rata pada pemangkasan pola kontinyu adalah 0.452m/s. Berdasarkan perhitungan, kapasitas lapang teoritis pada pola kontinyu adalah 407m2/jam, sedangkan kapasitas lapang efektif yang didapat adalah 224m2/jam. Dari data kapasitas lapang teoritis dan efektif tersebut, didapatkan efisiensi lapang pada pola kontinyu adalah 54.86%. Untuk lebih jelasnya, data secara lengkap terdapat pada Lampiran 7. Gambar 48 memperlihatkan lapangan rumput Gajahan setelah dipangkas dengan pola kontinyu.

Gambar 48. Rumput Gajahan setelah dipangkas

Berdasarkan data diatas, didapatkan berat hasil clippings rumput Gajahan sebesar 6200 g. Hal ini disebabkan lapangan rumput Gajahan memiliki

ketinggian rumput bervariasi dan memiliki bentuk daun yang tebal dan besar. Berbeda dengan rumput Bermuda Tiff Way 146 yang daunnya kecil dan ramping. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh kadar air rumputnya. Untuk lebis jelas, data kapasitas tampung pangkasan rumput Gajahan dan kadar air rumput terdapat pada Lampiran 8 dan 9.

Hasil perhitungan kapasitas lapang teoritis, kapasitas lapang efektif, dan efisiensi lapang mesin potrum BBE-01 pada pola pemangkasan kontinyu, akan dibandingkan dengan kapasitas lapang teoritis, kapasitas lapang efektif, dan efisiensi lapang brush cutter yang sudah dilakukan penelitian sebelumnya oleh Rixon (2003), dimana pengujiannya dilakukan di lapangan rumput sekitar IPB. Data perbandingan kapasitas lapang teoritis, kapasitas lapang efektif, dan efisiensi lapang antara mesin potrum BBE-01 dengan brush cutter dapat dilihat pada Tabel 8.

Berdasarkan data pada Tabel 8, dapat disimpulkan bahwa hasil uji kinerja mesin potrum BBE-01 memiliki nilai efisiesi lapang yang rendah dibandingkan dengan brush cutter. Hal ini dikarenakan mesin pangkas rumput BBE-01 agak kesulitan dalam memangkas rumput Gajahan yang tinggi dan tebal, dan ketika waktu belok mesin sering tersendat karena memangkas rumput di sekitar petakan yang terlalu tinggi, mengakibatkan banyak waktu yang terbuang.

Tabel 8. Perbandingan KLT, KLE, dan efisiensi lapang pada mesin potrum BBE-01 dan brush cutter.

Pola pemangkasan

Mesin potrum BBE-01 Brush cutter (Rixon, 2003) KLT (m2/jam) KLE (m2/jam) Efisiensi lapang (%) KLT (m2/jam) KLE (m2/jam) Efisiensi lapang (%) Kontinyu 407 224 54.9 - - - Sesuai dengan penggunaannya - - - 228 114 63.5

Dilihat dari hasil pangkas rumput, mesin potrum BBE-01 lebih rapih dan seragam, hasil clippings semua tertampung dalam kantung penampung, dan kualitas rumput setelah pemangkasan. Dengan brush cutter, hasil pangkasan rumput tidak merata. Setelah pemangkasan, banyak waktu terbuang untuk

menyapu hasil pangkasan rumput. Gambar 49 adalah hasil pangkasan rumput Gajahan dengan mesin potrum BBE-01 dan digunting.

Gambar 49. Hasil pemangkasan rumput Gajahan : (a) mesin potrum BBE-01, (b) dengan gunting

Dilihat dari Gambar 49, hasil pangkasan rumput menggunakan mesin potrum BBE-01 terlihat cukup rapih walaupun belum terpangkas secara baik karena masih ada rumput yang terlihat seperti disobek. Pemangkasan dengan menggunakan tipe rotari hasilnya memang tidak bagus karena biasanya tidak digunakan untuk pemangkasan dengan ketinggian skala mm. Bandingkan dengan pemangkas rumput dengan gunting biasa mewakili tipe reel, terlihat sangat rapih dan terpangkas dengan sempurna.

4.2. Getaran

Getaran mekanis yang terjadi pada mesin pangkas rumput terpusat pada engine yang merupakan sumber tenaga penggerak. Kerja dari engine ini menimbulkan getaran mekanis, karena adanya perubahan kecepatan putaran engine akibat gesekan dari komponen motor.

Analisa terhadap getaran pada penelitian ini ditekankan pada analisa terhadap batas waktu penggunaan mesin dan efek yang dirasakan operator, setelah terpapar dalam jangka waktu tertentu berdasarkan penelitian dan standar yang telah tersedia yaitu grafik yang direkomendasikan oleh stándar ISO 5349-1 : 2001. Parameter yang digunakan adalah percepatan getaran (magnitude vibration) sebagai tolak ukur.

Kemudi mesin potrum BBE-01 merupakan bagian yang berhubungan langsung dengan tangan operator mendapat percepatan getaran yang tinggi.

Oleh karena itu, perawatan dan pengujian harus dilakukan agar operator mesin potrum BBE-01 dapat terhindar dari penyakit khususnya pada jaringan lengan atau tangan.

Percepatan getaran yang ditimbulkan pada kemudi mesin pangkas BBE-01 memiliki kisaran nilai rata-rata 1.2m/s2–7.2m/s2 pada saat mesin dioperasikan dalam keadaan diam. Pengukuran getaran dilakukan pada ketiga sumbu, yaitu searah sumbu x, sumbu y, dan sumbu z. Data lengkap hasil pengukuran getaran pada kemudi terdapat pada Lampiran 10. Gambar 46 adalah grafik hubungan antara putaran motor dengan percepatan getaran pada kemudi mesin potrum BBE-01.

Berdasarkan Gambar 46, dapat disimpulkan bahwa kecepatan putar engine berbanding lurus dengan percepatan getaran, sehingga semakin tinggi kecepatan putar engine, maka percepatan getaran (ahv) juga tinggi. Dan juga sebaliknya, semakin rendah kecepatan putar engine, maka percepatan getaran (ahv) juga rendah. Tinggi rendahnya percepatan getaran disebabkan dua hal yaitu pergerakan piston pada engine dan kecepatan putar pisau.

Batas pemakaian mesin pangkas rumput yang aman dapat diketahui dengan memplotkan rata-rata nilai ahv dan nilai A(8) pada grafik daily exposure graph. Nilai batas aman pada grafik ini adalah A(8) = 2.5m/s2. Batas waktu yang diizinkan diketahui dengan memasukkan nilai rata-rata percepatan getaran dan waktu total pengujian pada tiap pola pemangkasan pada persamaan 3 dan 4. Nilai A(8) untuk setiap pola pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 9. Perhitungan nilai ahv dan nilai A(8) untuk tiap pola pemangkasan terdapat pada Lampiran 11.

Waktu yang dianjurkan dalam penggunaan mesin potrum BBE-01 pada tiga kecepatan putar untuk tiap pola pemangkasan di rumput Bermuda Tiff Way 146 dan rumput Gajahan adalah rata-rata < 15 menit (0.25 jam), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 12. Waktu total pemangkasan untuk tiap pola rata-rata hanya membutuhkan 0.128 jam/35m2, sehingga masih dalam waktu yang dianjurkan.

Akan tetapi, terdapat keluhan operator seperti pegal-pegal, rasa lelah yang terkadang diiringi pusing dan kram pada tangan setelah pengoperasian mesin pangkas rumput ini. Keluhan ini dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu :

1. Keluhan tersebut merupakan efek dari getaran yag ditimbulkan mesin pangkas rumput.

2. Keluhan tersebut merupakan efek dari pekerjaan yang biasa dilakukan (keluhan sehabis melakukan aktivitas lainnya).

Tabel 9. Nilai A(8) (m/s2) untuk setiap pola pemangkasan. Getaran pada kecepatan pemangkasan (5356 Rpm) Pola pemangkasan ahv (m/s2) To (jam/35m2) T (jam) A(8) (m/s2) Kontinyu (rumput Bermuda

Tiff Way 146) 11.06 0.143 8 1.48

Headland 11.06 0.135 8 1.44

Maju-mundur 11.06 0.128 8 1.4

Sirkuit dari tengah ke pinggir 11.06 0.124 8 1.38 Sirkuit dari pinggir ke tengah 11.06 0.086 8 1.15 Kontinyu (rumput Gajahan) 11.06 0.156 8 1.54

Getaran pada diatas kecepatan pemangkasan (5442 Rpm) Pola pemangkasan ahv (m/s2) To (jam/35m2) T (jam) A(8) (m/s2) Kontinyu (rumput Bermuda

Tiff Way 146) 12.13 0.143 8 1.62

Headland 12.13 0.135 8 1.57

Maju-mundur 12.13 0.128 8 1.53

Sirkuit dari tengah ke pinggir 12.13 0.124 8 1.51 Sirkuit dari pinggir ke tengah 12.13 0.086 8 1.26 Kontinyu (rumput Gajahan) 12.13 0.156 8 1.69

Getaran pada dibawah kecepatan pemangkasan (3828 Rpm) Pola pemangkasan ahv (m/s2) To (jam/35m2) T (jam) A(8) (m/s2) Kontinyu (rumput Bermuda

Tiff Way 146) 3.01 0.143 8 0.4

Headland 3.01 0.135 8 0.39

Maju-mundur 3.01 0.128 8 0.38

Sirkuit dari tengah ke pinggir 3.01 0.124 8 0.37 Sirkuit dari pinggir ke tengah 3.01 0.086 8 0.31 Kontinyu (rumput Gajahan) 3.01 0.156 8 0.42

0 1 2 3 4 5 6 7 8 5356 5442 3828 Putaran motor (Rpm) p e rc e p a ta n g e ta ra n ( m /s 2 )

sumbu x sumbu y sumbu z

Efek yang dirasakan ini perlu mendapat perhatian yang serius dan perlu diadakan penelitian lebih lanjut agar dapat diketahui penyebab dari keluhan yang dirasakan.

Gambar 46. Grafik hubungan antara putaran motor dengan percepatan getaran pada kemudi.

Masalah lain yang muncul ketika pengoperasian mesin potrum BBE-01 adalah gas buangan dari muffler. Engine brush cutter pada mesin potrum BBE-01 berada di bagian kemudi sehingga letaknya tidak jauh dari operator. Oleh karena itu apabila ketika arah angin berlawanan dengan arah pemangkasan maka gas buang dari muffler akan terhisap oleh operator. Gas buang dapat menyebabkan keracunan apabila terhisap oleh operator karena kandungan gas buangan terdapat zat-zat berbahaya seperti karbon monoksida (Co), timbal (Pb), No, dan Ozon (03). Untuk menghindarinya, disarankan menggunakan masker pada saat pengoperasian.

4.3. Kebisingan

Intensitas kebisingan yang terukur oleh sound level meter adalah L1 dengan jarak penempatan sensor saat pengukuran 10cm. Intensitas kebisingan

BBE-01 adalah 94.2 dB dengan jarak telinga ke engine (r) adalah 83cm. Intensitas kebisingan rata-rata engine dengan jarak penempatan sensor 10cm pada mesin potrum SRT-03 adalah 104.8 dB dengan jarak telinga ke engine(r) adalah 1.8m. Intensitas kebisingan rata-rata engine mesin potrum pabrikasi adalah 96.4 dB dengan jarak telinga ke engine (r) adalah 1.8m. Intesitas kebisingan rata-rata pemangkas rumput gendong Tasco 89.5 dB dengan jarak telinga ke engine (r) adalah 70cm. Untuk sumber kebisingan latar, nilai intensitas yang didapatkan terlalu rendah, terjadi perbedaan nilai intensitas yang cukup jauh pada engine, telinga, maupun lingkungan (beda > 10 dB) sehingga bisa diabaikan. Perbandingan intensitas kebisingan mesin potrum BBE-01, mesin potrum SRT-03, mesin potrum pabrikasi, dan pemangkas rumput gendong Tasco pada jarak engine, telinga operator, 2m, 4m, 6m, 8m, dan 10m dituliskan pada Tabel 10. Data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 13.

Berdasarkan Tabel 10, intensitas kebisingan rata-rata tertinggi pada telinga operator adalah mesin potrum BBE-01. Nilai intensitas tinggi karena jarak sumber kebisingan (engine) ke telinga cukup dekat yaitu 83cm, namun intensitas kebisingan rata-rata pada telinga operator untuk pemangkas rumput gendong Tasco lebih rendah dari mesin potrum BBE-01 dan jaraknya lebih dekat yaitu 70cm. Hal ini dikarenakan oleh faktor dari engine tersebut. Engine yang dipakai sudah cukup lama dan banyak kerusakannya, seperti kecepatan putar yang dihasilkan tidak stabil akibat busi dan tali gas yang sering longgar.

Intensitas kebisingan rata-rata engine dengan jarak penempatan sensor 10cm pada mesin potrum SRT-03 adalah 104.8 dB dengan jarak telinga ke engine (r) adalah 1.8m. Nilai intensitas tersebut terlalu tinggi untuk mesin potrum SRT-03 yang menggunakan motor listrik. Hal ini dikarenakan oleh faktor sumber kebisingan lain yaitu terjadi getaran yang kencang pada dudukan engine sudah agak longgar. Intensitas kebisingan rata-rata terendah pada telinga adalah mesin potrum pabrikasi, karena mesin ini merupakan standar buatan pabrik dan masih tergolong mesin baru dan jarak telinga ke engine(r) adalah 1.8m.

Intensitas kebisingan yang diterima lingkungan dengan jarak 2m, 4m, 6m, 8m, dan 10m mengalami penurunan bila dibandingkan dengan intensitas kebisingan pada engine. Hal ini dikarenakan semakin jauh jarak sumber kebisingan dengan lingkungan, maka semakin rendah intensitas kebisingan yang diterima.

Berdasarkan keputusan menteri Tenaga Kerja nomor : KEP-51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 tentang nilai ambang batas (NAB) faktor fisika di tempat kerja, NAB untuk kebisingan ditetapkan sebesar 85 dB (dalam Maulidiyanti, 2005). Oleh karena itu lingkungan kerja yang kebisingannya melebihi NAB tersebut harus dilakukan usaha pencegahan terjadinya gangguan pendengaran terhadap para pekerja.

Upaya mengatasi kebisingan di tempat kerja atau lingkungan kerja salah satunya adalah dengan mengurangi efek kebisingan yang diterima operator

Dokumen terkait