• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Jenis dan Karakteristik Rumput Lansekap

Rumput-rumputan adalah jenis tanaman famili Graminae yang mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Rumput dapat tumbuh hampir di semua kondisi tanah. Saat ini rumput dibudidayakan untuk tanaman penutup tanah pada lansekap seperti taman, lapangan golf, lapangan base ball, dan lain-lain. Dalam hal ini fungsi rumput disamping untuk keindahan (estetika), juga berperan untuk mengendalikan dan mengurangi erosi, membantu menurunkan suhu lingkungan, keamanan dan kenyamanan berolahraga, serta sarana untuk rekreasi.

Kriteria pemilihan rumput untuk lansekap didasarkan pada pertimbangan ketahanan dan kualitas hamparan yang diinginkan, serta kecepatan pertumbuhan atau penutupan tanah. Terdapat enam jenis rumput lansekap yang umum dibudidayakan, empat diantaranya biasa digunakan untuk lapangan olahraga sedangkan dua jenis lainnya biasa digunakan sebagai tanaman penguat teras dan pencegah erosi (Kumurur, 1998). Empat jenis rumput yang banyak digunakan untuk lapangan olahraga adalah rumput Bermuda (Cynodon dactylon), Manila (Zoysia metrella), Gajahan (Axonopus compressus) dan Agrotis (Agrotis palustrishuds), sedangkan rumput untuk penguat teras dan pencegah erosi adalah rumput Belulang (Eleuine indica) dan rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Dari keenam jenis rumput tersebut yang memiliki karakteristik tekstur halus adalah rumput Bermuda (Cynodon dactylon) dan Agrotis (Agrotis palustrishuds), dapat dilihat pada Tabel 1.

Rumput untuk lansekap dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu rumput cool-season dan warm-season. Pembedaan ini didasarkan pada ketahanan terhadap cuaca atau suhu. Rumput yang memiliki rhizome atau stolon termasuk rumput warm-season. Sedangkan rumput yang memiliki rhizome yang kecil atau sama sekali tidak ada termasuk rumput cool-season (Brad Fresenburg and Travis Teuton, 2007). Gambar 1 memperlihatkan bentuk anatomi rumput secara umum.

Tabel 1. Karakteristik rumput lansekap.

Jenis Rumput Tekstur Warna

Gajahan, Kipait (Axonopus compressus) kasar hijau Manila, King (Zoysia metrella) cukup hijau muda

Bermuda (Cynodon dactylon) halus hijau Agrotis (Agrotis palustris) halus hijau muda Belulang (Eleusine indica) kasar hijau Gajah (Penissetum purpurreum) kasar hijau Sumber : Kumurur (1998)

Rumput yang termasuk dalam kategori cool-season adalah Tall Fescue (Festuca arundinacea Shreb.), Kentucky bluegrass (Poa pratensis L.), Perennial ryegrass (Lolium perenne L.), Fine leaf fescue (Festuca spp.) dan Bentgrass (rumput yang digunakan pada lapangan golf dan memerlukan perawatan tinggi).

Gambar 1. Bentuk anatomi rumput secara umum (Brad Fresenburg and Travis Teuton, 2007).

Rumput yang termasuk dalam kategori warm-season adalah Zoysiagrass (Zoysia japonica L.), Bermudagrass (Cynodon spp.), Buffalograss (Buchloe dactyloides [Nutt.] Engelm.). Warna rumput cool-season dan warm-season dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Warna rumput cool-season dan warm-season.

Cool-Season Warm-Season

Rumput Warna Rumput Warna

Tall Fescue (Festuca arundinacea Shreb.)

Hijau jamrud dengan tekstur kasar

Zoysiagrass (Zoysia

japonica L.) Hijau muda Kentucky bluegrass

(Poa pratensis L.)

Hijau biru gelap

Bermudagrass

(Cynodon spp.) Hijau gelap Perennial ryegrass

(Lolium perenne L.) Jamrud

Buffalograss (Buchloe dactyloides

[Nutt.] Engelm.)

Hijau keabu-abuan Fine leaf fescue

(Festuca spp.) Hijau gelap

Sumber: Brad Fresenburg and Travis Teuton (2007)

Pemeliharaan rumput lapangan dilakukan dengan tujuan agar kondisi rumput tetap rapat, seragam dan memenuhi kualitas visual maupun fungsional (Munandar, 1990). Pemeliharaan rumput di lapangan meliputi :

a. Peremajaan rumput

Peremajaan rumput dilakukan untuk mendapat kondisi rumput yang baik dimana kegiatan peremajaan meliputi verticutting, coring, top dressing dan sodding. Verticutting merupakan pemangkasan tanaman rumput secara vertikal untuk merangsang pertumbuhan akar baru dan membuang akar yang sudah tua. Coring adalah pembuatan lubang pada tanah agar tanah tetap gembur sehingga kadar oksigen tanah tetap stabil. Top dressing adalah penaburan pasir pada permukaan tanah yang berfungsi untuk menutup lubang coring sehingga rumput dapat tumbuh

dengan baik. Sodding adalah kegiatan penambahan rumput yang rusak dengan menggunakan lempengan rumput.

b. Pemeliharaan rumput

Pemeliharaan rumput dilakukan dengan pemupukan yang teratur, penyiangan gulma, dan irigasi yang baik agar kualitas rumput tetap terjaga.

c. Pemangkasan rumput

Pemangkasan rumput bertujuan untuk menjaga ketinggian rumput sesuai dengan standar lapangan rumput yang ada. Pemangkasan rumput merupakan hal yang paling mendasar dari pemeliharaan rumput lansekap. Ketinggian dan frekuensi pemangkasan masing-masing tempat lapangan rumput terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Ketinggian dan frekuensi pemangkasan rumput di berbagai kondisi lahan

Lokasi Ketinggian (mm) Frekuensi

Greens (lapangan golf) Fairway (lapangan golf) Tee box (lapangan golf) Rough, slope bunker, dan slope danau (lapangan golf) Collar and apron

(lapangan golf) Lapangan sepak bola Lapangan bermain Lapangan taman rumah

3.75 - 6 8.00 - 4 7.00 - 10 30.0 - 135 70.0 - 100 25.0 - 40 50 37.5 Tiap hari 2 kali seminggu 3 kali seminggu 3 kali seminggu tiap hari 1-2 kali sebulan 1-2 kali sebulan 1-2 kali sebulan Sumber: Munandar (1990)

Menurut Puhalla (1999), pemilihan ketinggian pangkas tergantung pada jenis rumput, cuaca di daerah rumput, umur rumput, bahkan kecepatan dan cara bermain dari sebuah tim ketika menggunakan lapangan rumput. Rekomendasi ketinggian pemangkasan untuk tiap musim dapat dilihat pada Tabel 4.

Pemangkasan berdasarkan hukum 1/3 yaitu pemotongan tidak boleh lebih dari 1/3 dari daun rumput pada sekali pemotongan. Pemotongan lebih dari 1/3 daun rumput merusak kesehatan rumput, dan juga

meninggalkan lapisan pemangkasan yang tidak dapat diterima pada lapangan rumput. Tentunya, dengan mengikuti hukum tersebut di lapangan yang dijaga pada ketinggian yang paling rendah berarti melakukan pemotongan yang lebih sering. Sebagai contoh, jika pemotongan dengan ketinggian 5.08cm, rumput harus dipotong ketika mencapai ketinggian 7.62cm. Rumput dibiarkan menjadi 2.54cm diantara setiap pemotongan. Hal ini dapat terjadi setiap 3 atau 4 hari. Akan tetapi, pemotongan pada ketinggian 2.54cm dengan mengikuti hukum 1/3, pegawai perlu untuk memotong rumput ketika ia mencapai 3.81cm. Rumput dibiarkan untuk tumbuh hanya 1.27cm sebelum dipotong lagi, sehingga dibutuhkan pemotongan setiap 2-3 hari.

Tabel 4. Rekomendasi ketinggian pemangkasan tiap musim. Jenis rumput terendah-tertinggi (cm) Semi (cm) Panas (cm) Gugur (cm) Dingin (cm) Kentucky Bluegrass 3.81-7.62 3.81–5.08 7.62 3.81-5.08 - Perennial ryegrass 3.81-7.62 3.81–5.08 7.62 3.81-5.08 - Tall Fescue 3.81-7.62 3.81–5.08 7.62 3.81-5.08 - Bermudagrassa 1.90–5.08 1.90–2.54 1.90-2.54 2.54-5.08 3.81-5.08 Creeping Bentgrass 0.32–0.64 0.32–0.16 0.48-0.64 0.32- 0.48 - Bermudagrassb 0.32–0.64 0.48–0.64 0.32–0.48 0.32-0.64 0.32-0.64 a overseeded Bermudagrass b

direkomendasikan untuk lapangan tenis, lapangan bowling.

2.2. Rumput Bermuda

Rumput yang tumbuh liar di Indonesia, lebih dikenal dengan nama rumput grinting. Dalam dunia ilmu rumput dikenal dengan nama Cynodon L.C. Rich. Cynodon dactylon adalah spesies yang paling umum untuk turf. Rumput Bermuda yang ditanam bukanlah dari jenis yang liar, namun yang sudah diseleksi atau dimuliakan. Rumput Bermuda mampu beradaptasi untuk daerah beriklim dan menyebar dengan stolon dan rhizome membentuk lempengan yang tahan tahunan. Rumput Bermuda dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah liat sampai tanah pasir asalkan cukup subur. Cukup

tahan terhadap kondisi tanah yang masam maupun basa. Rumput ini kurang baik pertumbuhannya pada tempat yang teduh dan pada tanah yang becek. Gambar 2 adalah varietas rumput Bermuda Tiff Way 146.

Gambar 2. Rumput Bermuda Tiff Way 146.

Rumput Bermuda mempunyai laju pertumbuhan yang tercepat dibanding rumput lain yang beradaptasi di daerah tropis. Laju pemulihannya setelah mengalami kerusakan juga cepat. Rumput ini responsif terhadap pemupukan dan pengairan, sehingga untuk mendapatkan kualitas yang baik diperlukan intensitas budidaya yang tinggi. Toleransi terhadap pemangkasan yang sering dan pendek sangat baik karena pertumbuhannya yang menjalar. Pangkasan yang terlalu tinggi akan menghasilkan pertumbuhan batang yang tegak sehingga dapat menimbulkan masalah thatching dan scalping. Selain dengan pengaturan tinggi dan frekuensi pemangkasan, masalah thatching dan scalping dapat diatasi dengan topdressing dan verticutting.

2.3. Rumput Gajahan

Rumput Gajahan yang tumbuh di Indonesia lebih dikenal dengan nama rumput parit. Dalam dunia ilmu rumput dikenal dengan nama Axonopus compressus. Rumput Gajahan berasal dari Mexico, Amerika tengah dan Carribean. Rumput ini tumbuh subur pada kawasan yang bertanah liat dan paling sesuai pada daerah dengan kelembapan yang tinggi. Rumput Gajahan toleran terhadap kesuburan tanah yang rendah dan tahan naungan. Rumput ini biasa ditanam pada sistem peternakan yang memiliki input yang rendah. Hasil

bahan kering yang didapatkan yaitu 6-10 ton/ha/tahun. Rumput Gajahan oleh banyak orang lebih dikenal sebagai hiasan halaman. Rumput Gajahan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Rumput Gajahan.

2.4. Brush Cutter

Brush cutter adalah mesin pangkas rumput tipe rotari yang digunakan dengan cara digendong. Brush cutter biasanya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu straight shaft brush cutter dan curved shaft brush cutter. Straight shaft brush cutter adalah brush cutter yang memiliki pipa rangka transmisi lurus. Sedangkan curved shaft brush cutter adalah brush cutter yang memiliki pipa rangka transmisi berbentuk kurva. Bagian-bagian brush cutter dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Bagian-bagian brush cutter.

1 2 3 4 6 5 7 8 10 9 11 1 2 13 Keterangan:

1. Tangki bahan bakar 2. Rangka gendong 3. Air cleaner 4. Karburator 5. Flexible shaft 6. Recoil starter 7. Grip 8. Throttle 9. Drive shaft 10. Handle 11. Gear case 12. Safety guard 13. Pisau

Brush cutter dapat digunakan untuk beberapa kegiatan, yaitu: a. Scything

Merupakan kegiatan pemangkasan ilalang atau semak. Pemangkasan dilakukan dengan mengayunkan brush cutter sehingga membentuk lingkaran. Caranya adalah memutar badan dengan perlahan dan bukan menggunakan tangan untuk menggerakan brush cutter. Agar clippings terlempar menjauhi operator miringkan kepala pisau ke kanan dan lakukan gerakan memotong dari arah kiri ke kanan. Ketika kembali jangan lakukan pemangkasan. Cara melakukan scything dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Cara melakukan scything (Power Equipment Division Honda, 2002).

b. Trimming atau edging

Merupakan pemangkasan rumput yang berdekatan dengan permukaan keras. Pemangkasan dilakukan dengan sudut tertentu sehingga serpihan atau clippings mengarah pada permukaan keras tersebut sehingga akan memantul menjauhi anda. Posisi kepala pisau saat trimming dapat dilihat pada Gambar 6.

c. Brush clearing

Merupakan kegiatan pemangkasan semak belukar atau pohon-pohon kecil. Pemangkasan ini menggabungkan antara memangkas dan menebang. Memangkas menggunakan sisi pisau sebelah kanan akan mengarahkan serpihan semak menjauhi operator sehingga lebih aman. Sedangkan menebang pohon gunakan sisi pisau sebelah kiri untuk mengurangi resiko terpental balik. Posisi menebang pohon kecil dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Posisi menebang pohon kecil (Power Equipment Division Honda, 2002).

2.5. Mesin Pangkas Rumput Tipe Rotari (Rotary Mower)

Mesin pangkas rumput tipe rotari adalah mesin pangkas rumput yang memotong berdasarkan impak pisau terhadap rumput (free cutting) dengan kecepatan horizontal, sejajar dengan permukaan tanah (Suastawa, 2002).

Mesin pangkas rumput tipe rotari merupakan salah satu alat pemeliharaan lansekap yang banyak digunakan. Hal ini disebabkan hasil pemangkasan mesin pangkas rumput tipe rotari dapat diterima pada hampir semua jenis kondisi areal pangkas, toleransi pada unit pemangkasnya tidak terlalu kritis seperti pada tipe reel, sehingga dapat diperlakukan sedikit lebih kasar dan masih mampu mempertahankan hasil pangkasnya.

Mesin pangkas rumput tipe rotari dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu rumah dek tempat pisau dan mekanisme pemutarnya ditempatkan, blade mounting dan mekanisme pemutar, serta pisau. Bagian-bagian mesin pangkas rumput tipe rotari dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Bagian-bagian mesin pangkas rumput tipe rotari (Dan & Judy Ramsey, 2004).

Kecepatan putar pisau pemangkas, kecepatan maju alat, ketajaman dan jenis pisau pemangkas serta sudut pemasangan pisau adalah variabel mesin pangkas rumput yang berpengaruh terhadap hasil pemangkasan. Kecepatan pemangkasan akan berpengaruh terhadap energi spesifik pemangkasan dan hasil pemangkasan. Keunggulan dan kekurangan pemangkas rumput tipe rotari dan tipe reel dapat dilihat pada Tabel 4.

2.6. Mesin Potrum SRT-03

Mesin potrum SRT-03 merupakan kelanjutan dari modifikasi SRT-01 dan SRT-02. Mesin potrum SRT-03 terdapat banyak perbaikan desain agar kemampuan kerja mesin pangkas rumput lebih baik. Perbaikan-perbaikan desain yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1 Modifikasi dek: pengurangan bobot dengan mengganti bahan pembuat dek menjadi besi plat 2mm.

3 Modifikasi sistem pengatur ketinggian: pengatur ketinggian diletakan disamping roda, menambah jumlah variasi ketinggian.

4 Modifikasi kantong penampung: kantong penampung dimiringkan 20° agar tidak bergesekan dengan tanah, dibuat sekat pada kantong penampung agar tidak keluar menutupi saluran pengeluaran.

5 Modifikasi pisau pemangkas: pengubahan proses dan bahan pembuatan mata pisau, jumlah mata pisau dan desain ulang pisau agar dapat digunakan kedua sisinya.

Tabel 5. Perbandingan karakteristik pemangkas rumput tipe rotari dan reel.

Tipe Rotari Pembanding Tipe Reel

Secara impak; kecepatan pisau berputar dan ketajaman pisau sangat penting

Metode pemangkasan

Menggunting; dan ketajaman pisau sangat penting

Baik untuk rumput pada ketinggian antara 1 inchi; ujung daun rusak ketika pisau tidak tajam; rumput tinggi dihisap lalu

dipangkas

Kualitas pemangkasan

Kualitas sangat baik untuk pemangkasan rumput yang rendah ketika pisau tajam; dapat menyebabkan rumput yang lebih tinggi tersangkut dan tidak terpangkas rapi

Pisau dapat ditajamkan dengan mudah

menggunakan gerinda

Perawatan Biasanya membutuhkan pengaturan dan penajaman secara khusus

Lebih berbahaya; pisau berputar pada kecepatan tinggi; serpihan dapat terlempar dengan jarak yang jauh

Keamanan Lebih aman; pisau berputar lebih pelan; serpihan jarang terlempar

Membutuhkan daya yang lebih besar

Kebutuhan daya

Daya yang dibutuhkan lebih rendah

Model dengan daya tinggi biasanya tidak mahal

Biaya Model dengan daya tinggi biasanya sangat mahal Sumber: www.hogdalturf.com

Mesin potrum SRT-03 memiliki lebih banyak keunggulan. Pada mesin potrum SRT-03 pemasangan menjadi lebih cepat dibanding dua mesin pangkas rumput sebelumnya. Bobotnya lebih ringan, mobilitas lebih baik, memiliki kemampuan tampung clippings lebih banyak dan efisiensi lapang

lebih tinggi. Namun memiliki kekurangan yaitu sulit dioperasikan di tempat yang jauh dari sumber listrik dan perlu mengangkat roda depan pada saat membelokkan mesin ketika dioperasikan di lapang. Mesin potrum SRT-03 dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Mesin potrum SRT-03.

2.7. Mesin Potrum BBE-01

Mesin potrum BBE-01 merupakan rancangan baru. Mesin potrum BBE-01 dibuat dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari mesin potrum SRT-03 dan brush cutter. Mesin potrum BBE-01 didesain untuk mudah dipasang dan dilepas sehingga apabila ruangan untuk menyimpan tidak terlalu luas, mesin potrum dapat dilepas beberapa bagian. Dimensi total mesin potrum BBE-01 adalah 1283 x 641 x 1096 mm3. Kelebihan mesin potrum BBE-01 adalah engine dari brush cutter dapat dipasang dan dilepas dengan mudah pada mesin potrum BBE-01, ringan, mudah dibawa, mudah dibelokkan ketika pengoperasian di lapang, ketinggian pemangkasan rumput dapat diatur, hasil pemangkasan dapat dilakukan di lahan rumput yang datar dan miring, dan memiliki penampung clippings. Mesin potrum BBE-01 tampak depan dan tampak samping sebelum dipasang engine brush cutter dapat dilihat pada Gambar 10 dan yang telah dipasang engine dapat dilihat pada Gambar 11.

2.8. Getaran

Getaran didefinisikan sebagai gerakan yang berulang-ulang terhadap suatu titik yang tetap dan atau gerak isolasi periodik yang bergerak bolak balik melalui lintasan yang sama, dimana gerakan satu putaran selama selang waktu satu detik (satu putaran per detik/Hertz) (Kroemer et. al. 1994 dalam Maulidiyanti, 2005) .

Gambar 10. Mesin potrum BBE-01: (a) tampak depan, (b) tampak samping.

Gambar 11. Mesin potrum BBE-01 setelah dipasang engine brush cutter : (a) tampak depan, (b) tampak samping.

Getaran pada dasarnya dibedakan menjadi dua tipe yaitu getaran sinusoidal dan getaran random. Getaran sinusoidal digambarkan sebagai gerak satu partikel pada satu sumbu dengan frekuensi dan amplitudo tertentu, tipe ini biasa dijadikan sebagai patokan dalam percobaan di laboratorium. Getaran random adalah getaran yang tidak beraturan dan tidak dapat diprediksi, jenis ini biasa terjadi di alam (Mc Cormick, 1972).

(a) (b)

Menurut Mc Cormick (1972) pengaruh getaran dalam waktu singkat hanya memberikan sedikit efek psikologis dan tidak terjadi perubahan nyata secara kimiawi dalam darah dan kelenjar endokrin tubuh. Akan tetapi dalam jangka panjang efek getaran menimbulkan masalah dalam spinal disorder, hemoroid, hernia, dan kesulitan pembuangan air kemih. Mc Cormick (1972) menyimpulkan bahwa pengetahuan tentang hubungan getaran dan kesehatan belum nyata, tetapi terlihat bahwa getaran meningkatkan tensi otot. Salah satu fenomena yang tampak akibat getaran mekanis adalah ”vibration induced finger” atau pemucatan telapak tangan karena pengecilan pembuluh darah. Menurut Wilson (1989) getaran dengan tingkat tinggi dapat menyebabkan kerusakan tulang-tulang sendi, sistem peredaran darah dan organ-organ lain. Masa getaran yang lama pada lengan atau tangan dapat menyebabkan kelumpuhan atau cacat, masa getaran yang pendek dapat menyebabkan kehilangan rasa, ketajaman penglihatan dan lain-lain yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Batas getaran mekanis yang boleh diterima operator dibedakan pada titik kontak subyek dengan getaran tersebut.

2.9. Kebisingan

Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki termasuk bunyi yang tidak beraturan dan bunyi yang dikeluarkan oleh transportasi dan industri sehingga mengganggu dan membahayakan kesehatan (Wilson, 1989). Pada umumya kebisingan sangat mengganggu dan mempengaruhi kerja operator, bahkan pada taraf yang sangat buruk bisa menimbulkan ketulian.

Pengaruh kebisingan yang utama pada manusia adalah hilang atau menurunnya pendengaran, dengan efek kebisingan pada pendengaran mula-mula bersifat sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah kebisingan berhenti, tetapi jika bekerja secara terus-menerus di tempat bising dapat berakibat kehilangan daya dengar yang tetap dan tidak dapat pulih kembali.

Kebisingan yang terjadi di tempat kerja dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kesehatan dan konsentrasi pada pekerja. Selama ini gangguan-ganggguan yang diakibatkan kebisingan kurang dirasakan oleh para

DOD jam Waktu (L 84)4 2 8 ) ( = OSHA jam Waktu (L 90)5 2 8 ) ( =

pekerja dalam jangka pendek, namun dalam jangka waktu yang lama akibat kebisingan ini dapat menimbulkan berbagai gangguan, diantaranya gangguan psikologis, fisiologis, komunikasi serta gangguan-gangguan lainnya.

Pengendalian kebisingan mutlak diperlukan, pengendalian dapat dilakukan secara teknik maupun administratif. Pengendalian secara teknik meliputi: pengendalian di sumber suara, pengendalian sepanjang jalur suara dan pengendalian pada peneriman suara. Pengendalian secara administratif memfokuskan pada manajemen, misalnya rotasi pada pekerja antara tempat kerja yang bising dengan tempat kerja yang tenang.

Menurut International Standardization Organization (ISO) derajat gangguan pendengaran akibat kebisingan adalah sebagai berikut :

1. Gangguan pendengaran ringan : kehilangan pendengaran sebesar 25-40 dB 2. Gangguan pendengaran sedang : kehilangan pendengaran sebesar 40-55

dB

3. Gangguan pendengaran berat : kehilangan pendengaran sebesar > 55 dB

Perhitungan lama mendengar yang diizinkan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa standar, diantaranya The U.S Departement of Defense standard (standar DOD) dan Occuptional Safety and Health Administration standard (standar OSHA). Rumus yang digunakan pada kedua standar tersebut adalah :

...(1)

...(2)

dimana L= intensitas kebisingan (dB)

Sumber : (DOD dan OSHA dalam Maulidiyanti, 2005)

Pada dasarnya pengaruh kebisingan pada jasmani pekerja dibagi menjadi dua golongan (Soemanegara, 1975), yaitu :

1. Tidak mempengaruhi indera pendengaran tetapi memberikan pengaruh berupa keluhan samar-samar dan tidak jelas berwujud penyakit.

2. Pengaruh terhadap indera pendengaran baik bersifat sementara ataupun permanen (tetap), terdiri dari

a. Accoustic trauma, yaitu tiap-tiap pelukaan insidentil yang merusak sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran disebabkan oleh letupan senjata api, ledakan-ledakan atau suara yang dahsyat.

b. Occupational deafness, yaitu kehilangan sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen pada satu atau kedua telinga disebabkan oleh bising atau suara gaduh yang terus menerus di lingkungan kerja.

Upaya pengendalian kebisingan sebagai berikut :

1 Pengendalian keteknikan, yaitu memodifikasi peralatan penyebab kebisingan, modifikasi proses, dan modifikasi lingkungan dimana peralatan dan proses tersebut berjalan.

2 Pengendalian sumber kebisingan yang dilakukan dengan substitusi antar mesin, proses, dan material terutama penambahan penggunaan spesifikasi kebisingan pada peralatan baru.

3 Pelindung diri, yaitu dengan menggunakan sumbat telinga dan tutup telinga. Alat-alat tersebut dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20-25 dB.

Pengendalian dengan modifikasi lingkungan, bila radiasi kebisingan dari bagian-bagian peralatan tidak dapat dikurangi maka dapat digunakan peredam getaran, rongga resonansi, dan peredam suara.

Dokumen terkait