• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KINERJA MESIN PANGKAS RUMPUT ROTARI TIPE DORONG BERTENAGA PUTAR ENGINE BRUSH CUTTER TIPE GENDONG SKRIPSI. Oleh : DONY RAMADHAN PUTRA F

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI KINERJA MESIN PANGKAS RUMPUT ROTARI TIPE DORONG BERTENAGA PUTAR ENGINE BRUSH CUTTER TIPE GENDONG SKRIPSI. Oleh : DONY RAMADHAN PUTRA F"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KINERJA MESIN PANGKAS RUMPUT ROTARI TIPE DORONG BERTENAGA PUTAR ENGINEBRUSH CUTTER TIPE GENDONG

SKRIPSI

Oleh :

DONY RAMADHAN PUTRA F14104111

2009

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

UJI KINERJA MESIN PANGKAS RUMPUT ROTARI TIPE DORONG BERTENAGA PUTAR ENGINEBRUSH CUTTER TIPE GENDONG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

DONY RAMADHAN PUTRA F14104111

2009

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UJI KINERJA MESIN PANGKAS RUMPUT ROTARI TIPE DORONG BERTENAGA PUTAR ENGINEBRUSH CUTTER TIPE GENDONG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

DONY RAMADHAN PUTRA F14104111

Dilahirkan pada tanggal 1 Juni 1986 di Jakarta

Tangggal lulus : Februari 2009

Menyetujui, Bogor, Februari 2009

Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc. Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen

(4)

Dony Ramadhan Putra. F14104111. Uji Kinerja Mesin Pangkas Rumput Rotari Tipe Dorong Bertenaga Putar Engine Brush Cutter Tipe Gendong. Dibawah bimbingan Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc. 2009.

RINGKASAN

Pemangkasan rumput bertujuan mendapatkan hamparan rumput yang seragam, rapat, dan merata. Mesin yang digunakan adalah mesin pangkas rumput atau dikenal dengan istilah mower. Mesin pangkas rumput tipe rotari (rotary mower) merupakan salah satu alat pemeliharaan lansekap yang banyak digunakan. Mesin potrum SRT-03 merupakan prototipe ketiga mesin pangkas rumput tipe rotari yang dikembangkan oleh mahasiswa Departemen Teknik Pertanian IPB. Kelebihan mesin potrum SRT-03 yaitu mampu memangkas rumput dengan baik, ketinggian pangkasdapat diatur, serta mampu menampungclippings (rumput hasil pangkasan) dengan baik. Kekurangan mesin potrum SRT-03 yaitu sulit dioperasikan di tempat yang jauh dari sumber listrik dan perlu mengangkat roda depan pada saat membelokkan mesin ketika dioperasikan di lapang.

Brush cutter adalah mesin pangkas rumput dan semak tipe rotari yang digunakan dengan cara digendong. Mesin ini menggunakan motor bensin tipe 2 langkah (two stroke cycle). Kelebihan brush cutter adalah dapat memangkas rumput pada berbagai lokasi. Kekurangan brush cutter adalah pemangkasan pada tempat datar menghasilkan scalping (pemangkasan rumput tidak merata), tidak terdapat penampung clippings, pemangkasan rendah sulit, dan pemakaian terlalu lama menyebabkan kelelahan kerja pada operator (baik dari berat, getaran, dan kebisingan).

Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari mesin potrum SRT-03 dan brush cutter, dirancanglah mesin pangkas rumput tipe rotari menggunakan engine brush cutter tipe flexible shaft sebagai sumber tenaga putar, yang selanjutnya disebut mesin potrum BBE-01. Kelebihan mesin potrum BBE-01 adalah engine dari brush cutter dapat dipasang dan dilepas dengan mudah pada mesin pangkas rumput, ringan, mudah dibawa, mudah dibelokan ketika pengoperasian di lapang, ketinggian pemangkasan rumput dapat diatur, hasil pemangkasan dapat dilakukan di lahan rumput yang datar dan tidak datar, dan memiliki penampung clippings.

Penelitian bertujuan untuk menguji kinerja mesin potrum BBE-01, lalu dibandingkan dengan mesin potrum SRT-03, pabrikasi, dan brush cutter. Selain itu, mengetahui juga tingkat getaran dan kebisingan mesin potrum BBE-01.

Prosedur penelitian dibagi beberapa tahap yaitu persiapan mesin potrum BBE-01 beserta alat ukurnya, persiapan lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 dan rumput Gajahan, proses pengujian yang meliputi : 1) pengukuran ketinggian rumput sebelum dan sesudah pemangkasan, 2) pengukuran densitas rumput, 3) pengukuran kadar air rumput, 4) kinerja mesin pangkas rumput, 5) pengukuran getaran, dan 6) pengukuran kebisingan.

Pola pemangkasan yang digunakan ada lima yaitu pola kontinyu, pola headland, pola maju mundur, pola sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan, dan pola sirkuit dari pinggir ke tengah lapangan. Mesin yang akan diuji kinerjanya adalah mesin potrum BBE-01. Kinerja mesin yang diukur adalah lebar pemangkasan (l), kecepatan maju pemangkasan (V), luas areal yang dipangkas (A), waktu kerja pemangkasan (Wk), dan kualitas hasil pemangkasan.

(5)

Hasil uji kinerja pada lapangan rumput bermuda Tiff Way 146 yaitu untuk pola kontinyu mempunyai nilai KLT 334.8m2/jam, KLE 244.8m2/jam, dan efisiensi lapang 73.12%. Pola headland mempunyai nilai KLT 486m2/jam, KLE 259.2m2/jam, dan efisiensi lapang 53.33%. Pola maju mundur mempunyai nilai KLT 230.4m2/jam, KLE 190.8m2/jam, dan efisiensi lapang 82.81%. Pola sirkuit dari tengah ke pinggir mempunyai nilai KLT 381.6m2/jam, KLE 190.8m2/jam, dan efisiensi lapang 50%. Pola sirkuit pinggir ke tengah mempunyai nilai KLT 594m2/jam, KLE 409.2m2/jam, dan efisiensi lapang 68.88%. Jika dibandingkan dengan mesin potrum SRT-03 dan pabrikasi, hasil uji kinerja mesin potrum BBE-01 memiliki kinerja yang lebih baik. Pola pemangkasan yang terbaik untuk rumput Tiff Way 146 dengan mesin potrum BBE-01 adalah pola kontinyu. Pada lapangan rumput gajahan, pola yang digunakan adalah pola kontinyu. Tujuannya adalah ingin melihat apakah pola pemangkasan terbaik pada rumput bermuda Tiff Way 146 sama baiknya jika digunakan pada rumput gajahan. Hasil uji kinerja lapangan rumput gajahan mempunyai nilai KLT 406.8m2/jam, KLE 223.8m2/jam, dan efisiensi lapang 54.86%. Jika dibandingkan dengan brush cutter, kinerja mesin pangkas BBE-01 kurang baik, karena memiliki nilai efisiensi yang lebih rendah.

Pengujian lainnya adalah pengujian getaran dan kebisingan mesin potrum BBE-01. Pengujian getaran dilakukan pada kemudi mesin potrum BBE-01. Tujuan untuk mengetahui waktu yang dianjurkan pada penggunaan mesin potrum BBE-01. Waktu yang dianjurkan pada penggunaan mesin potrum BBE-01 untuk setiap pola pemangkasan di rumput bermuda Tiff Way 146 dan gajahan rata-rata kurang dari 15 menit (0.25 jam). Efek yang dirasakan jika terlalu lama memakai mesin potrum BBE-01 adalah keluhan pegal-pegal, rasa lelah yang terkadang diiringi pusing dan kram pada tangan.

Engine brush cutter pada mesin potrum BBE-01 berada di bagian kemudi sehingga letaknya tidak jauh dari operator. Oleh karena itu apabila arah angin berlawanan dengan arah pemangkasan maka gas buang dari muffler akan terhisap oleh operator. Gas buang dapat menyebabkan keracunan apabila terhisap oleh operator. Untuk menghindarinya, disarankan menggunakan masker pada saat pengoperasian

Pengujian kebisingan dilakukan ketika mesin beroperasi dalam keadaan diam. Kebisingan diukur pada engine dan telinga operator dengan jarak penempatan sensor 10cm. Selain itu, dilakukan juga pengukuran kebisingan pada pada jarak 2m, 4m, 6m, 8m, 10m sesuai arah muffler. Perbandingan intensitas kebisingan pada telinga operator untuk tiap mesin yang tertinggi adalah mesin potrum BBE-01 dan yang terendah adalah mesin potrum pabrikasi. Kebisingan yang diakibatkan engine mesin potrum BBE-01 memberikan pengaruh pada lingkungan sekitarnya. Efek langsung yang dirasakan operator pada penggunaan mesin potrum BBE-01 adalah terganggunya komunikasi pada saat pengoperasian mesin pangkas rumput, berkurangnya kemampuan mendengar, dan terkadang diiringi dengan rasa mendenging pada telinga.

(6)

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Jakarta, DKI Jakarta pada tanggal 1 Juni 1986 dari bapak bernama Dody M Wibowo dan ibu Yannetti. Selama ini penulis menjalani pendidikan di TK Ring Rose, Malaysia, lulus tahun 1992, SDN 1 Tanjung Uban sampai tahun 1995, SDN Gunung V (Mexico) Jakarta, lulus tahun 1998, SLTP Negeri 19 Jakarta, lulus tahun 2001, SMA Negeri 6 Jakarta, lulus tahun 2004 dan melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor sampai pada tahun 2009. Dalam menyelesaikan studi, penulis pernah melakukan praktek lapangan dengan judul “MEMPELAJARI ASPEK PENGUJIAN PRA KOMERSIAL PRODUK TRAKTOR RODA DUA DI PT. METAVISI SENTRA INTEGRA, BOGOR”. Penulis juga melakukan penelitian dengan judul “UJI KINERJA MESIN PANGKAS RUMPUT ROTARI TIPE DORONG BERTENAGA PUTAR ENGINE BRUSH

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah AWT atas segala nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Uji Kinerja Mesin Pangkas Rumput Rotari Tipe Dorong Bertenaga Putar Engine Brush Cutter Tipe Gendong” ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu memberikan masukan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini. Pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada :

1. Dr. Ir. I Nengah Suastawa, M.Sc selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dalam penelitian dan penulisan skripsi.

2. Dr. Ir. Desrial, M.Eng yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji dalam ujian sidang skripsi.

3. Dr. Lenny Saulia, S.T.P., M.Si yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji dalam ujian sidang skripsi.

4. Orang tua, abang dan adik tercinta (Bang Adyt dan icha) yang selalu mendukung dengan doa dan semangatnya.

5. Desy yang selalu setia menemani aku baik dalam suka maupun duka (atas cinta, kasih sayang, semangat dan doanya).

6. Temanku Ilham, rekan seperjuangan untuk menyelesaikan skripsi kita. 7. Teman-teman Bagian Teknik Mesin Budidaya Pertanian (Uddin,

Kusnanto, Anami, Tutung, Sigit Okta, Dito, Anes, Ujang, Agung, Benny, dan tidak lupa Ronal).

8. Serta teman-teman Gang Komando dan Anak Cemara (my family)

9. Serta seluruh TEP 41, atas semangat dan doanya (Gursa..Gursa..Cosss!!!!). Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2009

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

...

v

DAFTAR ISI

...

vi

DAFTAR GAMBAR

...

viii

DAFTAR TABEL

...

xi

DAFTAR LAMPIRAN

...

xii

I. PENDAHULUAN

...

1

1.1. Latar Belakang………...

1

1.2. Tujuan………...

2

II. TINJAUAN PUSTAKA

...

3

2.1.

Jenis dan Karakteristik Rumput Lansekap...

3

2.2. Rumput Bermuda...

7

2.3. Rumput Gajahan...

8

2.4.

Brush Cutter

...

9

2.5.

Mesin Pangkas Rumput Tipe Rotari (

Rotary Mower

)...

11

2.6. Mesin Potrum SRT-03...

12

2.7. Mesin Potrum BBE-01...

14

2.8. Getaran...

15

2.9. Kebisingan...

16

III. METODOLOGI PENELITIAN

...

19

3.1.

Waktu dan Tempat Penelitian...

19

3.2. Alat dan Bahan...

19

3.3. Prosedur Penelitian...

21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

...

36

4.1.

Kinerja Pemangkasan Mesin Potrum BBE-01...

36

(9)

4.3. Kebisingan...

50

V. KESIMPULAN DAN SARAN

...

55

5.1. Kesimpulan...

55

5.2. Saran...

55

DAFTAR PUSTAKA

...

56

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bentuk anatomi rumput secara umum...

4

Gambar 2. Rumput bermuda

Tiff Way 146

...

8

Gambar 3. Rumput gajahan...

9

Gambar 4. Bagian-bagian mesin

brush cutter

...

9

Gambar 5. Cara melakukan

scything

... 10

Gambar 6. Posisi kepala pisau saat

trimming

...

10

Gambar 7. Posisi menebang pohon kecil...

11

Gambar 8. Bagian-bagian mesin pangkas rumput tipe rotari...

12

Gambar 9. Mesin potrum SRT-03...

14

Gambar 10. Mesin potrum BBE-01: (a)

tampak depan, (b) tampak samping...

15

Gambar 11. Mesin potrum BBE-01 setelah dipasang

engine brush cutter

:

(a)tampak depan, (b) tampak samping...

15

Gambar 12. Mesin potrum BBE-01...

19

Gambar 13.

Tachometer

digital

...

20

Gambar 14.

Sound level meter

...

20

Gambar 15.

Vibrationmeter

...

21

Gambar 16. Tahapan kegiatan penelitian...

22

Gambar 17. Setting ketinggian pangkas sel 3 dan sel 5...

22

Gambar 18. Kondisi lapangan rumput bermuda

Tiff Way 146

sebelum

pengujian... 23

Gambar 19. Kondisi lapangan rumput gajahan sebelum pengujian... 23

Gambar 20. Pengukuran ketinggian rumput sebelum dan sesudah

pemangkasan... 24

(11)

Gambar 21. Pengukuran ketinggian rumput menggunakan mistar... 25

Gambar 22. Pengukuran densitas rumput menggunakan triplek dengan lubang

ukuran 5 x 5 cm

2

... 25

Gambar 23. Pengukuran sampel rumput menggunakan timbangan digital... 26

Gambar 24. Oven pengering... 26

Gambar 25. Pola kontinyu... 27

Gambar 26. Pola

headland

... 27

Gambar 27. Pola maju-mundur... 27

Gambar 28. Pola sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan... 28

Gambar 29. Pola sirkuit dari pinggir ke tengah lapangan... 28

Gambar 30. Lebar pemangkasan... 29

Gambar 31. Posisi pengambilan data dengan

tachometer

dan

vibrationmeter

... 30

Gambar 32. Posisi internal

high pass filter

10 Hz dan internal

low pass filter

5 kHz 31... 31

Gambar 33. Posisi pemasangan sensor getaran pada kemudi... 31

Gambar 34.

Daily exposure graph method

... 33

Gambar 35. Posisi pengambilan data dengan

tachometer

dan

sound level meter

(

engine

dan telinga)... 34

Gambar 36. Pengukuran kebisingan dengan jarak 2m dari arah

muffler... 35

Gambar 37. Pengambilan data sumber kebisingan... 35

Gambar 38. Rumput bermuda

Tiff Way 146

sebelum dipangkas... 36

Gambar 39. Rumput bermuda

Tiff Way 146

setelah dipangkas dengan pola

kontinyu... 37

Gambar 40. Rumput bermuda

Tiff Way 146

setelah dipangkas dengan pola

headland

... 37

Gambar 41. Rumput bermuda

Tiff Way 146

setelah dipangkas dengan pola maju

mundur... 38

Gambar 42. Rumput bermuda

Tiff Way 146

setelah dipangkas dengan

pola sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan... 39

(12)

Gambar 43. Rumput bermuda

Tiff Way 146

setelah dipangkas dengan

pola sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan... 40

Gambar 44. Grafik perbandingan nilai efisiensi lapang tiap mesin... 42

Gambar 45. Rumput yang tidak terpangkas dengan pola pemangkasan

maju mundur... 43

Gambar 46. Hasil pangkasan rumput bermuda

Tiff Way 146

... 44

Gambar 47. Rumput gajahan sebelum dipangkas... 45

Gambar 48. Rumput gajahan setelah dipangkas... 45

Gambar 49. Hasil pemangkasan rumput gajahan... 47

Gambar 50. Grafik hubungan antara putaran motor dengan percepatan getaran

pada kemudi... 50

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Karakteristik rumput lansekap... 4

Tabel 2. Warna rumput

cool-season

dan

warm-season

... 5

Tabel 3. Ketinggian dan frekuensi pemangkasan rumput di berbagai kondisi

lahan... 6

Tabel 4. Rekomendasi ketinggian pemangkasan musiman... 7

Tabel 5. Perbandingan karakteristik pemangkas rumput tipe rotari dan

reel

.... 13

Tabel 6. Setting tinggi pemangkasan, lebar pemangkasan, kecepatan maju,

dan berat hasil pangkasan... 40

Tabel 7. Perbandingan KLT, KLE, dan Efsiensi lapang pada

mesin Potrum BBE-01, mesin Potrum SRT-03,

dan mesin potrum fabrikasi... . 41

Tabel 8. Perbandingan KLT, KLE, dan efsiensi lapang pada mesin

potrum BBE-01 dan pemangkas rumput

gendong Tasco... 46

Tabel 9. Nilai A(8) untuk setiap pola pemangkasan... 49

Tabel 10. Perbandingan intensitas sumber kebisingan mesin potrum BBE-01

dan mesin lainnya...

53

Tabel 11. Lama mendengar yang diizinkan bagi pengguna mesin potrum

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Denah lapangan rumput bermuda Tiff Way 146... 59

Lampiran 2. Data uji kinerja mesin pangkas rumput BBE-01 pada rumput

bermuda

Tiff Way 146

dengan pola kontinyu... 60

Lampiran 3. Data uji kinerja mesin pangkas rumput BBE-01 pada rumput

bermuda

Tiff Way 146

dengan pola

headland

...

62

Lampiran 4. Data uji kinerja mesin pangkas rumput BBE-01 pada rumput

bermuda

Tiff Way 146

dengan pola maju mundur...

64

Lampiran 5. Data uji kinerja mesin pangkas rumput BBE-01 pada rumput

bermuda

Tiff Way 146

dengan pola sirkuit dari tengah ke pinggir

lapangan...

66

Lampiran 6. Data uji kinerja mesin pangkas rumput BBE-01 pada rumput

bermuda

Tiff Way 146

dengan pola sirkuit dari pinggir ke tengah

lapangan...

79

Lampiran 7. Data uji kinerja mesin pangkas rumput BBE-01 pada rumput

gajahan dengan pola kontinyu...

72

Lampiran 8. Kapasitas tampung pangkasan rumput bermuda

Tiff Way

146 dan

rumput gajahan...

74

Lampiran 9. Kadar air rumput bermuda

Tiff Way

146 dan rumput gajahan...

75

Lampiran 10. Data getaran pada kemudi mesin potrum BBE- 01...

76

Lampiran 11. Perhitungan nilai a

hv

dan nilai A(8) untuk tiap pola pemangkasan.. 80

Lampiran 12. Grafik hubungan antara

magnitude vibration

(a

hv

)

dan A(8) dengan kecepatan pemangkasan, diatas kecepatan

pemangkasan, dan dibawah kecepatan pemangkasan pada

tiap pola pemangkasan... 82

Lampiran 13. Data hasil pengukuran sumber kebisingan mesin potrum

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman rumput sering dianggap sebagai tanaman penggangu atau gulma yang harus dibasmi. Namun bila dikaji secara objektif, tidak semua tanaman rumput merupakan gulma. Banyak tanaman rumput yang berguna bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai elemen pembentuk estetika tanaman, konservasi lereng-lereng pembatas pinggir jalan tol, lapangan olahraga dan tempat-tempat pariwisata.

Untuk keperluan tersebut dibutuhkan rumput yang memenuhi kualitas visual seperti kerapatan tekstur keseragaman, warna, sifat pertumbuhan serta kehalusan, dan kualitas fungsional seperti kelenturan, kepegasan, kesegaran, perakaran dan daya pemulihan (Suastawa, 2002). Terdapat tiga kunci utama dalam pemeliharaan rumput yang baik yaitu pemangkasan, pemupukan dan pengairan (The Lawn Institute, 2007).

Pemangkasan rumput bertujuan mendapatkan hamparan rumput yang seragam, rapat dan merata. Mesin yang digunakan adalah mesin pangkas rumput atau dikenal dengan istilah mower. Mesin pangkas rumput tipe rotari (rotary mower) merupakan salah satu alat pemeliharaan lansekap yang banyak digunakan. Kelebihan rotary mower adalah mudah pengoperasian pada tempat datar yang luas, hasil pemangkasan pada daerah datar seragam, memiliki kantong penampung, perawatan komponen mudah dan biaya perawatan tidak mahal.

Mesin potrum SRT-03 merupakan prototipe ketiga mesin pangkas rumput tipe rotari yang dikembangkan oleh mahasiswaDepartemen Teknik Pertanian IPB. Kelebihan mesin potrum SRT-03 yaitu mampu memangkas rumput dengan baik, ketinggian pangkas, dapat diatur, serta mampu menampung clippings (rumput hasil pangkasan) dengan baik. Kekurangan mesin potrum SRT-03 yaitu sulit dioperasikan di tempat yang jauh dari sumber listrik dan perlu mengangkat roda depan pada saat membelokkan mesin ketika dioperasikan di lapang.

(16)

Brush cutter adalah mesin pangkas rumput tipe rotari yang digunakan dengan cara digendong. Mesin ini menggunakan engine torak sebagai tenaga penggeraknya, yaitu motor bensin tipe 2 langkah (two stroke cycle). Pengoperasiannya dilakukan dengan menggendong engine di punggung operator, sedangkan pisau pemangkas dikendalikan oleh tangan melalui batang pengendali. Kelebihan brush cutter adalah dapat memangkas rumput pada berbagai lokasi. Kekurangan brush cutter adalah pemangkasan pada tempat datar menghasilkan scalping (pemangkasan rumput tidak merata), tidak terdapat penampung clippings, pemangkasan rendah sulit dan pemakaian terlalu lama menyebabkan kelelahan kerja pada operator (baik dari berat, getaran, dan kebisingan).

Mengetahui kelebihan dan kekurangan mesin potrum SRT-03 dan brush cutter, maka dirancanglah mesin pangkas rumput tipe rotari menggunakan engine brush cutter tipe flexible shaft sebagai sumber tenaga putar, yang selanjutnya disebut mesin potrum BBE-01. Kelebihan mesin potrum BBE-01 adalah engine dari brush cutter dapat dipasang dan dilepas dengan mudah pada mesin pangkas rumput, ringan, mudah dibawa, mudah dibelokan ketika pengoperasian di lapang, ketinggian pemangkasan rumput dapat diatur, hasil pemangkasan dapat dilakukan di lahan rumput yang datar dan tidak datar, dan memiliki penampung clippings.

Mesin potrum BBE-01 diharapkan dapat mempermudah pekerjaan operator. Untuk dapat mengetahui apakah mesin potrum BBE-01 dapat dioperasikan sesuai dengan keinginan operator, maka mesin potrum BBE-01 harus diuji kinerjanya.

1.2. Tujuan

Penelitian bertujuan untuk menguji kinerja mesin potrum BBE-01, dibandingkan dengan mesin potrum SRT-03, mesin pangkas rumput tipe rotari yang dijual di pasaran (mesin potrum pabrikasi), dan brush cutter. Dan juga untuk mengetahui tingkat getaran dan kebisingan mesin potrum BBE-01.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jenis dan Karakteristik Rumput Lansekap

Rumput-rumputan adalah jenis tanaman famili Graminae yang mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Rumput dapat tumbuh hampir di semua kondisi tanah. Saat ini rumput dibudidayakan untuk tanaman penutup tanah pada lansekap seperti taman, lapangan golf, lapangan base ball, dan lain-lain. Dalam hal ini fungsi rumput disamping untuk keindahan (estetika), juga berperan untuk mengendalikan dan mengurangi erosi, membantu menurunkan suhu lingkungan, keamanan dan kenyamanan berolahraga, serta sarana untuk rekreasi.

Kriteria pemilihan rumput untuk lansekap didasarkan pada pertimbangan ketahanan dan kualitas hamparan yang diinginkan, serta kecepatan pertumbuhan atau penutupan tanah. Terdapat enam jenis rumput lansekap yang umum dibudidayakan, empat diantaranya biasa digunakan untuk lapangan olahraga sedangkan dua jenis lainnya biasa digunakan sebagai tanaman penguat teras dan pencegah erosi (Kumurur, 1998). Empat jenis rumput yang banyak digunakan untuk lapangan olahraga adalah rumput Bermuda (Cynodon dactylon), Manila (Zoysia metrella), Gajahan (Axonopus compressus) dan Agrotis (Agrotis palustrishuds), sedangkan rumput untuk penguat teras dan pencegah erosi adalah rumput Belulang (Eleuine indica) dan rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Dari keenam jenis rumput tersebut yang memiliki karakteristik tekstur halus adalah rumput Bermuda (Cynodon dactylon) dan Agrotis (Agrotis palustrishuds), dapat dilihat pada Tabel 1.

Rumput untuk lansekap dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu rumput cool-season dan warm-season. Pembedaan ini didasarkan pada ketahanan terhadap cuaca atau suhu. Rumput yang memiliki rhizome atau stolon termasuk rumput warm-season. Sedangkan rumput yang memiliki rhizome yang kecil atau sama sekali tidak ada termasuk rumput cool-season (Brad Fresenburg and Travis Teuton, 2007). Gambar 1 memperlihatkan bentuk anatomi rumput secara umum.

(18)

Tabel 1. Karakteristik rumput lansekap.

Jenis Rumput Tekstur Warna Gajahan, Kipait (Axonopus compressus) kasar hijau

Manila, King (Zoysia metrella) cukup hijau muda Bermuda (Cynodon dactylon) halus hijau

Agrotis (Agrotis palustris) halus hijau muda Belulang (Eleusine indica) kasar hijau Gajah (Penissetum purpurreum) kasar hijau Sumber : Kumurur (1998)

Rumput yang termasuk dalam kategori cool-season adalah Tall Fescue (Festuca arundinacea Shreb.), Kentucky bluegrass (Poa pratensis L.), Perennial ryegrass (Lolium perenne L.), Fine leaf fescue (Festuca spp.) dan Bentgrass (rumput yang digunakan pada lapangan golf dan memerlukan perawatan tinggi).

Gambar 1. Bentuk anatomi rumput secara umum (Brad Fresenburg and Travis Teuton, 2007).

(19)

Rumput yang termasuk dalam kategori warm-season adalah Zoysiagrass (Zoysia japonica L.), Bermudagrass (Cynodon spp.), Buffalograss (Buchloe dactyloides [Nutt.] Engelm.). Warna rumput cool-season dan warm-season dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Warna rumput cool-season dan warm-season.

Cool-Season Warm-Season

Rumput Warna Rumput Warna

Tall Fescue (Festuca arundinacea Shreb.)

Hijau jamrud dengan tekstur kasar

Zoysiagrass (Zoysia

japonica L.) Hijau muda

Kentucky bluegrass (Poa pratensis L.)

Hijau biru gelap

Bermudagrass

(Cynodon spp.) Hijau gelap Perennial ryegrass

(Lolium perenne L.) Jamrud

Buffalograss (Buchloe dactyloides

[Nutt.] Engelm.)

Hijau keabu-abuan Fine leaf fescue

(Festuca spp.) Hijau gelap

Sumber: Brad Fresenburg and Travis Teuton (2007)

Pemeliharaan rumput lapangan dilakukan dengan tujuan agar kondisi rumput tetap rapat, seragam dan memenuhi kualitas visual maupun fungsional (Munandar, 1990). Pemeliharaan rumput di lapangan meliputi :

a. Peremajaan rumput

Peremajaan rumput dilakukan untuk mendapat kondisi rumput yang baik dimana kegiatan peremajaan meliputi verticutting, coring, top dressing dan sodding. Verticutting merupakan pemangkasan tanaman rumput secara vertikal untuk merangsang pertumbuhan akar baru dan membuang akar yang sudah tua. Coring adalah pembuatan lubang pada tanah agar tanah tetap gembur sehingga kadar oksigen tanah tetap stabil. Top dressing adalah penaburan pasir pada permukaan tanah yang berfungsi untuk menutup lubang coring sehingga rumput dapat tumbuh

(20)

dengan baik. Sodding adalah kegiatan penambahan rumput yang rusak dengan menggunakan lempengan rumput.

b. Pemeliharaan rumput

Pemeliharaan rumput dilakukan dengan pemupukan yang teratur, penyiangan gulma, dan irigasi yang baik agar kualitas rumput tetap terjaga.

c. Pemangkasan rumput

Pemangkasan rumput bertujuan untuk menjaga ketinggian rumput sesuai dengan standar lapangan rumput yang ada. Pemangkasan rumput merupakan hal yang paling mendasar dari pemeliharaan rumput lansekap. Ketinggian dan frekuensi pemangkasan masing-masing tempat lapangan rumput terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Ketinggian dan frekuensi pemangkasan rumput di berbagai kondisi lahan

Lokasi Ketinggian (mm) Frekuensi Greens (lapangan golf)

Fairway (lapangan golf) Tee box (lapangan golf) Rough, slope bunker, dan slope danau (lapangan golf) Collar and apron

(lapangan golf) Lapangan sepak bola Lapangan bermain Lapangan taman rumah

3.75 - 6 8.00 - 4 7.00 - 10 30.0 - 135 70.0 - 100 25.0 - 40 50 37.5 Tiap hari 2 kali seminggu 3 kali seminggu 3 kali seminggu tiap hari 1-2 kali sebulan 1-2 kali sebulan 1-2 kali sebulan Sumber: Munandar (1990)

Menurut Puhalla (1999), pemilihan ketinggian pangkas tergantung pada jenis rumput, cuaca di daerah rumput, umur rumput, bahkan kecepatan dan cara bermain dari sebuah tim ketika menggunakan lapangan rumput. Rekomendasi ketinggian pemangkasan untuk tiap musim dapat dilihat pada Tabel 4.

Pemangkasan berdasarkan hukum 1/3 yaitu pemotongan tidak boleh lebih dari 1/3 dari daun rumput pada sekali pemotongan. Pemotongan lebih dari 1/3 daun rumput merusak kesehatan rumput, dan juga

(21)

meninggalkan lapisan pemangkasan yang tidak dapat diterima pada lapangan rumput. Tentunya, dengan mengikuti hukum tersebut di lapangan yang dijaga pada ketinggian yang paling rendah berarti melakukan pemotongan yang lebih sering. Sebagai contoh, jika pemotongan dengan ketinggian 5.08cm, rumput harus dipotong ketika mencapai ketinggian 7.62cm. Rumput dibiarkan menjadi 2.54cm diantara setiap pemotongan. Hal ini dapat terjadi setiap 3 atau 4 hari. Akan tetapi, pemotongan pada ketinggian 2.54cm dengan mengikuti hukum 1/3, pegawai perlu untuk memotong rumput ketika ia mencapai 3.81cm. Rumput dibiarkan untuk tumbuh hanya 1.27cm sebelum dipotong lagi, sehingga dibutuhkan pemotongan setiap 2-3 hari.

Tabel 4. Rekomendasi ketinggian pemangkasan tiap musim. Jenis rumput terendah-tertinggi (cm) Semi (cm) Panas (cm) Gugur (cm) Dingin (cm) Kentucky Bluegrass 3.81-7.62 3.81–5.08 7.62 3.81-5.08 - Perennial ryegrass 3.81-7.62 3.81–5.08 7.62 3.81-5.08 - Tall Fescue 3.81-7.62 3.81–5.08 7.62 3.81-5.08 - Bermudagrassa 1.90–5.08 1.90–2.54 1.90-2.54 2.54-5.08 3.81-5.08 Creeping Bentgrass 0.32–0.64 0.32–0.16 0.48-0.64 0.32- 0.48 - Bermudagrassb 0.32–0.64 0.48–0.64 0.32–0.48 0.32-0.64 0.32-0.64 a overseeded Bermudagrass b

direkomendasikan untuk lapangan tenis, lapangan bowling.

2.2. Rumput Bermuda

Rumput yang tumbuh liar di Indonesia, lebih dikenal dengan nama rumput grinting. Dalam dunia ilmu rumput dikenal dengan nama Cynodon L.C. Rich. Cynodon dactylon adalah spesies yang paling umum untuk turf. Rumput Bermuda yang ditanam bukanlah dari jenis yang liar, namun yang sudah diseleksi atau dimuliakan. Rumput Bermuda mampu beradaptasi untuk daerah beriklim dan menyebar dengan stolon dan rhizome membentuk lempengan yang tahan tahunan. Rumput Bermuda dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah liat sampai tanah pasir asalkan cukup subur. Cukup

(22)

tahan terhadap kondisi tanah yang masam maupun basa. Rumput ini kurang baik pertumbuhannya pada tempat yang teduh dan pada tanah yang becek. Gambar 2 adalah varietas rumput Bermuda Tiff Way 146.

Gambar 2. Rumput Bermuda Tiff Way 146.

Rumput Bermuda mempunyai laju pertumbuhan yang tercepat dibanding rumput lain yang beradaptasi di daerah tropis. Laju pemulihannya setelah mengalami kerusakan juga cepat. Rumput ini responsif terhadap pemupukan dan pengairan, sehingga untuk mendapatkan kualitas yang baik diperlukan intensitas budidaya yang tinggi. Toleransi terhadap pemangkasan yang sering dan pendek sangat baik karena pertumbuhannya yang menjalar. Pangkasan yang terlalu tinggi akan menghasilkan pertumbuhan batang yang tegak sehingga dapat menimbulkan masalah thatching dan scalping. Selain dengan pengaturan tinggi dan frekuensi pemangkasan, masalah thatching dan scalping dapat diatasi dengan topdressing dan verticutting.

2.3. Rumput Gajahan

Rumput Gajahan yang tumbuh di Indonesia lebih dikenal dengan nama rumput parit. Dalam dunia ilmu rumput dikenal dengan nama Axonopus compressus. Rumput Gajahan berasal dari Mexico, Amerika tengah dan Carribean. Rumput ini tumbuh subur pada kawasan yang bertanah liat dan paling sesuai pada daerah dengan kelembapan yang tinggi. Rumput Gajahan toleran terhadap kesuburan tanah yang rendah dan tahan naungan. Rumput ini biasa ditanam pada sistem peternakan yang memiliki input yang rendah. Hasil

(23)

bahan kering yang didapatkan yaitu 6-10 ton/ha/tahun. Rumput Gajahan oleh banyak orang lebih dikenal sebagai hiasan halaman. Rumput Gajahan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Rumput Gajahan.

2.4. Brush Cutter

Brush cutter adalah mesin pangkas rumput tipe rotari yang digunakan dengan cara digendong. Brush cutter biasanya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu straight shaft brush cutter dan curved shaft brush cutter. Straight shaft brush cutter adalah brush cutter yang memiliki pipa rangka transmisi lurus. Sedangkan curved shaft brush cutter adalah brush cutter yang memiliki pipa rangka transmisi berbentuk kurva. Bagian-bagian brush cutter dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Bagian-bagian brush cutter.

1 2 3 4 6 5 7 8 10 9 11 1 2 13 Keterangan:

1. Tangki bahan bakar 2. Rangka gendong 3. Air cleaner 4. Karburator 5. Flexible shaft 6. Recoil starter 7. Grip 8. Throttle 9. Drive shaft 10. Handle 11. Gear case 12. Safety guard 13. Pisau

(24)

Brush cutter dapat digunakan untuk beberapa kegiatan, yaitu: a. Scything

Merupakan kegiatan pemangkasan ilalang atau semak. Pemangkasan dilakukan dengan mengayunkan brush cutter sehingga membentuk lingkaran. Caranya adalah memutar badan dengan perlahan dan bukan menggunakan tangan untuk menggerakan brush cutter. Agar clippings terlempar menjauhi operator miringkan kepala pisau ke kanan dan lakukan gerakan memotong dari arah kiri ke kanan. Ketika kembali jangan lakukan pemangkasan. Cara melakukan scything dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Cara melakukan scything (Power Equipment Division Honda, 2002).

b. Trimming atau edging

Merupakan pemangkasan rumput yang berdekatan dengan permukaan keras. Pemangkasan dilakukan dengan sudut tertentu sehingga serpihan atau clippings mengarah pada permukaan keras tersebut sehingga akan memantul menjauhi anda. Posisi kepala pisau saat trimming dapat dilihat pada Gambar 6.

(25)

c. Brush clearing

Merupakan kegiatan pemangkasan semak belukar atau pohon-pohon kecil. Pemangkasan ini menggabungkan antara memangkas dan menebang. Memangkas menggunakan sisi pisau sebelah kanan akan mengarahkan serpihan semak menjauhi operator sehingga lebih aman. Sedangkan menebang pohon gunakan sisi pisau sebelah kiri untuk mengurangi resiko terpental balik. Posisi menebang pohon kecil dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Posisi menebang pohon kecil (Power Equipment Division Honda, 2002).

2.5. Mesin Pangkas Rumput Tipe Rotari (Rotary Mower)

Mesin pangkas rumput tipe rotari adalah mesin pangkas rumput yang memotong berdasarkan impak pisau terhadap rumput (free cutting) dengan kecepatan horizontal, sejajar dengan permukaan tanah (Suastawa, 2002).

Mesin pangkas rumput tipe rotari merupakan salah satu alat pemeliharaan lansekap yang banyak digunakan. Hal ini disebabkan hasil pemangkasan mesin pangkas rumput tipe rotari dapat diterima pada hampir semua jenis kondisi areal pangkas, toleransi pada unit pemangkasnya tidak terlalu kritis seperti pada tipe reel, sehingga dapat diperlakukan sedikit lebih kasar dan masih mampu mempertahankan hasil pangkasnya.

Mesin pangkas rumput tipe rotari dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu rumah dek tempat pisau dan mekanisme pemutarnya ditempatkan, blade mounting dan mekanisme pemutar, serta pisau. Bagian-bagian mesin pangkas rumput tipe rotari dapat dilihat pada Gambar 8.

(26)

Gambar 8. Bagian-bagian mesin pangkas rumput tipe rotari (Dan & Judy Ramsey, 2004).

Kecepatan putar pisau pemangkas, kecepatan maju alat, ketajaman dan jenis pisau pemangkas serta sudut pemasangan pisau adalah variabel mesin pangkas rumput yang berpengaruh terhadap hasil pemangkasan. Kecepatan pemangkasan akan berpengaruh terhadap energi spesifik pemangkasan dan hasil pemangkasan. Keunggulan dan kekurangan pemangkas rumput tipe rotari dan tipe reel dapat dilihat pada Tabel 4.

2.6. Mesin Potrum SRT-03

Mesin potrum SRT-03 merupakan kelanjutan dari modifikasi SRT-01 dan SRT-02. Mesin potrum SRT-03 terdapat banyak perbaikan desain agar kemampuan kerja mesin pangkas rumput lebih baik. Perbaikan-perbaikan desain yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1 Modifikasi dek: pengurangan bobot dengan mengganti bahan pembuat dek menjadi besi plat 2mm.

(27)

3 Modifikasi sistem pengatur ketinggian: pengatur ketinggian diletakan disamping roda, menambah jumlah variasi ketinggian.

4 Modifikasi kantong penampung: kantong penampung dimiringkan 20° agar tidak bergesekan dengan tanah, dibuat sekat pada kantong penampung agar tidak keluar menutupi saluran pengeluaran.

5 Modifikasi pisau pemangkas: pengubahan proses dan bahan pembuatan mata pisau, jumlah mata pisau dan desain ulang pisau agar dapat digunakan kedua sisinya.

Tabel 5. Perbandingan karakteristik pemangkas rumput tipe rotari dan reel.

Tipe Rotari Pembanding Tipe Reel

Secara impak; kecepatan pisau berputar dan ketajaman pisau sangat penting

Metode pemangkasan

Menggunting; dan ketajaman pisau sangat penting

Baik untuk rumput pada ketinggian antara 1 inchi; ujung daun rusak ketika pisau tidak tajam; rumput tinggi dihisap lalu

dipangkas

Kualitas pemangkasan

Kualitas sangat baik untuk pemangkasan rumput yang rendah ketika pisau tajam; dapat menyebabkan rumput yang lebih tinggi tersangkut dan tidak terpangkas rapi

Pisau dapat ditajamkan dengan mudah

menggunakan gerinda

Perawatan Biasanya membutuhkan pengaturan dan penajaman secara khusus

Lebih berbahaya; pisau berputar pada kecepatan tinggi; serpihan dapat terlempar dengan jarak yang jauh

Keamanan Lebih aman; pisau berputar lebih pelan; serpihan jarang terlempar

Membutuhkan daya yang lebih besar

Kebutuhan daya

Daya yang dibutuhkan lebih rendah

Model dengan daya tinggi biasanya tidak mahal

Biaya Model dengan daya tinggi biasanya sangat mahal Sumber: www.hogdalturf.com

Mesin potrum SRT-03 memiliki lebih banyak keunggulan. Pada mesin potrum SRT-03 pemasangan menjadi lebih cepat dibanding dua mesin pangkas rumput sebelumnya. Bobotnya lebih ringan, mobilitas lebih baik, memiliki kemampuan tampung clippings lebih banyak dan efisiensi lapang

(28)

lebih tinggi. Namun memiliki kekurangan yaitu sulit dioperasikan di tempat yang jauh dari sumber listrik dan perlu mengangkat roda depan pada saat membelokkan mesin ketika dioperasikan di lapang. Mesin potrum SRT-03 dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Mesin potrum SRT-03.

2.7. Mesin Potrum BBE-01

Mesin potrum BBE-01 merupakan rancangan baru. Mesin potrum BBE-01 dibuat dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari mesin potrum SRT-03 dan brush cutter. Mesin potrum BBE-01 didesain untuk mudah dipasang dan dilepas sehingga apabila ruangan untuk menyimpan tidak terlalu luas, mesin potrum dapat dilepas beberapa bagian. Dimensi total mesin potrum BBE-01 adalah 1283 x 641 x 1096 mm3. Kelebihan mesin potrum BBE-01 adalah engine dari brush cutter dapat dipasang dan dilepas dengan mudah pada mesin potrum BBE-01, ringan, mudah dibawa, mudah dibelokkan ketika pengoperasian di lapang, ketinggian pemangkasan rumput dapat diatur, hasil pemangkasan dapat dilakukan di lahan rumput yang datar dan miring, dan memiliki penampung clippings. Mesin potrum BBE-01 tampak depan dan tampak samping sebelum dipasang engine brush cutter dapat dilihat pada Gambar 10 dan yang telah dipasang engine dapat dilihat pada Gambar 11.

(29)

2.8. Getaran

Getaran didefinisikan sebagai gerakan yang berulang-ulang terhadap suatu titik yang tetap dan atau gerak isolasi periodik yang bergerak bolak balik melalui lintasan yang sama, dimana gerakan satu putaran selama selang waktu satu detik (satu putaran per detik/Hertz) (Kroemer et. al. 1994 dalam Maulidiyanti, 2005) .

Gambar 10. Mesin potrum BBE-01: (a) tampak depan, (b) tampak samping.

Gambar 11. Mesin potrum BBE-01 setelah dipasang engine brush cutter : (a) tampak depan, (b) tampak samping.

Getaran pada dasarnya dibedakan menjadi dua tipe yaitu getaran sinusoidal dan getaran random. Getaran sinusoidal digambarkan sebagai gerak satu partikel pada satu sumbu dengan frekuensi dan amplitudo tertentu, tipe ini biasa dijadikan sebagai patokan dalam percobaan di laboratorium. Getaran random adalah getaran yang tidak beraturan dan tidak dapat diprediksi, jenis ini biasa terjadi di alam (Mc Cormick, 1972).

(a) (b)

(30)

Menurut Mc Cormick (1972) pengaruh getaran dalam waktu singkat hanya memberikan sedikit efek psikologis dan tidak terjadi perubahan nyata secara kimiawi dalam darah dan kelenjar endokrin tubuh. Akan tetapi dalam jangka panjang efek getaran menimbulkan masalah dalam spinal disorder, hemoroid, hernia, dan kesulitan pembuangan air kemih. Mc Cormick (1972) menyimpulkan bahwa pengetahuan tentang hubungan getaran dan kesehatan belum nyata, tetapi terlihat bahwa getaran meningkatkan tensi otot. Salah satu fenomena yang tampak akibat getaran mekanis adalah ”vibration induced finger” atau pemucatan telapak tangan karena pengecilan pembuluh darah. Menurut Wilson (1989) getaran dengan tingkat tinggi dapat menyebabkan kerusakan tulang-tulang sendi, sistem peredaran darah dan organ-organ lain. Masa getaran yang lama pada lengan atau tangan dapat menyebabkan kelumpuhan atau cacat, masa getaran yang pendek dapat menyebabkan kehilangan rasa, ketajaman penglihatan dan lain-lain yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Batas getaran mekanis yang boleh diterima operator dibedakan pada titik kontak subyek dengan getaran tersebut.

2.9. Kebisingan

Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki termasuk bunyi yang tidak beraturan dan bunyi yang dikeluarkan oleh transportasi dan industri sehingga mengganggu dan membahayakan kesehatan (Wilson, 1989). Pada umumya kebisingan sangat mengganggu dan mempengaruhi kerja operator, bahkan pada taraf yang sangat buruk bisa menimbulkan ketulian.

Pengaruh kebisingan yang utama pada manusia adalah hilang atau menurunnya pendengaran, dengan efek kebisingan pada pendengaran mula-mula bersifat sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah kebisingan berhenti, tetapi jika bekerja secara terus-menerus di tempat bising dapat berakibat kehilangan daya dengar yang tetap dan tidak dapat pulih kembali.

Kebisingan yang terjadi di tempat kerja dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kesehatan dan konsentrasi pada pekerja. Selama ini gangguan-ganggguan yang diakibatkan kebisingan kurang dirasakan oleh para

(31)

DOD jam Waktu (L 84)4 2 8 ) ( = OSHA jam Waktu (L 90)5 2 8 ) ( =

pekerja dalam jangka pendek, namun dalam jangka waktu yang lama akibat kebisingan ini dapat menimbulkan berbagai gangguan, diantaranya gangguan psikologis, fisiologis, komunikasi serta gangguan-gangguan lainnya.

Pengendalian kebisingan mutlak diperlukan, pengendalian dapat dilakukan secara teknik maupun administratif. Pengendalian secara teknik meliputi: pengendalian di sumber suara, pengendalian sepanjang jalur suara dan pengendalian pada peneriman suara. Pengendalian secara administratif memfokuskan pada manajemen, misalnya rotasi pada pekerja antara tempat kerja yang bising dengan tempat kerja yang tenang.

Menurut International Standardization Organization (ISO) derajat gangguan pendengaran akibat kebisingan adalah sebagai berikut :

1. Gangguan pendengaran ringan : kehilangan pendengaran sebesar 25-40 dB 2. Gangguan pendengaran sedang : kehilangan pendengaran sebesar 40-55

dB

3. Gangguan pendengaran berat : kehilangan pendengaran sebesar > 55 dB

Perhitungan lama mendengar yang diizinkan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa standar, diantaranya The U.S Departement of Defense standard (standar DOD) dan Occuptional Safety and Health Administration standard (standar OSHA). Rumus yang digunakan pada kedua standar tersebut adalah :

...(1)

...(2)

dimana L= intensitas kebisingan (dB)

Sumber : (DOD dan OSHA dalam Maulidiyanti, 2005)

Pada dasarnya pengaruh kebisingan pada jasmani pekerja dibagi menjadi dua golongan (Soemanegara, 1975), yaitu :

1. Tidak mempengaruhi indera pendengaran tetapi memberikan pengaruh berupa keluhan samar-samar dan tidak jelas berwujud penyakit.

(32)

2. Pengaruh terhadap indera pendengaran baik bersifat sementara ataupun permanen (tetap), terdiri dari

a. Accoustic trauma, yaitu tiap-tiap pelukaan insidentil yang merusak sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran disebabkan oleh letupan senjata api, ledakan-ledakan atau suara yang dahsyat.

b. Occupational deafness, yaitu kehilangan sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen pada satu atau kedua telinga disebabkan oleh bising atau suara gaduh yang terus menerus di lingkungan kerja.

Upaya pengendalian kebisingan sebagai berikut :

1 Pengendalian keteknikan, yaitu memodifikasi peralatan penyebab kebisingan, modifikasi proses, dan modifikasi lingkungan dimana peralatan dan proses tersebut berjalan.

2 Pengendalian sumber kebisingan yang dilakukan dengan substitusi antar mesin, proses, dan material terutama penambahan penggunaan spesifikasi kebisingan pada peralatan baru.

3 Pelindung diri, yaitu dengan menggunakan sumbat telinga dan tutup telinga. Alat-alat tersebut dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20-25 dB.

Pengendalian dengan modifikasi lingkungan, bila radiasi kebisingan dari bagian-bagian peralatan tidak dapat dikurangi maka dapat digunakan peredam getaran, rongga resonansi, dan peredam suara.

(33)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2008 sampai dengan bulan November 2008. Perancangan dan pembuatan mesin potrum BBE-01 dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Uji kinerja dilakukan di Turfgrass Teaching Farm, University Farm IPB, unit Sindang Barang, Bogor dan di depan taman Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dipergunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:

Peralatan pengujian :

a. Mesin potrum BBE-01 (Gambar 12), didesain untuk mudah dipasang dan dilepas sehingga apabila ruangan untuk menyimpan tidak terlalu luas, mesin potrum BBE-01 dapat dilepas pada beberapa bagian. Dimensi total mesin potrum BBE-01 adalah 1283 x 641 x 1096 mm3.

Gambar 12. Mesin potrum BBE-01.

b. Stop watch, untuk mengukur waktu total uji kinerja.

c. Oven, digunakan untuk mengeringkan rumput hasil pangkasan sehingga dapat diketahui kadar airnya.

(34)

d. Timbangan digital, digunakan untuk menimbang rumput hasil pangkasan sebelum dan sesudah di oven.

e. Timbangan biasa, digunakan untuk menimbang rumput hasil pangkasan. f. Tachometer digital merek YOKOGAWA type TM-300 (Gambar 13),

digunakan untuk mengukur kecepatan putar motor penggerak dan pisau.

Gambar 13. Tachometer digital.

g. Sound level meter dengan merek YF-22 IEC 651 Type II (Gambar 14), digunakan untuk mengukur kebisingan yang terjadi pada mesin pangkas rumput.

Gambar 14. Sound level meter.

h. Vibrationmeter dengan merek RION Vibrationmeter VM-61 (Gambar 15), digunakan untuk mengukur getaran yang dihasilkan oleh mesin pangkas rumput.

(35)

k. Pita ukur (tape), digunakan untuk mengukur luasan tanah dan lebar pemangkasan.

l. Mistar, digunakan untuk mengukur ketinggian rumput.

Gambar 15. Vibrationmeter.

m. Papan triplek dengan ukuran lubang 5 x 5 cm2, digunakan untuk menghitung densitas rumput.

n. Peralatan menulis dan kertas, digunakan untuk mencatat data-data penting. o. Kamera digital, digunakan untuk mendokumentasikan gambar yang

diperlukan selama pengujian.

Bahan yang digunakan selama pengujian : a. Rumput Bermuda Tiff Way 146. b. Rumput Gajahan.

3.3. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, seperti pada Gambar 16. a. Persiapan mesin potrum BBE-01 dan alat ukur lainnya.

Persiapan mesin potrum BBE-01 dilakukan oleh para perancang di Laboratorium Lapangan Leuwikopo. Persiapan dimulai dari pengecekan mesin potrum BBE-01 meliputi:

1. Pengecekan baut-baut pada mesin potrum BBE-01. Semua baut yang ada dikencangkan, mulai dari engine, flexible shaft, stang, roda depan dan belakang, dek, serta menyiapkan kantung penampung.

(36)

Mulai

Persiapan alat yang akan diuji

Persiapan lapangan rumput yang akan diuji

Laporan Proses pengujian

Selesai

2. Pengecekan pada engine, seperti busi, sistem pelistrikan, karburator, air cleaner, recoil stater, isi tangki bahan bakar penuh, dan lain-lain.

Gambar 16. Tahapan kegiatan penelitian.

3. Pengaturan ketinggian pangkas. Setting ketinggian pangkas untuk lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 yaitu pada sel ke 3 dengan ketinggian 3.24cm. Sedangkan setting ketinggian pangkas lapangan rumput Gajahan yaitu pada sel 5 dengan ketinggian 5.26cm. Gambar 17 menunjukkan setting ketinggian pangkas pada sel 3 dan 5.

Gambar 17. Setting ketinggian pangkas pada sel 3 dan 5.

Persiapan alat ukur meliputi stop watch, mistar, tachometer, Sel ke 3

Tuas pengatur ketinggian

(37)

b. Persiapan lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146.

Persiapan lapangan rumput dilakukan di Turfgrass Teaching Farm, University Farm IPB, unit Sindang Barang, Bogor. Jenis rumput yang digunakan adalah rumput Bermuda Tiff Way 146. Luas lapangan rumput berukuran 16 x 13 m2, dibagi menjadi 4 buah persegi dengan ukuran 7 x 5 m2. Lapangan dibatasi dengan tali rafia yang sudah diikat pada patok. Gambar 18 memperlihatkan kondisi lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 sebelum pengujian. Untuk lebih jelasnya, denah lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 18. Kondisi lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 sebelum pengujian.

c. Persiapan lapangan rumput Gajahan.

Persiapan lapangan dilakukan di depan taman Fakultas Peternakan, IPB, Bogor. Jenis rumput yang digunakan adalah rumput Gajahan. Luas lapangan rumput yang digunakan berukuran 7 x 5 m2. Lapangan yang sudah diukur, tiap sudutnya dipasang patok sebagai pembatas. Gambar 19 memperlihatkan kondisi lapangan rumput Gajahan sebelum pengujian.

(38)

hr

d. Proses pengujian di lapangan

Pengujian di lapangan dilakukan untuk memperoleh data kinerja mesin potrum BBE-01. Langkah pengujiannya sebagai berikut:

1 Pengukuran ketinggian rumput sebelum dan sesudah pemangkasan. Ketinggian rata-rata rumput Bermuda Tiff Way 146 sebelum pemangkasan adalah 5.2cm. Hal ini sesuai dengan yang direkomendasi Puhalla (1988) bahwa ketinggian 5cm merupakan tinggi maksimum rumput Bermuda Tiff Way 146 ketika dipangkas. Ketinggian rata-rata rumput Gajahan adalah 7.4cm. Ilustrasi pengukuran ketinggian rumput sebelum dan sesudah pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 20.

Pengukuran ketinggian rumput sebelum dan sesudah pemangkasan menggunakan mistar sebagai alat ukurnya, caranya dengan menaruh ujung mistar pada dasar rumput, lalu diukur ketinggian rumput paling ujung. Pengukuran ketinggian rumput menggunakan mistar dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 20. Pengukuran ketinggian rumput sebelum dan sesudah pemangkasan. Rumput sebelum dipangkas Rumput setelah dipangkas hs h v

v = kecepatan maju pemangkasan hr = tinggi rumput sebelum dipangkas h = tinggi rumput hasil pengukuran hs = tinggi setting pemangkasan

(39)

Gambar 21. Pengukuran ketinggian rumput menggunakan mistar.

2 Pengukuran densitas rumput

Pengukuran densitas rumput dilakukan dengan cara menghitung jumlah batang rumput sebelum pemangkasan. Sampel pengukuran diambil pada petakan dengan luas 5 x 5 cm2. Cara pengukuran densitas rumput menggunakan triplek dengan lubang ukuran 5 x 5 cm2 dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22. Pengukuran densitas rumput menggunakan triplek dengan lubang ukuran 5 x 5 cm2.

3 Pengukuran kadar air rumput

Pengukuran kadar air basis basah (bb) rumput dilakukan dengan cara mengambil hasil rumput pemangkasan sebagai sampel. Sampel rumput yang digunakan seberat 10 gram. Data ini disebut sebagai berat rumput sebelum di oven. Cara pengukuran sampel rumput menggunakan timbangan digital dapat dilihat pada Gambar 23.

(40)

Sampel dikeringkan oven dengan selang waktu 24 jam. Sampel akan mengalami penyusutan berat karena kadar airnya berkurang akibat pengeringan selama 24 jam, data ini disebut sebagai berat rumput setelah di oven. Gambar 24 adalah oven yang digunakan untuk pengeringan sampel rumput.

Gambar 23. Pengukuran sampel rumput menggunakan timbangan digital.

Gambar 24. Oven pengering

4 Kinerja mesin pangkas rumput

Uji kinerja pemangkasan rumput dilakukan pada mesin potrum BBE-01. Kinerja mesin yang diukur adalah lebar pemangkasan (l), kecepatan maju pemangkasan (V), luas areal yang dipangkas (A), dan waktu kerja pemangkasan (Wk). Pola yang digunakan ada lima macam yaitu pola kontinyu (Gambar 25), pola maju-mundur (Gambar 26), pola headland (Gambar 27), pola sirkuit dari pinggir ke tengah

Sampel Wadah

Timbangan digital

(41)

lapangan (Gambar 28), dan pola sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan (Gambar 29).

.

Gambar 25. Pola kontinyu.

Gambar 26. Pola maju mundur.

Gambar 27. Pola headland. 7 m 5 m mulai selesai 7 m 5 m mulai selesai 7 m 5 m mulai selesai

(42)

Gambar 28. Pola sirkuit dari pinggir ke tengah lapangan.

Gambar 29. Pola sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan.

Data tersebut digunakan untuk menghitung kapasitas lapang teoritis (KLT), kapasitas lapang efektif (KLE) dan efesiensi lapang. Berikut ini adalah perhitungan KLT, KLE, dan efisiensi lapang: a. Kapasitas lapang teoritis

Kapasitas lapang teoritis adalah kecepatan maju pemangkasan dikalikan dengan lebar pemangkasannya. Lebar pemangkasan rumput terlihat pada Gambar 30.

Lebar pemangkasan rata-rata tiap lintasan pangkas adalah selisih antara lebar pemangkasan dari pemangkasan pertama sampai pemangkasan berikutnya (l2) dengan lebar pemangkasan

yang pertama (l1). Hal ini dapat dirumuskan seperti berikut:

Lebar pemangkasan (L) = l2 – l1 7 m 5 m mulai selesai 7 m 5 m mulai selesai

(43)

l1 = lebar pangkas pada lintasan pertama l2 = lebar pemangkasan pada lintasan kedua v = kecepatan maju pada lintasan pangkas

Gambar 30. Lebar pemangkasan.

Kapasitas lapang teoritis (KLT) dapat dihitung dengan cara: KLT =lxV

Dimana :

KLT = kapasitas lapang teoritis (m2/s) l = lebar pemangkasan (m)

v = kecepatan maju pemangkasan (m/s) Sumber: Daywin (1999)

b. Kapasitas lapang efektif

Kapasitas lapang efektif (KLE) dihitung dengan cara menghitung luas areal lapangan rumput yang dipangkas dibagi dengan waktu yang diperlukan dari awal pengoperasian mesin pemangkas sampai proses pemangkasan selesai. Kapasitas efektif lapang (KLE) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Wk A KLE =

dimana :

KLE = kapasitas efektif lapang (m2/s) A = luas areal yang dipangkas (m2)

Wk = waktu kerja (jam) Sumber: Daywin (1999)

c. Efisiensi lapang

Efisensi lapang adalah perbandingan antara kapasitas efektif lapang dengan kapasitas lapang teoritis. Efisiensi lapang dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

l2

(44)

% 100 KLT KLE lapang Efisiensi = Sumber: Daywin (1999) 5 Pengukuran getaran

Pengujian getaran dilakukan pada saat mesin pangkas rumput beroperasi dalam keadaan diam (tidak memangkas), dimana kecepatan putar engine diukur pada kecepatan putar pisau dengan alat tachometer. Tingkat getaran mekanis diukur dengan menggunakan vibrationmeter. Gambar 31 adalah posisi pengambilan data dengan tachometer dan vibrationmeter.

Gambar 31. Posisi pengambilan data dengan tachometer dan vibrationmeter.

Pengukuran getaran dilakukan pada kecepatan putar engine yang berbeda, vibrationmeter diatur pada internal high pass filter 10 Hz dan internal low pass filter 5 kHz. Gambar 32 adalah posisi internal high pass filter 10 Hz dan internal low pass filter 5 kHz.

Tachometer

(45)

Gambar 32. Posisi internal high pass filter 10 Hz dan internal low pass filter 5 kHz.

Pengukuran getaran dilakukan secara tiga dimensi, yaitu pada sumbu x, sumbu y, sumbu z kemudi mesin pangkas rumput. Pengukuran dilakukan sebanyak 10 ulangan dengan kecepatan putar engine yang berbeda. Setelah semua ulangan dilakukan, maka data getaran dapat dianalisa dan dibandingkan dengan standar getaran yang ada. Posisi pemasangan sensor pada kemudi mesin pangkas rumput dapat dilihat pada Gambar 33.

.

Gambar 33. Posisi pemasangan sensor getaran pada kemudi. Internal high pass filter Internal low

pass filter

(46)

Menurut stándar ISO 5349-1 : 2001, nilai frekuensi didapatkan dari nilai tiga arah sumbu yaitu : ahvx, ahvy, ahvz. Nilai resultan dapat dicari

dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 2 2 2 hwz hwy hwx hv a a a a = + + ………(3) dimana:

ahvx = percepatan getaran rata-rata pada sumbu x (m/s2) ahvy = percepatan getaran rata-rata pada sumbu y (m/s

2 ) ahvz = percepatan getaran rata-rata pada sumbu z (m/s

2 ) sumber : (Lache, 2007)

The daily vibration exposure A(8) berdasarkan pada nilai percepatan getaran dan waktu yang diizinkan, sesuai dengan rumus berikut:

( )

o hv T T a A8 = ………..(4) dimana: ahv = magnitude vibration (m/s 2 )

T = batas waktu yang berdasarkan nilai ahv To = waktu kerja perhari (8 jam)

sumber : (Lache, 2007)

Oleh karena itu, rata-rata hasil percepatan diplotkan pada grafik hubungan ahv dan nilai A(8) berdasarkan standar yaitu grafik yang

direkomendasikan stándar ISO 5349-1 : 2001 pada hand arm vibration. Grafik yang dimaksud adalah daily exposure graph (Gambar 34) (Lache, 2007).

Getaran dengan nilai tertentu dalam jangka waktu yang melampaui batas dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu perlu diketahui batas waktu pemakaian mesin pangkas rumput yang aman. Batas waktu pemakaian mesin pangkas rumput yang aman dapat diketahui dengan memplotkan rata-rata nilai ahv dan nilai A(8). Nilai

(47)

batas aman pada daily exposure graph adalah A(8) = 2.5m/s2 (Lache, 2007).

6 Pengukuran kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan pada saat mesin pangkas rumput beroperasi (diam) dan tidak beroperasi. Kecepatan putar engine diukur pada kecepatan putar pisau dengan alat tachometer. Pengukuran kebisingan dilakukan pada bagian telinga operator dan engine. kebisingan engine diambil pada jarak 10cm dari knalpot (L1).

Pengukuran kebisingan juga diambil pada saat engine tidak dinyalakan untuk mendapatkan kebisingan latar (Llatar). Gambar 35 adalah posisi

pengambilan data dengan tachometer dan sound level meter (engine dan telinga).

(48)

Gambar 35. Posisi pengambilan data dengan tachometer dan sound level meter (engine dan telinga).

Selain pada engine dan telinga operator, pengukuran kebisingan juga dilakukan pada jarak 2m, 4m, 6m, 8m, 10m dari engine. Hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai intensitas kebisingan pada jarak-jarak tersebut apakah aman terhadap lingkungan. Pengukuran dilakukan sesuai arah muffler. Gambar 36 adalah cara pengukuran kebisingan dengan jarak 2m dari arah muffler.

Pengukuran kebisingan dilakukan pada saat mesin beroperasi dalam keadaan diam (tidak memangkas). Tiap pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali ulangan. Setelah semua ulangan dilakukan, maka data kebisingan dapat dianalisa dan dibandingkan dengan standar kebisingan yang ada. Gambar 37 adalah ilustrasi pengambilan data sumber kebisingan.

Tachometer

(49)

Gambar 36. Pengukuran kebisingan dengan jarak 2m dari arah muffler.

Gambar 37. Pengambilan data sumber kebisingan.

e. Laporan

Pelaporan dibuat setelah pengujian prototipe terlaksana, berupa laporan tugas akhir. Laporan meliputi alat dan bahan yang digunakan, metodologi dalam pengujian mesin potrum BBE-01, dan hasil dari pengukuran dan pengujian. Laporan memaparkan pencapaian hasil yang dibandingkan dengan tujuan yang ingin dicapai sebelumnya.

2m 4m 6m 8m 10m

r L1

Dimana:

= Sumber kebisingan (engine) = Telinga operator

2m

Arah muffler

L1 = Intensitas kebisingan rata-rata engine dengan jarak penempatan sensor 10cm r = Jarak telinga ke engine

(50)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kinerja Pemangkasan Mesin Potrum BBE-01

Dalam pengujian di rumput Bermuda Tiff Way 146, data yang akan dicari adalah lebar pemangkasan, kecepatan maju rata-rata, dan berat hasil pangkasan rumput dari tiap pola pemangkasan. Pengujian dilakukan dengan ketinggian pangkas 3cm untuk setiap pola pemangkasan. Pada rumput Bermuda Tiff Way 146 tidak pernah dilakukan pemangkasan sebelumnya selama hampir 2 minggu, sehingga rumput tersebut tumbuh dengan ketinggian yang tidak merata dan kerapatan rumput besar. Gambar 38 memperlihatkan lahan rumput Bermuda Tiff Way 146 sebelum dipangkas.

Gambar 38. Rumput Bermuda Tiff Way 146 sebelum dipangkas.

Lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 dengan pola pemangkasan kontinyu memiliki ketinggian rumput awal rata-rata 4.9cm. Setelah pemangkasan, ketinggian rumput rata-rata menjadi 3.5cm. Kecepatan maju rata-rata pada pemangkasan pola kontinyu adalah 0.372m/s. Berdasarkan perhitungan, kapasitas lapang teoritis pada pola kontinyu adalah 335m2/jam, sedangkan kapasitas lapang efektif yang didapat adalah 245m2/jam. Dari data kapasitas lapang teoritis dan efektif tersebut, didapatkan efisiensi lapang pada pola kontinyu adalah 73.12%. Untuk lebih jelasnya, data secara lengkap terdapat pada Lampiran 2. Gambar 39 memperlihatkan lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola kontinyu menggunakan mesin potrum BBE-01.

(51)

Gambar 39. Rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola kontinyu.

Lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 dengan pola pemangkasan headland memiliki ketinggian rumput awal rata-rata 5.4cm. Setelah pemangkasan, ketinggian rumput rata-rata menjadi 3.5cm. Kecepatan maju rata-rata pada pemangkasan pola headland adalah 0.757m/s. Berdasarkan perhitungan kapasitas lapang teoritis pada pola headland adalah 486m2/jam, sedangkan kapasitas lapang efektif yang didapat adalah 259m2/jam. Dari data kapasitas lapang teoritis dan efektif tersebut, didapatkan efisiensi lapang pada pola headland adalah 53.33%. Untuk lebih jelasnya, data secara lengkap terdapat pada Lampiran 3. Gambar 40 memperlihatkan lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola headland menggunakan mesin potrum BBE-01.

Gambar 40. Rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola headland.

(52)

Lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 dengan pola pemangkasan maju mundur memiliki ketinggian rumput awal rata-rata 5.6cm. Setelah pemangkasan, ketinggian rumput rata-rata menjadi 3.6cm. Kecepatan maju rata-rata pada pemangkasan pola maju mundur adalah 0.255m/s. Berdasarkan perhitungan kapasitas lapang teoritis pada pola maju mundur adalah 230m2/jam, sedangkan kapasitas lapang efektif yang didapat adalah 191m2/jam. Dari data kapasitas lapang teoritis dan efektif tersebut, didapatkan efisiensi lapang pada pola maju mundur adalah 82.81%. Untuk lebih jelasnya, data secara lengkap terdapat pada Lampiran 4. Gambar 41 memperlihatkan lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola maju mundur menggunakan mesin potrum BBE-01.

Gambar 41. Rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola maju mundur.

Lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 dengan pola pemangkasan sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan memiliki ketinggian rumput awal rata-rata 5.1cm. Setelah pemangkasan, ketinggian rumput rata-rata menjadi 3.5cm. Kecepatan maju rata-rata pada pemangkasan pola sirkuit dari tengah ke pinggir adalah 0.425m/s. Berdasarkan perhitungan kapasitas lapang teoritis pada pola sirkuit dari tengah ke pinggir adalah 382m2/jam, sedangkan kapasitas lapang efektif yang didapat adalah 191m2/jam. Dari data kapasitas lapang teoritis dan efektif tersebut, didapatkan efisiensi lapang pada pola sirkuit dari tengah ke pinggir adalah 50%. Untuk lebih jelasnya, data secara lengkap terdapat pada Lampiran 5. Gambar 42 memperlihatkan lapangan

(53)

rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola sirkuit dari tengah ke pinggir menggunakan mesin potrum BBE-01.

Gambar 42. Rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola sirkuit dari tengah ke pinggir lapangan.

Lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 dengan pola pemangkasan sirkuit dari pinggir ke tengah lapangan memiliki ketinggian rumput awal rata-rata 5cm. Setelah pemangkasan, ketinggian rumput rata-rata menjadi 3.4cm. Kecepatan maju rata-rata pada pemangkasan pola sirkuit dari pinggir ke tengah adalah 0.662m/s. Berdasarkan perhitungan kapasitas lapang teoritis pada pola sirkuit dari pinggir ke tengah adalah 594m2/jam, sedangkan kapasitas lapang efektif yang didapat adalah 409m2/jam. Dari data kapasitas lapang teoritis dan efektif tersebut, didapatkan efisiensi lapang pada pola sirkuit dari pinggir ke tengah adalah 68.88%. Untuk lebih jelasnya, data secara lengkap terdapat pada Lampiran 6. Gambar 43 memperlihatkan lapangan rumput Bermuda Tiff Way 146 setelah dipangkas dengan pola sirkuit dari pinggir ke tengah menggunakan mesin potrum BBE-01.

Berdasarkan dari data-data diatas, didapatkan perbedaan berat hasil pangkasan rumput (clippings) pada tiap pola pemangkasan. Hal ini disebabkan pada tiap pola pemangkasan memiliki lapangan rumput dengan ketinggian rumput awal yang bervariasi dan kadar air rumput.

Nilai kecepatan maju dari tiap pola berbeda-beda dikarenakan nilai kecepatan maju didapatkan dari nilai kecepatan maju per lintasan, dimana dari tiap lintasan memiliki lama waktu yang berbeda. Data set tinggi pemangkasan, lebar pemangkasan, kecepatan maju, dan berat hasil pangkasan tiap pola dapat

Gambar

Gambar  1.  Bentuk  anatomi  rumput  secara  umum  (Brad  Fresenburg  and  Travis Teuton, 2007)
Tabel 2. Warna rumput cool-season dan warm-season.
Tabel 3. Ketinggian dan frekuensi pemangkasan rumput di berbagai  kondisi lahan
Tabel 4. Rekomendasi ketinggian pemangkasan tiap musim.  Jenis rumput   terendah-tertinggi  (cm)  Semi (cm)  Panas (cm)  Gugur (cm)  Dingin (cm)  Kentucky  Bluegrass  3.81-7.62  3.81–5.08  7.62  3.81-5.08  -  Perennial  ryegrass  3.81-7.62  3.81–5.08  7.62  3.81-5.08  -  Tall Fescue  3.81-7.62  3.81–5.08  7.62  3.81-5.08  -  Bermudagrass a 1.90–5.08  1.90–2.54  1.90-2.54  2.54-5.08  3.81-5.08  Creeping  Bentgrass  0.32–0.64  0.32–0.16  0.48-0.64  0.32- 0.48  -  Bermudagrass b 0.32–0.64  0.48–0.64  0.32–0.48  0.32-0.64  0.32-0.64  a  overseeded Bermudagrass  b
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tugas akhir ini dibuat suatu program yang dapat mengenali citra pola penggumpalan golongan darah dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan perambatan-balik.. Pola

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa metode yang digunakan oleh perusahaan tersebut dalam hal pengakuan pendapatan dan bebabn menggunakan metode titik

Biaya mo+al mar*inal ratarata tertim-ang -erhu-ungan +engan uang yang akan +atang +ari total pem-iayaan yang -aru. Mana*er  keuangan tertarik +engan -iaya mar*inal

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses pencarian atas apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen, menyediakan barang atau

Dengan kata lain, semua penyuplai, kontraktor, subkontraktor, pemegang lisensi, dan mitra bisnis lain yang ditunjuk dari Fruit of the Loom harus melarang Tenaga Kerja Paksa

PLN (Persero) UPJ Cijawura Bandung dapat mengetahui total assetnya, total hutangnya, dan sejauh mana perusahaan tersebut harus memenuhi kewajiban jangka pendeknya, lalu

mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai Peserta Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan dengan membayar iuran. mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai Peserta BPJS

Permata Raya No.3 Perum Permata Bekasi Regency, Wanasari, Cibitung - Jabar 88367194 - TIDAK YA.. 132 KLINIK DHARMA BHAKTI MEDICAL CENTER