• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Pembahasan

Hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Melakukan Personal Hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

5.2.1Data Demografi

1. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas jenis kelamin responden yaitu perempuan sebanyak 36 orang sebesar (56%), dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang sebesar (44%), Banyaknya responden perempuan mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai keluarga, baik karena tidak menikah, maupun suami telah meninggal dan tidak memiliki anak. Wahyuni (2003) dalam  Erdhayanti (2011), menyakan bahwa lansia laki-laki cendrung dalam status kawin sampai mereka sangat tua dan meninggal. Lansia laki-laki cendrung untuk mendapat bantuan/perawatan dari istri mereka, sedangkan lansia perempuan sering kali tidak mendapat ini karena kematian suami. Namun pada umumnya lansia perempuan yang ditinggal suami, hidup bersama dengan anaknya terutama anak perempuan, sehingga masih mendapat perawatan yang cukup baik.

2. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan responden SD sebanyak 41 orang sebesar (64%), dan minoritas pendidikan

responden SMA sebanyak 3 orang sebesar (5%). Menurut Notoatmodjo (2010), mengatakan bahwa pengalaman pribadi adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalam itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh pada masa lalu.

Melalui jalan pikir yaitu sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara pikir umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.

5.2.2 Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan responden menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 44 orang sebesar (69%), berpengetahuan cukup sebanyak 20 orang sebesar (31%), dan berpengetahuan kurang sebanyak (0%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rekawati (2011), tentang gambaran kemampuan (pengetahuan, sikap dan praktek) lanjut usia dalam pemenuhan perawatan diri dipanti tresna wredha budi mulya Jakarta Timur dengan jumlah responden sebanyak 36 lansia, yang berpengetahuan sangat baik sebanyak (72,22%), berpengetahuan cukup sebanyak (13,89%), dan berpengetahuan kurang sebanyak (11,11%), dan penelitian ini juga sejalan dengan Nurmaliza tentang Hubungan tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Kebersihan Diri (Personal Hygiene) Dengan Perilaku Lansia Dalam Menjaga

Kebersihan Diri di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werda Khusnul Khotimah Pekanbaru dengan jumlah sampel 45 orang yang berpengetahuan baik sebanyak 23 orang (51,1%), berpengetahuan rendah sebanyak 22 orang (48,9%). Dan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rashid (2010), tentang Prilaku Lansia terhadap Personal Hygiene (kebersihan perorangan) di UPTD Abdi Dharma Asih Binjai dengan jumlah responden sebanyak 100 orang, didapat hasil mununjukkan bahwa pengetahuan lansia dalam melakukan personal hygiene baik sebanyak 62 orang sebesar (62,0%), berpengetahuan kurang sebanyak 38 orang sebesar (38,0%).

Menurut Dwi (2010), mengatakan bahwa rata-rata kognitif lansia ditatanan pelayanan kesehatan memiliki pengetahuan baik dimana pada dasarnya penyelenggara pelayanan kesehatan lansia mempunyai program-progran pengembangan kesehatan yang berbasis pada preventif berupa pendidikan kesehatan. Menurut Ekasari (2007), mengatakan bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan kepada individu akan meningkatkan pengetahuan karna pada dasarnya pengetahuan yang baik didapat dari proses berpikir. Pengetahuan baik penelitian ini dikarnakan oleh beberapa faktor antara lain lingkungan, usia dan pengalaman

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa petugas UPT Pelyanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan tingginya tingkat pengetahuan lansia dikarenakan seringnya dilakukan pendidikan kesehatan kepada lansia tentang kebersihan diri oleh petugas kesehatan dan mahasiswa/i yang sedang praktek belajar lapangan, dan didukung oleh tersedianya

fasilitas seperti televisi yang memudahkan lansia mendapatkan berbagai informasi mengenai kebersihan diri

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erdhayanti (2011), tentang Hubungan dan Tingkat Pengetahuan Lansia dengan Perilaku Lansia dalam Pemenuhan Personal Hugiene di Panti Werda Darma Bakti Panjang Surakarta dengan jumlah responden sebanyak 46 orang didapat hasil yang berpengetahuan baik sebanyak 5 orang sebesar (10,9%), berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang sebesar (34,8%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 25 orang sebesar (54,3%). Dalam penelitian Erdhayanti (2011), menyebutkan bahwa pengetahuan responden banyak yang masih rendah tentang kebersihan diri, ini disebabkan karena tingkat pendidikan yang masih rendah yaitu mayoritas SD. Tingkat pengetahuan respon mayoritas kurang, dipengaruhi oleh hal diantaranya adalah tingkat pendidikan responden dan kemampuan daya ingat respon dalam menjawab kuesioner yang diajukan oleh peneliti, dan asumsi peneliti karena kurangnya pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan serta pengalam responden tentang kebersihan diri.

5.2.3 Sikap

Berdasarkan hasil penelitian, sikap responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap positif yaitu 58 orang sebesar (91%) dan yang memiliki sikap negatif 6 orang sebesar (9%), penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2010), tentang Perilaku Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai bahwa sebagian

besar lansia mempunyai sikap yang positif terhadap personal hygiene yaitu sebanyak 74 orang sebesar (74,0%) dan 36 orang sebesar (36,0%) bersikap negatif. Dan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rashid (2010), tentang Prilaku Lansia terhadap Personal Hygiene (kebersihan perorangan) di UPTD Abdi Dharma Asih Binjai dengan jumlah responden sebanyak 100 orang didapat hasil lansia yang bersikap positif tentang sikap lansia dalam melakukan personal hygiene sebanyak 74 orang sebesar (74,0%), dan yang bersikap negatif sebanyak 36 orang sebesar (36,0%).

Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Mira (2009) tentang Perilaku Lansia Dalam Menjaga Kebersihan Diri di Desa Silawai Tengah Kecamatan Sungai Beremas dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang didapat hasil positif sebanyak 23 orang sebesar (46%) dan negatif sebanyak 27 orang sebesar (54%).

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Dalam sehari-hari pengertian sikap adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Dari pengertian ini dapat digaris bawahi bahwa selama perilaku itu masih tertutup, maka dinamakan sikap, sedangkan apabila sudah terbuka itulah perilaku yang sebenarnya yang ditunjukkan seseorang (Adnani, 2011).

Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten, attitude diartikan dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap

perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi. Sikap masih merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak, bukan pelaksanaan mitif tertentu. Dengan kata lain bahwa sikap itu belum merupakan tindakan atau aktifitas, tetapi merupan suatu kecendrungan (predisposisi) untuk bertindak terhadapt objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadapt objek (Sunaryo, 2004)

Sikap adalah suatu tingkat efeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungan dengan aspek-aspek psikologis. Sikap juga sebagai tingkatan kecendrungan dengan objek psikologis (Notoadmodjo, 2003).

Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan sikap terhadapt objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya dan iya akan bersikap negative terhadap objek yang dianggap tidak bernilai atau merugikan. Sikap ini kemudian akan mendorong kearah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan. Hal yang menjadi objek sikap bermacam-macam, sekalipun demikian orang hanya mempunyai sikap terhadapt hal-hal yang di ketahuinya, harus ada sekedar informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap. Bila berdasarkan informasi itu timbul perasaan positif atau negative terhadap objek dan menimbulkan kecendrungan bertingkah laku tertentu, terjadilah sikap (Sapriyana, 2013).

Menurut asumsi peneliti, sikap responden terhadap personal hygiene mayoritas positif yaitu 91%. Kesadaran dan manfaat akan kebersihan diri membuat lansia yang berada di UPT ini memahami pentingnya melakukan

personal hygiene. Pendidikan kesehatan banyak dilakukan oleh mahasiswa/I yang melakukan praktek di tempat tersebut sehingga dapat menumbuhkan motivasi untuk menjaga kebersihan dirinya. Adapun perbedaan yang didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Mira (2009) tentang sikap lansia terhadap personal hygiene sikap lansia cenderung negatif asumsi peneliti dikarenakan kurangnya motivasi dari dalam diri lansia itu sendiri atau motivasi yang diberikan oleh keluarga ataupun juga lingkungan setempat.

Dokumen terkait