• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Asrama TPB IPB

Setiap tahun tidak kurang dari 3000 mahasiswa dari seluruh wilayah di Indonesia masuk menjadi mahasiswa baru Institut Pertanian Bogor (IPB) antara lain melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), Ujian Talenta Mandiri, Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Beasiswa Utusan Daerah (BUD), serta Beasiswa Prestasi Olahraga dan Seni. Dengan berbagai jalur seleksi tersebut, mahasiswa baru yang tersaring masuk IPB sangat plural, berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai latar belakang keilmuan dan budaya yang beragam.

Mahasiswa IPB pada tahun pertama diwajibkan menjalani kegiatan perkuliahan dasar yang dinamakan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama dua semester atau satu tahun. Jumlah satuan kredit semester (SKS) yang diambil selama masa TPB adalah 36 SKS. Khusus mahasiswa jalur masuk USMI, UTMI, dan BUD diwajibkan juga menjalani kegiatan perkuliahan matrikulasi yang diselenggarakan satu bulan lebih awal, sebelum perkuliahan regular berlangsung. Selain menjalani perkuliahan, mahasiswa TPB juga diwajibkan menjalani Program Pengembangan Akademik dan Multibudaya (PPAMB) dan tinggal di asrama. Program tersebut memberikan kesempatan berinteraksi dengan berbagai latar belakang bidang ilmu, budaya, agama, dan suku bangsa.

Asrama mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB IPB) terdiri atas asrama putra dan asrama putri. Dalam hal penelitian ini, contoh yang diambil hanya mahasiswi di asrama putri. Asrama putri terdiri atas lima gedung, yaitu A1, A2, A3, A4 (Rusunawa), dan A5 (Sylvasari). Setiap gedung asrama berbentuk hampir sama (kecuali Rusunawa dan Sylvasari yang merupakan gedung tambahan). Setiap gedung terbagi atas beberapa lorong yang dikepalai oleh seorang Senior Residence (SR) untuk mempermudah pengawasan dan pengelolaan. Satu lorong terdiri sekurang-kurangnya 40 orang (10 kamar, masing-masing kamar diisi oleh empat orang).

Fasilitas kamar tidur asrama TPB IPB memiliki ukuran 16m2 (4mx4m). Dalam setiap kamar tersedia dua ranjang tidur bertingkat, empat buah lemari, empat buah meja belajar (lengkap dengan lampu), kapstok, tempat sampah, dan lain-lain. Satu kamar diisi oleh empat orang (kecuali Asrama Sylvasari, satu kamar diisi oleh tiga orang). Di setiap lorong disediakan toilet, ruang setrika, dan

pantry. Di dalam lingkungan asrama juga terdapat toko koperasi dan jasa fotokopi yang menginduk kepada Koperasi Mahasiswa IPB.

Karakteristik Contoh Umur

Menurut Monks, Knoers & Haditono (1994), masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, (2) 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, dan (3) 18-21 tahun termasuk remaja akhir. Pada penelitian ini sebagian besar contoh baik yang berstatus gizi normal (53.5%) maupun kegemukan (76.7%) berusia 19 tahun. Berdasarkan hasil uji statistik (Independent Sample t-Test) diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara umur pada contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan. Sebaran contoh berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan umur dan status gizi

Umur (tahun) Normal Kegemukan

n % n % 18 27 45.0 7 23.3 19 32 53.3 23 76.7 20 1 1.7 0 0.0 Total 60 100.0 30 100.0 Uang Saku

Uang saku contoh dalam penelitian ini merupakan jumlah uang saku yang digunakan contoh dalam satuan rupiah (Rp) untuk membeli makanan, minuman, dan keperluan akademik, keperluan pribadi, hiburan, dan transportasi dalam sehari, seminggu atau sebulan. Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan status gizi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan status gizi

Uang saku (Rp / bulan) Normal Kegemukan

n % n %

< 299000 2 3.3 0 0.0

300000 – 599000 25 41.7 9 30.0

> 600000 33 55.0 21 70.0

Total 60 100.0 30 100.0

Uang saku per bulan contoh dibagi menjadi tiga kategori yaitu < Rp 299000, Rp 300000 – 599000, dan lebih dari Rp 600000. Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh yang berstatus gizi normal (55.0%) mendapatkan uang saku lebih Rp 600000 per bulan dan sebagian besar contoh yang berstatus gizi kegemukan (70.0%) juga mendapatkan uang saku lebih dari Rp 600000 per bulan. Uang saku contoh < Rp 299000, hanya terdapat pada contoh berstatus gizi normal. Hasil analisis korelasi Spearman

menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan (p>0.05) antara besar uang saku dengan status gizi contoh. Besarnya uang saku yang diperoleh contoh belum tentu status gizi contoh juga baik begitu pula sebaliknya, uang saku yang rendah belum tentu status gizi contoh tergolong rendah.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi dan kesehatan adalah pengetahuan tentang peranan makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman untuk dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Pengetahuan gizi menjadi andalan yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Natoadmodjo 1993).

Pengetahuan gizi dalam penelitian adalah kemampuan contoh dalam memahami pertanyaan yang berhubungan dengan gizi dan pengetahuan produk (kandungan zat gizi, manfaat, dan keamanan) pada produk mie, susu, dan minuman ringan. Terdapat 28 pertanyaan berganda dengan memilih jawaban yang paling benar (Corect-Answer Multiple Choice). Pertanyaan yang diberikan mencakup gizi secara umum (15 soal) dan pengetahuan produk (13 soal). Setiap jawaban yang benar akan dinilai 1 poin, sedangkan contoh yang menjawab salah tidak mendapatkan tambahan poin. Nilai pengetahuan yang diperoleh contoh berkisar antara 17 hingga 27 dengan rata – rata nilai 22.1 ± 2.1.

Berdasarkan Khomsan (2000), tingkat pengetahuan gizi contoh dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu tingkat pengetahuan rendah (<60%), sedang (60-80%), dan tinggi (80%). Tabel 4 menunjukkan hasil sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status gizi.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status gizi

Pengetahuan gizi Normal Kegemukan Total

n % n % n %

Baik (>80) 28 46.7 12 40.0 40 44.4

Sedang (60-80) 32 53.3 18 60.0 50 55.6

Kurang (<60) 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Total 60 100.0 30 100.0 90 100.0

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa lebih dari separuh contoh yang berstatus gizi normal (53.3%) dan contoh yang berstatus gizi kegemukan (60.0%) memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang, dan tidak ada contoh (normal dan kegemukan) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Nilai pengetahuan contoh berkisar antara 17 hingga 27 dengan rata-rata nilai pengetahuan pada

contoh normal sebesar 22.2 ± 2.2 dan pada contoh kegemukan sebesar 22.0 ± 2.0.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk mie Jenis pertanyaan Menjawab "Benar" Menjawab "Salah"

n % n %

Kandungan gizi 82 91.1 8 8.9

Manfaat karbohidrat pada mie 66 73.3 24 26.7

Nama pengawet 61 67.8 29 32.2

Nama pewarna 20 22.2 70 77.8

Pilihan produk 76 84.4 14 15.6

Berdasarkan Tabel 5 di atas diketahui bahwa hampir seluruh contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan (91.1%) mengetahui bahwa kandungan gizi terbanyak pada mie adalah karbohidrat. Hal ini diduga karena contoh mengetahui bahwa mie dapat dijadikan pengganti nasi yang merupakan sumber utama karbohidrat. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil persentase yang menunjukkan bahwa sebesar 73.3% contoh menjawab benar bahwa manfaat karbohidrat pada mie adalah sebagai sumber energi. Sebagian besar contoh (67.8%) mengetahui bahwa Sodium Benzoat merupakan salah satu pengawet yang terdapat pada bumbu mie. Namun, sebagian besar contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan (77.8%) menjawab salah tehadap pertanyaan tentang nama pewarna yang terdapat pada mie. Contoh tidak mengetahui bahwa Tetrazin Cl merupakan jenis pewarna yang terdapat pada mie. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya pengetahuan contoh terhadap Bahan Tambahan Pangan (BTP) pada produk mie. Selain itu, diberikan pertanyaan ilustrasi tentang pemilihan produk mie dimana sebesar 84.4% contoh (normal dan kegemukan) menjawab dengan benar tentang merk mie yang memiliki kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein contoh dalam sehari.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk susu Jenis pertanyaan Menjawab "Benar" Menjawab "Salah"

n % n %

Kandungan gizi 85 94.4 5 5.6

Manfaat kalsium pada susu 89 98.9 1 1.1

Nama bakteri susu 59 65.6 31 34.4

Nama pewarna 27 30.0 63 70.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan mengetahui manfaat kalsium pada susu.

Hal ini dibuktikan dari sebanyak 98.9% contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan menjawab benar bahwa manfaat kalsium pada susu adalah untuk mencegah terjadinya osteoporosis. Sebesar 94.4% contoh (normal dan kegemukan) sudah mengetahui bahwa sumber zat gizi utama pada susu adalah kalsium. Selain itu, contoh yang berstatus gizi normal maupun kegemukan (65.6%) mengetahui bahwa Lactobacillus casei merupakan bakteri yang terdapat pada susu dan dapat menyebabkan diare. Namun, berbeda dengan pertanyaan tentang nama pewarna pada susu. Sebagian besar contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan (70.0%) tidak mengetahui bahwa karmiosin merupakan salah satu nama pewarna yang terdapat pada susu. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya pengetahuan contoh terhadap Bahan Tambahan Pangan (BTP) khususnya adalah pewarna pada produk susu.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk minuman ringan Jenis pertanyaan Menjawab "Benar" Menjawab "Salah"

n % n %

Kandungan gizi 83 92.2 7 7.8

Manfaat gula 33 36.7 57 63.3

Nama pengawet 81 90.0 9 10.0

Nama pewarna 45 50.0 45 50.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukanmengetahui kandungan gizi pada minuman ringan. Hal ini terbukti dari sebanyak 92.2% contoh menjawab benar bahwa gula merupakan komposisi zat gizi utama pada minuman ringan. Selain itu, diketahui bahwa contoh yang berstatus gizi normal maupun kegemukan (90.0%) mengetahui bahwa Natrium benzoat merupakan nama pengawet yang sering dijumpai pada produk minuman ringan dan sebagian contoh (50.0%) juga mengetahui bahwa Tartrazin merupakan jenis pewarna yang biasa digunakan pada produk minuman ringan. Namun, berbeda dengan pertanyaan tentang manfaat gula pada minuman ringan. Sebagian besar contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan (63.3%) tidak mengetahui bahwa gula yang terkandung pada minuman ringan bermanfaat sebagai sumber energi. Contoh yang menjawab salah terhadap pertanyan tentang manfaat gula tersebut diduga karena keraguan dalam menjawab pertanyaan yang disebabkan ada dua jawaban yang meragukan contoh yaitu penyegar dan sumber energi. Contoh yang menjawab salah pertanyaan tersebut cenderung memilih jawaban dimana gula bermanfaat sebagai penyegar.

Berdasarkan hasil uji statistik (Independent Sample t-Test), dapat diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara tingkat pengetahuan gizi contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan. Hal ini dikarenakan sebesar 53.3% contoh berstatus gizi normal memiliki pengetahuan sedang dan 46.7% memiliki pengetahuan baik sedangkan 55.6% contoh kegemukan memiliki pengetahuan sedang dan 44.4% contoh kegemukan memiliki pengetahuan baik.

Sikap terhadap Mie, Susu, dan Minuman Ringan

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap belum menunjukkan suatu tindakan namun menunjukkan suatu kecenderungan bertindak (Notoatmodjo 2003). Menurut Sumarwan (2004), sikap adalah ungkapan perasaan konsumen tentang suatu obyek, terkait suka atau tidak suka. Sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap atribut atau manfaat dari obyek tersebut. Sikap memiliki tiga unsur, yaitu kognitif (kepercayaan terkait obyek), afektif (perasaan terkait obyek), dan konatif (kecenderungan untuk bertindak).

Sikap terhadap produk mie, susu, dan minuman ringan adalah respon contoh terhadap 15 pernyataan yang dikelompokkan menjadi pernyataan terkait manfaat, pengolahan/penyajian, kandungan zat gizi, dan keamanan dari produk mie, susu, dan minuman ringan sebagai produk pangan pilihan. Setiap jawaban diberi poin 1 apabila setuju dan sangat setuju, akan diberi poin 0 apabila tidak setuju dan sangat tidak setuju. Selanjutnya total poin sikap contoh terhadap produk tersebut akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) sikap negatif, jika skor <60% dari total jawaban yang benar, (2) sikap netral, jika skor 60% - 80% dari total jawaban yang benar, serta (3) sikap positif, jika skor >80% dari total jawaban yang benar (Khomsan 2000).

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan sikap dan status gizi

Klasifikasi Sikap Normal Kegemukan Total

n % n % n %

Positif (>80) 25 41.7 18 60.0 43 47.8

Netral (60-80) 35 58.7 12 40.0 47 52.2

Negatif (<60) 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Total 60 100.0 30 100.0 90 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh yang berstatus gizi normal (58.7%) bersikap netral dan 41.7% bersikap positif. Namun, pada contoh yang berstatus gizi kegemukan lebih dari separuh contoh (60.0%) bersikap positif dan 40.0% bersikap netral. Sikap negatif tidak ditemukan pada

contoh yang berstatus gizi normal atau pun kegemukan. Nilai sikap yang diperoleh contoh berkisar antara 9 hingga 15 dengan rata – rata nilai sikap pada contoh normal sebesar 12.4 ± 1.5 dan pada contoh kegemukan sebesar 12.9 ± 1.4. Pernyataan terkait sikap terhadap produk mie dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk mie

No Pernyataan Menjawab “S & SS” "TS & STS" Menjawab

n % n %

1 Mie merupakan makanan berbahan baku tepung terigu yang dapat dijadikan sebagai pengganti nasi 47 52.2 43 47.8

2 Mie dapat diolah dengan berbagai cara 86 95.6 4 4.4

3

Mie merupakan sumber karbohidrat sehingga dalam penyajian diperlukan tambahan sayuran sebagai vitamin dan telur sebagai sumber protein

83 92.2 7 7.8

4 Sebungkus mie yang mengadung 390 kkal dapat

dijadikan menu sarapan pagi 37 41.1 53 58.9

5

Mie instan sebagai produk industri siap saji tidak luput dari bahan-bahan tambahan makanan sintetik yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan

88 97.8 2 2.2

Ketarangan: S = Setuju TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

Menurut Purnawijayanti (2002) mie instan adalah produk mie kering yang siap dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit. Dalam pembuatan mie instan, setelah terbentuk mie segar, dilanjutkan dengan proses pengukusan, pembentukan, dan pengeringan. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan menggoreng mie dalam minyak ataupun menggunakan udara kering panas. Mie instan umumnya dikemas per porsi penyajian, lengkap dengan minyak sayur, bumbu, cabai kering, dengan atau tanpa penambahan sayuran kering.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar contoh (97.8%) memilih setuju dan sangat setuju bahwa mie mengandung zat berbahaya bagi kesehatan, dan sebanyak 92.2% memilih setuju dan sangat setuju bahwa mie perlu disajikan dengan tambahan sayuran dan telur dan 7.8% memilih tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini mengacu pada Haryati (2003), yang menyatakan bahwa mie instan mengandung karbohidrat akan tetapi diperlukan tambahan sayuran segar sebagai sumber vitamin, dan telur atau daging sebagai sumber protein. Namun, berbeda pada pernyataan no 4 dimana lebih dari separuh contoh (58.9%) memilih tidak setuju dan sangat tidak setuju jika sebungkus mie dapat dijadikan menu sarapan pagi dan hanya 41.1% contoh yang memilih setuju dan sangat setuju pada pernyataan tersebut. Contoh yang

cenderung setuju terhadap pernyataan bahwa mie dapat dijadikan sebagai pengganti nasi dan dapat dijadikan sebagai menu sarapan pagi diduga telah terbiasa mengkonsumsi mie sehingga berpersepsi bahwa mie dapat memberikan rasa kenyang seperti halnya mengkonsumsi nasi. Namun, contoh yang cenderung tidak setuju terhadap pernyataan tersebut diduga karena berpersepsi bahwa belum merasakan kenyang jika belum mengkonsumsi nasi sehingga mie dianggap tidak dapat menggantikan nasi.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk produk susu

No Pernyataan Menjawab “S & SS”

Menjawab "TS &

STS"

n % n %

1

Kalsium pada susu berfungsi dalam pembentukan tulang dan gigi, dan mencegah terjadinya osteoporosis

90 100.0 0 0.0

2 Susu dapat dikonsumsi oleh siapa saja dan kapan

saja 78 86.7 12 13.3

3

Bagi remaja, susu bisa dijadikan sebagai makanan tambahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan zat gizi

87 96.7 3 3.3

4

Jika sudah mengkonsumsi susu dipagi hari maka masih perlu mengkonsumsi makanan lainnya untuk memenuhi kebutuhan zat gizi di pagi hari

76 84.4 14 15.6

5

Susu dapat menetralisirkan racun sehingga apabila ada orang yang keracunan harus minum susu sebanyak-banyaknya

72 80.0 18 20.0 Ketarangan: S = Setuju TS = Tidak Setuju

SS = Sangat Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

Secara alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah dengan bahan-bahan lain. Hewan yang susunya digunakan sebagai bahan makanan adalah sapi perah, kerbau, unta, kambing perah (kambing etawa), dan domba (Hidiwiyoto 1993).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh memiliki sikap yang positif terhadap produk susu. Hal ini dibuktikan dengan besarnya persentase menjawab setuju dan sangat setuju terhadap lima pernyataan positif terkait produk susu. Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa seluruh contoh (100.0%) memilih setuju dan sangat setuju bahwa kalsium pada susu berfungsi dalam pembentukan tulang dan gigi, dan mencegah terjadinya osteoporosis. Menurut Khomsan (2002) susu dikenal sebagai minuman sumber kalsium. Oleh karena itu membiasakan diri minum susu akan memberikan dampak positif bagi

kesehatan terutama untuk mencegah osteoporosis (kerapuhan tulang). Sebagian besar contoh bersikap positif terhadap pernyataan terkait produk susu. Sebanyak 86.7% contoh memilih setuju dan sangat setuju bahwa susu dapat dikonsumsi oleh siapa saja dan kapan saja. Namun, sebesar 13.3% tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa susu dapat dikonsumsi oleh siapa saja dan kapan saja. Hal ini diduga karena contoh berpersepsi bahwa bagi yang intoleransi terhadap susu tidak dapat mengkonsumsi susu dan mengkonsumsi susu tidak bisa dikonsumsi pada setiap waktu. Sebesar 96.7% contoh memilih setuju dan sangat setuju bahwa susu bisa dijadikan sebagai makanan tambahan karena kandungan zat gizi yang terkandung pada susu seperti vitamin dan mineral, sebesar 84.4% contoh memilih setuju dan sangat setuju bahwa meskipun sudah mengkonsumsi susu dipagi hari makanan lainnya tetap dibutuhkan, sebesar 80.0% contoh memilih setuju dan sangat setuju bahwa susu dapat menetralisirkan racun.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk produk minuman ringan No

Pernyataan

Menjawab

“S & SS” "TS & STS" Menjawab

n % n %

1

Minuman ringan menjadi minuman yang tak dapat dipisahkan dari keseharian remaja khususnya remaja di perkotaan

58 64.4 32 35.6

2

Remaja lebih sering mengkonsumsi minuman ringan ketika sedang berkumpul bersama teman-teman sebaya

76 84.4 14 15.6

3

Hal yang paling mendasari kesukaan konsumen terhadap minuman ringan adalah rasanya yang manis dan efeknya yang menyegarkan

86 95.6 4 4.4

4 Minuman ringan tidak dapat mencukupi kebutuhan zat gizi remaja dalam sehari 82 91.1 8 8.9 5 Remaja yang sering mengkonsumsi minuman

ringan lebih rentan menjadi obesitas 83 92.2 7 7.8

Ketarangan: S = Setuju TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

Minuman ringan didefinisikan sebagai minuman penyegar umumnya mengandung atau tidak mengandung karbonat, pemanis, asam, flavor alami atau buatan (Ensminger, Konlade & Robson 1994). Menurut Thorner dan Herberg (1978), minuman ringan adalah minuman tidak beralkohol yang mengandung gula, essen atau konsentrat buah yang dicampur dengan air tanpa atau mengandung karbondioksida.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh memilih setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan terkait produk minuman ringan. Tabel 11 menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh (95.6%) memilih setuju dan

sangat setuju bahwa kesukaan terhadap minuman ringan dikarenakan rasanya yang manis dan efek yang menyegarkan. Rasa manis yang terdapat dalam minuman ringan dapat berasal dari sukrosa atau pemanis buatan. Sukrosa merupakan perpaduan antara fruktosa dan glukosa yang termasuk dalam karbohidrat. Pemanis buatan ditambahkan untuk memenuhi selera rasa yang digemari remaja, tambahan pemanis ini mencapai 7 hingga 14.0%, diantaranya fruktosa dan sukrosa (Yule 2002).

Hasil uji statistik (korelasi Pearson) pada penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara pengetahuan terhadap sikap contoh. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Irawati, Damanhuri, dan Fachrurrozi (1992) dimana tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan.

Berdasarkan uji statistik (korelasi Pearson) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara pengetahuan dan sikap contoh (normal dan kegemukan) terhadap jumlah konsumsi mie, serta asupan energi dan protein pada mie. Meskipun pengetahuan gizi contoh cenderung baik namun tidak berhubungan dengan jumlah konsumsi mie contoh. Hal ini disebabkan adanya faktor kepraktisan dimana mie instan dianggap sebagai makanan cepat saji yang mudah diolah dan mampu memenuhi kebutuhan pangan secara cepat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wulansari (1999) yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan jumlah mie yang dikonsumsi dikarenakan kepraktisan masih menjadi penilaian yang kuat bagi contoh dalam mengkonsumsi mie instan dengan tidak mempertimbangkan pengetahuan gizi yang telah dimilikinya, baik itu tinggi, sedang maupun rendah.

Uji korelasi Pearson juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara pengetahuan dan sikap contoh (normal dan overweight) terhadap jumlah konsumsi susu, serta asupan energi dan protein pada susu. Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara pengetahuan dan sikap contoh (normal dan kegemukan) terhadap jumlah konsumsi minuman ringan, serta asupan energi dan protein pada minuman ringan. Pengetahuan yang baik namun tidak berhubungan dengan jumlah konsumsi minuman ringan. Meskipun contoh mengetahui bahwa minuman ringan dapat menyebabkan kegemukan namun karena rasa yang enak dan

menyegarkan sehingga tidak mempengaruhi banyak atau sedikitnya jumlah konsumsi.

Atribut Produk

Atribut produk dalam penelitian ini mencakup karakteristik dari produk mie, susu, dan minuman ringan yang mempengaruhi konsumsi contoh. Karakterisitik produk dalam hal ini adalah harga, rasa, merek, informasi nilai zat gizi (nutrition fact), dan produsen. Berdasarkan hasil Food Frequency Quistionnaire (FFQ) dalam waktu seminggu diketahui jenis produk mie, susu, dan minuman ringan yang paling sering dikonsumsi. Jenis produk yang paling sering dikonsumsi oleh contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukandapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12 Jenis produk yang paling sering dikonsumsi

Kategori Merk Produk

Jumlah contoh yang mengkonsumsi Normal n(%) Kegemukan n(%)

Mie basah Mie basah 36(60.0) 18(20.0)

Mie instan Indomie 24(40.0) 13(14.4)

Susu cair Ultramilk 23(38.3) 14(15.6)

Keju Kraft 7(11.7) 1(1.1)

Yoghurt Activia 4(6.7) 4(4.4)

Minuman Bersoda Pepsi Cola 3(5.0) 2(2.2)

Teh (non komersial) Your tea 11(18.3) 7(7.8)

Teh (komersial) Teh kotak 11(18.3) 2(2.2)

Sari buah Nutrisari 2(3.3) 1(1.1)

Mie adalah salah satu contoh hasil perkembangan teknologi pangan dan merupakan makanan berenergi yang terbuat dari tepung terigu, air, dan garam. Menurut Wulansari (1999) mie instan sangat umum dikonsumsi oleh masyarakat di dunia terutama di Asia karena makanan ini mengenyangkan, sifatnya yang praktis, mudah dibuat, rasanya dapat diterima oleh hampir seluruh kalangan, dan harganya lebih ekonomis sehingga dapat dijangkau oleh berbagai kalangan masyarakat. Bedasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis mie yang biasa dikonsumsi contoh adalah mie basah. Lebih dari separuh contoh yang berstatus gizi normal (60.0%) dan kegemukan (20.0%) biasa mengkonsumsi mie basah yang telah diolah dalam makanan siap saji seperti mie bakso dan mie ayam.

Dokumen terkait