• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi Mie, Susu, dan Minuman Ringan terhadap Kecukupan Gizi pada Mahasiswi dengan Status Gizi Normal dan Kegemukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsumsi Mie, Susu, dan Minuman Ringan terhadap Kecukupan Gizi pada Mahasiswi dengan Status Gizi Normal dan Kegemukan"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

MERITA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

of normal and overweight female university students. Supervised by Dodik Briawan.

The objective of this research was to study noodle, milk, and soft drink contribution to nutrient adequacy among female teenagers with normal and overweight nutritional status. Design of research was cross-sectional study among female university student in dormitory of Bogor Agricultural University. This research has 90 samples, consist of 60 samples with normal nutritional status and 30 samples with overweight nutrional status. The result showed that nutritional knowledge of normal (53.3%) and overweight (60.0%) sample categorized was moderate. Attitude of product acceptance for normal sample categorized was neutral (58.7%). Whereas, overweight sample categorized was positif (60.0%). Noodle, milk, and soft drink consumption among normal sample was 2.1 ± 1.3 packs, 4.3 ± 3.2 packs, and 3.1 ± 2.5 packs per week respectively. Whereas, among overweight sample was 2.4 ± 2.2 packs, 5.1 ± 4.3 packs, and 2.0 ± 1.5 packs per week respectively. Energy contribution of noodle, milk, and soft drink to Requirement Dietary Allowance (RDA) among normal sample was 4.0%, 3.9%, and 5.5% respectively. Whereas, among overweight sample was 3.1%, 3.8%, and 3.3% respectively. Protein contribution of noodle, milk, and soft drink to RDA among normal sample was 2.7%, 8.7%, and 0.9% respectively. Whereas, among overweight sample was 2.1%, 5.4%, and 0.4% respectively. There was not significant correlation between score of nutritional knowledge and amount of noodle, milk, as well as soft drink consumption. There was not significant correlation between score of attitude and amount of noodle, milk, as well as soft drink consumption. There was significant correlation between milk consumption (gram) and nutritional status. However, there was negative correlation between soft drink consumption (gram) and nutritional status. There was not significant correlation between energy and protein intake of noodle, milk, as well as soft drink and nutritional status.

(3)

Mahasiswi dengan Status Gizi Normal dan Kegemukan. Dibimbing oleh Dodik Briawan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsumsi mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan gizi pada remaja dengan status gizi normal dan kegemukan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mempelajari pengetahuan gizi remaja terhadap mie, susu, dan soft drink pada remaja normal dan kegemukan; (2) Mempelajari sikap remaja terhadap mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan; (3) Mempelajari atribut produk mie, susu, dan minuman ringan; (4) Membandingkan konsumsi dan asupan zat gizi terhadap produk mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan; (5) Mengkaji hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan; (6) Mengkaji hubungan konsumsi mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan gizi pada remaja normal dan kegemukan.

Desain penelitian ini adalah Cross-sectional study. Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswi di Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang memiliki status gizi normal dan overweight. Teknik penarikan contoh dilakukan dengan simple random sampling dengan jumlah contoh adalah 90 contoh yang terdiri dari 60 contoh berstatus gizi normal dan 30 contoh berstatus gizi kegemukan.

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari dua data, yaitu data primer dan data sekunder. Jenis data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data karakteristik idividu, pengetahuan individu yang meliputi pengetahuan gizi dan pengetahuan produk (product knowledge), sikap terhadap produk pangan pilihan, atribut poduk, dan konsumsi pangan termasuk konsumsi produk mie, susu, dan minuman ringan. Data primer seperti pengetahuan gizi dan pengetahuan produk (product knowledge), sikap terhadap produk pangan pilihan, dan atribut poduk diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada individu menggunakan kuisioner yang dirancang oleh peneliti dengan acuan penelitian sebelumnya, data konsumsi pangan diperoleh dengan cara recall 1 x 24 jam, dan dilakukan Food Frequency Questionnaire (FFQ) dalam satu minggu terakhir untuk melihat kebiasan konsumsi produk. Data sekunder dalam penelitian ini adalah gambaran umum tentang asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor yang diperoleh dari Badan Pengawas Asrama TPB.

Analisis gambaran menggunakan statistik deskriptif. Analisis hubungan menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman, dan dilakukan uji beda (Independent Sample t-Test) pada peubah contoh normal dan kegemukan. Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh yang berstatus gizi normal (53.3%) dan contoh yang berstatus gizi kegemukan (60%) memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang. Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test), dapat diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara tingkat pengetahuan gizi contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan.

(4)

ringan, serta asupan energi dan protein dari masing-masing produk tersebut. Produk mie dan olahannya yang biasa dikonsumsi contoh adalah mie basah dan indomie. Produk susu dan olahannya yang biasa dikonsumsi contoh adalah Ultramilk (cair), Keju (Kraft), Yoghurt (Activia). Produk minuman ringan yang biasa dikonsumsi contoh adalah Pepsi cola, Your tea, Teh kotak, dan Nutrisari.

Kontiribusi mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan energi pada contoh yang berstatus gizi normal masing-masing yaitu 4.0%, 3.9%, dan 5.5%. Sedangkan, pada contoh yang berstatus gizi kegemukan masing-masing yaitu 3.1%, 3.8%, dan 3.3%. Kontribusi mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan protein pada contoh yang berstatus gizi kegemukan masing-masing yaitu 2.7%, 8.7%, dan 0.9%. Sedangkan, pada contoh yang berstatus gizi kegemukan masing-masing yaitu 2.1%, 5.4%, dan 0.4%. Kontribusi total asupan lemak pada mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan energi pada contoh yang berstatus gizi normal masing-masing yaitu 1.4%, 1.3%, dan 0.0%. Sedangkan, pada contoh yang berstatus gizi kegemukan masing-masing yaitu 1.4%, 1.7%, dan 0.0%. Kontribusi total asupan karbohidrat pada mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan energi pada contoh yang berstatus gizi normal masing-masing yaitu 2.4%, 3.0%, dan 6.4%. Sedangkan, pada contoh yang berstatus gizi kegemukanmasing-masing yaitu 2.5%, 2.7%, dan 4.6%.

Berdasarkan Food Frequency Questionnaire (FFQ) dalam konsumsi seminggu terakhir diketahui bahwa rata-rata konsumsi mie pada contoh yang berstatus gizi nomal adalah 2.1 ± 1.3 bungkus per minggu sedangkan pada gelas/pack per minggu sedangkan pada contoh yang berstatus gizi kegemukan adalah 2.0 ± 1.5 gelas/pack per minggu.

Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test), dapat diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara jumlah konsumsi mie, jumlah konsumsi minuman ringan pada contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05) pada jumlah konsumsi susu antara contoh normal dan kegemukan. Hasil uji statistik (Independent Sample t-Test), dapat diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara asupan energi dan protein pada mie, susu, dan minuman ringan contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan.

(5)

MERITA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Gizi Departemen Gizi Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(6)

Judul : Konsumsi Mie, Susu, dan Minuman Ringan terhadap Kecukupan Gizi pada Mahasiswi dengan Status Gizi Normal dan Kegemukan

Nama : Merita NRP : I14070105

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN NIP. 19660701 199002 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP 19621218 198703 1 001

(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul “Konsumsi Mie, Susu, dan Minuman Ringan terhadap Kecukupan Gizi Mahasiswi dengan Status Gizi Normal dan Kegemukan” dilakukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dinas Pendidikan Propinsi Jambi yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama menjalani pendidikan S1 di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

2. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku pemimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang senantiasa membimbing, memberi arahan, masukan, serta saran yang sangat membangun kepada penulis selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji atas masukan dan kritikan yang telah diberikan.

4. Kepala Badan Pengelola Asrama (BPA) Tingkat Persiapan Bersama (TPB), Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Asrama Putri TPB IPB.

5. Ayahanda (Alm), Ibunda, Kakanda, Rupi, dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa, dukungan, nasihat, dan kepercayaan penuh kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan program studi S1 Ilmu Gizi dengan baik.

6. Emil, Desi, Devi Nur, dan Yeni selaku pembahas seminar.

7. Teman-teman terbaik (Yulia, Linda, Nuvi, Novi Lusy, dan Stefani) serta teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 44 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu. Rekan-rekan BUD Propinsi Jambi (Ana, Novriyanti, Silvia, Cantika, Gustam, Eko, Eki, dan Rahman) serta teman-teman Himpunan Mahasiswa Jambi (HIMAJA).

8. Teman-teman Kuliah Kerja Profesi di Desa Petir Dramaga dan teman-teman Internship Dietetik di RS Kanker Dharmais Jakarta

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan sebagai anak kedua dari dua bersaudara oleh pasangan Bapak Empri (Alm) dan Ibu Yulidar. Penulis dilahirkan di Bangko pada tanggal 18 Mei 1990. Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Putra III Bangko pada tahun 1994 sampai 1995 dan melanjutkan ke pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Bangko pada tahun 1995 hingga 2001. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2001 sampai 2004 di SMP Negeri 3 Bangko. Pada tahun 2004 sampai 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bangko.

Pada tahun 2007, melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Propinsi Jambi penulis diterima sebagai mahasiswi Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia di Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswi, penulis tercatat sebagai staf Kementrian Sosial dan Lingkungan Hidup BEM KM IPB periode 2007/2008 dan klub Kebijakan Pangan dan Gizi HIMAGIZI periode 2008/2009. Selain itu, penulis juga aktif di Organisasi Daerah Himpunan Mahasiswa Jambi (HIMAJA) sebagai koordinator Kebudayaan dan Seni periode 2008/2009 serta dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh BEM KM IPB, BEM FEMA IPB, DPM FEMA IPB, BP HIMAGIZI, serta HIMAGIZI FEMA IPB.

(9)

DAFTAR ISI

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 16

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 16

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 17

Pengolahan dan Analisis Data ... 19

Definisi Operasional ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN... 24

Gambaran Umum Asrama TPB IPB ... 24

Karakteristik Contoh... 25

Pengetahuan Gizi ... 26

Sikap terhadap Mie, Susu, dan Minuman Ringan ... 29

Atribut Produk ... 34

Konsumsi Mie, Susu, dan Minuman Ringan ... 38

Asupan Energi dan Zat Gizi ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN... 51

Kesimpulan ... 51

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kontribusi dua gelas susu ... 11

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan umur dan status gizi ... 25

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan status gizi ... 25

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status gizi . 26 Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk mie ... 27

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk susu ... 27

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk soft drink 28 Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan sikap dan status gizi ... 29

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk mie ... 30

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk susu... 31

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk soft drink ... 32

Tabel 12 Jenis produk yang paling sering dikonsumsi ... 34

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan alasan mengkonsumsi produk ... 39

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan waktu biasanya mengkonsumsi produk 41 Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan cara pengolahan mie yang disukai ... 42

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan jenis soft drink yang dikonsumsi ... 43

Tabel 17 Kontribusi asupan energi pada produk terhadap kecukupan energi .... 44

Tabel 18 Kontribusi asupan protein pada produk terhadap kecukupan protein .. 45

Tabel 19 Kontribusi asupan lemak pada produk terhadap kecukupan energi .... 46

Tabel 20 Kontribusi asupan karbohidrat produk terhadap kecukupan energi ... 46

Tabel 21 Rata-rata asupan energi dan zat gizi berdasarkan status gizi ... 48

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Bagan kerangka konsep analisis konsumsi mie, minuman ringan, dan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuisioner penelitian ... 59

Lampiran 2 Kandungan energi dan zat gizi makro tiap merk dan jenis produk ... 70

Lampiran 3 Uji hubungan uang saku dengan status gizi ... 72

Lampiran 4 Uji hubungan antara pengetahuan dengan sikap ... 72

Lampiran 5 Uji hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi mie ... 72

Lampiran 6 Uji hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi susu ... 72

Lampiran 7 Uji hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi soft drink73 Lampiran 8 Uji hubungan status gizi terhadap jumlah konsumsi mie ... 73

Lampiran 9 Uji hubungan status gizi terhadap jumlah konsumsi susu ... 73

Lampiran 10 Uji hubungan status gizi terhadap jumlah konsumsi soft drink ... 73

Lampiran 11 Uji beda konsumsi produk pada contoh normal dan kegemukan ... 74

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini teknologi pengolahan pangan semakin berkembang dengan pesat. Hal tersebut terlihat dari semakin banyaknya industri pangan yang menghasilkan berbagai produk pangan unggulan seperti mie, minuman ringan (soft drink), dan susu. Menurut Badan Pusat Statistik (2009), pada tahun 2008 terdapat 6316 perusahaan pangan yang bergerak dalam bidang sub sektor makanan dan minuman.

Perkembangan teknologi pangan saat ini berperan dalam pola konsumsi pangan masyarakat. Menurut Martianto (1995) konsumsi pangan (food intake) seseorang yang meliputi jenis, waktu, tempat, cara, dan jumlah pangan yang dikosumsi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan gizi dari individu sendiri. Pengetahuan gizi yang baik cenderung menciptakan pola konsumsi pangan yang baik dan sebaliknya. Pengetahuan gizi individu akan mempengaruhi keputusan pembelian terhadap pangan. Ketika konsumen memiliki pengetahuan yang lebih banyak, maka ia akan lebih baik dalam mengambil keputusan, ia akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi dan mampu me-recall informasi dengan baik.

Tingkat pengetahuan gizi individu berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan pangan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Menurut Irawati, Damanhuri, dan Fachrurrozi (1992) masyarakat lebih memilih kepraktisan dalam mengkonsumsi pangan namun tetap memiliki kandungan gizi yang lengkap di dalamnya. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi sehingga menjadi trend baru seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat dan perkembangan teknologi pangan.

(14)

Selain mie, salah satu makanan yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi adalah susu. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2009 rata-rata konsumsi kalori dan protein yang berasal dari susu adalah 51.59 kkal/kap dan 2.96 g/kap. Susu merupakan sumber protein hewani yang kaya akan nilai gizi yang dapat menunjang kebutuhan akan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada remaja. Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga tulang lebih padat, tidak rapuh dan tidak mudah terkena risiko osteoporosis pada saat usia lanjut.

Konsumsi global susu dan produk susu cair lainnya (tidak termasuk kedelai dan susu alternatif) mencapai yang tertinggi pada 2008, yakni sebanyak 258 milyar liter. Hal tersebut didasarkan pada riset terbaru yang dilakukan oleh Tetra Pak. Tetra Pak memperkirakan bahwa konsumsi susu global akan terus tumbuh dengan laju 5.2% mulai dari tahun 2000 hingga tahun 2012, dan akan mencapai 70 milyar liter pada tahun tersebut. Pertimbangan kuantitas dan kualitas dari susu yang ditawarkan di pasaran akan mempengaruhi juga terhadap preferensi remaja dalam mengkonsumsi susu (Komarudin 2000).

Selain itu, minuman ringan (soft drink) juga merupakan produk pangan yang sering dikonsumsi dikalangan masyarakat. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman non alkohol yang terdiri dari dua jenis, yaitu: minuman ringan dengan karbonasi dan minuman ringan tanpa karbonasi. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2009 rata-rata konsumsi kalori dan protein dari bahan minuman adalah 101.73 kkal/kap dan 0.98 g/kap.

(15)

mencoba trend baru dan cenderung menjadikan konsumsi minuman ringan sebagai gaya hidup.

Ketiga produk pangan di atas merupakan bagian dari produk yang berkembang di pasaran dan sering dikonsumsi oleh kalangan remaja. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai konsumsi mie, susu, dan minuman ringan (soft drink) terhadap kecukupan energi dan zat gizi seperti protein, lemak, dan karbohidrat pada remaja dengan status gizi normal dan kegemukan.

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji konsumsi mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan gizi pada remaja dengan status gizi normal dan kegemukan.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari pengetahuan gizi remaja terhadap mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan.

2. Mempelajari sikap remaja terhadap mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan.

3. Mempelajari atribut produk mie, susu, dan minuman ringan.

4. Membandingkan konsumsi dan asupan zat gizi terhadap produk mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan.

5. Mengkaji hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi mie, susu, dan minuman ringan pada remaja normal dan kegemukan.

6. Mengkaji hubungan konsumsi mie, susu, dan minuman ringan terhadap kecukupan gizi pada remaja normal dan kegemukan.

Hipotesis

1. Adanya hubungan pengetahuan dan sikap terhadap konsumsi mie, susu, dan minuman ringan yang dikonsumsi oleh remaja normal dan kegemukan.

(16)

Kegunaan Penelitian

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Remaja

Istilah remaja adolesence berasal dari kata adolescere yang berarti “tumbuh’ atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock 1994). Masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, (2) 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, dan (3) 15-18-21 tahun termasuk remaja akhir (Monks, Knoers & Haditono 1994).

Remaja membutuhkan kecukupan gizi yang khusus, karena waktu remaja merupakan periode yang rawan, hal ini disebabkan pertama karena remaja membutuhkan zat gizi dan energi yang besar untuk pertumbuhan yang cepat. Kedua ialah pada remaja terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang mempengaruhi asupan zat gizi. Ketiga ialah karena pada umumnya remaja banyak berpartisipasi pada olah raga, dan biasanya banyak melakukan diet ketat (Rickert 1996). Pada saat remaja kebutuhan gizi meningkat karena terjadinya proses pertumbuhan yang cepat dan aktivitas fisik yang tinggi (Almatsier 2003). Oleh karena itu sebaiknya kebutuhan gizi tercukupi secara baik.

Pengetahuan

Pengetahuan gizi dan kesehatan adalah pengetahuan tentang peranan makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman untuk dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Pengetahuan gizi menjadi andalan yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Natoadmodjo 1993).

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya. Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tepat mengenai kontribusi gizi dari berbagai makanan akan menimbulkan gizi salah yang dapat merugikan kecerdasan dan produktivitas (Irawati, Damanhuri & Fachrurrozi 1992).

(18)

memproses informasi tersebut. Pada suatu keadaan tertentu, kadang-kadang konsumen merasa perlu untuk memperoleh informasi tambahan agar dapat mengevaluasi alternatif merek atau menentukan produk yang akan dibeli, informasi yang penting akan disimpan dalam ingatan. Faktor-faktor yang mendorong konsumen untuk memperoleh informasi tambahan adalah tingginya keterlibatan konsumen, tingginya resiko yang akan ditanggung, rendahnya pengetahuan terhadap produk, rendahnya tekanan waktu, mahalnya harga produk dan keanekaragaman produk (Assael 1992).

Menurut Sumarwan (2003), pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Memahami pengetahuan konsumen penting bagi pemasar karena apa yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana membeli, dan kapan membeli, akan tergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut. Pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian. Ketika konsumen memiliki pengetahuan yang lebih banyak, maka ia akan lebih baik dalam mengambil keputusan, ia akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi dan mampu me-recall informasi dengan baik.

Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk, harga produk dan kepercayaan mengenai produk. Peter dan Olson (1999) dalam Sumarwan (2003) menyebutkan bahwa konsumen memliki tingkat pengetahuan pruduk yang berbeda. Pengetahuan ini meliputi kelas produk (product class), bentuk produk (product form), merek (brand), model/fitur (model/features). Peter dan Olson (1999) dalam Sumarwan (2003) juga membagi tiga jenis pengetahuan produk, yaitu pengetahuan tentang karakterisik atau atribut produk, pengetahuan tentang manfaat produk, dan pengetahuan tentang kepuasan yang diberikan produk.

(19)

mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya.

Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap belum menunjukkan suatu tindakan namun menunjukkan suatu kecenderungan bertindak (Notoatmodjo 2003). Sikap mengandung komponen kepercayaan, emosi atau evaluasi, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam pembentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peran yang penting. Pengetahuan akan mendorong untuk berpikir sehingga terbentuk suatu keyakinan atau kepercayaan tertentu. Adanya keyakinan tersebut kemudian mendorong seseorang untuk mengambil sikap atau posisi tertentu terhadap suatu objek.

Menurut Sumarwan (2004), sikap adalah ungkapan perasaan konsumen tentang suatu obyek, terkait suka atau tidak suka. Sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap atribut atau manfaat dari obyek tersebut. Sikap memiliki tiga unsur, yaitu kognitif (kepercayaan terkait obyek), afektif (perasaan terkait obyek), dan konatif (kecenderungan untuk bertindak).

Sikap belum merupakan suatu perbuatan, tetapi dari sikap seseorang dapat diramalkan perbuatannya. Sikap mengarahkan tindakan secara langsung. Sikap secara positif akan mondorong orang untuk menerima dan mengadopsinya menjadi tindakan (praktik), sedangkan sikap negatif cenderung menimbulkan praktik yang juga negatif semacam menghindar, menolak, atau menjauhi (Notoatmodjo 2003).

Konsumsi Pangan

(20)

tersedia dan diproduksi, pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi (Wulandari 2000).

Konsumsi pangan tingkat individu atau pereorangan dapat dilakukan antara lain dengan metode recaIl 24 jam dan metode frekuensi makanan (food frequency). Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini enumerator meminta agar responden mengingat-ingat secara terperinci apa yang telah dikonsumsi selama 1-3 hari terakhir tersebut. Untuk keperluan ini digunakan alat bantu misalnya ukuran-ukuran rumah tangga, model pangan, dan sebagainya untuk menentukan perkiraan-perkiraan konsumsi pangan yang lebih mendekati. Cara ini relatif cepat dan murah tetapi mengandung subyektivitas tinggi dan menimbulkan kesalahan sistematik (Suhardjo 1989). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu. Sedangkan metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, atau tahun (Supariasa, Bakri & Fajar 2001).

Konsumsi makanan diartikan sebagai jumlah makanan yang dinyatakan dalam bentuk energi dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral). Konsumsi makanan yang tidak memadai kebutuhan tubuh baik kuantitas maupun kualitas akan menyebabkan masalah gizi. Konsumsi makanan adalah faktor yang mempengaruhi langsung terhadap keadaan gizi seseorang (Sediaoetomo 1996). Sanjur (1982) menyatakan bahwa konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan yang tergantung pada lingkungan baik masyarakat maupun keluarga.

(21)

Secara umum tujuan survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Berdasarkan jenis data terdapat dua jenis data yaitu kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makanan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut.

Kebiasaan makan merupakan cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, dan sosial budaya (Sanjur 1982). Sedangkan menurut Suhardjo (1989) kebiasaan makan merupakan istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan seperti tata krama makan, distribusi makan antar anggota keluarga. Kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola makanan atau susunan hidangan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam anggota.

Kebiasaan makan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain teman sebaya, keadaan emosional, pelaksanaan diet, penurunan berat badan, lingkungan termasuk snack dan fast food, dan pengetahuan gizi remaja. Kebiasaan makan remaja sangat khas dan berbeda jika dibandingkan dengan usia lainnya, kebiasaan makan mereka seperti 1) tidak makan, terutama makan pagi atau sarapan, 2) kegemaran makan snack dan kembang gula, 3) mereka cenderung memilih-milih makanan, ada makanan yang disukai dan ada makanan yang tidak disukai (Suhardjo 1989).

Mie

(22)

tetapi diperlukan tambahan sayuran segar sebagai sumber vitamin, dan telur atau daging sebagai sumber proteinnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Universitas Indonesia, Jakarta oleh Wulansari (1999) menunjukkan bahwa konsumsi mie instan oleh mahasiswa memberikan kontribusi energi yang berkisar antara 3.85%-20.14% dengan rata-rata sebesar 9.64% dan kontribusi protein antara 4.19%-21.22% dengan rata-rata sebesar 9.44% dari rata-rata kecukupan gizi contoh. Terlihat dalam hal ini bahwa kisaran dan rata-rata kontribusi kedua zat gizi tersebut yang berasal dari mie instan dapat dikatakan relatif sama. Angka yang diperoleh menunjukkan sumbangan energi dan protein mie instan dalam pemenuhan kecukupan energi dan protein responden dapat dikatakan masih relatif kecil (< 50%).

Susu

Secara alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah dengan bahan-bahan lain. Hewan yang susunya digunakan sebagai bahan makanan adalah sapi perah, kerbau, unta, kambing perah (kambing etawa), dan domba (Hidiwiyoto 1993).

Komposisi susu dapat sangat beragam tergantung beberapa faktor, akan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah adalah lemak 3.9%, protein 3.4%, laktosa 4.8%, abu 0.72%, air 87.10%, dan bahan-bahan lain dalam jumlah sedikit seperti sitrat, enzim-enzim, fosfolipid, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Produk – produk susu terdiri dari susu homogeny, susu skim dan krim, susu kental manis, susu kental tidak manis atau susu diuapkan, susu kering, yoghurt, keju, es krim, dan mentega (Buckle et al. 1985).

(23)

Tabel 1 Kontribusi dua gelas susu Priestley dari Inggris pada tahun 1772 dengan nama sparkling water, kemudian dengan berbagai penelitian lanjutan muncul minuman berkarbonat. Bisnis minuman ringan dimulai pada tahun 1806 oleh Benjamin Sillomon, seorang professor kimia di sekolah tinggi Yale di kota Connecticut. Dia memperkenalkan minuman berkarbonat yang dikemas dalam botol. Tahun 1830–1866 minuman soda dengan berbagai macam flavor menjadi populer, dan jenis flavor yang digunakan adalah cola, lemon-lime, orange, ginger ale, root beer, dan anggur. Pada tahun 1886 seorang apoteker dan pendiri confenderate solder, John Styth Pemberton menjadikan minuman tersebut menjadi favorit dengan menambahkan ekstrak dari cocoa. Minuman cola adalah minuman yang paling populer sampai sekarang (Ensminger, Konlade & Robson 1994).

Minuman ringan didefinisikan sebagai minuman penyegar umumnya mengandung atau tidak mengandung karbonat, pemanis, asam, flavor alami atau buatan (Ensminger, Konlade & Robson 1994). Menurut Thorner dan Herberg (1978), minuman ringan adalah minuman tidak beralkohol yang mengandung gula, essen atau konsentrat buah yang dicampur dengan air tanpa atau mengandung karbondioksida. Klasifikasi jenis minuman ringan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

(24)

menunjukkkan bahwa remaja mengkonsumsi 64.5 galon (244.15 liter) minuman ringan/tahun. Jumlah ini merupakan tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan tahun 1978. Sebanyak 75 % remaja laki-laki minum soda 12 ons (0.35 liter) perhari sementara 2/3 remaja perempuan minum 2 kaleng/hari. Remaja juga mengkonsumsi minuman ringan 2 kali lipat lebih banyak dari konsumsi susu. Menurut direktur CSPI kebanyakan remaja menjadikan minuman ringan sebagai minuman utama dan menyediakan 15-20% kebutuhan kalori/hari (Yule A 2002).

Berdasarkan penelitian Arofah dan Hertanto (2007) tentang konsumsi soft drink pada remaja SMU N 5 Semarang diketahui bahwa minuman ringan memberi kontribusi 7.1% dari total pemasukan energi, pemanis buatan ditambahkan untuk memenuhi selera rasa yang digemari remaja, tambahan pemanis ini mencapai 7 hingga 14%, diantaranya fruktosa dan sukrosa. Tingginya kadar pemanis buatan ini meningkatkan asupan kalori pada remaja.

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Riyadi 2001).

Menurut Riyadi (2001), faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan dan status kesehatan. Status gizi dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu melalui penilaian konsumsi pangan, antropometri, biokimia, dan klinis. Setiap cara penilaian status gizi tersebut melengkapi cara yang lainnya, dengan demikian membantu dalam penyediaan indikator tambahan untuk mendukung penilaian yang lebih lengkap (Riyadi 1995).

(25)

kronologis. Tetapi, hubungan BB/TB berubah secara dramatis menurut umur dan menurut status kematangan seksual selama remaja (Riyadi 2001).

Karena berbagai keterbatasan tersebut, IMT menurut umur (IMT/U) direkomendasikan sebagai indikator terbaik untuk remaja. Indikator ini memerlukan informasi tentang umur. Indikator ini juga sudah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total pada persentil atas dan indikator ini juga sejalan dengan indikator-indikator yang direkomendasikan untuk orang dewasa. Indeks Massa Tubuh diukur dengan menggunakan rumus IMT=BB/TB2 (kg/m2). Menurut WHO (2007) status gizi remaja dapat dikategorikan menjadi sangat kurus (z < -3 SD), kurus (-3 SD ≤ z ≤ -2 SD), normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD), overweight (+1 SD ≤ z ≤ +2 SD), dan obese (z > +2 SD).

Istilah obesitas dan overweight seringkali dianggap sama. Sebenarnya kedua istilah tersebut tidak sama. Obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu. Sedangkan, overweight merupakan suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan (Mahan et al. 2000).

(26)

KERANGKA PEMIKIRAN

Individu yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi di Asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB yang menurut golongan umur termasuk remaja akhir (18–21 tahun) serta memiliki status gizi normal dan overweight. Data yang diperoleh dari karakteristik individu ini meliputi status gizi, jenis kelamin, umur, uang saku dan pengalokasiannya.

Karakteristik individu berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap yang nantinya akan mempengaruhi konsumsi individu tersebut. Pengetahuan individu dalam hal ini adalah pengetahuan gizi dan pengetahuan terhadap produk (kandungan zat gizi, manfaat, dan keamanan) yang menjadi andalan dalam menentukan konsumsi pangan. Tingkat pengetahuan tersebut berpengaruh terhadap sikap yang dalam hal ini adalah sikap individu terkait manfaat mengkonsumsi, pengolahan atau penyajian, kandungan zat gizi, dan keamanaan (safety) dari masing masing produk tersebut yang nantinya akan mempengaruhi dalam pemilihan makanan (produk).

Pengetahuan dan sikap yang terbentuk akan mempengaruhi dalam konsumsi individu terhadap suatu produk. Hal ini juga dipengaruhi oleh atribut dari produk itu sendiri seperti harga, merek, rasa, dan informasi nilai gizi. Atribut produk yang dianggap bermanfaat dan menguntungkan cenderung mempengaruhi individu untuk mengkonsumsi produk tersebut.

(27)

Gambar 1 Bagan kerangka konsep analisis konsumsi mie, minuman ringan, dan susu terhadap kecukupan gizi mahasiswi dengan status gizi normal dan kegemukan.

Karakteristik Individu

Pengetahuan (Pengetahuan Gizi dan

Pengetahuan Produk)

Sikap

Atribut Produk

Konsumsi mie, susu, dan minuman ringan

Kontribusi zat gizi (Energi, Protein, Karbohidrat,

dan Lemak)

Status gizi normal

(28)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain survei melalui pendekatan Cross-sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu untuk meneliti variabel tertentu dan menentukan hubungan antara variabel tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB), Institut Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan alasan Peguruan Tinggi tersebut merupakan Perguruan Tinggi unggulan di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah remaja (mahasiswa tingkat pertama) Tahap awal dalam penarikan contoh adalah melakukan survei terhadap sampel. Berdasarkan survey diketahui bahwa jumlah mahasiswa asrama TPB-IPB adalah 1456 yang terdiri dari 5 asrama yaitu A-1, A-2, A-3, Rusunawa, dan Sylvasari.

Jumlah sampel tersebut dikelompokan menurut katagori status gizi. Pengukuran status gizi dikategorikan berdasarkan nilai (IMT/U) menurut WHO (2007) yang dikategorikan menjadi sangat kurus (z < -3 SD), kurus (-3 SD ≤ z ≤ -2 SD), normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD), overweight (+1 SD ≤ z ≤ +2 SD), dan obese (z > +2 SD).

Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang tergolong remaja akhir (18-21 tahun) serta memiliki status gizi normal dan kegemukan dengan pertimbangan prevalensi status gizi normal dan kegemukan pada remaja kota Bogor masing-masing yaitu sebesar 81.9% dan 8.9% (Riskesdas 2007). Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara simple random sampling. Jumlah contoh ditentukan berdasarkan rumus studi deskriptif (Chandra 1996) adalah sebagai berikut:

n1 = p1 (1-p1) (Z/d)2

= 0.819 (1-0.819) (1.96/0.10)2 = 56.9

n2 = p2 (1-p2) (Z/d)2

(29)

Keterangan:

n1 = jumlah contoh dengan status gizi normal n2 = jumlah contoh dengan status gizi overweight d = toleransi estimasi (10%) = 0.10

p1 = prevalensi remaja status gizi normal (81.9%) = 0.819 p2 = prevalensi remaja status gizi overweight (8.9%) = 0.089 Z = 1.96 dengan derajat kepercayaan 95%

Berdasarkan jumlah contoh minimal tersebut di atas, maka jumlah contoh yang diteliti adalah 60 contoh dengan status gizi normal dan 30 contoh dengan status gizi kegemukan selanjutnya diberi kuisioner penelitian untuk mengetahui tingkat konsumsi mie, susu, dan minuman ringan.

Sebanyak 90 contoh yang akan dijadikan sasaran penelitian diperoleh dengan terlebih dahulu mengunjungi Badan Pengurus Asrama (BPA) untuk meminta perizinanan dalam melakukan survey awal penelitian. Melalui survey awal diperoleh jumlah mahasiswi yang tinggal di Asrama TPB. Setelah itu, dilakukan penimbangan berat badan dan pengkuran tinggi badan terhadap mahasiswi yang status gizi normal dan kegemukan untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Setelah diketahui hasil status gizi dari keseluruhan mahasiswi di Asrama TPB maka secara acak (simple random sampling) akan diambil mahasiswi yang berstatus gizi normal dan kegemukan berdasarkan perhitungan di atas yaitu 60 contoh dengan status gizi normal dan 30 contoh dengan status gizi kegemukan yang akan diberikan kuisioner penelitian.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(30)

Data karakteristik individu meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pendidikan, dan alokasi uang saku. Data tersebut diperoleh dengan pengisian kuisioner yang dilakukan sendiri oleh contoh dengan panduan peneliti.

Data antropometri yang terdiri dari berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui pengukuran secara langsung menggunakan timbangan injak (bathroom scale) dengan ketelitian 0.1 kg dan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm sedangkan data lainnya diperoleh melalui pengisian kuisioner yang telah dirancang oleh peneliti. Pada waktu dilakukan penimbangan, contoh diminta untuk melepaskan sepatu dan tidak diperkenankan untuk membawa dompet, handphone maupun barang lain di sakunya. Sedangkan saat pengukuran tinggi badan, contoh diminta melepaskan sepatu/alas kaki dan topi atau aksesoris rambut lainnya (jika ada).

Pengetahuan contoh diukur dengan memberikan kuisioner yang berisikan pertanyaan yang berkaitan dengan gizi dan pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan produk. Pengetahuan gizi meliputi 15 pertanyaan yang berkaitan tentang gizi secara umum yang disesuaikan dengan instrumen pengetahuan gizi pada remaja dalam desertasi Emillia (2008). Pengetahuan produk meliputi 13 pertanyaan yang meliputi kandungan zat gizi, manfaat, merek, dan keamanan (safety) dari masing-masing produk. Pengisian kuisioner dilakukan sendiri oleh contoh dengan panduan peneliti.

Sikap terkait dengan mie, susu, dan minuman ringan diperoleh dengan cara memberikan 15 pernyataan “positif” terkait manfaat mengkonsumsi, pengolahan atau penyajian, kandungan zat gizi, dan keamanaan (safety) dari dari masing masing produk tersebut. Data tersebut diperoleh dengan pengisian kuisioner yang dilakukan sendiri oleh contoh dengan panduan peneliti.

Data atribut produk diperoleh dengan cara terlebih dahulu mengetahui merek produk yang paling sering dikonsumsi individu. Setelah mengetahui merek produk yang paling sering dikonsumsi, maka dilakukan survey pasar untuk melihat atribut produk yang meliputi harga, rasa, merek, informasi nilai gizi (nutrition fact), dan produsen dari produk mie, susu, dan minuman ringan yang biasa dikonsumsi oleh individu tersebut.

(31)

Selain itu, diberikan juga 10 pertanyaan yang terkait dengan ketiga produk yang dikonsumsi contoh.

Data sekunder pada penelitian ini adalah karateristik kampus yang meliputi letak/lokasi kampus, sarana dan prasarana, dan jumlah mahasiswa tingkat pertama yang diperoleh dari buku profil Badan Pengawas Asrama (BPA), Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama, Insititut Pertanian Bogor.

Pengolahan dan Analisis Data

Tahapan pengolahan data dimulai dari coding, entri, cleaning dan analisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entri data, kemudian cleaning data dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 16.0 for Windows. Data karakteristik contoh terdiri dari usia, jenis kelamin, status gizi, uang saku per hari dan alokasi pengeluaran. Data usia dikategorikan sama menjadi (1) 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, (2) 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, dan (3) 18-21 tahun termasuk remaja akhir (Monks, Knoers, & Haditono 1994). Data jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Data status gizi dikategorikan berdasarkan nilai (IMT/U) menurut WHO (2007) yang dikategorikan menjadi sangat kurus (z < -3 SD), kurus (-3 SD ≤ z ≤ -2 SD), normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD), overweight (+1 SD ≤ z ≤ +2 SD), dan obese (z > +2 SD). Data uang saku dan alokasi uang saku dikategorikan berdasarkan sebaran data yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Pengetahuan contoh terkait gizi dan produk (kandungan zat gizi, manfaat, dan keamanan) dianalisa dengan cara menjumlah skor jawaban yang benar, kemudian diberi skor. Dari total skor yang diperoleh kemudian digolongkan ke dalam tiga kriteria tingkat pengetahuan gizi yaitu: 1) baik jika skor > 80%, 2) sedang jika skor 60 – 80%, dan 3) kurang jika skor < 60% (Khomsan 2000).

(32)

skala termasuk skala biasa, responden sering memiilih skala biasa ketika ragu-ragu dalam menentukan penilaian sehingga hasil persentase skala biasa menjadi lebih besar dari skala yang lain. Menurut Pranowo (2001) yang melakukan penelitian tentang keterkaitan konsumsi produk susu dan coklat dengan sikap dan preferensi remaja terhadap iklan televisi di kota Semarang, keraguan dalam memberikan penilaian biasanya disebabkan responden tidak mengetahui secara pasti tentang hasil yang dimaksud dalam pertanyaan. Selain itu dari hasil uji coba kuisioner yang dilakukan peneliti terhadap 10 mahasiswa tingkat satu dan 10 pelajar SMU Semarang, menunjukkan sebanyak 45 % responden mempunyai sikap netral terhadap suatu produk dan iklan. Dari hasil uji pendahuluan inilah, ditetapkan bahwa pada penlitian ini skala biasa tidak digunakan. Sehingga penilaian sikap dimulai dari nilai terbesar yaitu sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) = 3, tidak setuju = (TS), dan sangat tidak setuju (STS) = 1. Pengukuran sikap dilakukan dengan cara memberikan 15 pernyataan “positif” terkait sikap contoh terhadap produk mie, susu, dan minuman ringan kemudian diberikan penilaian masing-masing dengan memberi skor 1 apabila setuju dan sangat setuju, akan diberi skor 0 apabila tidak setuju dan sangat tidak setuju. Selanjutnya total skor sikap contoh terhadap produk tersebut akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) sikap negatif, apabila skor <60% dari total jawaban yang benar, (2) sikap netral, apabila skor 60% - 80% dari total jawaban yang benar, serta (3) sikap positif, apabila skor >80% dari total jawaban yang benar (Khomsan 2000).

Data konsumsi pangan diperoleh dengan me-recall 1 x 24 jam terakhir. Data konsumsi pangan yang telah didapatkan lalu dikonversikan ke dalam satuan energi (kkal), protein (g), karbohidrat (g), dan lemak (g) merujuk pada Daftar Konversi Bahan Makanan (DKBM 2004) dan informasi nilai gizi yang terdapat pada produk mie, susu, dan minuman ringan yang konsumsi. Konversi dihitung dengan menggunakan rumus (Hardinsyah dan Briawan 1994) sebagai berikut:

Keterangan:

KGij = Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j Bj = Berat makanan j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan BDDj = Bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

(33)

Data konsumsi mie, susu, dan minuman ringan dihitung dengan kesetaraan dalam bentuk padat dikonversi ke dalam satuan gram (g) dan bentuk cair dikonversi ke dalam satuan milliliter (ml). Jumlah mie yang dikonsumsi contoh dalam seminggu (per bungkus) diperoleh dari hasil perkalian antara frekuensi mengkonsumsi mie dalam seminggu dengan jumlah mie yang biasa dikonsumsi dalam sekali makan. Jumlah susu yang dikonsumsi contoh dalam seminggu (per gelas) diperoleh dari hasil perkalian antara frekuensi mengkonsumsi susu dalam seminggu dengan jumlah susu yang biasa dikonsumsi dalam sekali makan. Sedangkan, jumlah soft drink yang dikonsumsi contoh dalam seminggu (per botol/kemasan) diperoleh dari hasil perkalian antara frekuensi mengkonsumsi soft drink dalam seminggu dengan jumlah soft drink yang biasa dikonsumsi dalam sekali makan.

Tingkat konsumsi diperoleh dari hasil pembagian antara konsumsi dengan kecukupan, kemudian dikali seratus persen. Tingkat asupan energi dan protein dari konsumsi pangan dikriteriakan menjadi defisit tingkat berat jika <70% AKG, defisit tingkat sedang jika (70-79% AKG), defisit tingkat ringan jika (80-89% AKG), normal jika (90-119% AKG), dan kelebihan jika kelebihan (≥ 120% AKG) (Depkes 1996).

Analisis data dilakukan dalam dua tahap yaitu univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan seluruh variabel. Melalui uji deskriptif tersebut dapat diketahui nilai minimal, nilai maksimal, nilai rata-rata serta frekuensi dan sebaran data.

(34)

Definisi Operasional

Mie adalah produk pasta yang terbuat dari tepung terigu yang dapat digolongkan menjadi mie basah dan mie instan, biasanya digunakan sebagai pengganti nasi dan diproses dengan cara perebusan dan penggorengan serta dijual dalam kemasan berbentuk kantong, cup, atau mangkuk.

Susu adalah hasil pemerahan dari sapi atau hewan lainnya yang sudah mengalami proses pengolahan yang biasa dikonsumsi baik dalam bentuk cair, bubuk atau susu kental manis termasuk produk olahannya seperti yoghurt, keju, dan es krim.

Minuman Ringan adalah jenis minuman produk olahan industri yang dikemas dalam botol, kotak sachet dan sebagian besar komposisinya terdiri dari gula, essen atau konsentrat buah yang dicampur dengan air, tanpa atau mengandung karbondioksida (seperti Coca Cola, Fanta, Sprite, Pepsi-Cola, A&W, Adem Sari, Nutri Sari, Fruit Tea, Teh Sosro).

Contoh adalah mahasiswi di Asrama Putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang memiliki status gizi normal dan kegemukan, dan mengkonsumsi mie, susu, dan minuman ringan.

Remaja adalah mahasiswi di Asrama putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berusia dari 18 sampai 21 tahun yang tergolong remaja akhir.

Alokasi uang saku adalah jumlah uang saku yang digunakan contoh dalam satuan rupiah (Rp) untuk membeli makanan, minuman, dan keperluan akademik, keperluan pribadi, hiburan, dan transportasi dalam sehari, seminggu atau sebulan.

Pengetahuan adalah kemampuan contoh dalam memahami 28 pertanyaan multiple choice yang meliputi 15 pertanyaan yang berhubungan dengan gizi secara umum dan 13 pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan produk (kandungan zat gizi, manfaat, dan keamanan) pada produk mie, susu, dan minuman ringan.

(35)

Atribut Produk adalah karakteristik dari produk mie, susu, dan minuman ringan yang mempengaruhi konsumsi contoh. Karakterisitik produk dalam hal ini adalah harga, rasa, merek, informasi nilai zat gizi (nutrition fact), dan produsen.

Konsumsi pangan adalah jumlah konsumsi mie, susu, dan minuman ringan yang dikonsumsi oleh contoh dalam satuan gram (g) atau milliliter (ml) selama dilakukan recall 1 x 24 jam dan frekuensi konsumsi terhadap masing-masing produk dalam waktu seminggu terakhir.

Kontribusi Zat Gizi adalah persantase zat gizi dari mie, susu, dan minuman ringan yang memberikan sumbangan energi, protein, karbohidrat, dan lemak terhadap kecukupan gizi.

Kecukupan Zat Gizi adalah jumlah zat gizi seperti energi, protein, karbohidrat, dan lemak yang sebaiknya dipenuhi oleh mahasiswi di Asrama Putri TPB IPB yang dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, berat badan dan tinggi badan.

Status gizi normal adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan contoh berada pada kisaran normal yang ditentukan dengan hasil Indeks Massa Tubuh (IMT/U) berada pada kisaran -2 SD ≤ z ≤ +1SD atau dengan IMT pada kisaran 16.5 – 25 kg/m2.

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Asrama TPB IPB

Setiap tahun tidak kurang dari 3000 mahasiswa dari seluruh wilayah di Indonesia masuk menjadi mahasiswa baru Institut Pertanian Bogor (IPB) antara lain melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), Ujian Talenta Mandiri, Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Beasiswa Utusan Daerah (BUD), serta Beasiswa Prestasi Olahraga dan Seni. Dengan berbagai jalur seleksi tersebut, mahasiswa baru yang tersaring masuk IPB sangat plural, berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai latar belakang keilmuan dan budaya yang beragam.

Mahasiswa IPB pada tahun pertama diwajibkan menjalani kegiatan perkuliahan dasar yang dinamakan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama dua semester atau satu tahun. Jumlah satuan kredit semester (SKS) yang diambil selama masa TPB adalah 36 SKS. Khusus mahasiswa jalur masuk USMI, UTMI, dan BUD diwajibkan juga menjalani kegiatan perkuliahan matrikulasi yang diselenggarakan satu bulan lebih awal, sebelum perkuliahan regular berlangsung. Selain menjalani perkuliahan, mahasiswa TPB juga diwajibkan menjalani Program Pengembangan Akademik dan Multibudaya (PPAMB) dan tinggal di asrama. Program tersebut memberikan kesempatan berinteraksi dengan berbagai latar belakang bidang ilmu, budaya, agama, dan suku bangsa.

Asrama mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB IPB) terdiri atas asrama putra dan asrama putri. Dalam hal penelitian ini, contoh yang diambil hanya mahasiswi di asrama putri. Asrama putri terdiri atas lima gedung, yaitu A1, A2, A3, A4 (Rusunawa), dan A5 (Sylvasari). Setiap gedung asrama berbentuk hampir sama (kecuali Rusunawa dan Sylvasari yang merupakan gedung tambahan). Setiap gedung terbagi atas beberapa lorong yang dikepalai oleh seorang Senior Residence (SR) untuk mempermudah pengawasan dan pengelolaan. Satu lorong terdiri sekurang-kurangnya 40 orang (10 kamar, masing-masing kamar diisi oleh empat orang).

(37)

pantry. Di dalam lingkungan asrama juga terdapat toko koperasi dan jasa fotokopi yang menginduk kepada Koperasi Mahasiswa IPB.

Karakteristik Contoh Umur

Menurut Monks, Knoers & Haditono (1994), masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, (2) 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, dan (3) 18-21 tahun termasuk remaja akhir. Pada penelitian ini sebagian besar contoh baik yang berstatus gizi normal (53.5%) maupun kegemukan (76.7%) berusia 19 tahun. Berdasarkan hasil uji statistik (Independent Sample t-Test) diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara umur pada contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan. Sebaran contoh berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan umur dan status gizi

Umur (tahun) Normal Kegemukan

n % n %

Uang saku contoh dalam penelitian ini merupakan jumlah uang saku yang digunakan contoh dalam satuan rupiah (Rp) untuk membeli makanan, minuman, dan keperluan akademik, keperluan pribadi, hiburan, dan transportasi dalam sehari, seminggu atau sebulan. Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan status gizi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan status gizi

Uang saku (Rp / bulan) Normal Kegemukan

(38)

menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan (p>0.05) antara besar uang saku dengan status gizi contoh. Besarnya uang saku yang diperoleh contoh belum tentu status gizi contoh juga baik begitu pula sebaliknya, uang saku yang rendah belum tentu status gizi contoh tergolong rendah.

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi dan kesehatan adalah pengetahuan tentang peranan makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman untuk dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Pengetahuan gizi menjadi andalan yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Natoadmodjo 1993).

Pengetahuan gizi dalam penelitian adalah kemampuan contoh dalam memahami pertanyaan yang berhubungan dengan gizi dan pengetahuan produk (kandungan zat gizi, manfaat, dan keamanan) pada produk mie, susu, dan minuman ringan. Terdapat 28 pertanyaan berganda dengan memilih jawaban yang paling benar (Corect-Answer Multiple Choice). Pertanyaan yang diberikan mencakup gizi secara umum (15 soal) dan pengetahuan produk (13 soal). Setiap jawaban yang benar akan dinilai 1 poin, sedangkan contoh yang menjawab salah tidak mendapatkan tambahan poin. Nilai pengetahuan yang diperoleh contoh berkisar antara 17 hingga 27 dengan rata – rata nilai 22.1 ± 2.1.

Berdasarkan Khomsan (2000), tingkat pengetahuan gizi contoh dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu tingkat pengetahuan rendah (<60%), sedang (60-80%), dan tinggi (80%). Tabel 4 menunjukkan hasil sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status gizi.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan status gizi

Pengetahuan gizi Normal Kegemukan Total

(39)

contoh normal sebesar 22.2 ± 2.2 dan pada contoh kegemukan sebesar 22.0 ± 2.0.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk mie

Jenis pertanyaan Menjawab "Benar" Menjawab "Salah"

n % n %

Berdasarkan Tabel 5 di atas diketahui bahwa hampir seluruh contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan (91.1%) mengetahui bahwa kandungan gizi terbanyak pada mie adalah karbohidrat. Hal ini diduga karena contoh mengetahui bahwa mie dapat dijadikan pengganti nasi yang merupakan sumber utama karbohidrat. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil persentase yang menunjukkan bahwa sebesar 73.3% contoh menjawab benar bahwa manfaat karbohidrat pada mie adalah sebagai sumber energi. Sebagian besar contoh (67.8%) mengetahui bahwa Sodium Benzoat merupakan salah satu pengawet yang terdapat pada bumbu mie. Namun, sebagian besar contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan (77.8%) menjawab salah tehadap pertanyaan tentang nama pewarna yang terdapat pada mie. Contoh tidak mengetahui bahwa Tetrazin Cl merupakan jenis pewarna yang terdapat pada mie. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya pengetahuan contoh terhadap Bahan Tambahan Pangan (BTP) pada produk mie. Selain itu, diberikan pertanyaan ilustrasi tentang pemilihan produk mie dimana sebesar 84.4% contoh (normal dan kegemukan) menjawab dengan benar tentang merk mie yang memiliki kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein contoh dalam sehari.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk susu

Jenis pertanyaan Menjawab "Benar" Menjawab "Salah"

n % n %

Kandungan gizi 85 94.4 5 5.6

Manfaat kalsium pada susu 89 98.9 1 1.1

Nama bakteri susu 59 65.6 31 34.4

Nama pewarna 27 30.0 63 70.0

(40)

Hal ini dibuktikan dari sebanyak 98.9% contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan menjawab benar bahwa manfaat kalsium pada susu adalah untuk mencegah terjadinya osteoporosis. Sebesar 94.4% contoh (normal dan kegemukan) sudah mengetahui bahwa sumber zat gizi utama pada susu adalah kalsium. Selain itu, contoh yang berstatus gizi normal maupun kegemukan (65.6%) mengetahui bahwa Lactobacillus casei merupakan bakteri yang terdapat pada susu dan dapat menyebabkan diare. Namun, berbeda dengan pertanyaan tentang nama pewarna pada susu. Sebagian besar contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan (70.0%) tidak mengetahui bahwa karmiosin merupakan salah satu nama pewarna yang terdapat pada susu. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya pengetahuan contoh terhadap Bahan Tambahan Pangan (BTP) khususnya adalah pewarna pada produk susu.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk minuman ringan

Jenis pertanyaan Menjawab "Benar" Menjawab "Salah"

n % n %

Kandungan gizi 83 92.2 7 7.8

Manfaat gula 33 36.7 57 63.3

Nama pengawet 81 90.0 9 10.0

Nama pewarna 45 50.0 45 50.0

(41)

Berdasarkan hasil uji statistik (Independent Sample t-Test), dapat diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara tingkat pengetahuan gizi contoh yang berstatus gizi normal dan kegemukan. Hal ini dikarenakan sebesar 53.3% contoh berstatus gizi normal memiliki pengetahuan sedang dan 46.7% memiliki pengetahuan baik sedangkan 55.6% contoh kegemukan memiliki pengetahuan sedang dan 44.4% contoh kegemukan memiliki pengetahuan baik.

Sikap terhadap Mie, Susu, dan Minuman Ringan

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap belum menunjukkan suatu tindakan namun menunjukkan suatu kecenderungan bertindak (Notoatmodjo 2003). Menurut Sumarwan (2004), sikap adalah ungkapan perasaan konsumen tentang suatu obyek, terkait suka atau tidak suka. Sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap atribut atau manfaat dari obyek tersebut. Sikap memiliki tiga unsur, yaitu kognitif (kepercayaan terkait obyek), afektif (perasaan terkait obyek), dan konatif (kecenderungan untuk bertindak).

Sikap terhadap produk mie, susu, dan minuman ringan adalah respon contoh terhadap 15 pernyataan yang dikelompokkan menjadi pernyataan terkait manfaat, pengolahan/penyajian, kandungan zat gizi, dan keamanan dari produk mie, susu, dan minuman ringan sebagai produk pangan pilihan. Setiap jawaban diberi poin 1 apabila setuju dan sangat setuju, akan diberi poin 0 apabila tidak setuju dan sangat tidak setuju. Selanjutnya total poin sikap contoh terhadap produk tersebut akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) sikap negatif, jika skor <60% dari total jawaban yang benar, (2) sikap netral, jika skor 60% - 80% dari total jawaban yang benar, serta (3) sikap positif, jika skor >80% dari total jawaban yang benar (Khomsan 2000).

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan sikap dan status gizi

Klasifikasi Sikap Normal Kegemukan Total

n % n % n %

Positif (>80) 25 41.7 18 60.0 43 47.8

Netral (60-80) 35 58.7 12 40.0 47 52.2

Negatif (<60) 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Total 60 100.0 30 100.0 90 100.0

(42)

contoh yang berstatus gizi normal atau pun kegemukan. Nilai sikap yang diperoleh contoh berkisar antara 9 hingga 15 dengan rata – rata nilai sikap pada contoh normal sebesar 12.4 ± 1.5 dan pada contoh kegemukan sebesar 12.9 ± 1.4. Pernyataan terkait sikap terhadap produk mie dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk mie

No Pernyataan Menjawab “S & SS” "TS & STS" Menjawab

n % n %

1 Mie merupakan makanan berbahan baku tepung terigu yang dapat dijadikan sebagai pengganti nasi 47 52.2 43 47.8

2 Mie dapat diolah dengan berbagai cara 86 95.6 4 4.4

3

Mie merupakan sumber karbohidrat sehingga dalam penyajian diperlukan tambahan sayuran sebagai vitamin dan telur sebagai sumber protein

83 92.2 7 7.8

4 Sebungkus mie yang mengadung 390 kkal dapat

dijadikan menu sarapan pagi 37 41.1 53 58.9

5

Mie instan sebagai produk industri siap saji tidak luput dari bahan-bahan tambahan makanan sintetik yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan

88 97.8 2 2.2

Ketarangan: S = Setuju TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

Menurut Purnawijayanti (2002) mie instan adalah produk mie kering yang siap dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit. Dalam pembuatan mie instan, setelah terbentuk mie segar, dilanjutkan dengan proses pengukusan, pembentukan, dan pengeringan. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan menggoreng mie dalam minyak ataupun menggunakan udara kering panas. Mie instan umumnya dikemas per porsi penyajian, lengkap dengan minyak sayur, bumbu, cabai kering, dengan atau tanpa penambahan sayuran kering.

(43)

cenderung setuju terhadap pernyataan bahwa mie dapat dijadikan sebagai pengganti nasi dan dapat dijadikan sebagai menu sarapan pagi diduga telah terbiasa mengkonsumsi mie sehingga berpersepsi bahwa mie dapat memberikan rasa kenyang seperti halnya mengkonsumsi nasi. Namun, contoh yang cenderung tidak setuju terhadap pernyataan tersebut diduga karena berpersepsi bahwa belum merasakan kenyang jika belum mengkonsumsi nasi sehingga mie dianggap tidak dapat menggantikan nasi.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk produk susu

No Pernyataan Menjawab “S & SS”

Kalsium pada susu berfungsi dalam pembentukan tulang dan gigi, dan mencegah terjadinya osteoporosis

90 100.0 0 0.0

2 Susu dapat dikonsumsi oleh siapa saja dan kapan

saja 78 86.7 12 13.3

3

Bagi remaja, susu bisa dijadikan sebagai makanan tambahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan zat gizi

87 96.7 3 3.3

4

Jika sudah mengkonsumsi susu dipagi hari maka masih perlu mengkonsumsi makanan lainnya untuk memenuhi kebutuhan zat gizi di pagi hari

76 84.4 14 15.6

5

Susu dapat menetralisirkan racun sehingga apabila ada orang yang keracunan harus minum susu sebanyak-banyaknya

72 80.0 18 20.0

Ketarangan: S = Setuju TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

Secara alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambah dengan bahan-bahan lain. Hewan yang susunya digunakan sebagai bahan makanan adalah sapi perah, kerbau, unta, kambing perah (kambing etawa), dan domba (Hidiwiyoto 1993).

(44)

kesehatan terutama untuk mencegah osteoporosis (kerapuhan tulang). Sebagian besar contoh bersikap positif terhadap pernyataan terkait produk susu. Sebanyak 86.7% contoh memilih setuju dan sangat setuju bahwa susu dapat dikonsumsi oleh siapa saja dan kapan saja. Namun, sebesar 13.3% tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa susu dapat dikonsumsi oleh siapa saja dan kapan saja. Hal ini diduga karena contoh berpersepsi bahwa bagi yang intoleransi terhadap susu tidak dapat mengkonsumsi susu dan mengkonsumsi susu tidak bisa dikonsumsi pada setiap waktu. Sebesar 96.7% contoh memilih setuju dan sangat setuju bahwa susu bisa dijadikan sebagai makanan tambahan karena kandungan zat gizi yang terkandung pada susu seperti vitamin dan mineral, sebesar 84.4% contoh memilih setuju dan sangat setuju bahwa meskipun sudah mengkonsumsi susu dipagi hari makanan lainnya tetap dibutuhkan, sebesar 80.0% contoh memilih setuju dan sangat setuju bahwa susu dapat menetralisirkan racun.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk produk minuman ringan

No

Minuman ringan menjadi minuman yang tak dapat dipisahkan dari keseharian remaja khususnya remaja di perkotaan

58 64.4 32 35.6

2

Remaja lebih sering mengkonsumsi minuman ringan ketika sedang berkumpul bersama teman-teman sebaya

76 84.4 14 15.6

3

Hal yang paling mendasari kesukaan konsumen terhadap minuman ringan adalah rasanya yang manis dan efeknya yang menyegarkan

86 95.6 4 4.4

4 Minuman ringan tidak dapat mencukupi kebutuhan zat gizi remaja dalam sehari 82 91.1 8 8.9

5 Remaja yang sering mengkonsumsi minuman

ringan lebih rentan menjadi obesitas 83 92.2 7 7.8

Ketarangan: S = Setuju TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

Minuman ringan didefinisikan sebagai minuman penyegar umumnya mengandung atau tidak mengandung karbonat, pemanis, asam, flavor alami atau buatan (Ensminger, Konlade & Robson 1994). Menurut Thorner dan Herberg (1978), minuman ringan adalah minuman tidak beralkohol yang mengandung gula, essen atau konsentrat buah yang dicampur dengan air tanpa atau mengandung karbondioksida.

Gambar

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk susu
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan terhadap produk minuman ringan
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk mie
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap produk produk susu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat perbedaan kesegaran jasmani antara anak yang memiliki status gizi normal dan tidak normal, dengan kesegaran jasmani pada anak berstatus gizi normal

Hasil: Sampel yang berstatus gizi normal memiliki nilai baik sebesar 42.82% , sampel yang berstatus gizi tidak normal memiliki prestasi belajar kurang 50.04%, berdasarkan

Sedangkan dari data pengukuran status gizi dan prestasi belajar menunjukan subyek yang berstatus gizi normal memiliki nilai baik sebesar 42.82% , subyek

Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, jumlah konsumsi

Adapun tujuan khususnya adalah (1) Mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh yang berstatus gizi normal dan gemuk, (2) Mengetahui tingkat pengetahuan dan

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa intervensi susu tinggi protein dapat meningkatkan status gizi melalui peningkatan berat badan dan dapat meningkatkan asupan energi dan

Tidak adanya hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dan durasi dengan ting- kat kecukupan gizi contoh karena sebagian be- sar contoh menghabiskan waktu di jalan sela-

Tidak adanya hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dan durasi dengan ting- kat kecukupan gizi contoh karena sebagian be- sar contoh menghabiskan waktu di jalan sela-