• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Konsumsi Makanan Dan Minuman Mahasiswa Perempuan Gemuk Dan Normal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Konsumsi Makanan Dan Minuman Mahasiswa Perempuan Gemuk Dan Normal"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KONSUMSI MAKANAN DAN MINUMAN

MAHASISWA PEREMPUAN GEMUK DAN NORMAL

NI WAYAN SANTYA PRATAMI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Konsumsi Makanan dan Minuman Mahasiswa Perempuan Gemuk dan Normal adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

NI WAYAN SANTYA PRATAMI. Pola Konsumsi Makanan dan Minuman Mahasiswa Perempuan Gemuk dan Normal. Dibimbing oleh HARDINSYAH.

Tujuan penelitian adalah menganalisis pola konsumsi makanan dan minuman pada mahasiswa perempuan dengan status gizi gemuk dan normal. Penelitian menggunakan desain cross sectional study. Jumlah contoh adalah sebanyak 63 orang, yang terdiri dari 44.4% (28 orang) contoh gemuk dan 55.6% (35 orang) contoh normal. Pengambilan data konsumsi makanan dilakukan dengan menggunakan metode semi kuantitatif food frequency quesionare (FFQ). Jenis analisis yang dilakukan antara lain adalah t-test, mann whitney, dan korelasi pearson. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara karakteristik contoh, karakteristik keluarga, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, jumlah konsumsi makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, buah, dan minuman berkalori pada contoh gemuk dan normal. Terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi sayur pada contoh gemuk dan normal. Terdapat hubungan nyata negatif antara konsumsi air putih dengan indeks masa tubuh contoh.

Kata kunci : indeks massa tubuh, mahasiswa perempuan gemuk, pola konsumsi

ABSTRACT

NI WAYAN SANTYA PRATAMI. Food Patterns of Overweight and Normal Female Students. Supervised by HARDINSYAH.

The purpose of this study was to analyze the food patterns of overweight and normal female students. The design of the research was a cross sectional study. There were 63 subjects in this study, consist of 44.6% overweight subjects and 55.6 % normal subjects. The data was collected trough a semiquantitative food frequency questionare (FFQ). Data were analyzing by t-student test, mann whitney test, and pearson corelation test. The result shown that there were no significant differences in individual characteristic, family characteristic, energy adequacy level, protein adequacy level, intake of staple foods, animal proteins, plant proteins, fruits, and calorie baverages between overweight and normal subjects. The significant differences was shown by vegetables intake between overweight and normal subjects. There was a negatif correlation between water intake and body mass index of subjects.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

POLA KONSUMSI MAKANAN DAN MINUMAN

MAHASISWA PEREMPUAN GEMUK DAN NORMAL

NI WAYAN SANTYA PRATAMI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pola Konsumsi Makanan dan Minuman Mahasiswa Perempuan Gemuk dan Normal” ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui pola konsumsi makanan dan minuman pada mahasiswa perempuan dengan status gizi lebih dan status gizi normal. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Hardinsyah, MS selaku dosen pembimbing dan Prof Dr Ir Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, masukan yang membangun, serta motivasi kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga, KMHD IPB, Brahmacarya Bogor, serta rekan Made Indra Permana Kusuma atas kasih sayang serta dukungan moril dan materiilnya. Teman-teman tim penelitian (Nazhif Gifari, SGz, Megah Stefani, SGz, Eva Oktavera Saragih, dan Annisa Prisilia A.) yang selalu memberi semangat dan kebersamaan selama penelitian. Keluarga Gizi

Masyarakat “Mineral 48” atas kebersamaan dan motivasinya. Teman-teman Gizi

Masyarakat “AKG 49” yang telah membantu penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala bentuk masukan dan kritik yang membangun guna perbaikannya. Semoga karya ini dapat bermanfaat.

Bogor, April 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Manfaat 2

KERANGKA PEMIKIRAN 2

METODE 3

Desain, Waktu, dan Tempat 3 Cara Penarikan dan Jumlah Contoh 4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 4 Prosedur Pengumpulan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 5

Definisi Operasional 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Karakteristik Contoh 8

Karakteristik Keluarga 9

Pola Konsumsi Makanan 10

Makanan Pokok 11

Lauk Hewani 12

Lauk Nabati 13

Sayur dan Buah 13

Pola Konsumsi Minuman 15

Asupan Energi dan Zat Gizi 17

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 22

(14)

DAFTAR TABEL

1 Variabel, indikator, dan cara pengambilan data 4 2 Jenis indikator dan pengategorian data penelitian 7 3 Sebaran karakteristik contoh gemuk dan normal 8 4 Sebaran contoh gemuk dan normal berdasarkan karakteristik keluarga 9 5 Jumlah konsumsi setiap jenis kelompok pangan pada contoh 10 6 Sebaran, jumlah, jenis, dan frekuensi konsumsi makanan pokok pada

contoh gemuk dan normal 11 7 Sebaran, jumlah, jenis, dan frekuensi konsumsi lauk hewani pada contoh

gemuk dan normal 12

8 Sebaran, jumlah, jenis, dan frekuensi konsumsi lauk nabati pada contoh

gemuk dan normal 13

9 Sebaran, jumlah, jenis, dan frekuensi konsumsi sayur pada contoh

gemuk dan normal 14

10 Sebaran, jumlah, jenis, dan frekuensi konsumsi buah pada contoh

gemuk dan normal 14

11 Jumlah konsumsi dan asupan energi berdasarkan jenis minuman yang

dikonsumsi contoh 16

12 Sebaran contoh berdasarkan asupan energi dari minuman berkalori 16 13 Asupan energi dan zat gizi pada contoh gemuk dan normal 17 14 Lampiran jenis, frekuensi, dan jumlah minuman yang dikonsumsi 22

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran pola konsumsi makanan dan minuman mahasiswa

perempuan gemuk dan normal 3

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik merupakan ciri dari kemajuan suatu negara. Mengacu pada kerangka UNICEF, disebutkan bahwa gizi merupakan salah satu penyebab langsung yang menentukan baik tidaknya kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu negara (Hartog 2006).

Gizi lebih atau kegemukan merupakan salah satu bentuk permasalahan gizi yang tengah mengancam penduduk dunia baik di negara maju maupun berkembang. Peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat dunia justru menimbulkan permasalahan baru yang bila tidak segera diatasi dapat berdampak negatif. Permasalahan tersebut adalah kegemukan (Gracia et al. 2008). Kegemukan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap fisik dan psikologis. Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit kantung empedu, beberapa jenis kanker, stroke, serta gangguan fungsi pernapasan.

Prevalensi kegemukan di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai 28.9% untuk penduduk kelompok umur dewasa (>18 tahun). Diperkirakan prevalensi kegemukan akan terus meningkat terutama pada daerah-daerah maju hingga mencapai 25% peningkatan pada tahun 2025 (Effendi 2013). Kejadian kegemukan cenderung lebih banyak dialami oleh kelompok penduduk perempuan. Depkes (2013) pada riset kesehatan dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi kegemukan pada perempuan dengan kelompok umur >18 tahun mencapai 39.2%, naik sebanyak 18.1% dari tahun 2007 dan 17.5% dari tahun 2010. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa peningkatan kejadian kegemukan seiring dengan meningkatnya kejadian kematian, dimana hampir 53% wanita meninggal karena kelebihan berat badan (WHO 2003).

Industrialisasi, urbanisasi, dan modernisasi telah mengubah pola hidup masyarakat dunia. Perubahan pola hidup yang berupa peningkatan konsumsi makanan tinggi lemak, tinggi gula, rendah serat, tinggi natrium, serta pola hidup sedentary (kurang aktif bergerak) memicu peningkatan kejadian kegemukan (WHO 2003). Makanan seperti kentang goreng, burger, donat, krim, serta saus sangat populer menjadi makanan sebagian besar masyarakat terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar. Peningkatan jumlah konsumsi makanan jenis ini dapat meningkatkan jumlah asupan kalori dalam tubuh bahkan melebihi kebutuhan sehingga terjadilah akumulasi kalori yang membentuk jaringan lemak. Jumlah jaringan lemak yang berlebih tersebut menyebabkan kelebihan berat badan atau kegemukan (Effendi 2013).

(16)

2

10% dari kebutuhan energi sehari (Grimes et al. 2013). Konsumsi minuman yang tinggi gula dapat mengurangi tingkat kepuasan sehingga cenderung dikonsumsi dalam jumlah yang lebih banyak (WHO 2003). Sumbangan energi dari minuman sering kali diabaikan padahal jumlah sumbangan energinya cukup tinggi dan sangat berpengaruh terhadap jumlah asupan energi total. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk melihat pola konsumsi makanan dan minuman pada kelompok mahasiswa perempuan dengan status gizi gemuk dan normal sehingga bisa dilihat sumbangan energi dan zat gizi baik dari makanan maupun minuman yang dikonsumsi.

Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pola konsumsi makanan dan minuman pada mahasiswa perempuan dengan status gizi gemuk dan normal. Mengacu pada tujuan umum tersebut maka dijabarkan tujuan khususnya yang meliputi :

1. Menganalisis jumlah, jenis, dan frekuensi konsumsi makanan dan minuman contoh.

2. Menganalisis kontribusi energi dari makanan dan minuman contoh. 3. Menganalisis tingkat kecukupan energi dan protein contoh.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi kepada peneliti mengenai kebiasaan konsumsi makanan dan minuman pada mahasiswa perempuan yang berstatus gizi gemuk dan normal sehingga dapat merekomendasikan pola konsumsi yang benar kepada masyarakat untuk mencapai status gizi yang ideal. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membentuk dan menjaga pola makan dan minum yang baik untuk mencapai status gizi yang ideal.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kegemukan (overweight dan obes) cenderung lebih banyak terjadi pada kelompok perempuan (Depkes 2013). Kegemukan terjadi sebagai representasi dari gaya hidup yang meliputi pola makan yang berlebih dan aktivitas fisik yang rendah sehingga jumlah kalori yang diasup lebih banyak daripada yang dikeluarkan. Karakteristik individu yang meliputi jenis kelamin, usia, dan alokasi uang makan contoh serta karakteristik keluarga yang meliputi pendidikan orangtua, pendapatan per kapita, dan besar keluarga berpengaruh terhadap konsumsi pangan seseorang karena semakin sejahtera kehidupan seseorang maka akses terhadap pangan akan semakin mudah.

(17)

3

Gambar 1 Kerangka pemikiran pola konsumsi makanan dan minuman mahasiswa perempuan gemuk dan normal

Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

: hubungan yang diteliti

: hubungan yang tidak diteliti

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu suatu percobaan lapang dengan melakukan pengambilan data paparan dan outcome pada sekali waktu. Pelaksanaan penelitian adalah pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Sebagian data yang digunakan merupakan baseline data dari sebuah penelitian intervensi yang berjudul “Intervensi Air Putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap Perubahan Status Gizi dan Kebugaran

Tubuh”. Penelitian dilakukan di Laboratorium Gizi Olahraga, Departemen Gizi Masyarakat kampus IPB Dramaga. Pemilihan tempat ini dikarenakan sarana dan prasarana yang memadai serta lokasi yang mudah diakses oleh contoh.

Konsumsi pangan

Status Gizi Sosial ekonomi:

1. Besar keluarga

2. Pendapatan per kapita 3. Pendidikan orangtua

Aktivitas fisik

Underweight Normal Gemuk Karakteristik contoh

1. Jenis kelamin 2. Usia

(18)

4

Cara Penarikan dan Jumlah Contoh

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa perempuan gemuk dan normal semester 5 tahun ajaran 2014/2015 pada Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor yang tidak sedang menderita penyakit kronis. Penarikan contoh dilakukan melalui teknik purposive sampling. Contoh dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu kelompok gemuk dan normal. Kriterian inklusi penarikan contoh antara lain adalah 1) Merupakan mahasiswa perempuan semester 5 pada tahun ajaran 2014/2015 Departemen Gizi Masyarakat IPB, 2) Memiliki IMT 18.5 – 22.99 kg/m2 (untuk kelompok normal) dan IMT≥ 23.00 (untuk kelompok gemuk), 3) Tidak sedang menderita penyakit kronis, dan 4) Bersedia menjadi contoh dalam penelitian sampai penelitian berakhir dengan mengisi pernyataan inform consent. Mengacu pada beberapa kriteria yang telah ditetapkan maka diperoleh 65 orang contoh yang terdiri dari 28 orang contoh gemuk dan 37 orang contoh normal. Sebanyak 2 orang contoh mengalami drop out karena ketidaklengkapan kuesioner, sehingga di akhir penelitian terdapat 63 orang contoh yang terdiri dari 28 orang untuk kelompok gemuk dan 35 orang untuk kelompok normal.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer yang meliputi karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan pola konsumsi makanan dan minuman. Daftar jenis dan cara pengumpulan data selama penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Variabel, indikator, dan cara pengumpulan data

(19)

5

Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data berat badan dilakukan dengan penimbangan langsung menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.1 kg dan pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Data lainnya yang meliputi karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dikumpulkan melalui kuesioner. Data konsumsi makanan dan minuman responden dikumpulkan dengan menggunakan metode semi kuantitatif FFQ. Metode semi kuantitatif FFQ dipilih karena dapat memberi gambaran secara kualitatif dan kuantitatif mengenai kebiasaan konsumsi responden dalam jangka waktu yang panjang (Sulistyoningsih 2012).

Beberapa kelebihan metode semi kuantitatif FFQ yang dijadikan pertimbangan dalam penelitian ini antara lain adalah dapat diisi secara mandiri oleh responden, mudah digunakan untuk populasi besar, serta lebih representatif. Penggunaan metode semi kuantitatif FFQ dalam pengambilan data konsumsi makanan dan minuman memiliki keterbatasan yaitu sulit untuk mengetahui asupan energi dan zat gizi dalam sehari, sehingga untuk makanan yang dikonsumsi dalam rentang waktu minggu dan bulan harus dikonversi menjadi hari dengan membagi jumlah hari dalam minggu (7 hari) atau bulan (30 hari) dan juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan responden dalam mendeskripsikan makanan yang dikonsumsi (Sulistyoningsih 2012).

Pengolahan dan Analisis Data

Tahap pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis data. Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2010 dan Minitab 16.

Tahap pengolahan data konsumsi pangan adalah sebagai berikut :

1. Jenis makanan yang dikonsumsi oleh <10% contoh tidak digunakan untuk menganalisis pola konsumsi makanan.

2. Keseluruhan jenis minuman yang dikonsumsi contoh digunakan untuk menganalisis pola konsumsi minuman.

3. Keseluruhan jenis pangan baik makanan maupun minuman yang dikonsumsi contoh digunakan untuk menganalisis jumlah asupan energi dan zat gizi.

4. Data konsumsi pangan yang diperoleh dalam bentuk URT dikonversi ke dalam bentuk gram (makanan) dan mililiter (minuman), kemudian dikonversi menjadi jumlah konsumsi per hari dengan membagi 30 untuk makanan yang dikonsumsi setiap bulan dan dibagi 7 untuk yang makanan dikonsumsi tiap minggu.

5. Data berat makanan dalam gram per hari dihitung kandungan gizinya dengan menggunakan daftar konversi bahan makanan (DKBM) Indonesia dan Singapura, rumus sebagai berikut :

Kij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

Keterangan:

Kij : kandungan zat gizi i dari bahan makanan j dengan berat B gram

(20)

6

Gij : kandungan zat gizi i dalam 100 gram BDD bahan makanan j

BDDj : Persen bahan makanan j yang dapat dimakan (% BDD)

6. Data volume minuman dalam mililiter per hari dihitung kandungan gizinya dengan mengonversi dari nutrition facts minuman kemasan, dengan rumus sebagai berikut:

Kij j j xGij

Keterangan:

Kij : kandungan zat gizi i dari minuman j dengan volume B ml j : volume minuman j yang dikonsumsi (ml)

j : volume minuman j dalam satu takaran saji

Gij : kandungan zat gizi i dalam satu takaran saji minuman j

Minuman yang tidak memiliki nutrition facts dihitung kandungan gizinya dengan menggunakan DKBM Indonesia dan Singapura.

7. Angka kecukupan energi individu dihitung menggunakan persamaan dari Institute of Medicine (IOM 2005) dengan rumus sebagai berikut.

Pada contoh normal :

TEE : 354 - (6.91 x U) + PAL x (9.36 x BB + 726 x TB) Kecukupan energi : TEE + 0.1TEE

Pada contoh gemuk :

Kecukupan energi : 448 – 7.95 x U + PAL x (11.4 x BB + 619 x TB) Keterangan:

TEE : total energy expenditure (kkal) PAL : koefisien aktivitas fisik (1.12)

U : umur (tahun), BB : berat badan aktual (kg), TB : tinggi badan (m) 8. Angka kecukupan protein individu dihitung menggunakan rumus sebagai

berikut.

Kecukupan protein : AKP x BB x faktor koreksi mutu protein Keterangan:

AKP : angka kecukupan protein (0.75 gram/kgBB) BB : berat badan aktual (kg)

Faktor koreksi mutu protein kelompok dewasa : 1.3

9. Tingkat kecukupan energi dan tingkat kecukupan protein dihitung dengan rumus sebagai berikut.

TKE atau TKP Angka kecukupan E atau P Asupan E atau P

x

(21)

7

Tabel 2 Jenis indikator dan pengategorian data penelitian Indikator Kategori Status Gizi (Asia Pasifik diacu

dari Caterson et al. 2000)

1. Normal: IMT 18.5 – 22.99 kg/m2 2. Gemuk: IMT ≥ 23.00 kg/m2 Besar keluarga (BKKBN 1998) 1. Keluarga kecil (≤ 4 orang)

2. Keluarga sedang (5-6 orang)

minuman (Febriyani et al. 2012)

1. Rendah: < 100 kkal

Contoh adalah mahasiswa perempuan gemuk, normal, dan tidak sedang

menderita penyakit kronis pada semester 5 tahun ajaran 2014/2015 Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor yang digunakan dalam penelitian.

Karakteristik contoh adalah keadaan contoh yang meliputi jenis kelamin, usia, dan alokasi uang makan.

Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga contoh yang meliputi besar keluarga, pendapatan per kapita, serta pendidikan orangtua.

Status gizi adalah gambaran kondisi contoh dengan indikator indeks massa tubuh (IMT) yang diklasifikasikan menjadi normal dangemuk.

Gemuk adalah contoh yang memiliki IMT ≥ 23 kg/m2

Normal adalah contoh yang memiliki IMT 18.5 – 22.99 kg/m2.

Alokasi uang makan adalah jumlah uang yang diperuntukan untuk memperoleh

makanan dan minuman.

Besar keluarga adalah jumlah individu yang tinggal dalam satu rumah dan hidup

dalam penghasilan yang sama, diklasifikasikan menjadi keluarga kecil ≤ 4

orang, keluarga sedang 5 – 6 orang, dan keluarga besar ≥ 7 orang.

Pendapatan per kapita adalah besarnya penghasilan yang diperoleh per satu orang anggota keluarga per bulan yang diklasifikasikan menjadi < 312 328 dan > 312 328.

(22)

8

Tingkat asupan energi dari minuman adalah jumlah asupan energi dari

minuman selama sehari yang dibedakan menjadi tingkat rendah apabila asupan energi dari minuman < 100 kkal, sedang 100 – 200 kkal, dan tinggi > 200 kkal.

Pola konsumsi makanan dan minuman adalah jumlah, jenis, dan frekuensi makanan dan minuman yang dikonsumsi individu dalam jangka waktu tertentu.

Tingkat kecukupan energi adalah persentase perbandingan antara jumlah energi

yang diasup secara aktual terhadap angka kecukupan energi.

Tingkat kecukupan protein adalah persentase perbandingan antara jumlah protein yang diasup secara aktual terhadap angka kecukupan protein.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Karakteristik contoh yang dianalisis meliputi jenis kelamin, umur, status gizi, dan alokasi uang makan. WHO (2003) menyatakan bahwa prevalensi kegemukan pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki dimana sebanyak 53% perempuan di Amerika Serikat meninggal karena kelebihan berat badan. Contoh dalam penelitian ini seluruhnya sebanyak 63 orang berjenis kelamin perempuan.

Depkes (2013) melalui riskesdas 2013 menunjukkan bahwa kejadian obesitas pada penduduk usia dewasa (> 18 tahun) adalah sebesar 28.9%, sementara untuk penduduk perempuan pada kelompok umur yang sama adalah sebesar 39.2%. Karakteristik contoh dari hasil penelitian disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran karakteristik contoh gemuk dan normal

Karakteristik Gemuk Normal p Umur (tahun) 20 ± 0.35 20 ± 0.74 0.685 Berat badan (kg) 61.73 ± 7.05 49.58 ± 2.28 0.000 Tinggi badan (cm) 155.07 ± 4.55 155.60 ± 4.65 0.651 IMT (kg/m2) 25.63 ± 2.42 20.25 ± 1.27 0.000 Alokasi uang

makan (Rp/bulan)

553 571 ± 232 908 500 429 ± 182 726 0.250

Keseluruhan contoh memiliki rata-rata umur 20 tahun. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata umur contoh gemuk dan normal (p>0.05) karena contoh yang diambil adalah mahasiswa pada tingkat kelas yang sama sehingga umur contoh relatif homogen. Contoh gemuk memiliki rata-rata berat badan 61.73 kg, sementara contoh normal adalah 49.58 kg. Rata-rata tinggi badan contoh gemuk adalah 155.07 cm dan contoh normal 155.60 cm. Rata-rata nilai IMT contoh gemuk adalah 25.63 kg/m2 dan contoh normal sebesar 20.25 kg/m2.

(23)

9

positif antara jumlah uang saku contoh dengan alokasi uang makan (p<0.05). Semakin tinggi uang saku contoh maka semakin tinggi pula alokasi uang makannya. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada alokasi uang makan antara contoh gemuk dengan contoh normal (p>0.05), namun rata-rata alokasi uang makan contoh gemuk lebih besar dari rata-rata alokasi uang makan contoh normal. Jumlah uang makan contoh gemuk yang relatif lebih tinggi memungkinkan contoh gemuk dapat membeli makanan lebih banyak daripada contoh normal.

Drewnowski dan Hann (1999) menyatakan bahwa jumlah uang yang dimiliki tidak selalu berpengaruh besar terhadap jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Faktor yang lebih mempengaruhi pemilihan makanan seseorang adalah jenis makanan yang disukai akibat riwayat terhadap makanan tersebut serta pengaruh persuasif.

Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga yang dianalisis meliputi besar keluarga, pendapatan per kapita, dan pendidikan orang tua. Berikut disajikan data karakteristik keluarga contoh.

Tabel 4 Sebaran contoh gemuk dan normal berdasarkan karakteristik keluarga Karakteristik Gemuka Normala

(24)

10

keluarga antara contoh gemuk dan normal tidak berbeda nyata (p>0.05). Besar keluarga berhubungan erat dengan status gizi anggota keluarga, khususnya keluarga dengan pendapatan rendah. Pada kondisi ekonomi yang sama, keluarga yang lebih banyak memiliki anggota maka kecukupan konsumsi pangannya cenderung lebih rendah daripada keluarga yang memiliki anggota lebih sedikit.

Pendapatan per kapita merupakan pendapatan setiap anggota keluarga per bulannya. Mengacu pada data dari Badan Pusat Statistik (2014) keluarga dikatakan miskin apabila pendapatan per kapita per bulan dalam keluarga itu < Rp 312 328. Hasil uji mann whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara pendapatan per kapita contoh gemuk dengan contoh normal. Hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian Mendez et al. (2004) yang menyatakan bahwa pendapatan yang tinggi berhubungan positif dengan kejadian obesitas. Perbedaan ini diduga karena jumlah pendapatan per kapita pada contoh tidak seutuhnya digunakan untuk membeli makanan ataupun minuman, sehingga pendapatan per kapita tidak dapat menggambarkan status gizi contoh.

Pendidikan orang tua berhubungan posistif dengan status gizi anaknya. Semakin baik tingkat pendidikan orang tua maka semakin baik pula status gizi anak karena orang tua yang berpendidikan tinggi telah memperhatikan kecukupan gizi anak-anaknya. Diana (2013) menyatakan bahwa kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan SMA ke atas akan berisiko 20% lebih tinggi mengalami obesitas. Uji mann whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara tingkat pendidikan orang tua contoh gemuk dengan contoh normal (p>0.05).

Pola Konsumsi Makanan

Pola konsumsi makanan merupakan pemilihan jumlah, jenis, dan frekuensi konsumsi makanan seseorang yang terjadi secara berulang dan dalam jangka waktu panjang (Khomsan 2004). Tujuan seseorang untuk mengonsumsi suatu jenis pangan adalah untuk memenuhi faktor biologis, psikologis, fisiologis, serta sosiologis (Sulistyoningsih 2012). Pola konsumsi makanan dapat membentuk status gizi seseorang. Kejadian kegemukan atau status gizi lebih selain diakibatkan oleh rendahnya aktivitas fisik ataupun faktor genetik, juga besar dipengaruhi oleh pola konsumsi makanan (Khomsan 2004). Tabel 5 menggambarkan mengenai jumlah konsumsi setiap jenis kelompok pangan pada kelompok gemuk dan normal.

Tabel 5 Jumlah konsumsi setiap jenis kelompok pangan pada contoh

Jenis makanan Jumlah konsumsi (gram) p Gemuk Normal

Makanan pokok 407.5 ± 137.96 451.9 ± 198.22 0.361 Lauk hewani 158.7 ± 80.43 139.8 ± 92.83 0.244 Lauk nabati 57.9 ± 37.84 55.0 ± 41.96 0.684 Sayur 64.3 ± 53.64 95.1 ± 46.65 0.001 Buah 98.8 ± 55.87 71.6 ± 49.26 0.755

(25)

11

Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah konsumsi makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, dan buah antara contoh gemuk dan normal (p>0.05), sementara jumlah konsumsi sayur antara contoh gemuk dan normal berbeda nyata (p<0.05) dimana konsumsi sayur pada contoh gemuk lebih sedikit daripada contoh normal. Diduga bahwa konsumsi sayur bersifat lebih mengenyangkan, sehingga dapat menurunkan risiko peningkatan berat badan. Hal ini didukung oleh penelitain He et al. (2004) yang menyatakan bahwa wanita yang mengonsumsi sayur dan buah memiliki risiko obesitas 24% lebih rendah. Vioque et al. (2008) juga menyebutkan bahwa konsumsi sayur dan buah dalam jangka panjang dapat menurunkan risiko kejadian obesitas. WHO (2015) menyatakan bahwa konsumsi makanan yang rendah energi seperti sayur dan buah lebih baik daripada konsumsi makanan tinggi gula dan lemak karena dapat mencegah ancaman obesitas. Sayur merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan air cukup tinggi serta serat yang bersifat mengenyangkan untuk mencegah asupan kalori berlebihan.

Makanan Pokok

Makanan pokok merupakan makanan utama sumber karbohidrat yang menyumbang energi terbesar untuk tubuh. Makanan pokok setiap daerah berbeda-beda. Indonesia memiliki berbagai pangan sumber karbohidrat seperti beras, jagung, singkong, ubi, talas, garut, sorgum, jewawut, sagu, serta olahannya (Kemenkes 2014). Hardinsyah dan tambunan (2004) menyatakan bahwa proporsi asupan energi dari karbohidrat yang ideal adalah sebanyak 50 – 65% dari kebutuhan energi, sementara WHO (2003) menganjurkan konsumsi karbohidrat yang baik adalah sebanyak 55 – 75% kebutuhan energi. Jenis makanan pokok yang dikosumsi contoh disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran, jumlah, jenis, dan frekuensi konsumsi makanan pokok pada

f : frekuensi dalam kali per bulan

(26)

12

juga menunjukkan bahwa konsumsi kentang, singkong, dan jagung pada contoh gemuk cenderung lebih banyak daripada contoh normal, diduga sebagai upaya untuk mengurangi konsumsi nasi dengan tujuan penurunan berat badan.

Lauk Hewani

Lauk hewani merupakan sumber protein yang memiliki daya cerna baik dan kandungan asam amino yang lebih lengkap sehingga sangat dianjurkan untuk mengonsumsinya (Kemenkes 2014). Lauk hewani tergolong makanan yang memiliki harga mahal sehinga konsumsinya masih rendah (Hartog 2006). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa alokasi uang makan contoh berhubungan positif terhadap jumlah konsumsi protein (p<0.05), artinya semakin banyak jumlah uang makan contoh maka semakin banyak pula asupan proteinnya. Hasil ini sesuai dengan pendapat Hartog (2006) dalam bukunya yang menyatakan bahwa masyarakat dengan status sosial ekonomi menengah ke atas cenderung memilih untuk meningkatkan konsumsi proteinnya. Jenis lauk hewani yang dikosumsi contoh disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran, jumlah, jenis, dan frekuensi konsumsi lauk hewani pada contoh gemuk dan normal

f : frekuensi dalam kali per bulan

Jenis lauk hewani yang paling sering dikonsumsi oleh contoh adalah telur ayam dan daging ayam, sementara yang paling jarang dikonsumsi adalah daging kambing. Diduga bahwa ayam dan telur ayam merupakan sumber protein hewani yang paling mudah diperoleh di lingkungan contoh, sementara daging kambing harganya relatif mahal.

(27)

13

daging ayam ukuran sedang. Rata-rata jumlah konsumsi lauk hewani contoh sudah baik karena sesuai dengan jumlah yang dianjurkan.

Lauk Nabati

Lauk nabati merupakan sumber protein yang memiliki kandungan lemak lebih rendah dan kandungan serat yang lebih tinggi (Kemenkes 2014). Konsumsi lauk nabati sebagai sumber protein pada penduduk dengan status sosial ekonomi menengah ke bawah lebih banyak daripada golongan penduduk mengenah ke atas (Ariningsih 2004). Lauk nabati juga menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein bagi kelompok vegan, walaupun mutu proteinnya tidak sebaik lauk hewani. Jenis lauk nabati yang populer di kalangan penduduk Indonesia berasal dari kacang-kacangan dan olahannya. Lauk nabati yang dikonsumsi contoh adalah sebagai berikut.

Tabel 8 Sebaran, jumlah, jenis, dan frekuensi konsumsi lauk nabati pada contoh gemuk dan normal

f : frekuensi dalam kali per bulan

Tempe dan tahu merupakan jenis olahan kacang kedelai yang paling sering dikonsumsi oleh contoh. Lauk nabati yang paling jarang dikonsumsi adalah kacang merah. Hal ini diduga karena kacang merah menimbulkan gas dalam organ pencernaan sehingga tidak begitu disukai (Almatsier 2006). Kemenkes (2014) menganjurkan untuk mengonsumsi lauk nabati sejumlah 2 – 4 porsi sehari yaitu 100 – 200 gram atau setara dengan 4 – 8 potong tempe ukuran sedang. Jumlah konsumsi lauk nabati contoh masih kurang baik karena kuantitasnya kurang dari yang dianjurkan.

WHO (2003) menyatakan bahwa proporsi asupan protein yang baik meliputi protein hewani dan nabati adalah sebanyak 10 – 15% dari kebutuhan energi, sementara Hardinsyah dan Tambunan (2004) menganjurkan agar penduduk Indonesia mengasup protein sebanyak 10 – 20% dari kebutuhan energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase asupan protein pada contoh gemuk adalah sebesar 13.3%, sementara pada contoh normal adalah sebesar 11.5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata asupan protein contoh sudah memenuhi anjuran.

Sayur dan Buah

(28)

14

dalam pesan gizi seimbang adalah banyak makan sayur dan cukup buah. Berbeda dengan sayur, buah-buahan juga mengandung zat gizi lain seperti karbohidrat berupa fruktosa dan glukosa (Kemenkes 2014). WHO menganjurkan jumlah konsumsi sayur dan buah yang baik adalah sejumlah 400 gram sehari yang dibagi menjadi 250 gram sayur (setara dengan 2 ½ penukar) dan 150 gram buah (setara dengan 3 penukar buah pisang). Bagi orang dewasa di Indonesia dianjurkan untuk mengonsumsi sayur dan buah sebanyak 400 – 600 gram (Kemenkes 2014). Jenis sayur dan buah yang dikonsumsi contoh adalah sebagai berikut.

Tabel 9 Sebaran, jumlah, jenis, dan frekuensi konsumsi sayur pada contoh gemuk dan normal

f : frekuensi dalam kali per bulan

Sayur yang paling sering dikonsumsi oleh contoh adalah wortel, sementara yang paling jarang adalah daun singkong. Jumlah konsumsi sayur pada contoh masih sangat kurang dari yang dianjurkan, sehingga perlu adanya peningkatan jumlah konsumsi sayur untuk memelihara kesehatan (WHO 2015).

Tabel 10 Sebaran, jumlah, jenis, dan frekuensi konsumsi buah pada contoh

f : frekuensi dalam kali per bulan

(29)

15

yang sering dikonsumsi oleh contoh gemuk adalah pepaya dan contoh normal adalah jeruk manis. Konsumsi jenis dan jumlah buah sangat dipengaruhi oleh musim panen. Produksi buah yang melimpah saat musim panen menyebabkan buah menjadi sangat murah dan mudah diakses sehingga konsumsi buah pada saat itu akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Jumlah konsumsi buah pada contoh masih sangat kurang dari yang dianjurkan, sehingga perlu adanya peningkatan konsumsi buah untuk memelihara kesehatan (WHO 2015).

Pola Konsumsi Minuman

Air merupakan zat esensial yang dibutuhkan oleh hampir seluruh makhluk hidup termasuk manusia (Lean 2006). Minuman merupakan sumber air terbesar yang berasal dari luar tubuh. Jenis minuman yang banyak dikonsumsi sebagian besar orang adalah air putih. Rata-rata konsumsi air putih pada contoh gemuk adalah sebanyak 1772 ml dan contoh normal sebanyak 1903 ml (Tabel 11).

Review dalam International Journal of Obesity (2009) terhadap data dari Avon Longitudinal Study of Parents and Children menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi air putih dengan massa lemak tubuh. Hasil uji korelasi pada data penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif antara konsumsi air putih dengan indeks masa tubuh (IMT) (p<0.05). Semakin banyak konsumsi air putih seseorang maka semakin kecil nilai IMT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah konsumsi air putih pada contoh gemuk lebih rendah daripada contoh normal (Tabel 11). Diduga bahwa konsumsi air putih dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan perasaan kenyang sehingga mengurangi konsumsi makanan ataupun minuman manis.

Hasil penelitian didukung oleh penelitian Dobnov et al. (2011) yang menunjukkan bahwa konsumsi air pada anak sebanyak 10 ml per kg berat badan dapat meningkatkan pengeluaran energi basal hingga 25% dan juga dalam jangka waktu lama dapat menurunkan berat badan sebanyak 1.2 kg per tahun. Hal serupa juga disampaikan Pan et al. (2013) bahwa konsumsi air putih sebagai pengganti minuman berkalori seperti teh, kopi, susu rendah lemak, dan jus buah dalam jangka waktu yang panjang dapat menurunkan berat badan.

(30)

16

Tabel 11 Jumlah konsumsi dan asupan energi berdasarkan jenis minuman yang dikonsumsi contoh

Jenis minuman Gemuk Normal Jumlah

Jenis minuman berkalori yang dikonsumsi oleh contoh adalah minuman berkarbonasi, minuman berelektrolit, teh, kopi, jus atau sari buah, serta susu. Jus merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh. Susu merupakan minuman yang paling banyak menyumbang energi. Jumlah konsumsi maupun asupan energi dari minuman berkalori pada contoh gemuk dan normal tidak berbeda nyata (p>0.05). Konsumsi minuman berkalori yang berlebihan dalam jangka waktu yang panjang berisiko tinggi untuk meningkatkan berat badan (Malik et al. 2006). Contoh normal dapat berisiko menjadi gemuk apabila terbiasa mengonsumsi minuman berkalori dalam jumlah banyak.

Gula adalah penyumbang energi terbesar dalam minuman berkalori. Dietary Guidelines America menyarankan untuk meminimalisir penambahan gula ke dalam minuman (Grimes et al. 2013). WHO merekomendasikan bahwa batas maksimal sumbangan energi gula dalam minuman adalah tidak lebih dari 10% kebutuhan energi dalam sehari (WHO 2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 contoh (11%) dari keseluruhan contoh yang mengonsumsi energi dari gula pada minuman >10% kebutuhan energi dalam sehari.

Tingkat asupan energi dari minuman berkalori dikelompokkan menjadi kategori rendah, sedang, dan tinggi. Tabel 12 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan tingkat asupan energi dari minuman berkalori yang dikonsumsi.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan asupan energi dari minuman berkalori Tingkat konsumsi minuman berkalori Gemuk Normal

n % n % Rendah (< 100 kkal) 13 46.4 9 25.7 Sedang (100 – 200 kkal) 5 17.9 12 34.3

Tinggi (≥ 2 kkal) 10 35.7 14 40.0

Total 28 100.0 35 100.0

(31)

17

energi dari minumannya berada dalam kategori tinggi. Contoh dengan tingkat asupan energi tinggi akan berisiko mengalami peningkatan berat badan.

Asupan Energi dan Zat Gizi

Energi yang diasup oleh tubuh diperoleh dari makanan maupun minuman. Asupan energi seseorang dalam jangka waktu yang lama menentukan status gizinya. Apabila energi yang diasup melebihi jumlah yang keluarkan maka seseorang akan kelebihan energi sehingga terjadi penimbunan energi dalam tubuh. Timbunan energi seperti ini dalam jangka waktu panjang akan berubah menjadi jaringan lemak yang memicu timbulnya kegemukan. Selain keseimbangan energi, asupan zat gizi juga harus dalam proporsi yang ideal untuk dapat mempertahankan status kesehatan dalam kondisi baik (Kemenkes 2014). Zat gizi yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi protein, lemak, dan karbohidrat. Tabel 13 menyajikan data asupan energi dan zat gizi pada contoh.

Tabel 13 Asupan energi dan zat gizi pada contoh gemuk dan normal Kategori Gemuka Normala Total asupan karbohidrat (gram) 343.2 ± 106.6 410.5 ± 205.6 Tingkat kecukupan energi (%) 82.9 ± 19.2 84.3 ± 19.4

Asupan energi dan karbohidrat pada contoh gemuk lebih rendah daripada contoh normal, namun tidak berdeda nyata (p>0.05). Rendahnya asupan energi dan karbohidrat pada contoh gemuk diduga sebagai salah satu upaya untuk menurunkan berat badan. Asupan protein dan lemak pada contoh gemuk lebih tinggi daripada contoh normal, namun hasil uji beda menunjukkan bahwa asupan protein dan lemak pada contoh gemuk dan normal tidak berbeda nyata (p>0.05). Kontribusi energi dari makanan pada contoh gemuk adalah >90%, sementara pada contoh normal sumbangan energi dari makanannya <90%. Kontribusi energi dari minuman berkalori pada contoh normal lebih tinggi daripada contoh gemuk. Tidak terdapat perbedaan nyata pada kontribusi energi dari makanan dan minuman contoh normal dan gemuk (p>0.05). Hasil penelitian didukung oleh penelitian Perdana (2011), data dari The Indonesian Regional Hydration Study menunjukkan bahwa asupan energi dari minuman berkalori pada contoh normal cenderung lebih tinggi daripada contoh gemuk sehingga contoh normal dapat berpotensi menjadi gemuk.

(32)

18

(p>0.05), dimana tingkat kecukupan protein pada contoh gemuk lebih tinggi daripada contoh normal.

Mengacu pada Depkes (2003), tingkat kecukupan energi dan protein <70% dikategorikan defisit tingkat berat, tingkat kecukupan 70 - <80% defisit tingkat sedang, kecukupan 80 – 90% defisit tingkat ringan, kecukupan 90 – 120%

dikaregorikan cukup, dan kecukupan ≥ 2 dikategorikan lebih, sehingga

disimpulkan bahwa tingkat kecukupan energi untuk contoh gemuk dan normal adalah defisit ringan, sementara tingkat kecukupan protein untuk contoh gemuk dan normal adalah cukup.

Rendahnya tingkat kecukupan energi pada contoh diduga dikarenakan singkatnya waktu untuk beristirahat di sela-sela kesibukan kuliah sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah lengkap. Hasil ini juga didukung oleh Surjadi (2013) dalam hasil penelitiannya terhadap mahasiswa di Jakarta. Terdapat beberapa alasan mahasiswa tidak dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizinya dengan baik, seperti karena singkatnya waktu istirahat saat perkuliahan, sibuk dengan tugas kuliah maupun organisasi, serta seringnya mengonsumsi makanan cepat saji saat kegiatan dalam organisasi (Sujardi 2013).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Makanan pokok yang paling sering dikonsumsi contoh adalah nasi. Rata-rata konsumsi nasi per hari untuk contoh gemuk adalah 326.4 gram dan contoh normal adalah 374.0 gram. Lauk hewani yang paling sering dikonsumsi contoh adalah telur ayam dengan rata-rata konsumsi per hari pada contoh gemuk sebanyak 36.8 gram dan contoh normal sebanyak 27.0 gram. Lauk nabati yang paling sering dikonsumsi contoh adalah tempe dengan rata-rata konsumsi per hari sebanyak 22.5 gram pada contoh gemuk dan 22.0 gram pada contoh normal. Sayur yang paling sering dikonsumsi contoh adalah wortel dengan rata-rata konsumsi per hari sebanyak 10.4 gram pada contoh gemuk dan 13.0 gram pada contoh normal. Buah yang paling sering dikonsumsi contoh gemuk adalah pepaya dengan rata-rata konsumsi per hari sebanyak 47.6 gram, sementara contoh normal paling sering mengonsumsi jeruk manis dengan rata-rata konsumsi per hari sebanyak 11.0 gram.

(33)

19

Mahasiswa gemuk lebih sedikit mengonsumsi air putih daripada mahasiswa normal.

Kontribusi energi dari makanan pada contoh gemuk adalah sebanyak 1612 kkal, sementara pada contoh normal adalah sebanyak 1632 kkal. Kontribusi energi dari minuman pada contoh gemuk adalah sebanyak 173 kkal, sementara pada contoh normal adalah sebanyak 224 kkal. Tidak terdapat perbedaan nyata pada kontribusi energi dari makanan dan minuman mahasiswa gemuk dan mahasiswa normal.

Tingkat kecukupan energi pada contoh gemuk adalah sebesar 82.9%, sementara pada contoh normal adalah sebesar 84.3%. Tingkat kecukupan protein pada contoh gemuk adalah sebesar 90.9%, sementara pada contoh normal adalah sebesar 100.8%. Tidak terdapat perbedaan nyata antara tingkat kecukupan energi dan protein pada mahasiswa gemuk dan normal.

Saran

Peningkatan jumlah konsumsi sayur dan air putih dapat dilakukan sebagai strategi pengendalian peningkatan berat badan mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2002. Penuntun Diet. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama.

Ariningsih E. 2004. Analisis Perilaku Konsumsi Pangan Sumber Protein Hewani dan Nabati pada Masa Krisis Ekonomi di Jawa [catatan penelitian]. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Bunjnowski D, Xum P, Martha L, Linda VH, He K, Stamler J. 2011. Longitudinal Association between Animal dan Vegetable Protein Intake and Obesity Among Adult Males in the United States: The Chicago Western Electric Study. J Am Diet Assoc. 111(8): 1150 – 1155.doi: 10.1016/j.jada.2011.05.002.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID) : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

[BPS] Badan Pusat Statustik. 2014. jumlah dan persentase penduduk miskin, garis kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan (P1), indeks keparahan kemiskinan (P2), menurut provinsi, september 2014. [diunduh pada 15 Februari 2015]. Tersedi pada http://www.bps.go.id/webbeta/frontend/linkTabelStatis/view/id/1488.

Caterson, Chunming C, Ikeda, Khalid AK, Kim YS. 2000. The Asia-Pasific

Perspective: Redefining Obesity and it’s Treatment. Health Communication

(34)

20

[Depkes] Departemen Kesehatan 2003. Gizi dalam Angka. Jakarta (ID) : Direktorat Gizi Masyarakat Jakarta.

. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Diana R, Yuliana I, Yasmin G, Hardinsyah. 2013. Faktor Risiko Kegemukan padaa Wanita Dewasa Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan. 8(1) : 1 – 8.

Drewnowski A, Hann C. 1999. Food Preferences and Reported Frequencies of Food Consumption as Predictors of Current Diet in Young Women. American Journal and Clinical Nutrition. 70 : 28 – 36.

Dobnov G, Constantini NW, Yariv H, Nice S, Shapira N. 2011. Influence of Water Drinking on Resting Energy Expenditure in Overweight Children. International Journal of Obesity. 35: 1295 – 1300.doi: 10.1038/ijo.2011.130.

Effendi YH. 2013. Patofisiologi Gizi. Bogor (ID) : IPB Pers.

Febriyani MPS, Hardinsyah, Briawan D (2012). Minuman Berkalori dan Kontribusninya terhadap Total Asupan Energi Remaja dan Dewasa. Jurnal Gizi dan Pangan. 7(1): 35 – 42.

Garcia LE, Faubel R, Munoz L-L, Zuluaga MC, Banegas JR, Artalejo FR. 2008. Sleep duration, general and abdominal obesity, and weight change among the older adult population of Spain. American Journal and Clinical Nutrition. 87 : 310 – 316.

Grimes CA, Wright JD, Liu K, Nowson CA, Loria CM. 2013. Dietary sodium intake is associated with total fluid and sugar-sweetened baverage consumption, in US Children and Adolescents aged 2 – 18 year: NHANES 2005 – 2008. American Journal and Clinical Nutrition. 98 : 189 – 196.

Hardinsyah, Tambunan. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, dam Serat Makanan. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan

Gizi VIII “Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi”. Jakarta 7 – 19 Mei 2004.

Hardinsyah, Nababan S. 2012. Kandungan Gizi Pangan Singapura [editorial]. Energy and Nutrients Composition.

Hartog AP, Staveren WA, Brouwer ID. 2006. Food Habbit and Consumption in Developing Countries. Netherland: Wangeningen Academic Publishers.

He K, Hu FB, Colditz GA, Manson JE, Willett WC, Liu S. 2004. Change in intake of fruits and vagetables in relation to risk of obesity and weight gain among middle-aged aomen. International Journal of Obesity and Related Metabolic Disorsders. 28(12): 1569 – 1574.

International Journal of Obesity. 2009. Result by Exposures : Beverages. International Journal of Obesity. 33 : 28 – 34.doi: 10.1038/ijo.2009.86.

(35)

21

of Nutrients, Subcommite on Interpretation and Uses of Dietary Reference Intakes, and the Standing Committee on the Scientific Evaluation of Dietary Reference Intake. Washington DC: The National of Academies Press.

[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta (ID): Direktorat Bina Gizi.

Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta (ID) : Grasindo.

Lean M. E. J. 2006. Food Science, Nutrition and Health. United Stated of America (USA) : CRC Press.

Malik VS, Schulze MB, Hu FB. 2006. Intake of sugar-sweetened beverages and weight gain : a systematic review. American Journal and Clinical Nutrition. 84 : 274 – 288.

Mendez MA, Cooper RS, Luke A, Wilks R, Bennett F, Forrester T. 2004. Higer Income is more Strongly Associated with Obesity than with Obesity-related Metabolic Disordes in Jamaican Adults. International Journal of Obesity. 28 : 543 – 550.

Pan A, Malik VS, Hao T, Willett WC, Mozaffarian D, Hu FB. 2013. Change in Water and Baverage Intake and Long-Term Weight changes: Result from Trhee Prospective Cohort Studies. International Journal of Obesity. 37: 1378 – 1385.doi :10.1038/ijo.2012.225.

Perdana SM. 2011. Aktivitas fisik dan konsumsi minuman berkalori pada laki-laki dan perempuan gemuk dan tidak gemuk [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sulistyoningsih H. 2012. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu.

Surjadi C. 2013. Globalisasi dan Pola Makan Mahasiswa: Studi Kasus di Jakarta. CDK-205.40(6).

Vioque J, Weinbrenner T, Castello A, Asensio L, Garcia HM. 2008. Intake of fruits and vegetables in relation to10-year weight gaint among spanish adult. International Journal of Obesity and Related Metabolic Disorsders. 16(3) : 664 – 670.doi: 10.1038/oby.2007.121.

[WHO] World Health Organization. 2003. Diet, Nutrition, and the Prevention of Chronic Diseases. Switzerland : WHO.

. promoting fruit and vegetable consumption around the world. [diunduh pada 15 Maret 2015]. Tersedia pada http://www.who.int/dietphysicalactivity/fruit/en/.

(36)

22

LAMPIRAN

Lampiran 1 Konsumsi Minuman Contoh

Tabel 14 Lampiran jenis, frekuensi, dan jumlah minuman yang dikonsumsi

Jenis

(37)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gianyar Bali pada tanggal 2 September 1993 dari pasangan I Wayan Sumerta (ayah) dan Ni Wayan Sumiati (ibu). Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Lila Kumara 1998 – 1999, SDN 3 Buruan 1999 – 2005, SMPN 1 Gianyar 2005 – 2008, SMAN 1 Gianyar 2008 – 2011, dan penulis diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN undangan pada tahun 2011.

Selama menjalani pendidikan di IPB penulis aktif berkontribusi dalam organisasi seperti Kepala Divisi Kerohanian Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD IPB) dan staf Divisi Hubungan Masyarakat Himagizi IPB. Penulis

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran pola konsumsi makanan dan minuman mahasiswa
Tabel 1  Variabel, indikator, dan cara pengumpulan data
Tabel 2  Jenis indikator dan pengategorian data penelitian
Tabel 4  Sebaran  contoh gemuk dan normal berdasarkan karakteristik keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap upaya penegakan kode etik atas tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota kepolisian dalam penanganan perkara pidana sebagaimana kasus yang dilukiskan

Data dalam penelitian ini adalah informasi yang dikatakan oleh manusia yang menjadi subjek penelitian, hasil observasi, dan fakta-fakta dokumen yang sesuai dengan

Bagaimanapun pelanggan merupakan tujuan utama perusahaan, jadi usaha yang dilakukan perusahaan selain mengatur perusahaannya adalah mencari strategi manajemen yang tepat

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh reputasi auditor, disclosure, audit client tenure, dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern

PENGARUH BUDAYA BAHASA PERTAMA DALAM PERKEMBANGAN BELAJAR BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA ASING: STUDI KASUS PADA PENUTUR BAHASA JEPANG. Apriliya Dwi Prihatiningtyas

Running a quantum mechanical simulation requires the creation of simulation input files. There are several approaches to create these files. For example: 1) using

Menurut Aip Syarifuddin (1992: 8-14), pendidikan jasmani dapat berperan, antara lain: (1) pembentukan tubuh yaitu dengan melakukan pendidikan jasmani yang

[r]