KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN
STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN
KERINCI PROPINSI JAMBI
Oleh:
FRISKA AMELIA
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Food Consumption, Nutritional Knowledge, Physical Activity, and Nutritional Status of Adolescence in Sungai Penuh, Kerinci District, Jambi Province
Friska Amelia1) Hadi Riyadi2) Abstract
Nutritional status can be measured by food consumption, physical activity, and food habit. One of the methods to measure food consumption and physical activity is recall method. The objective of this research was to understand food consumption, nutritional knowledge, physical activity, and nutritional status of adolescence in Sungai Penuh, Kerinci District.
The method used in this research was cross sectional study method. The sample was 100 sophomores in junior high school with age between 12 and 15 years old. The sample was chosen by descriptive method. The data was analyzed using Pearson Correlation and Multiple Linear Regression.
Result shows that there is significant correlation between physical activity and nutritional status of adolescence (p<0.01). The factors that influence the nutritional status of adolescence are gender, physical activity, and Body Mass Index (BMI) of the mother.
Keywords: food consumption, physical activity, junior high school student
__________________
1
Dibawah Bimbingan Hadi Riyadi.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktifitas fisik, dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci. Adapun tujuan khususnya yaitu : (1) Mengetahui karakteristik individu dan keluarga remaja, (2) Mempelajari keadaan pengetahuan gizi remaja, (3) Mempelajari keadaan konsumsi pangan dan tingkat konsumsi pangan remaja, (4) Mempelajari status gizi contoh, (5) Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan konsumsi pangan remaja, (6) Menganalisis hubungan konsumsi pangan remaja dengan status gizi remaja, (7) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian cross-sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di empat sekolah yaitu di SMPN 1 Sungai Penuh, SMPN 2 Sungai Penuh, SMPN 4 Sungai Penuh, dan SMPN 8 Sungai Penuh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2008. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah berusia 12-15 tahun. Anak usia tersebut sebagian besar berada pada kelas II SMP. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara purposive. Jumlah contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data antropometri, identitas contoh (nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, uang saku perhari, antropometri orang tua), data konsumsi pangan contoh, data food frequency, data aktifitas fisik contoh. Data sekunder meliputi data jumlah guru dan pegawai, data jumlah siswa, lokasi sekolah, fasilitas sekolah. Data-data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan Microsoft excel dan SPSS 13.0 for Windows. Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, cleaning, entry, dan analisis.
Usia contoh berkisar antara 12 hingga 15 tahun, proporsi terbanyak contoh berusia 14 tahun (45%). Lebih dari separuh contoh (66%) berjenis kelamin perempuan. Separuh contoh (50%) mendapatkan uang saku Rp 5 001-10 000 per hari. Proporsi terbanyak pendidikan ayah dan ibu contoh adalah SMA (39% ayah dan 40% ibu). Proporsi terbanyak pekerjaan ayah contoh (38%) adalah pegawai negeri dan lebih dari separuh ibu contoh (53%) tidak bekerja. Proporsi terbanyak orang tua contoh (44%) memiliki pendapatan < Rp 1 000 000. berdasarkan tingkat pengetahuan gizi contoh, proporsi terbesar berada pada tingkat pengetahuan sedang (55%).
Pengeluaran energi rata-rata contoh adalah 2104 kkal. Berdasarkan jenis kelamin contoh laki-laki lebih banyak mengeluarkan energi daripada wanita yaitu 2527 kkal pada laki-laki dan 1887 kkal pada perempuan. Aktivitas yang memiliki alokasi waktu terbesar yang dilakukan contoh adalah tidur (8.3 jam) dan belajar (7.93 jam). Rata-rata pengeluaran energi terbesar contoh adalah pengeluaran energi belajar (652.90 kkal) dan tidur (442.48 kkal).
konsumsi kalsium contoh laki dan perempuan masih kurang (70.59 % laki-laki dan 40.91% perempuan). Lebih dari separuh (56.06%) contoh perempuan tingkat konsumsi fosfornya cukup dan lebih dari separuh (52.94%) contoh laki-laki tingkat konsumsi fosfornya cukup.
Berdasarkan indeks massa tubuh, hampir semua contoh (92%) termasuk ke dalam kategori normal, 6% contoh pada kategori kurus, dan 2% contoh pada kategori gemuk.
Hasil uji T menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh perempuan. Sedangkan untuk konsumsi vitamin A kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.004) dan Vitamin C kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Hasil uji T menujukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat konsumsi contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi contoh perempuan (p>0.05).
Uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa pengetahuan gizi tidak
berhubungan nyata (p>0,05) dengan konsumsi pangan dan status gizi. Uji
korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara
aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p>0.05) dengan konsumsi energi,
protein, besi, kalsium, dan fosfor. Akan tetapi terdapat hubungan yang
nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p<0.05) dengan
konsumsi vitamin A dan konsumsi vitamin C. Uji korelasi Pearson
menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (p<0.01)
dengan status gizi remaja. Uji korelasi Pearson tdak terdapat hubungan
yang nyata antara konsumsi pangan (p>0.05) dengan status gizi remaja.
Uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa jenis kelamin (p<0.01) berpengaruh terhadap status gizi remaja, aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p<0.05) berpengaruh terhadap status gizi remaja, dan nilai IMT ibu (p<0.05) berpengaruh terhadap status gizi remaja.
KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS
GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI
PROPINSI JAMBI
Skripsi
Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: FRISKA AMELIA
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
Friska Amelia. Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Dibawah Bimbingan Hadi Riyadi.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktifitas fisik, dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci. Adapun tujuan khususnya yaitu : (1) Mengetahui karakteristik individu dan keluarga remaja, (2) Mengidentifikasi keadaan pengetahuan gizi remaja, (3) Mengidentifikasi keadaan konsumsi pangan dan tingkat konsumsi pangan remaja, (4) Mengidentifikasi status gizi contoh, (5) Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan konsumsi pangan remaja, (6) Menganalisis hubungan konsumsi pangan remaja dengan status gizi remaja, (7) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian cross-sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di empat sekolah yaitu di SMPN 1 Sungai Penuh, SMPN 2 Sungai Penuh, SMPN 4 Sungai Penuh, dan SMPN 8 Sungai Penuh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2008. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah berusia 12-15 tahun. Anak usia tersebut sebagian besar berada pada kelas II SMP. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara purposive. Jumlah contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data antropometri, identitas contoh (nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, uang saku perhari, antropometri orang tua), data konsumsi pangan contoh, data food frequency, data aktifitas fisik contoh. Data sekunder meliputi data jumlah guru dan pegawai, data jumlah siswa, lokasi sekolah, fasilitas sekolah. Data-data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan Microsoft excel dan SPSS 13.0 for Windows. Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, cleaning, entry, dan analisis.
Usia contoh berkisar antara 12 hingga 15 tahun, proporsi terbanyak contoh berusia 14 tahun (45%). Lebih dari separuh contoh (66%) berjenis kelamin perempuan. Separuh contoh (50%) mendapatkan uang saku Rp 5 001-10 000 per hari. Proporsi terbanyak pendidikan ayah dan ibu contoh adalah SMA (39% ayah dan 40% ibu). Proporsi terbanyak pekerjaan ayah contoh (38%) adalah pegawai negeri dan lebih dari separuh ibu contoh (53%) tidak bekerja. Proporsi terbanyak orang tua contoh (44%) memiliki pendapatan < Rp 1 000 000. berdasarkan tingkat pengetahuan gizi contoh, proporsi terbesar berada pada tingkat pengetahuan sedang (55%).
Pengeluaran energi rata-rata contoh adalah 2104 kkal. Berdasarkan jenis kelamin contoh laki-laki lebih banyak mengeluarkan energi daripada wanita yaitu 2527 kkal pada laki-laki dan 1887 kkal pada perempuan. Aktivitas yang memiliki alokasi waktu terbesar yang dilakukan contoh adalah tidur (8.3 jam) dan belajar (7.93 jam). Rata-rata pengeluaran energi terbesar contoh adalah pengeluaran energi belajar (652.90 kkal) dan tidur (442.48 kkal).
konsumsi vitamin A dalam kategori cukup dan separuh (17%) kurang. Sebagian besar (22%) tingkat konsumsi vitamin C contoh laki-laki kurang sedangkan lebih dari separuh (39%) contoh perempuan tingkat konsumsi vitamin C cukup. Proporsi terbesar tingkat konsumsi kalsium contoh laki-laki dan perempuan masih kurang (24 % laki-laki dan 41% perempuan). Sebagian besar (37%) contoh perempuan tingkat konsumsi fosfornya cukup dan separuh (18%) contoh laki-laki tingkat konsumsi fosfornya cukup.
Berdasarkan indeks massa tubuh, hampir semua contoh (92%) termasuk ke dalam kategori normal, 6% contoh pada kategori kurus, dan 2% contoh pada kategori gemuk.
Hasil uji T menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh perempuan. Sedangkan untuk konsumsi vitamin A kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.004) dan Vitamin C kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Hasil uji T menujukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat konsumsi contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi contoh perempuan (p>0.05).
Uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa pengetahuan gizi tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan konsumsi pangan dan status gizi. Uji korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p>0.05) dengan konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor. Akan tetapi terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p<0.05) dengan konsumsi vitamin A dan konsumsi vitamin C. Uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (p<0.01) dengan status gizi remaja. Uji korelasi Pearson tdak terdapat hubungan yang nyata antara konsumsi pangan (p>0.05) dengan status gizi remaja.
KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN
STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN
KERINCI PROPINSI JAMBI
Food Consumption, Nutritional Knowledge, Physical Activity, and Nutritional
Status of Adolescence in Sungai Penuh, Kerinci District, Jambi Province
Friska Amelia1) Hadi Riyadi2)
Abstract
Nutritional status can be measured by food consumption, physical activity,
and food habit. One of the methods to measure food consumption and physical
activity is recall method. The objective of this research was to understand food
consumption, nutritional knowledge, physical activity, and nutritional status of
adolescence in Sungai Penuh, Kerinci District.
The method used in this research was cross sectional study method. The
sample was 100 sophomores in junior high school with age between 12 and 15
years old. The sample was chosen by descriptive method. The data was
analyzed using Pearson Correlation and Multiple Linear Regression.
Result shows that there is significant correlation between physical activity
and nutritional status of adolescence (p<0.01). The factors that influence the
nutritional status of adolescence are gender, physical activity, and Body Mass
Index (BMI) of the mother.
Keywords: food consumption, physical activity, junior high school student
__________________
1 Alumni Dept. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, IPB
Judul : Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan
Status Gizi pada Remaja Di Kota Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi
Nama Mahasiswa : Friska Amelia
Nomor pokok : A54104005
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Hadi Riyadi MS
NIP 131 628 531
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kerinci pada tanggal 2 juni 1987. Penulis merupakan
putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Reflian dan Hasmaizar.
Pendidikan Formal pertama yang ditempuh penulis adalah taman kanak-kanak di
TK Pertiwi, Hamparan Rawang dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1992.
Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1992 hingga tahun 1998 di SD Negeri
222/III Simpang Tiga Rawang dan pada tahun 1998 hingga tahun 2001 penulis
melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 4 Sungai Penuh hingga tahun 2001, dan
kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Sungai Penuh mulai
tahun 2001 sampai tahun 2004.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Gizi Masyarakat
dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi
mahasiswa penulis pernah aktif dalam kegiatan organisasi kampus Bina Desa
2006/2007. Penulis juga aktif dalam Ikatan Mahasiswa Kerinci Bogor (IMK-B)
KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN
STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN
KERINCI PROPINSI JAMBI
Oleh:
FRISKA AMELIA
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Food Consumption, Nutritional Knowledge, Physical Activity, and Nutritional Status of Adolescence in Sungai Penuh, Kerinci District, Jambi Province
Friska Amelia1) Hadi Riyadi2) Abstract
Nutritional status can be measured by food consumption, physical activity, and food habit. One of the methods to measure food consumption and physical activity is recall method. The objective of this research was to understand food consumption, nutritional knowledge, physical activity, and nutritional status of adolescence in Sungai Penuh, Kerinci District.
The method used in this research was cross sectional study method. The sample was 100 sophomores in junior high school with age between 12 and 15 years old. The sample was chosen by descriptive method. The data was analyzed using Pearson Correlation and Multiple Linear Regression.
Result shows that there is significant correlation between physical activity and nutritional status of adolescence (p<0.01). The factors that influence the nutritional status of adolescence are gender, physical activity, and Body Mass Index (BMI) of the mother.
Keywords: food consumption, physical activity, junior high school student
__________________
1
Dibawah Bimbingan Hadi Riyadi.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktifitas fisik, dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci. Adapun tujuan khususnya yaitu : (1) Mengetahui karakteristik individu dan keluarga remaja, (2) Mempelajari keadaan pengetahuan gizi remaja, (3) Mempelajari keadaan konsumsi pangan dan tingkat konsumsi pangan remaja, (4) Mempelajari status gizi contoh, (5) Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan konsumsi pangan remaja, (6) Menganalisis hubungan konsumsi pangan remaja dengan status gizi remaja, (7) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian cross-sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di empat sekolah yaitu di SMPN 1 Sungai Penuh, SMPN 2 Sungai Penuh, SMPN 4 Sungai Penuh, dan SMPN 8 Sungai Penuh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2008. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah berusia 12-15 tahun. Anak usia tersebut sebagian besar berada pada kelas II SMP. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara purposive. Jumlah contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data antropometri, identitas contoh (nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, uang saku perhari, antropometri orang tua), data konsumsi pangan contoh, data food frequency, data aktifitas fisik contoh. Data sekunder meliputi data jumlah guru dan pegawai, data jumlah siswa, lokasi sekolah, fasilitas sekolah. Data-data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan Microsoft excel dan SPSS 13.0 for Windows. Pengolahan data yang dilakukan berupa editing, coding, cleaning, entry, dan analisis.
Usia contoh berkisar antara 12 hingga 15 tahun, proporsi terbanyak contoh berusia 14 tahun (45%). Lebih dari separuh contoh (66%) berjenis kelamin perempuan. Separuh contoh (50%) mendapatkan uang saku Rp 5 001-10 000 per hari. Proporsi terbanyak pendidikan ayah dan ibu contoh adalah SMA (39% ayah dan 40% ibu). Proporsi terbanyak pekerjaan ayah contoh (38%) adalah pegawai negeri dan lebih dari separuh ibu contoh (53%) tidak bekerja. Proporsi terbanyak orang tua contoh (44%) memiliki pendapatan < Rp 1 000 000. berdasarkan tingkat pengetahuan gizi contoh, proporsi terbesar berada pada tingkat pengetahuan sedang (55%).
Pengeluaran energi rata-rata contoh adalah 2104 kkal. Berdasarkan jenis kelamin contoh laki-laki lebih banyak mengeluarkan energi daripada wanita yaitu 2527 kkal pada laki-laki dan 1887 kkal pada perempuan. Aktivitas yang memiliki alokasi waktu terbesar yang dilakukan contoh adalah tidur (8.3 jam) dan belajar (7.93 jam). Rata-rata pengeluaran energi terbesar contoh adalah pengeluaran energi belajar (652.90 kkal) dan tidur (442.48 kkal).
konsumsi kalsium contoh laki dan perempuan masih kurang (70.59 % laki-laki dan 40.91% perempuan). Lebih dari separuh (56.06%) contoh perempuan tingkat konsumsi fosfornya cukup dan lebih dari separuh (52.94%) contoh laki-laki tingkat konsumsi fosfornya cukup.
Berdasarkan indeks massa tubuh, hampir semua contoh (92%) termasuk ke dalam kategori normal, 6% contoh pada kategori kurus, dan 2% contoh pada kategori gemuk.
Hasil uji T menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh perempuan. Sedangkan untuk konsumsi vitamin A kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.004) dan Vitamin C kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Hasil uji T menujukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat konsumsi contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi contoh perempuan (p>0.05).
Uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa pengetahuan gizi tidak
berhubungan nyata (p>0,05) dengan konsumsi pangan dan status gizi. Uji
korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara
aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p>0.05) dengan konsumsi energi,
protein, besi, kalsium, dan fosfor. Akan tetapi terdapat hubungan yang
nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p<0.05) dengan
konsumsi vitamin A dan konsumsi vitamin C. Uji korelasi Pearson
menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (p<0.01)
dengan status gizi remaja. Uji korelasi Pearson tdak terdapat hubungan
yang nyata antara konsumsi pangan (p>0.05) dengan status gizi remaja.
Uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa jenis kelamin (p<0.01) berpengaruh terhadap status gizi remaja, aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p<0.05) berpengaruh terhadap status gizi remaja, dan nilai IMT ibu (p<0.05) berpengaruh terhadap status gizi remaja.
KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS
GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI
PROPINSI JAMBI
Skripsi
Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: FRISKA AMELIA
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
Friska Amelia. Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi Pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Dibawah Bimbingan Hadi Riyadi.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan, pengetahuan gizi, aktifitas fisik, dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci. Adapun tujuan khususnya yaitu : (1) Mengetahui karakteristik individu dan keluarga remaja, (2) Mengidentifikasi keadaan pengetahuan gizi remaja, (3) Mengidentifikasi keadaan konsumsi pangan dan tingkat konsumsi pangan remaja, (4) Mengidentifikasi status gizi contoh, (5) Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan konsumsi pangan remaja, (6) Menganalisis hubungan konsumsi pangan remaja dengan status gizi remaja, (7) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian cross-sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di empat sekolah yaitu di SMPN 1 Sungai Penuh, SMPN 2 Sungai Penuh, SMPN 4 Sungai Penuh, dan SMPN 8 Sungai Penuh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2008. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah berusia 12-15 tahun. Anak usia tersebut sebagian besar berada pada kelas II SMP. Metode yang digunakan dalam penarikan
contoh adalah secara purposive. Jumlah contoh yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data antropometri, identitas contoh (nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, uang saku perhari, antropometri orang tua), data konsumsi pangan contoh, data food frequency, data aktifitas fisik contoh. Data sekunder meliputi data jumlah guru dan pegawai, data jumlah siswa, lokasi sekolah, fasilitas sekolah. Data-data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan
menggunakan Microsoft excel dan SPSS 13.0 for Windows. Pengolahan data
yang dilakukan berupa editing, coding, cleaning, entry, dan analisis.
Usia contoh berkisar antara 12 hingga 15 tahun, proporsi terbanyak contoh berusia 14 tahun (45%). Lebih dari separuh contoh (66%) berjenis kelamin perempuan. Separuh contoh (50%) mendapatkan uang saku Rp 5 001-10 000 per hari. Proporsi terbanyak pendidikan ayah dan ibu contoh adalah SMA (39% ayah dan 40% ibu). Proporsi terbanyak pekerjaan ayah contoh (38%) adalah pegawai negeri dan lebih dari separuh ibu contoh (53%) tidak bekerja. Proporsi terbanyak orang tua contoh (44%) memiliki pendapatan < Rp 1 000 000. berdasarkan tingkat pengetahuan gizi contoh, proporsi terbesar berada pada tingkat pengetahuan sedang (55%).
Pengeluaran energi rata-rata contoh adalah 2104 kkal. Berdasarkan jenis kelamin contoh laki-laki lebih banyak mengeluarkan energi daripada wanita yaitu 2527 kkal pada laki-laki dan 1887 kkal pada perempuan. Aktivitas yang memiliki alokasi waktu terbesar yang dilakukan contoh adalah tidur (8.3 jam) dan belajar (7.93 jam). Rata-rata pengeluaran energi terbesar contoh adalah pengeluaran energi belajar (652.90 kkal) dan tidur (442.48 kkal).
konsumsi vitamin A dalam kategori cukup dan separuh (17%) kurang. Sebagian besar (22%) tingkat konsumsi vitamin C contoh laki-laki kurang sedangkan lebih dari separuh (39%) contoh perempuan tingkat konsumsi vitamin C cukup. Proporsi terbesar tingkat konsumsi kalsium contoh laki-laki dan perempuan masih kurang (24 % laki-laki dan 41% perempuan). Sebagian besar (37%) contoh perempuan tingkat konsumsi fosfornya cukup dan separuh (18%) contoh laki-laki tingkat konsumsi fosfornya cukup.
Berdasarkan indeks massa tubuh, hampir semua contoh (92%) termasuk ke dalam kategori normal, 6% contoh pada kategori kurus, dan 2% contoh pada kategori gemuk.
Hasil uji T menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor contoh perempuan. Sedangkan untuk konsumsi vitamin A kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.004) dan Vitamin C kedua kelompok contoh memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Hasil uji T menujukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat konsumsi contoh laki-laki dengan tingkat konsumsi contoh perempuan (p>0.05).
Uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa pengetahuan gizi tidak berhubungan nyata (p>0,05) dengan konsumsi pangan dan status gizi. Uji korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p>0.05) dengan konsumsi energi, protein, besi, kalsium, dan fosfor. Akan tetapi terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) (p<0.05) dengan konsumsi vitamin A dan konsumsi vitamin C. Uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara aktivitas fisik (p<0.01) dengan status gizi remaja. Uji korelasi Pearson tdak terdapat hubungan yang nyata antara konsumsi pangan (p>0.05) dengan status gizi remaja.
KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN
STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN
KERINCI PROPINSI JAMBI
Food Consumption, Nutritional Knowledge, Physical Activity, and Nutritional
Status of Adolescence in Sungai Penuh, Kerinci District, Jambi Province
Friska Amelia1) Hadi Riyadi2)
Abstract
Nutritional status can be measured by food consumption, physical activity,
and food habit. One of the methods to measure food consumption and physical
activity is recall method. The objective of this research was to understand food
consumption, nutritional knowledge, physical activity, and nutritional status of
adolescence in Sungai Penuh, Kerinci District.
The method used in this research was cross sectional study method. The
sample was 100 sophomores in junior high school with age between 12 and 15
years old. The sample was chosen by descriptive method. The data was
analyzed using Pearson Correlation and Multiple Linear Regression.
Result shows that there is significant correlation between physical activity
and nutritional status of adolescence (p<0.01). The factors that influence the
nutritional status of adolescence are gender, physical activity, and Body Mass
Index (BMI) of the mother.
Keywords: food consumption, physical activity, junior high school student
__________________
1 Alumni Dept. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, IPB
Judul : Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan
Status Gizi pada Remaja Di Kota Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi
Nama Mahasiswa : Friska Amelia
Nomor pokok : A54104005
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Hadi Riyadi MS
NIP 131 628 531
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kerinci pada tanggal 2 juni 1987. Penulis merupakan
putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Reflian dan Hasmaizar.
Pendidikan Formal pertama yang ditempuh penulis adalah taman kanak-kanak di
TK Pertiwi, Hamparan Rawang dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1992.
Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1992 hingga tahun 1998 di SD Negeri
222/III Simpang Tiga Rawang dan pada tahun 1998 hingga tahun 2001 penulis
melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 4 Sungai Penuh hingga tahun 2001, dan
kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Sungai Penuh mulai
tahun 2001 sampai tahun 2004.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Gizi Masyarakat
dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi
mahasiswa penulis pernah aktif dalam kegiatan organisasi kampus Bina Desa
2006/2007. Penulis juga aktif dalam Ikatan Mahasiswa Kerinci Bogor (IMK-B)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Konsumsi pangan,
Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi pada Remaja di Kota Sungai
Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
persyaratan untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang penuh
kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan,
masukan, kritikan, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir
ini.
2. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pemandu seminar dan dosen
penguji skripsi atas saran yang diberikan.
3. Papa, mama dan adik-adikku tersayang (Lia dan Herry) atas do’a, nasehat,
dan semangat yang telah diberikan selama ini.
4. Ratna Cahya Ningsih, Fera Oktalina, dan Yesa Sri Utami selaku pembahas
seminar.
5. Seluruh pihak sekolah yang telah membantu kelancaran penelitian.
6. Sahabat-sahabatku (mba mei, Yesa, Henny,dan Lola), terima kasih atas
nasehat dan dukungan selama ini.
7. Teman-temanku (Ima, Fika Pus, Monika, Kiki, Rena, Dhita, Venny, Ratna,
Arina, Norma, Ani, Angel, mba Eka, Ermita, dekus) dan teman-teman GMSK
41 terima kasih atas segala bantuan, dukungan yang diberikan, serta
kebersamaan dan cerita-cerita indah selama empat tahun.
8. Teman-teman kosan Radar 36 (Mira, Wenny, Occy, dan Ela) atas
kebersamaan dan kebaikannya.
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis selama kuliah
hingga penyelesaian skripsi.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis
berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.
Bogor, Juni 2008
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... v
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan... 3
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Remaja ... 5
Konsumsi Pangan ... 6
Kebiasaan Makan ... 7
Pengetahuan Gizi ... 8
Aktivitas Fisik ... 9
Status Gizi ... 10
Kecukupan Energi dan Zat Gizi ... 11
Energi ... 13
Protein ... 13
Besi ... 13
Vitamin A ... 14
Vitamin C ... 14
Kalsium ... 15
Fosfor ... 15
METODE PENELITIAN ... 16
Desain, tempat dan waktu ... 16
Jumlah dan Cara Penarikan contoh ... 16
Jenis dan cara pengumpulan data ... 17
Pengolahan dan analisis data ... 17
Defenisi opersional ... 20
KERANGKA PEMIKIRAN... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 23
Karakteristik Contoh ... 27
Pengetahuan Gizi Contoh ... 28
Aktivitas Fisik Contoh ... 29
Kebiasaan Makan Contoh ... 31
Kebiasaan Sarapan ... 32
Pengolahan Makanan ... 33
Makanan Kesukaan ... 33
Makanan Pantangan ... 33
Frekuensi Makan ... 34
Frekuensi Konsumsi Pangan ... 34
Konsumsi Pangan dan Tingkat Konsumsi Gizi ... 37
Jumlah dan Jenis Pangan ... 37
Konsumsi pangan ... 39
Tingkat Konsumsi Gizi ... 41
Status Gizi ... 43
Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Pangan ... 45
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Pangan ... 45
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Remaja ... 46
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Remaja ... 46
Hubungan Konsumsi Pangan dengan Status Gizi Remaja ... 47
Faktor yang Berpengaruh terhadap Status Gizi ... 47
KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
Kesimpulan ... 49
Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
LAMPIRAN ... 54
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Klasifikasi IMT menurut WHO ... 11
2. Kategori Status Gizi untuk Balita dan Anak-Anak ... 11
3. Angka Kecukupan Zat Gizi untuk Remaja ... 12
4. Faktor Koreksi terhadap BMR ... 19
5. Cara Menghitung Angka Kecukupan Energi Individu (AKEI) Remaja
(10-19 tahun) ... (10-19
6. Sebaran Contoh menurut Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 25
7. Sebaran Contoh Menurut Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 25
8. Sebaran Contoh Menurut Pendapatan Orang Tua ... 26
9. Sebaran Contoh Menurut Status Gizi Orang Tua ... 26
10. Sebaran Contoh Menurut Umur ... 27
11. Sebaran Contoh Menurut Jenis Kelamin ... 27
12. Sebaran Contoh Menurut Uang Saku Per Hari ... 28
13. Sebaran Contoh Menurut Tingkat Pengetahuan Gizi ... 28
14. Sebaran Contoh Menurut Pertanyaan Pengetahuan Gizi ... 29
15. Sebaran Contoh Menurut Jenis Aktivitas, Rata-Rata Alokasi Waktu dan
Jenis Kelamin ... 30
16. Sebaran Contoh Menurut Jenis Aktivitas, Rata-Rata Pengeluaran Energi
dan Jenis Kelamin ... 31
17. Sebaran Contoh Menurut Jenis Menu Sarapan ... 32
18. Sebaran Contoh Menurut Cara Pengolahan Makanan ... 33
19. Sebaran Contoh Menurut Jenis Makanan Kesukaan ... 33
20. Sebaran Contoh Menurut Makanan Pantangan ... 34
21. Sebaran Contoh Menurut Frekuensi Makan ... 34
22. Sebaran Contoh Menurut Frekuensi Konsumsi Pangan ... 36
23. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Konsumsi Pangan, Energi dan Zat
Gizi Pangan Pokok ... 37
24. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Konsumsi Pangan, Energi dan Zat
Gizi Pangan Nabati ... 38
25. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Konsumsi Pangan, Energi dan Zat
Gizi Pangan Hewani ... 38
26. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Konsumsi Pangan, Energi dan Zat
27. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Konsumsi Pangan, Energi dan Zat
Gizi Buah-Buahan... 39
28. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Konsumsi Zat Gizi dan Jenis
Kelamin ... 41
29. Sebaran Contoh Menurut Rata-Rata Tingkat Konsumsi Zat Gizi dan Jenis
Kelamin ... 42
30. Sebaran Contoh Menurut Klasifikasi Tingkat Konsumsi Zat Gizi dan Jenis
Kelamin ... 43
31. Sebaran Contoh Menurut BB, TB, IMT ... 44
32. Sebaran Contoh Menurut Status Gizi ... 45
33. Hasil Uji Korelasi Pearson antara Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi
Pangan ... 45
34. Hasil Uji Korelasi Pearson antara Aktivitas fisik dengan Konsumsi pangan
Remaja ... 46
35. Hasil Uji Korelasi Pearson antara Konsumsi Pangan dengan Status Gizi
Remaja ... 47
36. Analisis Regresi Linear Berganda ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk
sumberdaya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumberdaya
manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia, banyak faktor yang harus diperhatikan antara lain faktor
pangan (unsur gizi), kesehatan, pendidikan, informasi, teknologi, dan lain-lain.
Kelompok remaja dianggap sebagai suatu periode dalam kehidupan yang
secara gizi perlu diperhatikan karena tiga sebab, yaitu 1) pada masa remaja
terjadi perubahan kebutuhan energi dan zat gizi yang sangat besar akibat
pertumbuhan dan perkembangan fisik yang pesat, 2) berubahnya gaya hidup dan
kebiasaan makan yang mempengaruhi asupan dan kebutuhan zat gizi, serta 3)
adanya kelompok yang mempunyai kebutuhan gizi khusus, misalnya remaja
yang aktif berolahraga dan diet berlebih.
Peningkatan pendapatan, pendidikan, dan kemajuan teknologi serta
pengaruh globalisasi menyebabkan perlunya mewaspadai perilaku konsumsi
pangan penduduk terutama di kota besar. Selain itu juga terjadi perubahan yang
pesat di dalam kehidupan sosial budaya yang secara kualitatif dicirikan oleh
kehidupan yang lebih keras, sarat dengan kompetisi serta penuh dengan
ancaman dan stress. Konsumsi pangan yang tidak tetap dapat mengakibatkan
masalah gizi yaitu gizi lebih dan gizi kurang.
Konsumsi pangan merupakan faktor utama dalam memenuhi kebutuhan
zat gizi. Pada gilirannya zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh,
mengatur proses metabolisme dalam tubuh, memperbaiki jaringan tubuh serta
pertumbuhan (Harper et al. 1985). Konsumsi pangan individu dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain produksi pangan, daya beli, dan kebiasaan makan
(Soedarmo & Chatidjah 1989). Pola makan adalah cara makan baik di rumah
maupun di luar rumah, yang meliputi frekuensi dan waktu makan, jenis dan
jumlah makanan yang dikonsumsi, termasuk makanan yang disukai dan
makanan pantangan (Suhardjo 1989). Elizabeth dan Sanjur (1981) dalam
Suhardjo (1989) menyatakan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi
konsumsi pangan, yaitu : 1) karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin,
pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi dan kesehatan; 2) karakteristik
dan kombinasi makanan; dan 3) karakter lingkungan seperti musim, pekerjaan,
mobilitas dan tingkat sosial masyarakat.
Masalah yang menyebabkan gizi salah adalah tidak cukupnya
pengetahuan gizi dan kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang
baik. Pada usia belasan sering dijumpai pengertian yang kurang tepat mengenai
kontribusi gizi dari berbagai makanan. Remaja memiliki pandangan sendiri
mengenai tubuhnya. Bagi wanita tubuh ideal adalah impian sehingga mereka
berusaha keras untuk menjadikan tubuh mereka ideal. Hal inilah yang dapat
memicu praktek diet seperti mengurangi konsumsi makan, mengkonsumsi
minuman atau obat pelangsing, minum jamu dan sebagainya. Pola diet ketat
dilakukan untuk mengurangi berat badan tanpa memperhatikan kebutuhan tubuh
akan zat-zat gizi. Jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama tentunya
dapat berakibat pada penurunan status gizi.
Masalah gizi kurang pada remaja dapat diakibatkan oleh diet yang ketat
(yang menyebabkan remaja kurang mendapat makanan yang seimbang dan
bergizi), kebiasaan makan yang buruk dan kurangnya pengetahuan gizi. Hal
tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain menurunkan daya
tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas yang
berkaitan dengan kemampuan kerja fisik dan prestasi belajar (Soekirman 2000).
Remaja memiliki pandangan tersendiri menganai tubuhnya (body image)
yang seringkali salah. Menurut Wirakusumah (1994), ukuran tubuh yang ideal
adalah ukuran tubuh yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk serta terlihat
serasi antara berat badan dan tinggi badan. Bagi sebagian besar remaja putri
tubuh ideal merupakan impian. Untuk mendapatkan impian tersebut, biasanya
banyak remaja putri yag melakukan diet ketat, serta mengkonsumsi minuman
atau obat pelangsing. Bila tidak dilakukan dengan benar, upaya tersebut dapat
membahayakan tubuh.
Uraian di atas menunjukkan bahwa aspek yang mempengaruhi
kesehatan, status gizi dan produktifitas remaja sebagai sumber daya manusia
yang produktif dan pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas sumberdaya
tersebut. Siswa SMP termasuk ke dalam kelompok remaja awal (Gunarsa &
Gunarsa 1990) dan masih jarang dilakukan penelitian tentang remaja. Untuk itu
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang konsumsi pangan, aktivitas
fisik, pengetahuan gizi dan status gizi pada remaja di Kota Sungai Penuh
Perumusan Masalah
Ciri-ciri yang spesifik pada usia remaja adalah pertumbuhan yang cepat, perubahan emosional dan perubahan sosial. Segala sesuatunya berubah secara cepat untuk mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut makanan sehari-hari menjadi amat penting. Kebutuhan zat gizi remaja meningkat karena sedang mengalami pertumbuhan cepat. Tetapi masukan zat gizi mereka sering tidak sesuai dengan kebiasaan makan karena kelompok remaja merupakan kelompok yang mudah terpengaruh oleh hal-hal baru termasuk dalam konsumsi makan. Keadaan sosial ekonomi seperti besarnya uang saku, status sosial, dan status
ekonomi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi hadirnya fenomena
perubahan tersebut. Sayang hal tersebut sulit untuk dikontrol remaja dengan
kondisi kejiwaan yang masih labil dan senang pada sesuatu yang baru
Kondisi tersebut melatarbelakangi pola konsumsi dan aktivitas fisik yang
akhirnya akan menentukan status gizi remaja. Pengetahuan gizi yang positif
tentu akan mendukung terjadinya perilaku positif pula, hanya saja yang
kebanyakan terjadi adalah sebaliknya.
Dipilih remaja SLTP pada penelitian ini karena pada hakekatnya masa akhir anak-anak dan masa remaja merupakan masa kehidupan sekolah. Pada masa ini anak mempunyai kemampuan untuk menerima gagasan baru serta kemampuan menalarnya.
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsumsi
pangan, pengetahuan gizi, aktifitas fisik, dan status gizi pada remaja di Kota
Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik individu dan keluarga remaja
2. Mempelajari keadaan pengetahuan gizi remaja
3. Mempelajari keadaan konsumsi pangan dan tingkat konsumsi pangan
remaja.
4. Mempelajari status gizi remaja
5. Menganalisis hubungan aktifitas fisik dengan konsumsi pangan remaja
6. Menganalisis hubungan konsumsi pangan remaja dengan status gizi remaja
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pola aktivitas, pengetahuan gizi, pola konsumsi pangan, dan status gizi remaja di
Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci. Bagi orang tua agar lebih memperhatikan
anak remajanya terutama dalam hal perilaku makan dan kecukupan gizi. Data
hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi
untuk membuat suatu program kebijakan di bidang pendidikan dan kesehatan
bagi remaja di Kota Sungai Penuh pada khususnya, dan Kabupaten Kerinci pada
umumnya, dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Bagi
perguruan tinggi diharapkan juga sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan
Tinggi yang meliputi : Pendidikan, pengembangan penelitian dan pengabdian
TINJAUAN PUSTAKA
Remaja
Istilah remaja adolesence berasal dari kata adolescere yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock 1994). Monks et al. (1982)
mengemukakan suatu analisis yang cermat mengenai semua aspek
perkembangan dalam masa remaja yang secara global berlangsung antara umur
12-21 tahun, dengan pembagiannya : (1) 12-15 tahun termasuk masa remaja
awal, (2) 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, dan (3) 18-21 tahun
termasuk remaja akhir.
Masa remaja adalah periode yang penting pada pertumbuhan dan
kematangan manusia (Riyadi 2001). Pada periode ini banyak terjadi perubahan
unik serta banyak pemantapan pola-pola dewasa. Remaja merupakan fase
transisi sebelum anak menjadi dewasa. Selama remaja perubahan-perubahan
hormon mempercepat pertumbuhan tinggi badannya.
Banyak para ahli mengemukakan berbagai pendapat mengenai batasan
usia remaja. Dari berbagai pendapat tersebut disimpulkan bahwa secara teoritis
dan empiris, rentang usia remaja berada dalam usia 12-21 tahun bagi wanita dan
13-22 tahun bagi pria. Jika dibedakan atas remaja awal dan akhir, maka remaja
awal berada pada usia 12 atau 13 tahun sampai 17 atau 18 tahun dan remaja
akhir pada rentang usia 17 atau 18 tahun hingga usia 21 atau 22 tahun (Panuju
& Umami 1999).
Pada masa ini terjadi keunikan pertumbuhan dan perkembangan yang
karakteristiknya adalah sebagai berikut (Husaini & Husaini 1989):
1. Pertumbuhan fisik yang sangat cepat (adolescent growth spurt)
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada remaja putri terjadi lebih awal, yaitu
pada usia 11-13 tahun, sehingga pada usia 13-14 tahun remaja putri terlihat
lebih tinggi dan besar
3. Pertumbuhan remaja putra dan putri berbeda dalam besar dan susunan
tubuh sehingga kebutuhan gizinya pun berbeda.
4. Pertumbuhan fisik dan pematangan fungsi-fungsi tubuh adalah proses akhir
dari masa remaja. Keadaan ini menentukan pada waktu dewasa seperti
bertambah pendek atau tinggi, lamban atau energik, ulet atau pasrah.
Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Remaja tidak
termasuk golongan anak-anak, tetapi juga tidak termasuk golongan dewasa atau
orang tua. Remaja ada diantara anak-anak dan dewasa. Pada umumnya mereka
masih belajar di sekolah menengah atau perguruan tinggi (Monks et al. 1994
dalam Novikasari 2003).
Pertumbuhan cepat, perubahan emosional dan perubahan sosial
merupakan ciri yang spesifik pada usia remaja. Segala sesuatunya cepat
berubah, dan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan ini, makanan
sehari-hari menjadi amat penting. Badan yang mengalami pertumbuhan perlu mendapat
masukan zat-zat gizi dari makanan yang seimbang tetapi kenyataannya tidak
selalu sejalan dengan tuntutan. Jajan yang kurang bergizi, makan makanan kaya
energi tetapi rendah zat-zat gizi, seperti gula-gula, coklat, fast food, minuman
berkarbonat sangat umum dijumpai pada remaja.
Pertumbuhan yang cepat ini biasanya diiringi pertambahan aktifitas fisik
sehingga kebutuhan zat-zat gizi bertambah pula. Nafsu makan anak laki-laki
sangat bertambah hingga tidak akan menemukan kesukaran untuk memenuhi
kebutuhannya. Anak perempuan lebih mementingkan penampilannya, hingga
akan lebih membatasi diri dalam memilih makanan. Mereka harus diyakinkan
bahwa masukan zat gizi yang kurang akan berakibat pada kesehatannya
(Pudjiadi 1997).
Konsumsi Pangan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat
hidup sehat (Harper et al. 1985). Semakin beragam bahan pangan yang
dikonsumsi maka akan semakin beragam pula zat gizi yang diperoleh sehingga
dapat meningkatkan mutu gizinya.
Konsumsi pangan secara garis besar adalah kuantitas pangan yang
dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu
dengan jenis tunggal atau beragam. Ada tiga hal yang mempengaruhi konsumsi
pangan yaitu kuantitas dan ragam pangan yang tersedia dan diproduksi,
pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi (Wulandari 2000).
Konsumsi makanan diartikan sebagai jumlah makanan yang dinyatakan
dalam bentuk energi dan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral). Konsumsi makanan yang tidak memadai kebutuhan tubuh baik
kuantitas maupun kualitas akan menyebabkan masalah gizi. Konsumsi makanan
(Sediaoetama 1996 dalam Dasuki 2002). Sanjur (1982) menyatakan bahwa
konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap
makanan yang tergantung pada lingkungan baik masyarakat maupun keluarga.
Penilaian konsumsi pangan dilakukan sebagai cara untuk mengukur
keadaan konsumsi pangan yang kadang-kadang merupakan salah satu cara
yang digunakan untuk menilai status gizi. Penilaian konsumsi pangan dilakukan
dengan cara survei (Suhardjo et al. 1980). Pada prinsipnya ada empat metode
untuk menggali informasi konsumsi pangan secara kuantitatif, yaitu : metode
inventaris, metode pendaftaran, metode mengingat-ingat dan metode
penimbangan.
Metode mengingat-ingat (Metode recall) dilakukan dengan mencatat
jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi pada masa lalu ( biasanya recall 24
jam). Penentuan jumlah hari recall sangat ditentukan oleh keragaman jenis
konsumsi antar waktu, antar tipe responden dalam memperoleh pangan. Metode
recall membutuhkan biaya yang sangat murah dan tidak memakan waktu yang
banyak. Kekurangannya adalah data yang dihasilkan kurang akurat karena
mengandalkan keterbatasan daya ingat seseorang dan tergantung dari keahlian
tenaga pencatatan dalam mengkonversi URT kedalam satuan berat serta adanya
variasi URT antar daerah, dan ada variasi interpretasi besarnya ukuran antar
responden (besar, sedang, kecil, dll) (Kusharto & Sa’diyyah 2006).
Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan merupakan cara individu atau kelompok individu
memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh
fisiologik, psikologik, dan sosial budaya (Sanjur 1982). Sedangkan menurut
Suhardjo (1989) kebiasaan makan merupakan istilah untuk menggambarkan
kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan seperti
tata krama makan, frekuensi makan, pola makanan yang dimakan, kepercayaan
tentang makan, distribusi makan antar anggota keluarga. Kebiasaan makan
adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola
makanan atau susunan hidangan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan
dalam anggota keluarga.
Kebiasaan makan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain teman sebaya, keadaan emosional, pelaksanaan diet, penurunan berat
badan, lingkungan termasuk snack dan fast food, dan pengetahuan gizi remaja
dibandingkan dengan usia lainnya, kebiasaan makan mereka seperti 1) tidak
makan, terutama makan pagi atau sarapan, 2) kegemaran makan snack dan
kembang gula, 3) mereka cenderung memilih-milih makanan, ada makanan yang
disukai dan ada makanan yang tidak disukai.
Kebiasaan makan adalah suatu tingkah laku seseorang atau sekelompok
orang dalam memenuhi kebutuhannya akan makan, sikap kepercayaan dan
pemilihan makanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan terdiri
dari faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari
dalam individu yang meliputi emosi, kesehatan, dan penilaian yang lebih
terhadap mutu makanan. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal
dari luar individu antara lain adalah lingkungan alam, sosial budaya, dan
ekonomi.
Pengetahuan Gizi
Makanan merupakan kebutuhan vital yang diperlukan oleh seluruh
makhluk hidup. Bagi manusia makanan tidak hanya berfungsi untuk
mengenyangkan, tetapi yang lebih penting lagi adalah fungsinya dalam
memelihara kesehatan tubuh melalui manfaat zat-zat gizi yang terkandung
didalamnya. Untuk memperoleh kesehatan tubuh yang optimal, perlu diketahui
kualitas susunan makanan yang baik dan jumlah makanan yang seharusnya
dimakan. Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukan
kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi seseorang
dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al. 1985).
Pengetahuan merupakan kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indera (Soekanto 1981). Pengetahuan diperoleh seseorang
melalui pendidikan formal, informal dan non formal. Tingkat pengetahuan gizi
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan
dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai obyek
tertentu.
Engel et al. (1994) mendefenisikan pengetahuan adalah informasi yang
disimpan di dalam ingatan yang menjadi penentu utama perilaku seseorang.
Menurut Harper et al. (1985), suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya
pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan:
2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu
menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang
optimal, pemeliharaan dan energi.
3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar
menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.
Pengetahuan gizi menjadi andalan yang menentukan konsumsi pangan.
Individu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan
untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan
pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Nasoetion &
Khomsan 1995).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan
gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati et al.
1992).
Aktivitas Fisik
Hurlock (1994) mengemukakan bahwa bergabungnya remaja dengan
teman-teman sebayanya akan mengakibatkan adanya perubahan-perubahan.
Perubahan yang penting terjadi adalah dalam hal aktivitas remaja. Menurut
Kartono (1992) bersama remaja akan melakukan kegiatan yang menyenangkan.
Bila kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara rutin oleh remaja, maka akan
terbentuk pola aktivitas yang berbeda dengan aktivitas sebelumnya. Pola
aktivitas remaja didefenisikan sebagai kegiatan yang biasa dilakukan oleh remaja
sehari-hari sehingga akan membentuk suatu pola. Pola aktivitas remaja dapat
dilihat dari bagaimana cara remaja mengalokasikan waktunya selama 24 jam
dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan secara rutin
dan berulang-ulang.
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tubuh dan
sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan
energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru
memerlukan tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen
keseluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi
yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa
lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2002). Riyadi (2006)
selama aktivitas sehari maka sebenarnya jumlah tersebut merupakan kebutuhan
energi seseorang dengan asumsi aktivitas harian tersebut merupakan aktivitas
normal sehari-hari untuk hidup sehat.
Kegiatan fisik dan olahraga secara teratur dan cukup takarannya, dapat
membantu mempertahankan derajat kesehatan yang optimal bagi yang
bersangkutan. Kegiatan fisik dan olahraga, yang tidak seimbang dengan energi
yang dikonsumsi, dapat mengakibatkan berat badan tidak normal, upayakan agar
kegiatan fisik dan olahraga selalu seimbang dengan masukan energi yang
diperoleh dari makanan sehari-hari (Depkes RI 1995).
Menurut Katahn (1987) dalam Novikasari (2003), kegiatan fisik cukup
besar pengaruhnya terhadap kestabilan berat badan. Semakin aktif seseorang
melakukan aktivitas fisik, energi yang diperlukan semakin banyak. Tubuh yang
besar memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan tubuh yang kecil
untuk melakukan kegiatan fisik.
Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau
sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan
utilisasi (Utilization) zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi seseorang
atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang
tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Riyadi 2001).
Status gizi seseorang atau sekelompok orang tidak selalu sama dari
masa ke masa karena merupakan interaksi dari berbagai faktor. Menurut Riyadi
(2001), faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi
pangan dan status kesehatan. Konsumsi pangan, salah satunya dipengaruhi
oleh akses terhadap pangan. Lebih lanjut, akses terhadap pangan ditentukan
oleh tingkat pendapatan seseorang.
Status gizi merupakan masukan zat gizi dan pemanfaatannya di dalam
tubuh. Untuk mencapai status gizi baik diperlukan pangan yang mengandung
cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi dan dapat memenuhi yang ditentukan
oleh berbagai faktor, antara lain : umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, berat badan
dan tinggi badan, keadaan fisiologis dan kedaan kesehatan (Hermina 1993)
Status gizi dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh (body
mass index). Indeks massa tubuh dihitung dengan cara membagi bobot badan
dengan BB adalah bobot badan (kg) dan TB adalah tinggi badan (m).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2000 telah mengeluarkan kategori
IMT yang cocok untuk masyarakat Asia. Untuk praktisnya, kriteria IMT adalah
kurus (IMT <18), normal (IMT = 18-25), gemuk sehat (IMT = 25-30), dan gemuk
tidak sehat atau obesitas (IMT >30).
Tabel 1. Klasifikasi IMT menurut WHO
Kategori IMT (kg/m2) Risiko penyakit Kurus (Underweight)
Normal (ideal)
Tabel 2. Kategori status gizi untuk balita dan anak-anak
BB/U PB/U BB/PB Gizi Lebih (>2.0 SD baku
WHO NCHS)
Gizi baik (-2.0 SD s/d +2.0 SD)
Gizi kurang (<-2.0 SD) Gizi buruk (<-3 SD)
Normal ( -2.0 SD baku WHO NCHS
Pendek/Stunted (<-2.0 SD)
Gemuk (>2.0 SD baku WHO NCHS)
Normal (-2.0 SD s/d +2.0 SD) Kurus/Wasted (<-20 SD s/d -3.0 SD)
Sangat kurus (<-3.0 SD)
Sumber : WHO (2007)
Pengukuran status gizi dilakukan dengan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) (WHO 2007) dengan klasifikasi sebagai berikut:
1. Gemuk (>2.0 SD baku WHO NCHS)
2. Normal (-2.0 SD s/d +2.0 SD)
3. Kurus/Wasted (<-20 SD s/d -3.0 SD)
Kecukupan energi dan zat gizi
Karyadi dan Muhilal (1996) menyatakan bahwa kebutuhan pangan hanya
diperlukan secukupnya, bila kurang maupun lebih dari kecukupan yang
diperlukan terutama apabila dialami dalam jangka waktu yang lama akan
berdampak buruk bagi kesehatan. Adanya interaksi-interaksi antara berbagai zat
gizi memberikan gambaran perlunya diupayakan suatu keseimbangan zat-zat
gizi yang dikonsumsi. Semakin beraneka ragam bahan pangan yang dikonsumsi
semakin tercapai keseimbangan dalam interaksi antara zat gizi.
Makanan yang dikonsumsi setiap hari harus tersusun dari unsur-unsur
Makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak dan dinamakan demikian
karena dibutuhkan dalam jumlah yang besar (jumlah makro) mengingat ketiga
nutrien ini umumnya terpakai habis dan tidak dapat didaur ulang.
Kebutuhan manusia akan energi dan zat gizi lainnya sangat bervariasi
meskipun faktor-faktor seperti tinggi badan, jenis kelamin, macam kegiatan, dan
faktor lainnya sudah diperhitungkan. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan dapat
tergantung pada kualitas makan karena efsiensi penyerapan dan
pendayagunaan zat gizi oleh tubuh dipengaruhi oleh komposisi dan keadaan
makanan secara keseluruhan (Suhardjo & Kusharto 1992).
Pada remaja terjadi pertumbuhan fisik dan pematangan organ tubuh yang
cepat sehingga untuk memenuhinya diperlukan zat-zat gizi yang cukup, baik
jumlah maupun macamnya. Oleh karena itu tidak satu makanan pun yang
mengandung lengkap zat gizi yang mampu membuat seseorang hidup sehat dan
produktif, maka remaja harus makan makanan yang beraneka ragam agar
kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi zat gizi dari
makanan yang lainnya (Depkes 1997).
Kecukupan zat gizi bagi tiap orang agar badan tetap sehat, tidaklah
sama. Hal ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, berat dan tinggi badan, kegiatan
atau pekerjaan sehari-hari dan keadaan tertentu (hal meneteki, keadaan stres,
dan sebagainya). Di Indonesia, kecukupan zat gizi yang dianjurkan merupakan
hasil Widyakarya Pangan dan Gizi tahun 1998 (Muhilal et al. 1998) kecukupan
gizi yang dianjurkan bagi remaja dapat dilihat padaTabel 3.
Tabel 3 Angka kecukupan zat gizi (2004) untuk remaja per orang per hari Zat Gizi
Angka kecukupan gizi
Laki-laki Perempuan 10-12 tahun 13-15 tahun 10-12 tahun 13-15 tahun
Energi
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang
pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat,
lemak, dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya (Alamtsier
2002). Menurut Budiyanto (2002) energi dalam tubuh manusia dapat timbul
karena adanya pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak. Sehingga manusia
membutuhkan zat-zat makanan yang cukup untuk memenuhi kecukupan
energinya. Manusia yang kekurangan makanan akan lemah baik dengan daya
kegiatan, pekerjaan fisik, maupun daya ingat karena kekurangan zat-zat
makanan yang dapat menghasilkan energi dalam tubuh.
Energi dibutuhkan tubuh pertama-tama untuk memelihara fungsi dasar
tubuh yang disebut metabolisme basal sebesar 60-70 persen dari kebutuhan
energi total. Kebutuhan energi untuk metabolisme basal adalah kebutuhan energi
minimum dalam keadaan istirahat total, tetapi tidur di lingkungan suhu yang
nyaman dan suasana tenang.
Protein
Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak berperan sebagai
sumber energi tetapi berfungsi untuk mengganti jaringan dan sel tubuh yang
rusak (Depkes 2002). Protein merupakan suatu zat makanan yang penting bagi
tubuh karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam
amino yang mengandung unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak
atau karbohidrat (Winarno 1997).
Menurut Almatsier (2002), kekurangan protein dapat menyebabkan
gangguan pada asupan dan transportasi zat-zat gizi, dalam keadaan berlebih,
protein akan mengalami deaminase, nitrogen akan dikeluarkan dari tubuh dan
sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh.
Oleh karena itu, protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.
Menurut Khumaidi (1989), kecukupan protein akan terpenuhi apabila kecukupan
energi telah terpenuhi karena sebanyak apapun protein akan dibakar menjadi
panas dan tenaga apabila cadangan energi masih di bawah kebutuhan.
Besi (Fe)
Zat besi/Fe merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini
sintesa hemoglobin (Hb). Di samping itu berbagai jenis enzim memerlukan Fe
sebagai faktor penggiat. Pada wanita subur, lebih banyak Fe terbuang dari
badan dengan adanya menstruasi sehingga kebutuhan akan Fe pada wanita
dewasa lebih tinggi daripada laki-laki (Sediaoetama 1996).
Apriadji (1986) mengemukakan bahwa remaja berumur antara 10 sampai
19 tahun membutuhkan kalsium dan zat besi lebih banyak daripada umur
sebelum atau sesudahnya. Puncak pertumbuhan paling pesat dicapai pada
umur-umur tersebut. Kalsium dan zat besi sangat dibutuhkan untuk menunjang
pesatnya perkembangan anggota tubuh.
Vitamin A
Sumber Vitamin A adalah hati, telur, susu (di dalam lemaknya) dan
mentega. Sumber Karoten adalah daun singkong, daun kacang, kangkung,
bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung manis, pepaya, nangka
masak dan jeruk. Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein. Vitamin A
dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email
dalam pertumbuhan tulang gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang
terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Defisiensi vitamin A menyebabkan
berkurangnya nafsu makan. Vitamin A juga berperan dalam pembentukan sel
darah merah, kemungkinan melalui interaksi dengan besi (Almatsier 2002).
Vitamin C
Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang dapat terserap
sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam saluran darah dan diedarkan
keseluruh tubuh. Pada umumnya tubuh menahan vitamin C sangat sedikit.
Kelebihan vitamin C dibuang melalui air kemih. Oleh karena itu bila seseorang
mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah besar, sebagian besar akan dibuang
keluar, terutama bila orang tersebut mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi,
sebaliknya bila buruk keadaan gizi seseorang, maka sebagian besar dalam
jumlah itu dapat ditahan oleh jaringan tubuh (Winarno 1997).
Vitamin C memiliki banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau
kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan
bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Kekurangan
vitamin C dapat menyebabkan luka sukar sembuh, terjadi anemia,
kadang-kadang jumlah sel darah putih menurun, serta depresi dan timbul gangguan
dan buah, terutama yang asam seperti jeruk, nanas, rambutan, dan tomat.
Menurut Riyadi (2006), kebutuhan vitamin C dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
dan keadaan fisiologis serta gaya hidup seperti merokok.
Kalsium
Kalsium terdapat dalam darah, dalam cairan lainnya dan dalam jumlah
kecil ditemukan dalam sel tubuh. Kalsium diperlukan untuk membantu
mengentalkan darah, penyerapan vitamin B12 dan mengirimkan isyarat syaraf ke
seluruh tubuh. Unsur tersebut diperlukan untuk membantu mengatur
permeabilitas sel agar zat gizi dan substansi lain ke luar masuk sel dan untuk
melepaskan bahan yang tidak dibutuhkan di tempat tersebut. Kalsium
memegang peranan untuk membantu otot berkontraksi dan relaksasi.
Jumlah kalsium yang diserap ke dalam tubuh dari tempat pencernaan
sangat berlainan dan tergantung dari beberapa faktor. Penyerapan kalsium
bertalian dengan kebutuhan tubuh dan adanya fosfor, vitamin D, Laktose, asam
hidroklorat, vitamin C serta asam amino dalam usus kecil. Susu dan hasil
olahannya merupakan sumber kalsium yang sangat baik.
Fosfor
Fosfor merupakan unsur utama tulang dan gigi. Fungsi fosfor sangat
banyak diantaranya untuk metabolisme lemak dan karbohidrat, pertukaran energi
melalui reaksi oksidatif berhubungan dengan fosforilasi. Defisiensi fosfor akan
mengakibatkan mineralisasi tulang terganggu, pertumbuhan tulang terhambat,
rakhitis, dan osteomalasia. Sumber fosfor banyak terdapat pada susu, keju,
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian cross-sectional study
yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian
berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan di empat sekolah yaitu di SMP Negeri 1
Sungai Penuh, SMP Negeri 2 Sungai Penuh, SMP Negeri 4 Sungai Penuh, dan
SMP Negeri 8 Sungai Penuh. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara
purposive dengan alasan : (1) sekolah tersebut merupakan sekolah unggulan di
Kota Sungai Penuh, (2) tempat yang strategis di ibu kota kabupaten. Penelitian
ini dilakukan pada bulan Februari – Maret 2008.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Populasi contoh penelitian ini adalah remaja SMP. Kriteria contoh dalam
penelitian ini adalah berusia 12 hingga 15 tahun. Anak usia tersebut sebagian besar berada pada kelas II SMP. Metode yang digunakan dalam penarikan
contoh adalah secara purposive. Penelitian ini diawali dengan pengukuran berat
badan dan tinggi badan remaja di empat Sekolah Menegah Pertama (SMP) dengan jumlah populasi sebanyak 160 orang terdiri dari 40 orang dari masing-masing sekolah. Selanjutnya diberi kuesioner penelitian. Jumlah contoh dipilih berdasarkan kelengkapan kuesioner yaitu 25 orang dari tiap-tiap SMP. Secara keseluruhan jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 100 orang yaitu 34 orang contoh laki-laki dan 66 orang contoh perempuan.
Jumlah contoh ditentukan berdasarkan rumus studi deskriptif (Chandra 1996) adalah sebagai berikut :
n = p (1-p)(Z/d)2
= 0.5 (1-0.5) (1.96/0.1 )2 = 96.04 100 0rang
Keterangan: n = jumlah contoh (96 orang 100 orang)
d = toleransi estimasi = 10% = 0.1
p = proporsi remaja = 50% = 0.5
Z = Nilai Z pada tes dua ekor = 1.96