• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Hidup, Pola Konsumsi Pangan, Status Gizi, Dan Kebugaran Kardiorespiratori Satuan Pengamanan Institut Pertanian Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gaya Hidup, Pola Konsumsi Pangan, Status Gizi, Dan Kebugaran Kardiorespiratori Satuan Pengamanan Institut Pertanian Bogor"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

EKSAN APRIAWAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

GAYA HIDUP, POLA KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI,

DAN KEBUGARAN KARDIORESPIRATORI SATUAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gaya Hidup, Pola Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Kebugaran Kardiorespiratori Satuan Pengamanan Institut Pertanian Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

EKSAN APRIAWAN. Gaya Hidup, Pola Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Kebugaran Kardiorespiratori Satuan Pengamanan Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh SRI ANNA MARLIYATI

Kebugaran kardiorespiratori ditentukan oleh jumlah maksimal oksigen per menit yang dimanfaatkan tubuh (VO2 max) untuk melakukan aktivitas fisik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara konsumsi kopi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, status gizi, tingkat kecukupan energi, protein dengan kebugaran kardiorespiratori satpam kampus IPB. Desain penelitian menggunakan metode cross sectional study. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposive dengan jumlah subjek sebanyak 72 orang dengan kriteria inklusi yaitu, laki-laki, tidak menderita penyakit jantung, dan bersedia menjadi subjek penelitian. Hasil uji Pearson menunjukkan terdapat hubungan signifikan (p<0.05) antara usia, status gizi, tingkat kecukupan energi, protein dengan kebugaran kardiorespiratori (VO2 max). Hasil Uji Spearmen menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05) antara konsumsi kopi, rokok, aktivitas fisik, dengan kebugaran kardiorespiratori (VO2 max). Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kebugaran kardiorespiratori berdasarkan hasil uji Regresi Linear adalah usia dan tingkat kecukupan energi (p<0.05).

Kata kunci: kebugaran kardiorespiratori, konsumsi pangan, status gizi, vo2 max.

ABSTRACT

EKSAN APRIAWAN. Lifestyle, Food Consumption Pattern, Nutritional Status, and Cardiorespiratory Fitness in the Security guard of Bogor Agricultural University. Supervised by SRI ANNA MARLIYATI

Cardiorespiratory fitness determined by a maximum amount of oxygen per minute being utilized by the body (VO2 max) to perform physical activity. The research was to analyze the relationship between coffee consumption, smoking habits, physical activity, nutritional status, the adequacy level of energy, protein with cardiorespiratory fitness in the security of IPB. The design was cross sectional study. The place selected purposively with number of subject 72 subject with the criteria of inclusion, male, not suffering from heart disease , and willing to become the subject of research. Pearson test showed there was significant assosiation (p<0.05) between the ages, the nutritional status, the adequacy level of energy, protein with the cardiorespiratory fitness (VO2 max). Spearman test showed no significant assosiation (p>0.05) between coffee consumption, smocking habits, physical activity, with the cardiorespiratory fitness (VO2 max). Factors that affect the level of cardiorespiratory fitness based on the linear regression was age and the adequacy level of energy.

(6)
(7)

EKSAN APRIAWAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015 Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

GAYA HIDUP, POLA KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI,

DAN KEBUGARAN KARDIORESPIRATORI SATUAN

(8)
(9)

Judul Skripsi : Gaya Hidup, Pola Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Kebugaran Kardiorespiratori Satuan Pengamanan Institut Pertanian Bogor Nama : Eksan Apriawan

NIM : I14110057

Disetujui Oleh:

Dr Ir Sri Anna Marliyati, MS Pembimbing

Diketahui Oleh:

Dr Rimbawan Ketua Departeman

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul dalam penelitian ini adalah Gaya Hidup, Pola Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Kebugaran Kardiorespiratori Satuan Pengamanan Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Ibu Dr Ir Sri Anna Marliyati, MS selaku pembimbing skripsi atas waktu, bimbingan dan masukannya dalam penyusunan karya ilmiah ini.

2. Ibu Leily Amalia Furkon STP MSi selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan koreksi demi perbaikan karya ilmiah ini.

3. Bapak Dr Ir Hadi Riyadi, MS selaku dosen yang ikut membimbing dan memberikan saran dan masukan dalam penyusunan karya ilmiah ini.

4. Bapak Toto Mustopa, SIP MSI selaku Ketua Unit Keamanan Kampus (UKK) IPB yang telah banyak membantu dan memberikan sarannya untuk penelitian saya.

5. Ibunda tersayang (Lahasia, SPd) yang selalu mendoakan, Almarhum Bapak (Saidin) yang selalu saya rindukan, kakak-kakakku (Dank Eko, Nga Agus, Cik Harry, dan Abang Heri), Bucik Yeni, dan sanak saudara yang selalu memberikan semangat kepada saya.

6. Sahabatku Rido Akbar, Rahmatika, Elsa Septiana yang selalu membantu dan mendukung dalam penyusunan karya ilmiah ini.

7. Keluarga IMBR 48 khususnya Ike Rosmanita, Indah Erina Priska, Iqbal Hanif, Arif Delviawan, Nola Nopita, yang selalu membantu, memberikan semangat dan dukungannya.

8. Sahabatku Helga Puspita Sari dan Tandika Pranata yang saling mendukung dan mendoakan.

9. Teman-teman Gizi 48 yang telah dengan ikhlas membantu dalam pengumpulan data penelitian ini (Dianir, Asmi, Welas, Kirana, Ade, Shabira, Gandis, Dimas, Nisfa, Iwa, Ardika, Nome).

10. Teman dan sahabat Gizi Masyarakat angkatan 2011 (Gizi Masyarakat 48) yang telah memberikan dukungan, motivasi, kritik dan saran dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang saat ini belum dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk khalayak luas, walaupun belum dapat mendekati kata sempurna.

Bogor, Mei 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan 2

Hipotesis Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE PENELITIAN 5

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 5

Teknik Penarikan Contoh 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Gambaran Umum Unit Keamanan Kampus (UKK) 10

Karakteristik Subjek 11

Gaya Hidup 13

Pola Konsumsi Pangan 15

Tingkat Kecukupan Gizi 17

Status Gizi (IMT) 19

Status Kesehatan 20

Tingkat Kebugaran 21

Hubungan Antar Variabel 22

Faktor yang Memengaruhi Tingkat Kebugaran (VO2 max) 25

SIMPULAN DAN SARAN 26

Simpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 32

(14)

DAFTAR TABEL

1 Variabel, jenis dan cara pengumpulan data 6

2 Kategori PAL (Physical Activity Level) 8

3 Kategori vo2 max laki-laki 8

4 Jenis dan kategori variabel penelitian 8

5 Sebaran subjek berdasarkan usia 11

6 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan konsumsi kopi 13

7 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan merokok 14

8 Sebaran subjek berdasarkan tingkat aktivitas fisik 14 9 Sebaran subjek berdasarkan frekuansi makan sehari 15

10 Sebaran frekuensi konsumsi pangan subjek 15

11 Sebaran subjek berdasarkan TKE 17

12 Sebaran subjek berdasarkan TKP 18

13 Sebaran subjek berdasarkan TKL 19

14 Sebaran subjek berdasarkan IMT 20

15 Sebaran subjek berdasarkan riwayat penyakit 21

16 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kebugaran 22 17 Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kebugaran (VO2 max) 25

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan gaya hidup, pola konsumsi pangan, status gizi, dan kebugaran kardiorespiratori satuan pengamanan (satpam) IPB 4

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Satuan pengamanan (satpam) merupakan pengaman internal yang mempunyai tugas dan kewenangan kepolisian terbatas di lingkungan kerjanya berdasarkan Undang-undang nomor 2 tahun 2002 dan peraturan Kapolri nomor 24 tahun 2007. Aktivitas pekerjaan yang dituntut untuk berjaga selama 12 jam dan jaga malam membuat kegiatan satpam banyak duduk dan cenderung meningkatkan konsumsi kopi dan kebiasaan merokok untuk menghangatkan badan. Gaya hidup tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang memengaruhi tingkat kebugaran satpam. Kebugaran tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, genetik, usia, jenis kelamin, asupan zat gizi, komposisi tubuh, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok. Dewasa ini kebiasaan merokok sudah semakin meningkat baik dikalangan dewasa hingga anak-anak. Padahal dampak dari merokok sangatlah buruk bagi kesehatan, salah satunya dapat menurunkan tingkat kebugaran.

Hasil penelitian Global Adult Tobacco Survey (2011) menjelaskan perokok aktif di Indonesia menempati peringkat pertama dari 16 negara tertinggi sebesar 60 juta penduduk atau 36.1%. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa kebiasaan merokok berhubangan dengan tingkat stres pegawai negeri sipil laki-laki dengan 50.95% perokok aktif dan 49.05% perokok pasif (Rizkiani & Rita 2012). Kebiasaaan merokok pada laki-laki biasanya juga disertai dengan konsumsi kopi. Produksi kopi Indonesia masuk sebagai penghasil kopi terbesar di dunia. Diperkirakan setiap tahunnya konsumsi kopi semakin meningkat. Perpaduan kebiasaan merokok dan minum kopi ini seolah tidak dapat dipisahkan.

Dampak kesehatan dari merokok salah satunya dapat menurukan daya tahan untuk melakukan aktivitas fisik sedangkan konsumsi kopi yang berlebihan secara terus menerus dapat mengakibatkan defisiensi zat gizi makro dan mikro karena kopi memiliki senyawa kafein yang dapat menekan nafsu makan serta bersifat diuretik sehingga dapat mengeluarkan kalsium melalui urin (Kosnayani 2007). Bhara (2009) menyatakan konsumsi kopi sebaiknya tidak lebih dari 3 gelas atau setara dengan 300 mg dalam satu hari. Selain itu, kebiasaan minum kopi dan merokok diduga dapat mengakibatkan defesiensi energi dan protein. Seseorang yang terbiasa merokok dan minum kopi di pagi hari telah merasakan kenyang sehingga biasanya mereka menunda bahkan meninggalkan waktu makan pagi. Kurangnya asupan zat gizi dan aktivitas fisik rendah juga merupkan faktor rendahnya kebugaran kardiorespiratori. Aktivitas fisik terdiri dari 3 kompenen yaitu, pekerjaan, latihan fisik atau olahraga, dan aktivitas pada waktu luang (Baecke 1982). Daya tahan aerobik dapat ditingkatkan sebesar 5% sampai 25% pada orang dewasa sehat yang sebelumnya tidak terlatih dengan melakukan latihan secara teratur, sehingga jumlah maksimal oksigen yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas fisikpun meningkat (Anspaugh 1997).

(16)

memanfaatkan oksigen udara secara maksimal, didistribusikan kedalam sel, dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan tubuh (Department of Health and Human Service 2006). Kebugaran kardiorespiratori ditentukan oleh jumlah maksimal oksigen per menit yang dimanfaatkan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik. VO2 max merupakan komponen penting yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kebugaran dan kapasitas kardiorespiratori (Plowman & Smith 2011). Tingginya vo2 max menjadikan tingkat aktivitas fisik lebih tahan lama. Keadaan tubuh tidak mudah lelah menggambarkan bahwa kebugaran dalam kategori baik.

Tingginya konsumsi kopi, kebiasaan merokok, dan rendahnya aktivitas fisik diduga dapat memengaruhi kebugaran kardiorespiratori pada satpam. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gaya Hidup, Pola Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan Kebugaran Kardiorespiratori Satuan Pengamanan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Perumusan Masalah

Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan antara usia dengan kebugaran satuan pengamanan (satpam) kampus IPB?

2. Bagaimana hubungan antara gaya hidup dengan kebugaran satuan pengamanan (satpam) kampus IPB?

3. Bagaimana hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan kebugaran kardiorespiratori satuan pengamanan (satpam) kampus IPB?

4. Bagaimana hubungan antara status gizi dengan kebugaran kardiorespiratori satuan pengamanan (satpam) kampus IPB?

Tujuan

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara konsumsi kopi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, status gizi, tingkat kecukupan energi, protein dengan kebugaran kardiorespiratori satuan pengamanan (satpam) kampus IPB.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi satuan pengamanan (satpam) kampus IPB meliputi usia, pendidikan, besar keluarga dan pendapatan.

2. Memelajari konsumsi kopi, kebiasaan merokok, dan tingkat aktivitas fisik satuan pengamanan (satpam) IPB.

3. Memelajari konsumsi pangan satuan pengamanan (satpam) kampus IPB. 4. Menganalisis hubungan usia, konsumsi kopi, kebiasaan merokok, tingkat

(17)

Hipotesis Penelitian

H0 : Tidak terdapat hubungan antara usia, konsumsi kopi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, status gizi, tingkat kecukupan energi dan protein dengan kebugaran kardiorespiratori satuan pengaman (satpam) IPB.

H1 : Terdapat hubungan antara usia, konsumsi kopi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, status gizi, tingkat kecukupan energi dan protein dengan kebugaran kardiorespiratori satuan pengaman (satpam) IPB.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai konsumsi kopi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, status gizi, status kesehatan dan kebugaran kardiorespiratori satuan pengamanan (satpam) kampus IPB sehingga contoh dapat mengurangi konsumsi kopi dan rokok setelah mengetahui dampak buruk yang ditimbulkan bagi kesehatannya. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan referensi sebagai bahan penyuluhan atau penelitian terkait kesehatan kepada kelompok perokok dan peminum kopi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Perkembangan ilmu dan pengetahuan telah banyak merubah pola kebiasaan konsumsi pangan masyarakat. Akses yang mudah terhadap pangan semakin meningkatkan perilaku konsumtif penduduk. Usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan dan besar keluarga menjadi faktor yang memengaruhi kebiasaan makan seseorang sehingga berdampak pada status gizi dan akhirnya mempengaruhi status kesehatan. Irianto (2007) menyebutkan bahwa jumlah zat gizi yang dibutuhkan seseorang berbeda-beda sesuai dengan keadaan fisik tertentu (misalnya sakit), usia, berat badan, jenis kelamin, aktivitas fisik dan kondisi lingkungan.

(18)

Kebiasan olahraga dinilai juga mampu memengaruhi kebugaraan seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik memiliki hubungan positif (p<0.01) terhadap tingkat kebugaran (Wareham et al. 2000). Gaya hidup seperti merokok, kebiasaan minum kopi, asupan zat gizi kurang dan rendahnya aktivitas fisik dapat memengaruhi status gizi dan kesehatan sehingga berdampak pada tingkat kebugaran yang rendah. Berikut ditampilkan bagan kerangka pemikiran hubungan gaya hidup, konsumsi pangan, status gizi, status kesehatan, dan kebugaran kardiorespiratori satuan pengamanan (satpam) IPB pada Gambar 1.

Gambar 1 Hubungan gaya hidup, pola konsumsi pangan, status gizi, dan kebugaran kardiorespiratori satuan pengamanan (satpam) IPB

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Hubungan yang diteliti

Karakteristik Subjek  Usia

 Pendidikan  Pendapatan  Besar Keluarga

Kebugaran Kardiorespiratori VO2 Max

(Harvard Step Test) Status Gizi

 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Status Kesehatan  Riwayat Penyakit (Subjek dan Orang Tua)

Gaya Hidup

 Kebiasaan merokok  Konsumsi kopi  Aktivitas fisik Asupan Gizi

(19)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian gaya hidup, konsumsi pangan, status gizi, status kesehatan, dan kebugaran kardiorespiratori satuan pengamanan (satpam) IPB dilakukan menggunakan desain penelitian cross-sectional study. Desain penelitian ini merupakan rancangan studi epidemiologi yang mempelajari suatu pengamatan dan semua data dapat dikumpulkan dalam satu waktu. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan kemudahan akses dan perizinan. Penelitian ini dilaksanakan di kampus IPB pada bulan Februari 2015-Maret 2015.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi yang dijadikan contoh pada penelitian ini adalah pekerja satuan pengamanan (satpam) kampus IPB sebanyak 245 orang. Contoh dari pupulasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai contoh penelitian dengan kriteria inklusi yaitu, 1) Laki-laki, 2) Tidak menderita penyakit jantung, dan 3) Bersedia menjadi subjek penelitian. Pengambilan contoh diambil dengan menggunakan rumus slovin dengan persamaan sebagai berikut:

n = + �N 2

Keterangan:

n : Ukuran contoh N : Ukuran populasi

d : Presisi 0.1 (penyimpangan sampel terhadap populasi 10%)

Jadi dari rumus tersebut dapat dihitung jumlah contoh minimal dalam penelitian ini, yaitu:

n = + . 2

n = .

(20)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer meliputi karakteristik contoh (nama, usia, pekerjaan, besar keluarga dan pendapatan), konsumsi pangan (Recall 2x24 jam), kebiasaan makan (Food Frequency Questionare), aktivitas fisik (Recall Aktivity 2x24 jam), kebiasaan konsumsi kopi dan rokok, serta tingkat kebugaran kardiorespiratori. Pengumpulan data karakteristik contoh, konsumsi pangan, kebiasaan minum kopi dan merokok dilakukan dengan melakukan wawancara langsung menggunakan kuisioner. Kuisioner tersebut dimodifikasi dari 3 sumber penelitian skripsi yaitu, Firdaus A (2014), Tamimi K (2014), & Prassetyo H (2014), sedangkan pengukuran tingkat kebugaran kardirespiratori dilakukan dengan metode Harvard Step Test yaitu tes naik turun bangku dengan tinggi 40 cm, selama 5 menit dengan ketukan 120 bit, kemudian dihitung denyut nadi pada 30 detik pada menit ke-1, 2, 3. Alat yang digunakan dalam pengukuran kebugaran kardiorespiratori berupa stopwatch, bangku, metronome, dan formulir isian. Jenis dan cara pengumpulan data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Variabel, jenis dan cara pengumpulan data

Variabel Jenis data Cara pengumpulan

Karakteristik contoh

Status Gizi Primer Pengukuran BB dan TB

Status Kesehatan

Konsumsi Pangan Primer Wawancara langsung

menggunakan kuisioner

(21)

Pengolahan dan Analisis Data

Kebiasaan makan akan diukur dengan menggunakan Food Frequency Questionnaires (FFQ) sedangkan tingkat konsumsi pangan diperoleh melalui Food Recall 2x24 jam. Tingkat kecukupan energi dan protein dilihat dengan membandingkan konsumsi energi dan protein dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013. Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan ke dalam satuan energi (kkal) dan gram protein berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 2010. Rumus yang digunakan yaitu (Hardinsyah & Briawan 1994):

Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

Keterangan:

Kgij = Kandungan zat gizi-i dalam bahan makanan-j Bj = Berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi-i dalam 100 gram BDD bahan makanan-j BDDj = Bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Setelah kandungan zat gizi pangan diketahui, maka tingkat kecukupan zat gizi dapat diketahui dengan cara membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual dengan referensi angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan menurut AKG 2013. Rumus yang digunakan yaitu (Hardinsyah & Briawan 1994):

TKG = ( Konsumsi zat gizi/Angka Kecukupan Gizi (AKG)) x 100%

Hasil Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) dinyatakan dalam persen. Nilai persentase tersebut diklasifikasikan menjadi 5 kategori TKE dan TKP menurut Depkes (1996) yaitu:

1. Defisit tingkat berat : <70% AKG 2. Defisit tingkat sedang : 70-79% AKG 3. Defisit tingkat ringan : 80-89% AKG

4. Normal : 90-119% AKG

5. Kelebihan : >120% AKG

Data aktivitas fisik diperoleh dengan metode Recall Activity 2x24 jam melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner. Rumus yang digunakan pada pengukuran aktivitas fisik dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) sebagai berikut.

PAL = Ʃ (PAR x alokasi waktu tiap aktivitas) 24 jam

Keterangan:

PAL = Physical Activity Level

(22)

Tabel 2 Kategori PAL (Physical Activity Level)

Data kebugaran kardirespiratori diperoleh dengan melakukan tes langsung dengan metode Harvard Step Test yaitu tes naik turun bangku dengan tinggi 40 cm, selama 5 menit dengan ketukan 120 bit, dan kemudian dihitung denyut nadi pada 30 detik pada menit ke-1, 2, 3. Setelah itu dilakukan perhitungan skor VO2 max dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

VO Max = � � � ��� �� + �� + ���� �

Keterangan:

Durasi NTB : Durasi naik turun bangku dalam detik

DN : Denyut nadi dalam 30 detik pada menit ke-1, 2, dan 3

Hasil pengukuran tersebut kkemudian dibandingkan dengan tabel VO2 max untuk contoh laki-laki. Selengkapnya kategori VO2 max untuk laki-laki ditampilkan pada Tabel 3 Kategori vo2 max laki-laki

Sangat

Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik

<55 55-64 65-79 80-89 ≥90

Sumber: Fox et. al 1973

Uji statistik dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson, Spearman dan uji pengaruh menggunakan Regresi Linear. Uji korelasi Spearman digunakan karena data pada penelitian ini adalah data ordinal sedangkan uji korelasi Pearson digunakan karena data merupakan data nominal. Uji korelasi digunakan untuk menguji hubungan antara konsumsi kopi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, status gizi, dan tingkat kecukupan energi, protein dengan kebugaran kardirespiratori, sedangkan uji Regresi Linear digunakan untuk melihat variabel yang berpengaruh dengan kebugaran subjek. Jenis dan kategori data yang akan diolah selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis dan kategori variabel penelitian

(23)

No Data Kategori

1. Rendah (< 1 gelas kopi/hari) 2. Sedang (1-2 gelas kopi/hari) 3. Tinggi (3-5 gelas kopi/hari) 4. Sangat tinggi (>5 gelas kopi/hari) 7. Aktivitas fisik 2. Defisit tingkat sedang : 70-79% 3. Defisit tingkat ringan : 80-89%

4. Normal : 90-119%

1. Underweight IMT < 18.5 kg/m2 2. Normal IMT 18.5-25 kg/m2 3. Overweight IMT 25.0- 27.0 kg/m2 4. Obesitas IMT ≥ 27.0 kg/m2

Definisi Operasional

Kebugaran adalah daya tahan seseorang untuk melakukan aktivitas fisik dalam waktu tertentu.

Contoh adalah satuan pengamanan (satpam) kampus IPB yang dijadikan sebagai subjek penelitian.

Status Gizi (IMT) adalah kategori kondisi tubuh yang dilihat dengan pengukuran tinggi dan berat badan sehingga didapatkan nilai Index Massa Tubuh (IMT). IMT dibedakan menjadi 4 kategori yaitu underwight (<18,5 kg/m2), normal (18,5-25.0 kg/m2), Overwight (25.0-27.0 kg/m2), Obesitas (≥ 27.0 kg/m2).

(24)

Aktivitas fisik adalah semua jenis kegiatan yang dilakukan contoh sehingga meningkatkan pengeluaran energi tubuh. Aktivitas fisik digolongkan menjadi 3 kategori yaitu ringan, sedang, dan berat.

Food Recall 2x24 jam adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan konsumsi pangan contoh.

Status Kesehatan adalah derajat kesehatan dengan melihat penyakit yang pernah diderita subjek dan orang tua.

Asupan Gizi adalah nilai zat gizi yang terkandung dalam pangan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh.

Harvard Step Test adalah metode yang digunakan untuk memperoleh nilai VO2 max contoh. Tes ini dilakukan dengan naik turun bangku setinggi 40 cm selama 5 menit dengan ketukan 120 bit.

Tingkat Kecukupan Gizi adalah zat gizi yang dikonsumsi contoh dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai kelompok umur. Food Frequency adalah kebiasaan contoh dalam mengonsumsi makanan dan

minuman diukur dalam satuan kali serta jumlah yang dinyatakan dalam gram.

VO2 Max merupakan kemampuan maksimal untuk memanfaatkan oksigen dalam udara selama latihan dan melakukan aktivitas fisik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Unit Keamanan Kampus (UKK)

Unit keamanan kampus merupakan unit pelaksana teknis yang dibentuk oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk melaksanakan tugas pengamanan fisik dalam rangka menyelenggarakan keamanan di lingkungan atau kawasan kerja IPB. Undang-undang nomor 2 tahun 2002 dan peraturan Kapolri nomor 24 tahun 2007 mengamanatkan bahwa security merupakan pengamanan internal yang mempunyai tugas dan kewenangan kepolisian terbatas di lingkungan kerjanya. Nama unit pengelola keamanan ini beberapa kali mengalami perubahan, pada tahun 2000 berada dibawah sub bagian rumah tangga, kemudian berpindah pengelola ke Unit Pembinaan Lingkungan Kampus (PLK) ditahun 2000-2003, dan pada akhirnya ditahun 2003 sampai dengan sekarang berada dibawah Unit Keamanan Kampus (UKK).

(25)

kebutuhan SDM untuk kampus IPB Dramaga masih tergolong kurang karena SDM aktual yang dibutuhkan adalah 300 orang namun kenyataannya hanya berjumlah 251 orang.

Kegiatan pelatihan satuan pengamanan (satpam) kampus dalam rangka untuk meningkatkan mental, kemampuan fisik, keterampilan dasar, skill, etika, tugas pokok, fungsi, dan peranan satpam, maka anggota satpam dikirim untuk menjalani latihan Garda Pratama ke Lido Bogor. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober, dan November. Anggota yang dikirim per bulan tersebut masing-masiang berjumlah 15 orang atau 60 orang dalam setahun.

Karakteristik Subjek

Subjek penelitian berjumlah 72 orang yang semuanya berjenis kelamin laki-laki dan berprofesi sebagai satpam kampus IPB. Usia, pendidikan, besar keluarga, dan pendapatan merupakan komponen dari karakteristik subjek penelitian. Sebaran subjek berdasarkan usia, pendidikan, besar keluarga, dan pendapatan ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran subjek berdasarkan usia

(26)

Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kebugaran tubuh. Andersen et. al 1978 membuktikan bahwa nilai kemampuan kardiorespiratori tertinggi terdapat pada umur 20 sampai dengan 30 tahun. Subjek pada penelitian ini berusia 24-65 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, sebaran subjek berdasarkan usia dibagi menjadi tiga kategori usia yaitu, dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa lanjut. Subjek yang masuk ke dalam golongan usia dewasa awal sebanyak 41.67%, usia dewasa madya 54.17% dan usia dewasa akhir 4.17%. Rata-rata usia subjek 38.63±9.54 tahun. Daya tahan kardiovaskuler akan terus meningkat ketika usia anak-anak hingga sekitar umur 20 tahun dan mencapai puncaknya pada usia antara 20-30 tahun (Morehouse 1972). Penelitian lainnya menyebutkan bahwa kebugaran kardiorespiratori tertinggi terdapat pada umur 20 hingga 30 tahun, setelah itu akan cenderung menurun (Andersen et. al 1978).

Pendidikan

Pola pikir, pengetahuan gizi, dan kesehatan dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang, baik dari pendidikan formal maupun pendidikan non-formal (Rifai dan Gulat 2003). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan cenderung merubah pengetahuan, sikap, dan perilaku konsumsi pangan ke arah yang lebih baik. Pendidikan terakhir subjek pada penelitian ini mayoritas adalah lulusan SMA/Sederajat (93.06%), lulusan SD (4.17%), dan lulusan SMP (2.78%). Permata (2012) menyebutkan bahwa selain dapat meningkatkan pengetahuan gizi dan kesehatan, tingkat pendidikan juga ikut berperan dalam peningkatan kemampuan akses pangan dan taraf hidup.

Besar Keluarga

Berdasarkan (BKKBN 1998) sebaran subjek penelitian ini digolongkan menjadi tiga kategori yaitu, kecil, sedang, dan besar dengan persentase tertinggi merupakan keluarga dengan kategori kecil (63.89%), sedang (30.56%) dan besar (5.56%). Deliarnov (2009) menyebutkan bahwa banyaknya keluarga tentu akan memengaruhi konsumsi pangan individu, oleh karena itu perlu adanya perhatian khusus agar setiap individu anggota keluarga dapat mempunyai akses pangan dan dapat mengonsumsi pangan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu tersebut. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin tinggi tanggung jawab orang tua untuk mencukupi kebutuhan sosial ekonomi anggota keluarganya.

Pendapatan

(27)

Gaya Hidup

Konsumsi Kopi

Kopi merupakan minuman yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia terutama dikalangan pria. Konsumsi kopi berlebih diatas 3 gelas perhari akan memiliki efek samping yang akan mengganggu kesehatan, yaitu osteoporosis, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, insomnia, infertilisasi, depresi, gelisah, tremor otot, dan menyebabkan kematian (ADF 2011). Konsumsi kopi pada subjek penelitian ini tertinggi pada kategori 1-2 gelas per hari sebanyak 32 orang (44.44%), 3-5 gelas per hari 18 orang (25.00%), <1 gelas per hari 13 orang (18.06%), >5 gelas per hari sebanyak 2 orang (2.78%), dan sisanya sebanyak 7 orang (9.72%) merupakan subjek yang tidak mengonsumsi kopi. Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan konsumsi kopi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan konsumsi kopi

Kategori n % minuman yang diberikan kepada subjek untuk menunjang pekerjaannya. Jatah kopi hitam tersebut diberikan kepada setiap individu yang bertugas sebagai satpam, namun tidak jarang juga mereka mengonsumsi kopi kemasan yang banyak dijual di pasaran. Bhara (2009) menyatakan bahwa konsumsi kafein tidak boleh melebihi 300 mg/hari. Menurut Weinberg dan Bealer (2002), kandungan kafein kopi dalam ukuran rumah tangga mengandung 138,9 mg per satu gelas kopi (250 ml), sedangkan 180 ml kopi dalam kemasan mengandung sebanyak 100 mg kafein. Berdasarkan SNI (2006), satu sendok makan (sdm) kopi hitam mengandung sekitar 69,45 mg kafein dan produk minuman kopi dalam kemasan berkisar antara 50-150 mg per sajiannya. Mengonsumsi kopi 1-2 gelas (180 ml) dalam sehari sama dengan mengonsumsi 100-200 mg kafein.

Kebiasaan merokok

(28)

Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas VO2 max karena dapat menurunkan jumlah udara yang dapat dihirup oleh paru-paru sehingga mengakibatkan terbatasnya penggunaan oksigen (Indrawagita 2009). Zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok antara lain, nikotin, karbon monoksida, tar, zat aditif untuk rasa dan aroma, serta gas beracun lainnya. Efek yang ditimbulkan dari zat tersebut yaitu meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan metabolisme serta memengaruhi transportasi oksigen ke seluruh tubuh dan menghambat aktivitas organ-organ tubuh.

Aktivitas Fisik

Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang melibatkan kekuatan otot-otot tubuh dan sistem yang dapat menunjangnya. Kegiatan tersebut tentu memerlukan tenaga yang dihasilkan dari pemecahan zat-zat gizi menjadi energi. Banyaknya energi yang digunakan tergantung tingkat aktivitas fisik yang dilakukan, semakin banyak otot-otot yang terlibat dalam aktivitas fisik maka semakin tinggi energi yang diperlukan untuk kegiatan tersebut (Almatsier 2006). Berdasarkan hasil penelitian, subjek yang berjumlah 72 orang memiliki aktivitas fisik yang tergolong rendah 69 orang (95.83%), dan sisanya 3 orang dengan aktivitas fisik yang tergolong sedang (4.17%). Aktivitas fisik yang rendah ini berdasarkan observasi recall activity 2x24 jam disebabkan karena aktivitas pekerjaan yang banyak duduk. Selama 12 jam bekerja, subjek hanya menghabiskan waktunya untuk duduk santai dan sekali-kali berkeliling untuk memantau keamanan area tugas mereka. Kebiasaan olahraga yang merupakan aktivitas fisik yang lumayan berat jarang dilakukan oleh subjek. Aktivitas olahraga rutin yang diselenggarakan oleh satpam adalah olahraga sepak bola, namun tidak banyak yang rutin untuk menggeluti olahraga tersebut. Tingkat aktivitas fisik dihitung menggunakan PAL (Phyisical Activity Level) diperoleh hasil sebagai berikut yang ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan tingkat aktivitas fisik

Kategori n %

Rendah 69 95.83

Sedang 3 4.17

Tinggi 0 0.00

Total 72 100.00

(29)

maksimal oksigen yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas fisikpun meningkat (Anspaugh 1997).

Pola Konsumsi Pangan

Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan akan sangat menentukan tingkat kecukupan terhadap energi dan zat gizi subjek. Waktu makan digolongkan menjadi 5 kali waktu makan yaitu makan pagi, selingan pagi, makan siang, selingan sore, dan makan malam. Subjek dalam penelitian ini paling banyak memiliki frekuensi waktu makan 4 kali (56.94%), 5 kali (23.61%), 3 kali (15.28%) dan 2 kali (4.17%). Sebaran subjek berdasarkan frekuensi waktu makan sehari ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan frekuansi makan sehari

Frekuensi makan sehari n %

Menurut Winarno (2002), kontribusi zat gizi untuk satu kali sarapan pagi menyumbang 20-25% dari kebutuhan energi total. Waktu makan yang paling sering dilewatkan oleh responden adalah waktu makan siang (30.99%), makan pagi (25.35%), selingan pagi (16.90%), selingan sore (15.49%), dan makan malam (11.27%). Melewatkan satu kali waktu makan berarti menurunkan tingkat kecukupan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Asupan yang tidak adekuat tentunya dapat menurunkan kemampuan melakukan aktivitas fisik sehingga dapat menjadi faktor rendahnya tingkat kebugaran tubuh.

Frekuensi Konsumsi

Frekuensi konsumsi pangan diperoleh dengan menggunakan Food Frequency Questionare (FFQ). Frekuensi konsumsi pangan digolongkan menjadi 6 jenis bahan pangan yaitu, karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran, buah-buahan, dan kelompok jajanan. Sebaran subjek berdasarkan frekuensi konsumsi pangan subjek disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran frekuensi konsumsi pangan subjek

Jenis bahan pangan kali/hari kali/minggu

(30)

Jenis bahan pangan kali/hari kali/minggu

Pangan sumber karbohidrat subjek yang paling sering dikonsumsi adalah nasi putih yaitu, 2.65 kali/hari, mie 0.42 kali/hari dan kentang 0.22 kali/hari dengan jumlah konsumsi golongan karbohidrat sebanyak 3.29 kali/hari. Hal tersebut sudah sesuai dengan anjuran gizi seimbang yang menyarankan untuk mengonsumsi sumber karbohidrat setidaknya 3-4 piring nasi, namun perlu diperhatikan porsi yang dianjurkan agar dapat memenuhi kebutuhan energi subjek sehingga tidak terjadi defesiensi energi. Protein hewani yang paling sering dikonsumsi adalah ikan 0.61 kali/hari. Jenis ikan yang dikonsumsi adalah ikan asin, ikan tongkol, ikan kembung, ikan mas dan ikan nila. Telur ayam juga merupakan pangan hewani yang paling sering dikonsumsi oleh subjek yaitu, 0.61 kali/hari, susu sapi 0.31 kali/hari, dan ayam 0.30 kali/hari dengan jumlah total konsumsi golongan pangan sumber protein hewani adalah 1.83 kali/hari. Konsumsi pangan sumber pangan hewani masih kurang untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dalam sehari. Konsumsi daging, hati yang merupakan sumber zat besi jarang dikonsumsi subjek, padahal menurut anjuran gizi seimbang konsumsi pangan kelompok daging-dagingan merupakan kelompok pangan sumber zat besi yang dapat mencegah terjadinya anemia. Konsumsi pangan kelompok protein nabati paling sering dikonsumsi adalah tempe yaitu, 0.81 kali/hari, tahu 0.71 kali/hari, dan kacang tanah 0.14 kali/hari dengan jumlah konsumsi pangan sumber protein nabati 1.66 kali/hari. Konsumsi pangan sumber protein nabati dapat meningkatkan asupan protein subjek dan saling melengkapi dengan konsumsi pangan sumber protein hewani.

(31)

anjuran gizi seimbang. Konsumsi sayur dan buah yang dianjurkan adalah 5 porsi dalam sehari sedangkan konsumsi sayur dan buah subjek sebanyak 1.70 kali/hari. Konsumsi sayur dan buah subjek perlu ditingkatkan. Konsumsi sayur dan buah sebagai sumber serat memiliki dampak kesehatan yang baik dan sebagai sumber vitamin dan mineral dalam pemenuhan zat gizi mikro subjek. Konsumsi jajanan tersering adalah konsumsi gorengan yaitu, 0.82 kali/hari yang artinya hampir setiap hari konsumsi jajanan subjek adalah gorengan. Konsumsi gorengan sebagai sumber lemak akan meningkatkan konsumsi lemak. Konsumsi lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan misalnya, jantung koroner, arteroslerosis, dan hipertensi (Khomsan dan Faisal 2008), selanjutnya dapat menurunkan status kesehatan dan meningkatnya nilai IMT sehingga kemampuan aktivitas fisik menjadi menurun.

Tingkat Kecukupan Gizi

Konsumsi makanan merupakan sumber tenaga bagi tubuh untuk melakukan aktivitas fisik. Konsumsi makanan yang seimbang penting untuk memenuhi kebutuhan gizi. Asupan energi, protein, lemak dan zat gizi lainnya akan sangat menentuan banyak hal yaitu, status gizi, status kesehatan, dan performa dalam melakukan aktivitas fisik.

Tingkat Kecukupan Energi (TKE)

Kebutuhan energi individual dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, usia, jenis kelamain, berat badan, tinggi badan, dan tingkat aktivitas keseharian. Tingkat kecukupan gizi ini dihitung dari hasil wawancara food recall dikonversi kekandungan zat gizi dan kemudian disesuaikan dengan Angka kecukupan Gizi (AKG 2013) individu. Hasil tingkat kecukupan energi dan zat gizi diklasifikasikan menjadi 5 kategori menurut (Depkes 1996). Berikut sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan energi ditampilkan pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran subjek berdasarkan TKE

Kategori n %

Rata-rata±SD 1759.57±391.86 kkal

(32)

Waktu makan paling sering ditinggalkan subjek adalah waktu makan siang (30.99%), waktu makan pagi (25.35%). Waktu makan siang yang ditinggalkan subjek ini tentu dapat mengurangi konsumsi makan dan memengaruhi asupan zat gizi subjek. Waktu makan siang dapat menghilangkan setidaknya 30% dari asupan gizi dari kebutuhan individu perharinya, sedangkan waktu makan pagi dapat menghilangkan kontribusi asupan zat gizi sehari sebesar 20% dari total asupan yang dibutuhkan oleh tubuh. Faktor lainnya yang membuat subjek dapat meninggalkan waktu makannya adalah konsumsi kopi.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata responden yang mengonsumsi kopi sebelum waktu makannya cenderung merasakan kenyang dan akhirnya menunda bahkan meninggalkan waktu makannya. Efek ini terjadi karena kandungan kafein dalam kopi dapat menekan nafsu makan subjek. Kulkosky (1981) menyebutkan bahwa efek dari kafein dapat menunda rasa lapar, dan menekan nafsu makan. Penelitian tersebut dibuktikan dengan tikus yang diberikan pil kafein. Selain itu penelitian lainnya menyatakan bahwa apabila berat badan bertambah pada penderita anoreksia nervosa maka mereka akan mengonsumsi kopi atau sumber kafein lainnya untuk menekan dan menghilangkan selera makannya (Sours 1983). Bray (2000) mekanisme kerja kafein dalam menekan nafsu makan berhubungan dengan aktifnya sistem saraf simpatik oleh kafein dengan memunculkan rasa kenyang sehingga berpengaruh terhadap konsumsi makanan dan asupan zat gizi.

Tingkat Kecukupan Protein (TKP)

Williams (2002) menyatakan bahwa diet protein tinggi pada atlet dapat meningkatkan performa atlet. Protein merupakan zat gizi yang paling utama dalam menjalankan fungsi sebagai zat pembangun, pertumbuhan, pembentukan enzim, hormon, neurotransmitter, antibodi, memperbaiki jaringan rusak, dan membentuk struktur tubuh. Rata-rata konsumsi subjek 46.61±12.21 g dalam sehari, berdasarkan usia dan berat badan yang dianjurkan (AKG 2013) subjek tertinggi masuk kedalam golongan defisit berat (58.33%), defisit sedang (19.44%), normal (11.11%), defisit ringan (9.72%), dan lebih (1.39%). Sebaran subjek berdasarkan tinkat kecukupan protein ditampilkan pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran subjek berdasarkan TKP

(33)

IPB. Transportasi oksigen ke dalam eritrosit dibantu oleh hemoglobin dan transportasi oksigen ke otot dibantu oleh mioglobin yang merupakan salah satu peran protein. Oleh karena itu protein merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi daya tahan kardiorespiratori.

Tingkat Kecukupan Lemak (TKL)

Lemak merupakan komponen zat gizi yang menyumbang energi terbesar 9 kkal/gram lemak yang dikonsumsi. Hardinsyah dan Tambunan dalam WNPG VIII (2004), asupan lemak hanya dianjurkan untuk dikonsumsi maksimal 30% dari kebutuhan energi individu yang dianjurkan menurut AKG 2013. Rata-rata konsumsi lemak subjek 45.54±14.28 g, konsumsi lemak subjek dikategorikan kurang (91.67), cukup (6.94%) dan kategori lebih (1.39%). Konsumsi lemak subjek mayoritas kurang. Konsumsi lemak subjek berasal dari jajanan gorengan yang hampir tiap hari. Konsumsi gorengan mencapai 0.82 kali/hari. Selain itu konsumsi makanan yang cenderung menggunakan minyak pada pengolahannya juga disukai dan paling sering dikonsumsi oleh subjek. Namun, konsumsi lemak yang kurang pada subjek disebabkan karena konsumsi pangan pada saat penelitian sedikit karena adanya kecenderungan pengurangan konsumsi pangan secara sengaja yang dilakukan oleh subjek, sehingga berdampak pada tingkat kecukupan lemak dan energi subjek. Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukapan lemak ditampilkan pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran subjek berdasarkan TKL

Kategori n % meningkatkan asupan energi, namun konsumsi lemak secara berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif sehingga memicu timbulnya berbagai penyakit diantaranya jantung koroner, arterosklerosis dan hipertensi. Konsumsi makanan yang cenderung tinggi lemak dapat juga memicu peningkatan berat badan (Gibney et. al 2008).

Status Gizi (IMT)

(34)

Tabel 14 Sebaran subjek berdasarkan IMT

Kurang gizi dan gizi lebih merupakan suatu masalah gizi ganda di Indonesia saat ini. Masalah gizi tersebut dapat menurunkan fungsi imun tubuh, memengaruhi pragnosisi penyakit, memperlama pemulihan terhadap penyakit, dan rentan terhadap penyakit (Deschamp et. al 2002). Nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) tinggi akan memengaruhi ketidakmampuan fisik tubuh, penurunan aktivitas fisik dan kualitas hidup. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa status gizi berpengaruh terhadap status kesehatan dan tingkat aktivitas individu.

Menurut Bovet (2007), kebugaran pada siswa yang memiliki IMT yang normal lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kelebihan berat badan. Penelitian tersebut dilakukan di daerah Afrika pada 4599 siswa. Hasil penelitan menunujukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara IMT dengan daya tahan kardiorespiratori. Marley (1982) menyatakan bahwa menurunnya daya tahan jantung paru merupakan akibat jumlah lemak yang berlebih dalam tubuh sehingga menghambat kemampuan tubuh dalam melakukan aktivitas fisik.

Tingkat kecukupan energi maupun protein subjek menunjukkan hasil yang tertinggi pada kelompok defisit berat namun status gizi subjek 12 orang tergolong overweight dan 19 orang obesitas. Hal ini dikarenakan subjek tersebut mungkin cenderung menutupi konsumsi sebenarnya yang disebabkan oleh keinginan untuk mendapatkan perhatian khusus terkait dengan pendapatan mereka, dan terdapat subjek yang melaksanakan ibadah puasa. Selain itu salah satu faktor yang dapat meningkatkan berat badan adalah tingkat konsumsi lemak. Konsumsi lemak pada semua subjek rata-rata masuk kedalam kategori lebih (>30%), berdasarakan penelitian (Gibney et. al 2008) menyebutkan bahwa konsumsi makanan yang cenderung tinggi lemak dapat juga memicu peningkatan berat badan. Status gizi berdasarkan IMT belum dapat digambarkan secara langsung dengan melihat konsumsi pangan berdasarkan hasil food recall 2x24 jam.

Status Kesehatan

(35)

Penyakit yang diderita subjek adalah hipertensi (6.94%) dan diabetes (1.39%). Subjek tersebut cenderung memiliki riwayat hipertensi dan diabetes dari ibu atau ayahnya. Faktor keturunan bukan merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya hipertensi, namun faktor keturunan dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi pada subjek (Anies 2006). Firdaus (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara tekanan darah (sitolik dan diastolik) terhadap tingkat aktivitas fisik. Arisandi (2009) diabetes melitus merupakan ketidakmampuan insulin untuk mengikat gula dalam darah masuk kedalam sel. Salah satu penyebab terjadinya diabetes diantaranya adalah gaya hidup, pola makan yang salah dan keturunan. Sebaran subjek berdasarkan riwayat penyakit individu dan orang tua ditampilkan pada Tabel 15.

Tabel 15 Sebaran subjek berdasarkan riwayat penyakit

Penyakit yang

pernah diderita n %

Riwayat orang tua

Ibu (n) % Ayah (n) %

Hipertensi 5 6.94 3 4.16 7 9.72

Diabetes 1 1.39 3 4.16 2 2.78

Stroke 0 0.00 1 1.39 1 1.39

Jantung 0 0.00 1 1.39 1 1.39

Kanker paru 0 0.00 0 0.00 1 1.39

Liver 0 0.00 0 0.00 2 2.78

Tidak ada 66 91.67 64 88.89 58 80.56

Total 72 100.00 72 100.00 72 100.00

Tingkat Kebugaran

(36)

Tabel 16 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kebugaran

Rata-rata±SD 44.66±21.18 ml/kg/menit

Fox et. al (1973) menggolongkan tingkat kebugaran menjadi 5 kategori. Rata-rata nilai VO2 max 44.66±21.18 yang digolongkan sangat kurang. Tingkat kebugaran tertinggi subjek berada dalam kategori sangat kurang (66.67%), kurang (11.11%), cukup (18.06%), baik (1.39%), dan baik sekali (2.78%). Banyak faktor yang dapat memengaruhi tingkat kebugaran tubuh yaitu, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, konsumsi rokok, kopi, alkohol, status gizi, status kesehatan, konsumsi makanan, dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi.

Hubungan Antar Variabel

Hubungan Usia dengan Kebugaran (VO2 max)

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan negatif antara kebugaran dengan usia (p=0.0001; r=-0.604). Hasil penelitiaan ini menyatakan bahwa rendahnya tingkat kebugaran dapat dihubungkan dengan semakin bertambahnya usia. Penelitian ini sejalan dengan (Tamimi 2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara VO2 max dengan usia pekerja lapang di PT. Indocement (p=0.0001; r=-0.648). Kemampuan pengantaran oksigen ke otot dikarenakan penurunan cardiac output karena bertambahnya usia, dan fungsi organ tubuh yang semakin menurun. Andersen et. al 1978 membuktikan bahwa nilai kemampuan kardiorespiratori tertinggi terdapat pada umur 20 sampai dengan 30 tahun.

Penurunan tingkat kebugaran ini dapat dicegah jika seseorang melakukan aktivitas olahraga yang teratur (Moeloek 1984). Vreis (1986) dalam (Muizzah 2013) menyatakan bahwa kebugaran dapat ditingkatkan bahkan setelah usia 70 tahun dengan melakukan aktivitas fisik yang rutin dan teratur. Subjek yang diberikan intervensi berlatih aerobik pada usia 30 tahun dapat meningkatkan kemampuan VO2 maxnya dan kembali menurun karena penurunan intensitas latihan. Andrea et. al (1999) mengungkapkan bahwa intervensi aktivitas fisik dengan memberikan program latihan yang terstruktur dapat meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas fisik, meningkatkan tingkat kebugaran kardiorespiratori, dan menurunkan tekanan darah.

Hubungan konsumsi kopi dengan kebugaran (VO2 max)

(37)

dengan tingkat kebugaran (p>0.05; r=0.097). Meskipun tidak signifikan, hubungan antara kopi dan kebugaran bersifat positif. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat konsumsi kopi cenderung memengaruhi tingkat kebugaran ke arah yang lebih baik. Konsumsi kopi ini dikaitkan dengan konsumsi kafein.

Penelitian Dominic et. al (2013) menyatakan bahwa kafein memiliki efek ergogenik. Ergogenik adalah peningkatan performa untuk melakukan aktivitas fisik maupun berolahraga. Penelitian tersebut dilakukan untuk membuktikan efek kafein terhadap peningkatan performa dalam berolahraga. Hasilnya membuktikan bahwa kafein dapat mengurangi kelelahan dan meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan pada atlet yang teratur menggunakannya sebagai efek ergogenik yang ditimbulkan oleh kafein. Konsumsi kafein telah diamati dapat meningkatkan kinerja dalam melakukan olahraga aerobik serta anaerobik. Konsumsi kafein dalam dosis moderat dari 5 mg/kg dapat meningkatkan performa atlet, bahkan dosis rendah kafein (1.0-2.0 mg/kg) dapat meningkatkan kinerjanya. Salah satu cara yang dilakukan oleh atlet untuk meningkatkan performa fisik yaitu dengan mengonsumsi ergogenic aids biasa disebut dengan dopping yang telah dilarang oleh dunia internasional. Efek lainnya yang diakibatkan oleh kafein adalah dapat menurunkan nafsu makan, sehingga asupan energi menjadi tidak adekuat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata responden yang mengonsumsi kopi sebelum waktu makan cenderung merasakan kenyang dan akhirnya menunda bahkan meninggalkan waktu makan. Efek ini terjadi karena kandungan kafein dalam kopi dapat menekan nafsu makan subjek. Kulkosky (1981) menyebutkan bahwa efek dari kafein dapat menunda rasa lapar, dan menekan nafsu makan. Penelitian tersebut dibuktikan dengan tikus yang diberikan pil kafein.

Hubungan kebiasaan merokok dengan kebugaran (VO2 max)

Asap tembakau memiliki kandungan karbonmonoksida (CO) 4% yang dapat mengikat hemoglobin lebih kuat dibandingkan dengan kemampuan oksigen. Hal ini dapat menggangu pengangkutan oksigen ke seluruh tubuh hingga sampai ke jaringan (Astrand 1992). Hasil penelitian berdasarkan uji korelasi Spearmen menunjukkan hasil yang tidak signifikan antara konsumsi rokok dengan kebugaran (p>0.05; r=-0.128) namun cenderung berhubungan negatif. Semakin rendah tingkat kebugaran mungkin memiliki hubungan dengan tingginya konsumsi rokok subjek. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Tamimi (2014) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kebugaran pada pekerja kelompok kantor dan cenderung negatif (p>0.05; r=-0.94). Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Richard et. al (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok pada kelompok laki-laki di Amerika dengan tingkat kebugarannya (p<0.05).

Rokok merupakan salah satu penyebab menurunnya kesehatan dan menjadi salah satu faktor resiko penyakit kardiovaskular (Bullock 1996). Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas VO2 max karena dapat menurunkan jumlah udara yang dapat dihirup oleh paru-paru sehingga mengakibatkan terbatasnya penggunaan oksigen (Indrawagita 2009).

(38)

bahwa kebiasaan merokok menjadi salah satu gaya hidup dan kebiasaan buruk manusia yang akan berdampak pada kesehatan dalam jangka panjang.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kebugaran (VO2 max)

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran (p>0.05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hui et. al (2005) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik dengan kebugaran (p>0.05). Pengukuran tingkat aktivitas fisik ini dilakukan dengan menggunakan recall activity yang sangat bergantung pada persepsi, ingatan subjek, dan enumerator yang menerjemahkan. Hal ini diduga menjadi bias sehingga data yang diperoleh menjadi tidak beragam. Penelitian lainnya terkait variabel aktivitas fisik dengan menggunakan metode yang lebih mutakhir dengan activity monitor. Alat tersebut dipasangkan pada bagian pinggul responden yang diteliti selama dua hari. Alat tersebut selanjutnya dapat merekam kegiatan aktivitas fisik yang dilakukan sehingga data yang didapatkan akan lebih akurat (Ruiz et al. 2006).

Hubungan IMT dengan Kebugaran (VO2 max)

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan negatif antara IMT dengan kebugaran. Nilai IMT subjek yang semakin tinggi akan memiliki tingkat kebugaran yang rendah (p=0.0001; r=-0.489). Menurut Bovet (2007) kebugaran pada siswa yang memiliki IMT yang normal lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kelebihan berat badan. Penelitian tersebut dilakukan di daerah Afrika pada 4599 siswa. Hasil penelitan menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara IMT dengan daya tahan kardiorespiratori.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Setty et. al 2013 yang menunjukkan korelasi negatif antara obesitas dan VO2 max, (p<0,05; r=-0.88). Menurut Marley (1982), menurunnya daya tahan jantung dan paru diakibatkan oleh jumlah lemak yang berlebih dalam tubuh sehingga menghambat kemampuan tubuh dalam melakukan aktivitas fisik. Vale (2010) menyatakan dalam penelitiannya bahwa subjek yang memiliki status gizi overweight dan obesitas memiliki hubungan yang signifikan (p<0.05) terhadap tingkat kebugaran yang rendah. Penelitian ini memiliki sampel sebanyak 788 (477 wanita dan 311 laki-laki) yang berumur 12-18 tahun. Subjek yang memiliki status gizi overweight dan obesitas memengaruhi tingkat kebugaran karena cadangan lemak yang tubuh menjadikan seseorang sulit untuk melakukan olahraga sehingga memiliki tingkat aktivitas yang cenderung rendah (Nieman 2011).

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Kebugaran (VO2 max)

(39)

dan berolahraga, sehingga status gizi akan menjadi normal. Asupan energi, aktivitas fisik, dan status gizi yang normal nantinya akan berdampak pada tingkat kebugaran yang baik

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan positif (p=0.002; r=0.354) antara tingkat kecukupan protein dengan kebugaran. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putra (2014) yang menunjukkan adanya hubungan positif kebugaran dengan tingkat kecukupan protein. Hamasaki (1999) menyatakan bahwa salah satu fungsi protein dalah membantu untuk mengangkut oksigen masuk ke dalam sel. Oleh karena itu asupan protein yang cukup akan meningkatkan kemampuan pengangkutan oksigen ke dalam jaringan sehingga dapat meningkatkan kebugaran kardiorespiratori.

Faktor yang Memengaruhi Tingkat Kebugaran (VO2 max)

Hasil uji Regresi Linear menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi tingkat kebugaran adalah usia (p=0.0001) dan tingkat kecukupan energi (p=0.044). Semakin bertambahnya usia maka tingkat kebugaran akan menurun sebesar 1.365 ml/kg/menit dan tingkat kecukupan energi yang baik akan meningkatkan kebugaran sebesar 0.567 ml/kg/menit Hasil uji faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kebugaran (VO2 max) ditampilkan pada Tabel 17.

Tabel 17 Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kebugaran (VO2 max)

Variabel p-Value Koefesien

Usia 0.0001* -1365*

IMT 0.159 -0.980

TKE 0.044* 0.567*

TKP 0.490 -0.134

*signifikan pada 5% (0.05)

(40)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Rata-rata usia subjek adalah 38.63±9.54 tahun. Tingkat pendidikan subjek sebagian besar merupakan lulusan SMA/sederajat (93.06%). Besar keluarga sebagian besar masuk ke dalam kategori menurut kategori kecil (63.89) dengan pendapatan berada pada kategori 1-2 juta (70.83%).

Tingkat konsumsi kopi subjek tertinggi pada kategori 1-2 gelas/hari (44.44%), sedangkan kebiasaan merokok subjek tertinggi pada kategori sedang (38.89%). Tingkat aktivitas fisik subjek rata-rata masuk dalam kategori rendah (95.83%).

Pangan kelompok karbohidrat yang paling sering dikonsumsi adalah nasi putih, yaitu 20.17 kali/minggu, sumber protein hewani adalah ikan, yaitu 4.67 kali/minggu, sumber protein nabati adalah tempe, yaitu 6.15 kali/minggu, kelompok sayuran adalah wortel, yaitu 2.61 kali/minggu, kelompok buah-buahan adalah rambutan, yaitu 2.89 kali/minggu, dan kelompok jajanan adalah gorengan, yaitu 6.22 kali/minggu. Tingkat kecukupan energi dan protein subjek sebagian besar masuk ke dalam kategori defisit berat, yaitu energi (69.44%) dan protein (58.83%) sedangkan tingkat kecukupan lemak sebagian besar kurang (91.67%).

Hasil uji Pearson menunjukkan terdapat hubungan signifikan (p<0.05) antara usia, status gizi berdasarkan IMT, tingkat kecukupan energi dan protein dengan kebugaran (VO2 max). Hasil Uji Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05) antara konsumsi kopi, rokok, dan aktivitas fisik dengan kebugaran (VO2 max). Faktor yang paling memengaruhi tingkat kebugaran berdasarkan hasil uji Regresi Linear adalah usia dan tingkat kecukupan energi (p<0.05).

Saran

(41)

DAFTAR PUSTAKA

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID): BKKBN. [FAO/WHO/UNU]. Food Agriculture Organization., World Health Organization,

United Nations University. 2001. Human Energi Requirment. Rome (IT): FAO/WHO/UNU.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Bahan Tambahan Pangan, Persyaratan Perisa dan Penggunaan dalam Produk Pangan. SNI 01-7152-2006. ICS 67.220.20. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

Almatsier. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Andersen KL, Rutenfranz J, Masironi R, Seliger V. 1978. Habitual phisical activity and health. Copenhagen (DK): Worl Helath Organization

Andrea L. Dunn, Bess H, Marcus, James B, Kampert, Melissa E, Garcia, Horald W, Kohl, Steven N, Blair. 1999. Comparison of Lifstyle and Structured Interventions to Increase Physical Activity and Cardiorespiratory Fitness A Randomized Trial. Journal of the American Medical Association. doi; 10-1001/pubs.JAMA-ISSN-0098-7484-281-4-joc80889.

Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta (ID). PT. Elex Media Komputindo.

Anspaugh DJ et al. 1997. Wellnes Concept And Aplication. New York (US): McGraw-Hill Book Company.

Arisandi Y, Andriani Y. 2009. Pengaruh Makanan Terhadap Kesehatan. Jakarta (ID): Eska Media.

Astrand. 1992. Physical Activity and Fitness. Am J clin Nutr. doi: 6s-1231s/ajcn.1992.55

Beacke & Jos AH. 1982. Short questionnaire for the measurement of habaitual phyisical activity in epidemiological studies. The American Journal of Clinical Nutrition. 40: 586-590.

Bhara LAM. 2009. Pengaruh pemberian kopi dosis bertingkat peroral 30 hari terhadap gambaran histology hepar tikus wistar [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Bovet P, Auguste R, Burdette H. 2007. Strong Inverse Association Between Physical Fitness and Overweight in Adolescents: A Large School-Based Survey. Int J Behav Nutr Act. doi; 10.1186/1479-5868-4-24

Bray GA. 2000. Reciprocal Relation of Food Intake and Sympathetic Activity, Experimental observation and Clinical Implications. Int J Of Obesity (24): s8-s17

Bullock BL. 1996. Phatophysiology: Adaptions and alterations in function (4thed). Philadelphia (US): Lippincott

Deliarnov. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi. Jakarta (ID): Esis Erlangga. Departemen Kesehatan RI. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi

(42)

Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2007. Jakarta (ID): Balitbangkes-Depkes RI.

Deschamp A, X Astier, M ferry, M Rainfray, JP Emiriau dan P Barberger-Gateau. 2002. Nutritional status of healthy elderly persons living in Dordogne, France, and relation with mortality and cognitive or functional decline. European Journal Of Clinical Nutrition. 56: 305-312.

Dewi K. 2013. Hubungan antara konsumsi air, asupan energi dan protein dengan daya tahan fisik pada siswa pusat pendidikan TNI [skripsi]. Bogor(ID): Intitut Pertanian Bogor

Dominic HP, Sidhartama SA, Martin B, Christian KR. The Effect of Caffeine, Nicotine, Etanol and Tetrahydrocannabinol on Excercise Performance. 2013. Journal Of Nutrition and Metabolism. doi: 10.1186/1743-7075-10-71

Fatmah. 2011. Gizi Kebugaran dan Olahraga. Bandung (ID): Lubuk Agung. Firdaus A. 2014. Gaya hidup, pola konsumsi pangan, status gizi, dan produktivitas

kerja penderita hipertensi dan non-hipertensi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fox EL. Billings CE. Bartels RL. Bason R. Mathews D. 1973. Fitness standards for male college students. European Journal of Applied Physiology and Occupational Physiology. doi: 10.1007/bf00697601

Garcia et. al. 2012. Cardiorespiratory Fitness and Dietary Intake in European Adolescent the Helathy Lifsyle in Europe by Nutrition in Adolescent Study. British Journal of Nutrition. doi: 10.1017/S0007114511005149

GATS. 2011. Global Adult Tobacco Survey : Indonesia Report 2011 [Internet]. [diunduh 2014 Oktober 01]. Tersedia pada: www.who.int.

Gibney JM, Margetts MB, Kearney MJ, Arab L. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Hartono A, penerjemah; Widyastutu P, Hardiyanti EA, editor. Jakarta (ID): Penerbit buku kedokteran EGC. Terjemahan dari: Public Health Nutrition. Ed ke-1.

Gutin B, Barbeau P, Owens S, Lemmon C, Baurman M, Allison J, Kang HS, Litaker MS. 2002. Effects of Exercise Intensity on Cardivascular Fitness, Total Body Composition, and Visceral Adiposity of Obese Adolescents. Am J Clin Nutr 75: 818-826

Hamasaki N. 1999. The Role of Band 3 Protein in Oxygen Delivery by Red Blood Cells. Indian Journal of Clinical Biochemestry 14(1) 49-58

Hardinsyah & Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Paangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor (ID): IPB Pr. Haskel WL, Kiernan M. 2000. Methodologiz Issues in Measuring Physical Activity and Physical Fitness When Evaluating the Role of Dietary Supplements for Physical Activity People. The American Journal of Clinical Nutriton: 72 (2) 541s-50s

(43)

Hui SSC, Neil T, BrianT. 2005. Relationship between physical activity, fitness, and CHD risk factors in middle-age Chinese. J Physic Activ Health. 3:307-323.

Indrawagita L. 2009. Hubungan status gizi, aktivitas fisik dan asupan gizi dengan kebugaran pada mahasiswi program studi gizi FKMUI [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia

Indriani Y. 2011. Pengaruh pemberian zat gizi mikroterhadap status besi dan kebugaran fisik pekerja wanita usia subur [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Irianto DP. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta (ID): Andi Yogyakarta.

Jerrold S, Grenberg, George BD, Barbee MO. 2004. Phisical Fitness and Wallness; Changing the Way, You Look , Feel, and Perform 3rd. New York (US): Human Kinetics

Komsan A, Faisal A. 2008. Sehat Itu Mudah, Wujudkan Hidup Sehat dengan Makanan Tepat. Jakarta (ID): Hikmah (PT Mizan Publika).

Kosnayani, SA. 2007. Hubungan asupan kalsium, aktivitas fisik, paritas, indeks massa tubuh dan kepadatan tulang pada wanita pascamenopause [Tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Kulsky PJ. 1981. Effect of CCK-8 on Intake Caffeine, Ethanol, and Water. Bulletin of the Psychonomic Society (29): 441-444

Marley WP. 1982. Health and Physical Fitness. Philadelphia (US): Sounders College Publishung.

Moeloek D, Tjkronegoro A. 1984. Dasar Fisiologi Kesegaran Jasmani dan Latihan Fisik.. Jakarta (ID): UI Pr

. 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta (ID): Universitas Indonesia

Muizzah L. 2013. Hubungan antara kebugaran dengan status gizi dan aktivitas fisik pada mahasiswi program studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Niemen, David C. 2011. Exercise Testing and Prescription: A Health Related Approach. New York (US): McGraw-HillCompanies Inc.

Nosa AS & Faruk M. 2013. Survei tingkat kebugaran jasmani pada pemain persatuan sepakbola Indonesia Lumajang[Internet]. [diunduh 2014 Oktober 23]. Tersedia pada: http://ejournal.unesa.ac.id

Permata CD. 2012. Kebiasaan merokok, asupan zat gizi, status gizi, aktivitas fisik, dan tingkat kebugaran kardiorespiratori remaja laki-laki SMKN 1 Metro [Skripsi]. Bogor (ID): Intitut Pertanian Bogor

Plowman, Sharon A, Denise L, Smith. 2011. Exercise Physiology. Philadelphia (US): Lippincott Williams & Wilkins.

(44)

Putra R N. 2014. Asupan energi-protein, dan kebiasaan olahraga kaitannya dengan massa otot dan daya tahan kardiorespiratori pada mahasiswa ukm dan non-ukm sepakbola IPB [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Richard RS, Larry TW, Walker P, Brian A, Anthony R, Andrew SJ. 2009. The Effect of Habitual Smoking and Measured and Predicted V02 max. J Physic Activ Health. (6): 667-673

Ridwansyah. 2002. Pengolahan Kopi. Medan (ID): USU Pr.

Rizkiani M, Rita HW. 2012. Hubungan stres dengan perilaku merokok pada pegawai negeri sipil laki-laki [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Ruiz JR, Ortega FB, Gutierrez A, Meusel D, Sjostrom M, Castillo MJ. 2006. Health-Relatyed Fitness Assessment in Shildhold and Adolescenty: A European Approach Based on the Avena, Eyhs, And Helena Studies. J Public He;ath. doi: 10.1007/s10389-006-0059-z

Sandercock GRH, Voss C, Dye L. 2010. Associations Between Habitual School-Day Breakfast Consumption, Body Mass Index, Physical Activity and Cardiorespiratory Fitness in English School Children. European Journal of Clinical Nutrition. doi: 10.1038/ejcn.2010.145

Samet JM, Wiggins C, Humble GC, Pathak RD. 1998. Cigarette Smoking and Lung Cancer In New Mexico. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. doi: 10.1164/ajrccm/137.5.1110

Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa Dan Profesi jilid 1. Jakarta (ID): Dian Rakyat

Setty P, Padmanabha BV, Doddamani BR. 2013. Correlation Between Obesity and Cardio Respiratory Fitness. International Journal of Medical Science and Public Health. doi: 10.5455/ijmsph.2013.2.298-302

Sinamo EC. 2012. Hubungan antara status gizi, asupan gizi dan aktivitas fisik dengan VO2 max pada mahasiswa program studi gizi FKM UI tahun 2012 [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Soeharto I. 2000. Pencegahan Dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama

Soetanto L, Soetanto DB. 2005. Monopause Wanita dan Gizi. Jakarta (ID): UI Pr.

Sofiana. 2011. 1001 Fakta Tentang Kopi. Yogyakarta (ID): Cahaya Atma Pustaka Sours JA. 1983. Case Reports of Anorexia Nervosa and Caffeinsm. Am J of

Psychiatry 1983 (140): 235-236

Sumarwan U. 2003 Perilaku Konsumen: Teori dan penerapannnya dalam pemasaran. Bogor: Ghalia

Tamimi K. 2014 Tingkat kecukupan zat gizi, aktivitas fisik, dan kebugaran kardiorespiratori PT Indocement di Citeureup Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(45)

Wahyuni T. 2013. Hubungan konsumsi kopi dengan tekanan darah pada pasien rawat jalan puskesmas bogor tengah [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Weinberg BA, Bealer BK. 2002. The Miracle of Caffeine: Manfaat Tak Terduga Kafein Berdasarkan Penelitian Paling Mutakhir Edisi ke-1. Warastuti, penerjemah; Ekawati RS, Aini N, editor. Bandung (ID): Qanita. Terjemahan dari: The Caffeine Advantage. New York (US): The Free Press

Winarno FG. 2012. Kesehatan Pangan dan Vitalitas. Bogor (ID): M-Brio Press Zhang Z, Hu G, Caballero B, Appel L, Chen L. 2011. Habitual Coffee

Gambar

Gambar 1 Hubungan gaya hidup, pola konsumsi pangan, status gizi, dan kebugaran
Tabel 1 Variabel, jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 5 Sebaran subjek berdasarkan usia
Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan frekuansi makan sehari
+2

Referensi

Dokumen terkait

Gaya hidup seperti Kebiasaan merokok, Usia mulai merokok, Rata-rata batang rokok yang dihisap perhari, Aktifitas fisik kurang, Kurang konsumsi sayur dan buah, Konsumsi

antara intensitas latihan, frekuensi latihan, durasi latihan, aktivitas fisik, status gizi, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, persen kontribusi lemak,

Hasil pada penelitian ini, tidak terdapat perbedaan status gizi, aktivitas fisik, tingkat kecukupan energi, zat gizi makro dan mikro serta kebugaran jasmani antara ketiga

APRILIA PITRIANI. Hubungan Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Atlet Taekwondo Remaja di Pemusatan Latihan Nasional Cipayung, Bogor. Dibimbing

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui keragaan status gizi, aktivitas fisik, konsumsi pangan serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak sekolah dasar di

pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pengetahuan gizi ibu, ketahanan pangan rumah tangga dan tingkat kecukupan protein anak balita; faktor-faktor yang mempengaruhi malnutrisi

Faktor yang diduga menyebabkan tidak terdapat hubungan nyata antara konsumsi protein dengan potensi atlit usia 48-72 bulan, yaitu energi yang digunakan dalam aktivitas fisik

APRILIA PITRIANI. Hubungan Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Atlet Taekwondo Remaja di Pemusatan Latihan Nasional Cipayung, Bogor. Dibimbing