• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan sikap gizi, praktek konsumsi susu serta status gizi ibu hamil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan dan sikap gizi, praktek konsumsi susu serta status gizi ibu hamil"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

and Nutritional Status of Pregnant Women. Under Direction of Cesilia Meti Dwiriani.

Nutritional problems among pregnant women can be avoided if the addition of nutritional need during pregnancy are supported by adequate food intake. Milk is one example of food for pregnant women. Pregnant women has been a potential group for milk industry as this group has special nutritional needs. Based on The National Agency of Drug and Food Control in 2005, there were 56 products special for pregnant and lactating women. General objective of this research was to study the relation between nutritional knowledege and attitude, milk consumption and nutritional status of pregnant women in Bogor. The research was using cross-sectional study design and was conducted on July 2011 in Puskesmas Sindangbarang, Posyandu Balumbang Jaya and three maternal care centers in Bogor. Samples was choosen purposively that is those on the third trimester. There were 70 healthy pregnant women involved and being interviewed using questionairre in this research. Most of the samples chose to consume special milk for pregnant women. There’s negative relation between knowledge and the kind of milk product chosen (r=-0,273;p<0,05), as well as negative relation between attitude and the kind of milk product chosen (r=-0,437;p<0,01). It means that samples with better nutritional knowledge and attitude, which reflects better income, tend to choose special milk for pregnant women. No relation was found between nutritional knowledge and attitude, milk consumption and nutritional status of pregnant women in Bogor (p>0,05).

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehidupan manusia di mulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sebagian besar (90%) pertumbuhan dan perkembangan otak berlangsung pada masa janin sampai dengan lahir (Karsin 2004). Kehamilan merupakan masa yang penting karena keadaan gizi pada saat hamil sangat menentukan dilahirkannya manusia berkualitas. Oleh karena itu persiapan sebagai calon ibu harus dilakukan sebaik-baiknya antara lain dengan memperhatikan asupan gizi dari makanan dan minuman. Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun saat kehamilan dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta peningkatan resiko kesakitan dan kematian (Yongki 2007).

Hadi (2005) menyatakan bahwa masalah gizi yang banyak dialami oleh ibu hamil di Indonesia diantaranya adalah kurang energi kronis (KEK) dan anemia. Prevalensi ibu hamil yang mengalami kurang energi kronis di Indonesia mencapai 16,7%. Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka BBLR di Indonesia yang diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap tahunnya. Demikian pula dengan anemia, kontribusi anemia terhadap kematian ibu di Indonesia mencapai 50% sampai dengan 70%. Dengan kata lain bahwa 50% sampai dengan 70% kematian ibu di Indonesia sesungguhya dapat dicegah apabila prevalensi anemia pada ibu hamil dapat ditekan sampai serendah-rendahnya.

(3)

menunujukkan hubungan nyata positif antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan konsumsi energi, protein dan zat besi.

Uraian di atas menunjukkan masalah gizi pada ibu hamil dipengaruhi langsung oleh konsumsi makanan ibu hamil. Masalah ini dapat dihindari jika peningkatan kebutuhan gizi selama kehamilan dapat diimbangi dengan asupan makanan yang sesuai sehingga tidak terjadi defisiensi zat gizi pada ibu hamil. Salah satu jenis makanan yang menarik untuk diperhatikan terkait kebiasaan makan ibu hamil adalah susu. Kelompok ibu hamil merupakan target konsumen yang potensial bagi industri susu karena adanya kebutuhan zat gizi yang khusus pada kelompok ini.

Penelitian Sari (2003) terhadap 300 orang ibu hamil di Kota Bogor menunjukkan lebih dari separuh responden (54,3%) mempunyai tingkat pengeluaran untuk susu yang tinggi yaitu lebih dari Rp. 80.000,00 per bulan. Hal ini berarti sebagian besar ibu hamil merasa perlu mengkonsumsi susu selama kehamilan dengan alasan untuk menjaga kesehatan. Hasil penelitian ini menyatakan frekuensi ibu hamil minum susu berhubungan nyata positif dengan tingkat pengetahuan dan pengeluaran ibu. Jumlah konsumsi susu berhubungan nyata positif dengan pendidikan, pengetahuan, dan pengeluaran.

Berdasarkan data tahun 2001-2005 di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah terdaftar sebanyak 56 produk minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui (BPOM 2005). Produk-produk ini terdiri atas berbagai merek dengan berbagai varian rasa dan kemasan. Banyaknya jenis produk susu untuk berbagai umur dan untuk berbagai kebutuhan tertentu menyebabkan masyarakat termasuk kelompok ibu hamil semakin leluasa untuk memilih produk sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ibu hamil dapat memperoleh informasi mengenai susu dari berbagai sumber seperti media massa (TV, radio, koran/tabloid, majalah) atau dari sumber lain seperti tenaga kesehatan.

(4)

terhadap 40 responden menunjukkan pendapatan keluarga merupakan salah satu pengaruh yang signifikan terhadap pemberian susu formula. Penelitian Kurniaty (2002) terhadap 300 orang mengenai perilaku konsumsi susu pada wanita dewasa di Jakarta Timur menunjukkan bahwa frekuensi dan jumlah konsumsi susu berhubungan nyata positif dengan tingkat pendidikan, pendapatan, dan pengeluaran untuk susu. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mempelajari pengetahuan dan sikap gizi, praktek konsumsi susu serta status gizi ibu hamil.

Tujuan Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengetahuan dan sikap gizi, praktek konsumsi susu serta status gizi ibu hamil di Kota dan Kabupaten Bogor.

Tujuan Khusus

1. Mempelajari karakteristik contoh (usia, pendidikan dan pekerjaan contoh, riwayat kehamilan dan pengeluaran per bulan untuk susu) dan karakteristik keluarga contoh (besar keluarga, pendidikan dan pekerjaan suami, serta pendapatan per kapita per bulan) di Kota dan Kabupaten Bogor.

2. Mempelajari pengetahuan dan sikap gizi serta media informasi tentang susu bagi ibu hamil di Kota dan Kabupaten Bogor.

3. Mempelajari kebiasaan makan, asupan serta kecukupan energi dan zat gizi contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

4. Mempelajari status gizi contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

5. Mempelajari praktek konsumsi susu contoh (jenis, bentuk, frekuensi, jumlah, tempat pembelian, atribut utama yang paling diperhatikan dalam membeli dan alasan mengkonsumsi produk) di Kota dan Kabupaten Bogor.

6. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga, pengetahuan dan sikap gizi serta praktek konsumsi susu dengan status gizi contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

Hipotesis

(5)

Kegunaan Penelitian

(6)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah atau buruk (Suhardjo 1996). Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal dan nonformal. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizinya (Khomsan et al. 2007)

Pengetahuan gizi ibu hamil dapat dipengaruhi oleh karakterisitik ibu dan dan karakteristik keluarga ibu hamil. Salah satu faktor yang menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang diperoleh adalah faktor pendidikan. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi gizi (Gabriel 2008). Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku hidup sehat. perubahan sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi (Atmarita dan Fallah 2004). Usia ibu yang relatif masih muda, cenderung memiliki sedikit sekali pengetahuan tentang gizi dan pengalaman dalam mengasuh anak (Hurlock 1998).

Pengukuran Pengetahuan Gizi

Pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice test). Instrumen ini merupakan bentuk tes obyektif yang paling sering digunakan. Di dalam menyusun instrumen ini diperlukan jawaban-jawaban yang sudah tertera di dalam tes, dan responden hanya memilih jawaban yang menurutnya benar.

Alternatif jawaban yang benar dari berbagai opsi disebut ‘jawaban’, sedangkan

alternatif yang salah disebut ‘distracter’. Distracter yang baik mempunyai ciri

karakteristik yang hampir mirip dengan ‘jawaban’ , dengan demikian responden

(7)

sesuai dengan yang diminta. Bentuk soal ini mempunyai reliabilitas yang tinggi. Adanya opsi jawaban sebanyak empat butir pilihan mengurangi kesempatan menebak (Khomsan 2000).

Pembuatan instrumen untuk mengukur pengetahuan gizi hendaknya memperhatikan aspek reliabilitas dan validitas alat ukur. Selain itu jumlah butir tes harus cukup memenuhi untuk menggambarkan tingkat pengetahuan gizi yang sesungguhnya. Dengan jumlah soal 20 butir kiranya cukup untuk mengukur domain pengetahuan gizi tertentu. Tahapan penilaian dilakukan dengan memberi skor tertentu pada jawaban yang salah atau benar. Untuk soal berbentuk correct-answer multiple choice atau soal dengan satu jawaban benar maka penilaian dilakukan dengan memberi skor 1 untuk opsi jawaban benar dan 0 untuk opsi jawaban salah. Sedangkan untuk soal best-answer multiple choice, maka opsi yang paling benar deberi skor tertinggi misalnya 3 kemudian berturut-turut 2,1 dan 0 untuk jawaban yang tingkat kebenarannya kurang. Skor 0 bisa diterapkan pada opsi tidak tahu (Khomsan 2000).

Kategori pengetahuan gizi bisa dibagi dalam tiga kelompok yaitu baik, sedang dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut-off point dari skor yang telah dijadikan persen. Kategori pengetahan gizi yaitu baik apabila skor > 80%; sedang apabila skor 60-80%; dan kurang apabila skor <60% (Khomsan 2000).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan, Sikap dan Praktek Konsumsi Susu

Susu adalah sumber makanan paling bergizi dari segala jenis makanan dan minuman kesukaan bagi setiap orang di seluruh dunia. Susu hampir memiliki seluruh zat –zat gizi yang dibutuhkan orang untuk pertumbuhan dan menjaga kesehatan yang baik. Dengan kata lain, susu memiliki semua zat-zat gizi dalam jumlah yang besar dan dalam porsi yang sedemikian rupa sehingga dapat saling bekerja sebagai satu kesatuan untuk membantu menjaga agar tubuh tetap sehat dan kuat (Iswahanik 2001).

(8)

Obat dan Makanan (BPOM) telah terdaftar sebanyak 56 produk minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui (BPOM 2005).

Sutisna (2001) menyatakan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu barang dan jasa. Faktor pertama adalah konsumen sebagai individu, pilihan untuk membeli suatu produk dipengaruhi kebutuhan, persepsi, demografis, gaya hidup dan karakteristik kepribadian. Faktor yang kedua yaitu lingkungan yang mempengaruhi konsumen, pilihan konsumen terhadap suatu merek dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Faktor ketiga yaitu stimuli pemasaran atau juga disebut strategi pemasaran, pemasar berusaha mempengaruhi konsumen dengan memberikan stimuli-stimuli pemasaran seperti iklan atau promosi.

Pengaruh yang mendasari perilaku konsumen menurut Engel et al. (1994), adalah pengaruh lingkungan, perbedaan dan pengaruh individual, dan proses psikologi konsumen. Pengaruh lingkungan yang mempengaruhi konsumen individu untuk mengambil keputusan dalam membeli suatu produk, yaitu budaya, keluarga, pengaruh kelompok sosial, pengaruh kelompok acuan dan pengaruh pribadi. Faktor yang berasal dari pengaruh individu dalam keputusan pembelian bergantung pada sumberdaya yang dimiliki konsumen, motivasi dan keterlibatan konsumen terhadap produk tersebut, pengetahuan, gaya hidup, kepribadian dan sikap yang dimiliki oleh konsumen. Proses psikologi memiliki tiga tahapan, yaitu proses informasi, proses pembelajaran dan perubahan sikap serta perilaku konsumen.

Karakteristik individu dan karakteristik sosial ekonomi

(9)

pilihan produk maupun merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera konsumen juga berbeda.

Memahami usia konsumen juga penting, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek.

Pendapatan yang diukur dari seorang konsumen biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima oleh seorang individu, tetapi diukur semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga di mana konsumen berada. Daya beli sebuah rumah tangga bukan hanya ditentukan oleh pendapatan dari satu orang, tetapi dari seluruh anggota rumah tangga yang bekerja.

Media informasi

Media informasi adalah alat atau perangkat yang digunakan dalam proses penyampaian informasi secara umum. Media informasi diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu: 1) media cetak, seperti surat kabar, majalah dan lain-lain; 2) media elektronik, seperti radio, televisi dan film; 3) media tradisional seperti papan pengumuman dan bedug (Mappiare et al. 1995 dalam Restikowati 2007). Sumber informasi juga dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih dan membeli produk yang dikelompokkan menjadi 4, yaitu: 1) sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan; 2) sumber komersial: iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan dan pameran; 3) sumber umum: media massa, organisasi konsumen; dan 4) sumber pengalaman: pernah menangani, menguji dan menggunakan produk (Yuliati 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Sulhiyah (2007) menunjukkan pada tahap pencarian informasi, dokter atau bidan merupakan sumber informasi yang paling mempengaruhi responden dalam keputusan pembelian susu khusus ibu hamil.

(10)

Ketersediaan informasi merupakan salah satu faktor yang dapat memperngaruhi perilaku konsumsi susu pada ibu hamil.

Kehamilan Penilaian status gizi ibu hamil

Penilaian status gizi merupakan landasan bagi berbagai upaya untuk memperbaiki kesehatan perorangan dan masyarakat diseluruh dunia. Ada empat pendekatan utama untuk menilai status gizi:

 Antropometri yang mengukur besar dan komposisi tubuh manusia

 Biomarker yang mencerminkan asupan zat gizi dan dampak yang ditimbulkan oleh asupan zat gizi tersebut

 Pemeriksaan klinis yang memastikan konsekuensi klinis akibat

ketidakseimbangan asupan zat gizi

 Pengkajian makanan yang meliputi asupan makanan dan/atau zat gizi Masing-masing pendekatan ini memiliki kekuatan dan keterbatasan yang berbeda serta spesifik ketika dipakai pada perorangan dibandingkan pada masyarakat (Gibney et al. 2009). Penilaian status gizi wanita hamil meliputi evaluasi terhadap faktor resiko, pengukuran antropometrik, diet (penilaian konsumsi pangan), dan biokimiawi (Arisman 2007).

Faktor resiko pada ibu hamil

Faktor resiko dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu resiko selama hamil dan resiko selama perawatan (antenatal). Resiko yang pertama ialah (a) usia dibawah 18 tahun, (b) keluarga prasejahtera, (c) food fadism, (d) perokok berat, (e) pecandu obat dan alkohol, (e) berat di bawah 80% atau di atas 120% berat baku, (g) terlalu sering hamil: >8 kali dengan selang waktu <1 tahun, (h) riwayat obstetrik buruk: pernah melahirkan mati, dan (i) tengah menjalani terapi gizi untuk penyakit sistemik. Sementara itu, pertambahan berat tidak adekuat (<1 kg/bulan), pertambahan berat berlebihan (>1 kg/minggu), dan Hemoglobin< 11 g (terendah 9,5 g) dan Hematokrit < 33 (terendah 30) termasuk dalam resiko kedua (Arisman 2007).

(11)

Pengukuran antropometri ibu hamil

Kecukupan zat gizi selama hamil baru dapat dipantau melalui parameter keadaan kesehatan ibu dan berat lahir janin. Meskipun baku penilaian status gizi wanita yang tidak hamil tidak dapat diaplikasikan pada wanita hamil, perubahan fisiologis selama hamil dapat digunakan sebagai petunjuk. Berat badan rendah sebelum konsepsi, serta pertambahan berat yang tidak adekuat merupakan penilaian langsung yang dapat digunakan untuk menilai laju pertumbuhan janin. Berat lahir berkorelasi positif dengan pertambahan berat total selama hamil. Pemeriksaan antropometri yang biasa dilakukan adalah penimbangan berat, pengukuran tinggi, penentuan berat ideal, dan pola pertambahan berat badan. Berat pada kunjungan pertama ditimbang sementara berat sebelumnya jangan terlewat untuk ditanyakan. Berat sebelum hamil berguna untuk penentuan prognosis serta keputusan perlu tidaknya dilakukan terapi gizi secara intensif. Status gizi buruk ditandai oleh berat badan sebelum hamil 10% di bawah atau 20% di atas berat ideal. Berat kini diperlukan untuk menentukan pola pertambahan berat (Arisman 2007). Rata-rata pertambahan BB ibu hamil sebesar 10-12,5 kg selama kehamilan, kebanyakan terjadi setelah minggu ke-20, yaitu pada trimester II dan III kehamilan. Adapun pertambahan BB selama hamil turut dipengaruhi oleh tinggi badan (TB). Ibu yang tinggi cenderung mempunyai pertambahan BB yang lebih besar daripada ibu yang pendek (Kurniasih et al. 2010).

Tabel1 Rekomendasi kenaikan berat badan selama kehamilan berdasarkan pada indeks massa tubuh sebelum kehamilan.

Kategori BB terhadap TB (IMT)

Rekomendasi Kenaikan Berat Badan Total (kg)

Rekomendasi Kenaikan BB/minggu Selama Trimester II dan Trimester III

(kg)

Rendah (IMT < 19,8) 12,5 – 18 0,5 Normal (IMT 19,8 – 26,0) 11,5 – 16 0,4 Tinggi (IMT 26,0 – 29,0) 7 – 11,5 0,3

Obesitas (IMT > 29,0) > 6,8 Ditentukan pada setiap individu

(Sumber: Institute of Medicine: Nutrition during preganancy, Washington DC, 1990 dikutip dalam Moore1997)

(12)

ekonomi, tingkat konsumsi pangan). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan adalah status gizi ibu sebelum hamil (prapregnancy nutritional status), konsumsi zat gizi selama kehamilan, tinggi badan ibu, asal etnis, umur dan paritas, aktivitas fisik, status sosial ekonomi, dan kebiasaan-kebiasaaan selama kehamilan (merokok dan minum alkohol) (Yongki 2007).

Selain pertambahan berat badan ibu hamil, penilaian antropometri terhadap ibu hamil dapat dilakukan dengan cara mengukur lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK).

Penilaian konsumsi pangan ibu hamil

Penilaian tentang asupan pangan dapat diperoleh melalui ingatan 24 jam atau metode lainnya (Arisman 2007). E-Siong et al. (2004) dalam Widajanti (2009) menyatakan bahwa metodologi intake makanan khususnya untuk survei konsumsi gizi individu lebih disarankan menggunakan Recall 24 jam dan Food Frequency Questionnaires. Hal ini lebih dikarenakan dari sisi kepraktisan dan kevalidan data masih dapat diperoleh dengan baik selama yang melakukan terlatih.

(13)

Metode recall 24 jam terbukti sangat berguna dalam berbagai penelitian populasi, khususnya bagi tujuan monitoring gizi. Asupan makanan dalam satu hari dapat memberikan estimasi yang dapat diandalkan tentang asupan makanan rata-rata pada kelompok populasi yang luas. Metode ini sangat tepat untuk mengkaji asupan antarkelompok populasi dengan pola makan yang berbeda secara nyata karena bersifat open-ended (jawaban pertanyaannya terbuka) (Gibney et al. 2009).

Kebutuhan zat gizi ibu hamil

Saat hamil diperlukan tambahan zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (vitamin A, vitamin C, vitamin K, asam folat, zat besi, yodium dan kalsium) dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh ibu dan perkembangan janin. Ibu hamil memerlukan zat gizi yang cukup sebelum, selama dan sesudah kehamilan. Zat gizi tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan otot, organ tubuh, jaringan gigi, tulang, dan pembentukan sel darah merah. Apabila asupan gizi ibu kurang, maka janin akan mengambil simpanan makanan dari tubuh ibunya (Depkes 2000)

Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), tambahan energi yang dianjurkan untuk ibu hamil trimester 1 adalah sebesar 180 kkal/hari sedangkan pada trimester 2 dan 3 tambahan kalori yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah sebesar 300 kkal/hari. angka kecukupan energi (AKE) adalah sebesar 2000 kkal/hari dan angka kecukupan protein sebesar 52 g/hari.

Peningkatan kebutuhan gizi ibu hamil tidak hanya pada energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya seperti vitamin dan mineral. Apabila ibu hamil kekurangan vitamin maupun mineral maka pembentukan sel-sel tubuh anak akan terhambat. Anak yang dilahirkan bisa kurang darah, cacat bawaan, kelainan bentuk, atau ibu mengalami keguguran (Nadesul 2005).

Faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil

(14)

KERANGKA PEMIKIRAN

Masalah gizi pada ibu hamil dapat berpengaruh pada kesehatan bayi yang dikandungnya. Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun saat kehamilan dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta peningkatan resiko kesakitan dan kematian (Yongki 2007). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi pada ibu hamil berhubungan dengan asupan zat gizi dari makanan sehari-hari, sehingga pengaturan makan yang baik diperlukan bagi ibu hamil untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan zat gizi selama kehamilan. Praktek konsumsi susu merupakan bagian dari penerapan kebiasaan makan ibu hamil.

Pengetahuan dan sikap gizi dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Wong et al. (1999) menyatakan bahwa pengetahuan mempunyai korelasi positif dengan sikap, artinya semakin tinggi pengetahuan gizi makan semakin baik sikap terhadap gizi. Pengetahuan gizi berpengaruh terhadap sikap dan kemudian berpengaruh terhadap perilaku pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan.

Pengetahuan gizi adalah segala bentuk informasi yang berkaitan dengan pangan dan gizi. Pengetahuan termasuk didalamnya pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal. Khomsan (2009) menyatakan seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku pustaka, media massa maupun orang lain. Sikap dapat dipelajari, baik dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya adalah pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting serta media massa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu maupun keluarganya serta sumber informasi yang tersedia di lingkungannya.

(15)

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengetahuan, sikap, praktek konsumsi susu dan status gizi ibu hamil.

Keterangan:

: Variabel yang tidak diamati : Variabel yang diamati

Karakteristik keluarga contoh: 1. Besar keluarga

2. Pendidikan dan pekerjaan suami

3. Pendapatan/kapita/bulan

Karakteristik contoh: 1. Usia

2. Pendidikan dan pekerjaan ibu hamil 3. Riwayat kehamilan 4. Pengeluaran/bulan

untuk susu

Media Informasi

Pengetahuan gizi

Preferensi pangan contoh Sikap

Kebiasaan makan Aktivitas fisik

dan perubahan hormon

Praktek konsumsi susu: 1. Jenis produk 2. Frekuensi konsumsi 3. Jumlah konsumsi 4. Tempat pembelian 5. Alasan konsumsi Intik makanan dan

kecukupan gizi ibu hamil

Status gizi ibu hamil

Status kesehatan ibu hamil

(16)

METODE

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian dilaksanakan di satu puskesmas dan klinik bersalin di Kota serta di dua klinik bersalin dan dua posyandu di Kabupaten Bogor. Waktu penelitian berlangsung pada bulan Juli 2011.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Contoh pada penelitian ini dipilih secara purposif. Kriteria inklusi contoh yaitu ibu hamil dengan usia kehamilan trimester III, usia ibu hamil di atas 18 tahun, tidak merokok dan minum alkohol dan tidak berpenyakit kronis serta bersedia dijadikan contoh. Minimal jumlah contoh dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n >

Z

α

2

x p x (1-p)

d

2

Jumlah contoh (n) diperoleh dengan menggunakan prevalensi (p) ibu hamil dengan tingkat kecukupan energi kategori defisit berat yaitu sebesar 79,7%. Prevalensi ibu hamil dengan tingkat kecukupan energi kategori defisit berat berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Tristiyanti 2005). Prevalensi ini digunakan karena tidak ditemukan penelitian terkait yang mencantumkan prevalensi konsumsi susu pada ibu hamil. Tingkat kepercayaan yang digunakan (ɑ) adalah 0,05 dan estimasi toleransi (d) sebesar 10%. Jumlah minimal sampel yang diperoleh adalah 62,1. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 70 orang yang terdiri atas 35 orang ibu dari klinik di Kota Bogor dan 35 orang ibu dari klinik di Kabupaten Bogor.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang dilakukan terhadap ibu hamil yang menjadi contoh dalam penelitian ini.

(17)

suami serta pendapatan/kapita/bulan. Pengetahuan gizi ibu hamil diperoleh dengan menilai jawaban contoh terhadap 20 pertanyaan mengenai gizi secara umum, kesehatan ibu hamil, susu dan kesehatan bayi. Sikap gizi ibu hamil diperoleh dengan menilai jawaban contoh terhadap 20 pernyataan mengenai gizi secara umum, kesehatan ibu hamil, susu dan kesehatan bayi. Pertanyaan dan pernyataan untuk mengukur pengetahuan dan sikap gizi disusun oleh penulis untuk memperoleh gambaran mengenai pengetahuan dan sikap gizi contoh mengenai gizi secara umum, kesehatan ibu hamil, susu dan kesehatan bayi. Data mengenai media informasi tentang susu bagi ibu hamil diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kebiasaan makan selama kehamilan meliputi frekuensi makan utama, sarapan, konsumsi pangan hewani dan nabati, konsumsi sayuran dan buah-buahan serta konsumsi makanan selingan. Praktek konsumsi susu meliputi jenis dan bentuk susu, frekuensi minum susu, tempat pembelian, atribut utama yang paling diperhatikan saat membeli susu dan alasan utama konsumsi susu selama kehamilan. Data konsumsi pangan diperoleh dengan cara recall 24 jam. Secara lengkap kuesioner penelitian disajikan dalam Lampiran 1. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini beserta variabel penelitian dan cara pengumpulannya disajikan dalam Tabel 2.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dan inferensia. Uji beda berdasarkan wilayah untuk setiap data yang tersebar normal menggunakan uji Independent Sample T-test sedangkan data yang tersebar acak menggunakan Mann-Whitney. Korelasi antara variabel yang tersebar normal di uji menggunakan Pearson dan korelasi antara variabel yang tersebar acak di uji menggunakan Spearman.

(18)

Contoh juga dibedakan berdasarkan status pekerjaannya, yaitu: bekerja dan tidak bekerja. Pendapatan per kapita per bulan diperoleh dari pembagian pendapatan total seluruh anggota keluarga selama satu bulan dengan jumlah total anggota keluarga tersebut.

Pengetahuan gizi contoh diperoleh dengan menilai jawaban contoh terhadap 20 pertanyaan mengenai gizi secara umum, kesehatan ibu hamil, susu dan kesehatan bayi. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Sikap gizi contoh diperoleh dengan menilai jawaban contoh terhadap 20 pernyataan tentang kebiasaan makan selama hamil serta konsumsi susu pada masa kehamilan. Pernyataan positif jika setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0, sedangkan untuk pernyataan negatif jawaban setuju diberi skor 0 dan tidak setuju diberi skor 1. Pengetahuan dan sikap gizi contoh dikelompokkan menjadi: baik (skor > 80%); sedang (skor 60-80%); dan kurang (skor <60%) (Mawaddah dan Hardinsyah 2008). Media informasi susu dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan sumbernya, yaitu: sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan); sumber komersial (iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan dan pameran); sumber umum (media massa, organisasi konsumen); dan sumber pengalaman (pernah menangani, menguji dan menggunakan produk) (Yuliati 2007).

(19)

Tabel 2 Jenis data, variabel dan cara pengumpulannya

No Jenis Data Variabel Cara Pengumpulan 1 Karakteristik

contoh

Usia Wawancara & kuesioner Pendidikan dan pekerjaan contoh

Riwayat kehamilan (paritas, keluhan kehamilan)

Pengeluaran per bulan untuk susu 2 Karakteristik

keluarga contoh

Besar keluarga Wawancara & kuesioner Pendidikan dan pekerjaan suami

Pendapatan per kapita per bulan

3 Pengetahuan gizi

Pengetahuan gizi Wawancara & kuesioner

4 Sikap gizi Sikap gizi Wawancara & kuesioner 5 Media

informasi gizi

Sumber informasi Wawancara & kuesioner

6 Kebiasaan makan contoh

Frekuensi makan utama Wawancara & kuesioner Konsumsi pangan hewani dan nabati

Konsumsi sayuran dan buah-buahan Konsumsi makanan selingan

7 Intik dan kecukupan energi dan zat gizi contoh

Konsumsi energi Wawancara & kuesioner Konsumsi protein

Konsumsi Fe Konsumsi vitamin A Konsumsi vitamin C 8 Status gizi

contoh

Berat badan sebelum hamil Wawancara & kuesioner Tinggi badan

Pertambahan berat badan selama hamil

9 Praktek konsumsi susu contoh

Jenis dan bentuk susu Wawancara & kuesioner Frekuensi minum susu

Tempat pembelian

Atribut utama yang paling diperhatikan

Alasan mengkonsumsi susu

Rumus yang digunakan untuk konversi data konsumsi pangan adalah sebagai berikut (Hardinsyah dan Briawan 1994):

(20)

Keterangan:

KGij = Penjumlahan zat gizi (i) dari setiap bahan makanan atau pangan (j) yang dikonsumsi.

Bj = Berat bahan makanan (j) yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD dari bahan makanan (j) BDDj = Bagian bahan makanan (j) yang dapat dimakan

Angka kecukupan energi dan angka kecukupan protein untuk ibu hamil dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

AKG = [(Ba/Bs) x AKGi] + tambahan kebutuhan energi ibu hamil Keterangan:

AKG = Angka kecukupan energi atau protein Ba = Berat badan aktual sehat sebelum hamil(kg) Bs = Berat badan patokan sebelum hamil(kg)

AKGi = Angka kecukupan energi atau protein yang idanjurkan

Selanjutnya, tingkat kecukupan energi dan protein dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya. Berikut rumus tingkat kecukupan zat gizi yang digunakan (Hardinsyah dan Briawan 1994).

TKG = (K/AKG) x 100% Keterangan:

TKG = Tingkat kecukupan zat gizi K = Konsumsi zat gizi

AKG = Kecukupan zat gizi yang dianjurkan

Berdasarkan data tingkat kecukupan zat gizi dapat diketahui MAR (Mean Adequacy Ratio).

Status gizi contoh diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh contoh sebelum hamil. Indeks massa tubuh contoh diperoleh dari berat badan contoh sebelum hamil (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan contoh (m). Nilai IMT tersebut kemudian dikelompokkan seperti Tabel 3.

Tabel 3 Kategori status gizi berdasarkan indeks massa tubuh

Status gizi IMT (kg/m2)

Underweight <18.5

Normal 18.5-24.9

Overweight ≥25.0

(21)

Total pertambahan berat badan contoh selama kehamilan adalah selisih berat badan contoh saat wawancara dengan berat badan contoh sebelum kehamilan. Selain total pertambahan berat badan selama kehamilan, pertambahan berat badan per minggu diperoleh dari pembagian total pertambahan berat badan contoh (kg) dengan usia kehamilan contoh (minggu). Berikut ini adalah rekomendasi kenaikan berat badan berdasarkan status gizi contoh disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Rekomendasi kenaikan berat badan berdasarkan status gizi ibu hamil

Kategori BB terhadap TB (IMT)

Rekomendasi Kenaikan Berat Badan Total (kg)

Rekomendasi Kenaikan BB/minggu Selama Trimester II dan Trimester III

(kg)

Rendah (IMT < 19,8) 12,5 – 18 0,5 Normal (IMT 19,8 – 26,0) 11,5 – 16 0,4

Tinggi (IMT 26,0 – 29,0) 7 – 11,5 0,3

Obesitas (IMT > 29,0) > 6,8 Ditentukan pada setiap individu

(Sumber: Institute of Medicine 1990 dikutip dalam Moore 1997)

Definisi Operasional

Ibu hamil adalah wanita yang sedang mengandung dengan usia kehamilan lebih dari 6 bulan (trimeseter III), usia ibu hamil di atas 18 tahun, memiliki catatan pemeriksaan kehamilan relatif lengkap (berat badan prahamil, tinggi badan, pertambahan berat badan selama kehamilan), tidak merokok dan minum alkohol dan tidak berpenyakit kronis.

Pengetahuan gizi adalah pemahaman ibu hamil mengenai gizi secara umum, kesehatan ibu hamil, susu dan kesehatan bayi., diperoleh dengan menilai jawaban contoh terhadap 20 pertanyaan. Pengetahuan gizi ibu hamil kemudian dikelompokkan menjadi baik apabila skor > 80%; sedang apabila skor 60-80%; dan kurang apabila skor <60% (Khomsan 2000) Sikap gizi adalah sikap ibu mengenai gizi, kehamilan dan konsumsi susu

diperoleh dengan menilai jawaban contoh terhadap 20 pernyataan mengenai gizi secara umum, kesehatan ibu hamil, susu dan kesehatan bayi. Sikap contoh dikelompokkan menjadi tiga yaitu baik apabila skor > 80%; sedang apabila skor 60-80%; dan kurang apabila skor <60% (Mawaddah dan Hardinsyah 2008).

(22)

pembelian, atribut utama yang diperhatikan saat membeli dan alasan ibu mengkonsumsi susu selama kehamilan.

Usia adalah bilangan yang dinyatakan dalam tahun, dihiutng dari tahun kelahiran hingga tahun penelitian.

Riwayat kehamilan adalah keterangan mengenai ibu hamil meliputi usia kehamilan, paritas, riwayat keguguran dan keluhan selama kehamilan. Paritas jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh contoh.

Pengeluaran per bulan untuk susu adalah total uang yang dikeluarkan setiap bulannya untuk membeli susu yang dikonsumsi ibu hamil.

Pendapatan per kapita per bulan adalah gaji/upah yang diperoleh keluarga ibu hamil dalam waktu satu bulan yang kemudian dibagi dengan besar keluarga.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan sumber perolehan makanan yang sama.

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh.

Media informasi adalah media yang menjadi sumber informasi bagi ibu hamil mengenai susu yang dikonsumsi selama kehamilan

Kebiasaan makan adalah praktek konsumsi pangan ibu hamil meliputi frekuensi makan utama, konsumsi pangan hewani dan pangan nabati, konsumsi sayuran dan buah-buahan, konsumsi makanan selingan, konsumsi minuman, pantangan dan perubahan kebiasaan makanan selama kehamilan

Kecukupan energi dan zat gizi adalah jumlah konsumsi energi dan zat gizi (protein, zat besi, vitamin A dan vitamin C) ibu hamil yang diperoleh melalui recall 24 jam, dibandingkan dengan kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WNPG (2004) dan dinyatakan dalam persentase.

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh dibedakan berdasarkan wilayah Kota dan Kabupaten. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh

Karakteristik Contoh Kota Kabupaten Total

n % n % n %

Usia

< 20 2 5,7 0 0 2 2,9 20 – 35 31 88,6 35 100 66 94,3 > 35 2 5,7 0 0 2 2,9 TOTAL 35 100 35 100 70 100 Pendidikan

Dasar (SD) 2 5,7 11 31,4 13 18,6 Menengah (SMP, SMA) 13 37,1 24 68,6 37 52,9 Tinggi (Perguruan tinggi) 20 57,1 0 0 20 28,6 TOTAL 35 100 35 100 70 100 Status Pekerjaan

Bekerja 15 42,9 3 8,6 18 25,1 Tidak Bekerja 20 57,1 32 91,4 52 74,3 TOTAL 35 100 35 100 70 100 Jenis Pekerjaan

Pegawai Swasta 3 8,6 1 2,9 4 5,7 Wiraswasta 1 2,9 2 5,7 3 4,3 PNS/Guru 11 31,4 0 0,0 11 15,7 Tidak Bekerja 20 57,1 32 91,4 52 74,3 TOTAL 35 100 35 100 70 100 Paritas

1x 10 28,6 16 45,7 26 37,1 2-3x 23 65,7 19 54,3 42 60

>3x 2 5,7 0 0 2 2,9

TOTAL 35 100 35 100 70 100

Usia

(24)

perbedaan nyata antara sebaran contoh berdasarkan usia di Kota dan Kabupaten Bogor.

Sebagian besar contoh dalam penelitian ini tidak berada pada kelompok usia yang memiliki risiko kehamilan. Menurut Depkes (1997) salah satu keadaan yang menambah risiko kehamilan, namun tidak secara langsung meningkatkan risiko kematian ibu adalah kehamilan di usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

Pendidikan contoh

Lebih dari separuh contoh di Kota Bogor (57,1%) mencapai pendidikan tinggi sedangkan sisanya menempuh pendidikan menengah (37,1%) dan pendidikan dasar (5,7%). Contoh di Kabupaten Bogor sebagian besar mencapai pendidikan menengah (68,6%) dan sisanya (31,4%) hanya menempuh pendidikan dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak contoh di Kota Bogor yang menempuh pendidikan lebih tinggi dibandingkan contoh di Kabupaten Bogor. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan contoh di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor.

Pekerjaan contoh

Jumlah contoh yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah 70 ibu hamil yang tersebar di Kota dan Kabupaten Bogor. Berdasarkan status pekerjaan contoh di bedakan menjadi bekerja dan tidak bekerja. Baik contoh yang berada di Kota maupun Kabupaten Bogor sebagian besar tidak bekerja. Sebanyak 57,1% contoh di Kota Bogor dan sebanyak 91,4% contoh di Kabupaten Bogor tidak bekerja. Terdapat perbedaan yang signifikan antara status pekerjaan contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

(25)

dengan tingkat pendidikan yang tergolong rendah, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan lebih banyak contoh di Kabupaten Bogor yang bekerja sebagai wiraswasta terkait karena keterbatasan pendidikan yang dimiliki. Riwayat Kehamilan

Sebagian besar contoh yang diwawancarai merupakan ibu yang sudah lebih dari satu kali hamil. Terdapat 28,6% contoh di Kota Bogor yang sedang hamil anak pertama, persentase kehamilan pertama lebih besar pada contoh di Kabupaten Bogor yaitu 45,7%. Hanya 2,9 % dari seluruh contoh yang merupakan ibu yang sudah hamil lebih dari tiga kali. Seluruh contoh tidak ada yang pernah mengalami keguguran dan tidak ada keluhan khusus yang dirasakan contoh selama kehamilan.

Usia kehamilan seluruh contoh dalam penelitian ini berkisar antara 25 - 40 minggu, dengan rata-rata 32  4,3 minggu. Usia kehamilan contoh di Kota Bogor berkisar antara 25-40 minggu, dengan rata-rata 31  5,1 minggu. Usia kehamilan contoh di Kabupaten Bogor berkisar 26-39 minggu, dengan rata-rata 33,1  2,9 minggu. Rata-rata usia kehamilan contoh di Kabupaten Bogor lebih besar di banding rata-rata usia kehamilan contoh di Kota Bogor. Terdapat perbedaan signifikan antara usia kehamilan contoh di Kota dan Kabupaten Bogor, dimana usia kehamilan contoh di Kabupaten lebih tua daripada contoh di Kota Bogor. Pengeluaran per Bulan untuk Susu

Jumlah uang yang dikeluarkan untuk pembelian susu oleh contoh di Kota Bogor berkisar Rp.39.000,00-Rp.400.000,00 dengan rata-rata Rp.145.343,00  90.886,00. Pengeluaran/bulan untuk susu yang dikeluarkan oleh contoh di Kabupaten Bogor berkisar antara Rp.20.000,00 hingga Rp.220.000,00 dengan rata-rata Rp.102.500,00  65.302,00.

(26)

Karakteristik Keluarga

Karakterstik keluarga meliputi besar keluarga, pendidikan dan jenis pekerjaan suami serta pendapatan/kapita/bulan. Karakteristik keluarga dibedakan berdasarkan wilayah Kota dan Kabupaten. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga

Karakteristik Keluarga Kota Kabupaten Total

n % n % n %

Besar Keluarga

Kecil (< 4 orang) 33 94,3 35 100 68 97,1 Sedang (5 - 6 orang) 2 5,7 0 0 2 2,9

Besar (≥ 7 orang) 0 0 0 0 0 0

TOTAL 35 100 35 100 70 100 Pendidikan Suami

Dasar (SD) 2 5,7 11 31,4 13 18,6 Menengah (SMP, SMA) 14 40 18 51,4 32 45,7 Tinggi (Perguruan tinggi) 19 54,3 6 17,2 25 35,7 TOTAL 35 100 35 100 70 100 Jenis Pekerjaan Suami

Pegawai Swasta 15 42,9 17 48,6 32 45,7 Wiraswasta 5 14,3 5 14,3 10 14,3 PNS/Guru 12 34,3 0 0,0 12 17,1 Buruh 0 0,0 12 34,3 12 17,1 Lainnya 3 8,6 1 2,9 4 5,7 TOTAL 35 100 35 100 70 100

Besar Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan besar keluarga seluruh contoh berkisar antara 2 sampai 6 orang dengan rata-rata 2,8  0,8 orang. Sebagian besar contoh di Kota Bogor (94,3%) memiliki keluarga dengan kategori kecil, demikian pula dengan contoh di Kabupaten Bogor sebagian besar (97,1%) termasuk ke dalam kategori keluarga kecil. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara besar keluarga contoh di Kota Bogor dan di Kabupaten Bogor.

Pendidikan Suami

(27)

yang termasuk pendidikan rendah sebanyak 18,6%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami contoh di Kota Bogor memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibanding suami contoh di Kabupaten Bogor. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan suami contoh di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Pekerjaan Suami

Jenis pekerjaan suami antara lain adalah pegawai swasta, wiraswasta, guru, PNS dan buruh. Suami contoh di Kota Bogor sebagian besar (42,9%) bekerja sebagai pegawai swasta, sedangkan sebagian besar suami contoh di Kabupaten Bogor bekerja sebagai pegawai swasta (48,6%) dan buruh (34,3%). Tidak terdapat perbedaan signifikan antara jenis pekerjaan suami contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

Pendapatan per Kapita per Bulan

Pendapatan keluarga merupakan hasil penjumlahan dari masing-masing pendapatan anggota keluarga yang bekerja. Faktor pendapatan keluarga mempunyai peranan besar dalam masalah gizi dan kebiasaan makan masyarakat. Rendahnya pendapatan merupakan kendala yang menyebabkan orang tidak mampu membeli, memilih pangan yang bermutu gizi baik dan beragam. Pendapatan yang tinggi akan meningkatkan daya beli sehingga keluarga mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan dan akhirnya berdampak positif pada status gizi (Rodiah 2010).

(28)

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah atau buruk (Suhardjo 1996). Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal dan nonformal. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizinya (Khomsan et al. 2007)

Pengetahuan gizi contoh diukur dengan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan pilihan berganda. Jumlah pertanyaan yang diberikan adalah 20 yang terdiri atas pertanyaan seputar gizi secara umum, kesehatan ibu hamil, susu dan kaitannya dengan kehamilan serta pertanyaan seputar kesehatan bayi. Tabel 7 menampilkan 20 pertanyaan pengetahuan gizi beserta persentase contoh yang menjawab benar.

Tabel 7 menunjukkan persentase contoh yang dapat menjawab benar untuk setiap pertanyaan pengetahuan gizi. Secara umum dapat dilihat bahwa contoh di Kota Bogor dapat menjawab benar pertanyaan lebih banyak dibandingkan contoh di Kabupaten Bogor. Terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah contoh yang dapat menjawab dengan benar pertanyaan pengetahuan gizi di Kota dan Kabupaten Bogor.

(29)

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar pengetahuan gizi

Topik No Pertanyaan Kota Kabupaten Total n % n % n %

Gizi umum

1 Zat gizi sumber energi 30 85,7 14 40,0 44 62,9 2 Zat gizi pembangun tubuh 27 77,1 10 28,6 37 52,9 3 Makanan sumber protein 33 94,3 32 91,4 65 92,9 4 Penyebab anemia 30 85,7 16 45,7 46 65,7 5 Sumber zat besi 21 60,0 14 40,0 35 50,0

Kehamilan

6 Makanan sehat ibu hamil 14 40,0 11 31,4 25 35,7 7 Porsi makan ibu ibu hamil 33 94,3 19 54,3 52 74,3

8

Vitamin penting di awal

kehamilan 29 82,9 16 45,7 45 64,3

9

Pertambahan berat badan

kehamilan 13 37,1 9 25,7 22 31,4 10 Pemeriksaan kehamilan 4 11,4 4 11,4 8 11,4

Susu dan kehamilan

11 Konsumsi susu selama hamil 13 37,1 5 14,3 18 25,7 12 Produk susu 31 88,6 28 80,0 59 84,3 13 Mineral utama susu 27 77,1 24 68,6 51 72,9 14 Manfaat susu bagi kehamilan 31 88,6 22 62,9 53 75,7

Kesehatan bayi

15 MP ASI pertama 16 45,7 7 20,0 23 32,9 16 Usia penyapihan bayi 25 71,4 24 68,6 49 70,0 17 Makanan bagi bayi baru lahir 27 77,1 0 0,0 27 38,6 18 Manfaat inisiasi menyusu dini 13 37,1 5 14,3 18 25,7 19 Berat bayi lahir sehat 27 77,1 10 28,6 37 52,9 20 Definisi ASI ekslusif 30 85,7 16 45,7 46 65,7

(30)

Gambar 2 Persentase contoh dengan jawaban benar untuk setiap kategori pertanyaan pengetahuan gizi

Skor yang diperoleh dari hasil menjawab pertanyaan pengetahuan gizi di kelompokan menjadi 3 kategori pengetahuan gizi, yaitu baik (>80% jawaban benar), sedang (60%-80% jawaban benar) dan kurang (<60% jawaban benar). Skor pengetahuan gizi seluruh contoh berkisar antara 5 sampai dengan 90 dengan rata-rata 54,3  20,6. Terdapat perbedaan nyata antara skor pengetahuan gizi contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

[image:30.595.125.497.81.301.2]

Sebanyak 57,1% contoh di Kota memiliki pengetahuan gizi yang termasuk dalam kategori sedang dan terdapat 17,1% contoh yang memiliki pengetahuan gizi baik. Sedangkan sebagian besar contoh di Kabupaten Bogor memilik pengetahuan gizi kurang (85,7%). Terdapat perbedaan yang nyata antara pengetahuan gizi contoh di Kota dan Kabupaten Bogor. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi

Pengetahuan Gizi Kota Kabupaten Total

n % n % n %

Baik 6 17,1 0 0,0 6 8,6

Sedang 20 57,1 5 14,3 25 35,7 Kurang 9 25,7 30 85,7 39 55,7 TOTAL 35 100 35 100 70 100

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Kesehatan bayi Susu dan kehamilan Kesehatan ibu hamil Gizi umum

69,71 67,43 53,14

80,57

31,43

49,14 33,71

49,14

(31)

Sikap Gizi

Sikap gizi contoh dinilai dengan menggunakan instrumen berisi 20 pernyataan, penilaian dilakukan terhadap jawaban contoh. Pernyataan yang diberikan meliputi pernyataan seputar gizi secara umum, kesehatan ibu hamil, susu dan kaitannya dengan kehamilan serta pernyataan seputar kesehatan bayi. Tabel 15 menunjukkan persentase contoh yang memberikan sikap yang sesuai untuk setiap pernyataan.

Lebih dari 90% contoh di Kota Bogor setuju bahwa ibu harus mempersiapkan diri sebelum memasuki masa kehamilan, kenaikan berat badan ibu selama hamil harus dipantau dan tujuan konsumsi susu selama hamil adalah untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi selama hamil. Sebanyak lebih dari 80% contoh di Kabupaten Bogor setuju bahwa ibu harus mempersiapkan diri sebelum memasuki masa kehamilan, kenaikan berat badan ibu selama hamil harus dipantau, tujuan konsumsi susu selama hamil adalah untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi selama hamil dan pemeriksaan kehamilan minimal dilkukan sebanyak 4 kali selama kehamilan berlangsung. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara persentase contoh dengan sikap sesuai di Kota maupun Kabupaten Bogor.

(32)
[image:32.595.107.516.97.512.2]

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan sikap sesuai

Topik No Pertanyaan Kota Kabupaten Total n % N % n %

Gizi umum

1 Makanan sumber energi 16 45,7 3 8,6 19 27,1 2 Makanan sumber protein 28 80,0 26 74,3 54 77,1 3 Pantang rokok dan alkohol

selama hamil 30 85,7 21 60,0 51 72,9 4 Makanan sumber zat besi 17 48,6 20 57,1 37 52,9 5 Persiapan ibu sebelum

kehamilan 32 91,4 31 88,6 63 90,0

Kehamilan

6 Konsumsi makanan selama

hamil 26 74,3 24 68,6 50 71,4 7 Komposisi makanan selama

hamil 31 88,6 31 88,6 62 88,6 8 Porsi makan selama hamil 29 82,9 21 60,0 50 71,4 9 Konsumsi suplemen selama

hamil 13 37,1 3 8,6 16 22,9 10 Pantangan rokok dan alkohol

selama hamil 32 91,4 28 80,0 60 85,7 11 Pemeriksaan kehamilan 18 51,4 20 57,1 38 54,3

Susu dan kehamilan

12 Konsumsi susu selama

kehamilan 8 22,9 6 17,1 14 20,0 13 Konsumsi produk turunan susu 25 71,4 14 40,0 39 55,7 14 Tujuan konsumsi susu selama

kehamilan 32 91,4 31 88,6 63 90,0 15 Susu khusus ibu hamil 17 48,6 7 20,0 24 34,3

Kesehatan bayi

16 Usia penyapihan anak 30 85,7 31 88,6 61 87,1 17 Makanan bagi bayi yang baru

lahir 23 65,7 12 34,3 35 50,0 18 Jarak kelahiran setiap anak 28 80,0 23 65,7 51 72,9 19 Pemberian kolostrum pada bayi 31 88,6 27 77,1 58 82,9 20 ASI ekslusif 31 88,6 26 74,3 57 81,4

(33)

Gambar 3 Persentase contoh dengan sikap sesuai untuk setiap kategori pernyataan sikap

Skor yang diperoleh dari penilaian terhadap respon contoh dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu baik (>80% sikap sesuai), sedang (60%-80% sikap sesuai) dan kurang (<60% sikap sesuai). Skor sikap gizi seluruh contoh berkisar antara 30 sampai dengan 100 dengan rata-rata 64,4  13,9.

[image:33.595.123.497.82.303.2]

Lebih dari separuh contoh di Kota Bogor memiliki sikap gizi dengan kategori sedang (57,1%) dan terdapat contoh dengan sikap gizi baik (20%). Jumlah contoh di Kabupaten Bogor yang sikap gizi termasuk sedang dan kurang hampir merata yaitu berturut-turut 54,3% dan 45,7%, tidak ada contoh di Kabupaten Bogor yang memiliki sikap gizi baik. Terdapat perbedaan yang nyata antara sikap contoh di Kota dan Kabupaten Bogor. Tabel 10 menyajikan sebaran contoh berdasarkan sikap gizi.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kategori sikap gizi

Sikap Gizi Kota Kabupaten Total

n % n % n %

Baik 7 20,0 0 0 7 10,0

Sedang 20 57,1 19 54,3 39 55,7 Kurang 8 22,9 16 45,7 24 34,3 TOTAL 35 100 35 100 70 100

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Kesehatan bayi Susu dan kehamilan Kesehatan ibu hamil Gizi umum

81,71 64,00

70,95 70,29

68,00 50,86

60,48 57,71

(34)

Media Informasi Susu

[image:34.595.131.493.315.539.2]

Media informasi susu merupakan media yang menjadi sumber informasi mengenai susu bagi contoh. Media atau sumber informasi ini dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu: sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan); sumber komersial (iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan, pameran); sumber umum (media massa, organisasi konsumen) dan sumber pengalaman. Seluruh contoh yang di wawancarai berjumlah 70 orang. Tidak seluruh contoh mengkonsumsi susu, sehingga terdapat 52 contoh yang dimintai keterangan mengenai media informasi susu. Sebagian besar contoh baik di Kota (68,75%) maupun Kabupaten Bogor (75%) memperoleh informasi mengenai susu dari sumber komersil yang berupa iklan, tenaga penjual, penyalur dan kemasan. Gambar 4 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan sumber informasi yang digunakan.

Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan media informasi susu Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan contoh meliputi frekuensi makan utama, kebiasaan sarapan, konsumsi lauk hewani dan nabati serta konsumsi sayuran dan buah-buahan. Kebiasaan makan dibedakan antara contoh di Kota dan Kabupaten. Sebaran contouh berdasarkan kebiasaan makan disajikan dalam Tabel 11.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Kota Kabupaten

12,5 10

68,75

75

0 0

18,75

15

(35)
[image:35.595.106.519.98.700.2]

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan

Kebiasaan Makan Kota Kabupaten Total

n % n % n %

Frekuensi makan utama

3 x sehari 21 60 19 54,3 40 57,1 2 x sehari 11 31,4 11 31,4 22 31,4 1 x sehari 1 2,9 5 14,3 6 8,6 Lainnya 2 5,7 0 0 2 2,9 TOTAL 35 100 35 100 70 100 Kebiasaan Sarapan

Selalu 27 77,1 27 77,1 54 77,1 Kadang-kadang 7 20 4 11,4 11 15,7 Jarang 1 2,9 4 11,4 5 7,1 TOTAL 35 100 35 100 70 100 Konsumsi Lauk Hewani

Selalu 25 71,4 20 57,1 45 64,3 Kadang-kadang 8 22,9 10 28,6 18 25,7 Jarang 2 5,7 5 14,3 7 10 TOTAL 35 100 35 100 70 100 Konsumsi Lauk Nabati

Selalu 33 94,3 14 40 47 67,1 Kadang-kadang 2 5,7 20 57,1 22 31,4

Jarang 0 0 1 2,9 1 1,4

TOTAL 35 100 35 100 70 100 Konsumsi Sayuran

Selalu 22 62,9 17 48,6 39 55,7 Kadang-kadang 12 34,3 16 45,7 28 40 Jarang 1 2,9 2 5,7 3 4,3 TOTAL 35 100 35 100 70 100 Konsumsi Buah-buahan

Selalu 25 71,4 22 62,9 47 67,1 Kadang-kadang 6 17,1 7 20 13 18,6 Jarang 4 11,4 6 17,1 10 14,3 TOTAL 35 100 35 100 70 100 Konsumsi Selingan

(36)

Frekuensi Makan Utama

Sebagian besar contoh di Kota dan Kabupaten Bogor makan utama dengan frekuensi tiga kali sehari. Hanya di Kota Bogor terdapat contoh yang frekuensi makan utama lebih dari tiga kali sehari (5,71%). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi makan utama di Kota dan Kabupaten Bogor.

Sarapan

Sebanyak 77,1% contoh di Kota dan Kabupaten Bogor selalu sarapan. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kebiasaan sarapan contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

Sarapan pagi dapat menyumbang seperempat dari kebutuhan gizi sehari. Namun bagi sebagian orang sarapan merupakan kegiatan yang tidak menggairahkan karena nafsu makan belum ada. Selain itu keterbatasan menu yang tersaji di meja makan, dan waktu yang terbatas menyebabkan orang sering meninggalkan sarapan. Pada sebagian kasus, terdapat beberapa orang yang tidak sarapan tetapi masih tetap sehat dan produktif. Hal ini dapat terjadi karena masing-masing individu dapat membentuk bioritme sendiri-sendiri (Khomsan 2002).

Konsumsi Lauk Hewani dan Nabati

Pangan sumber protein adalah pangan yang digunakan sebagai lauk pauk sehari-hari (melengkapi makanan pokok) dan menjadi zat gizi pengatur metabolisme dalam tubuh sehingga dapat menjamin pertumbuhan optimal (Khomsan et al. 2009). Sebagian besar contoh di Kota dan Kabupaten Bogor selalu mengkonsumsi lauk hewani setiap hari. Persentase contoh yang selalu mengkonsumsi lauk hewani lebih besar pada contoh di Kota Bogor (71,4%) dibanding contoh di Kabupaten Bogor (57,1%). Terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi lauk hewani contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

(37)

hewani dan relatif tidak menimbulkan alergi dalam konsumsinya seperti yang terjadi pada kasus lactose intolerance dan alergi seafood (Khomsan et al. 2009). Konsumsi Sayuran dan Buah-buahan

Sebagian besar contoh di Kota Bogor (62,9%) selalu mengkonsumsi sayuran setiap hari. Persentase contoh di Kabupaten Bogor tersebar merata yaitu sebanyak 48,6% selalu dan 45,7% kadang-kadang mengkonsumsi sayuran setiap hari. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi sayuran contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

Seluruh contoh selalu mengkonsumsi buah-buahan setiap hari. Sebanyak 71,4% contoh di Kota Bogor dan 62,9% contoh di Kabupaten Bogor selalu mengkonsumsi buah-buahan. Terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi buah-buahan contoh di Kota dan Kabupaten Bogor. Yulianti (2010) menyatakan bahwa buah-buahan umumnya dikonsumsi dengan frekuensi jarang. Kebiasaan mengonsumsi buah relatif lebih tinggi di perkotaan dari pada di perdesaan. Konsumsi Selingan

Contoh di Kota Bogor lebih banyak yang selalu mengkonsumsi selingan dibanding contoh yang hanya kadang-kadang dan jarang mengkonsumsi selingan yaitu dengan persentase sebesar 65,7%. Sedangkan untuk contoh di Kabupaten Bogor lebih banyak yang hanya kadang-kadang mengkonsumsi selingan yaitu dengan persentase sebesar 51,4%. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi selingan contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

Intik dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi

Konsumsi makanan contoh dalam penelitian ini diamati dengan menggunakan metode recall 24 jam. Asupan zat gizi yang diamati adalah energi, protein, zat besi, vitamin A dan vitamin C. Hasil pengamatan terhadap konsumsi makanan contoh di Kota dan Kabupaten Bogor disajikan dalam Tabel 22.

(38)

(g) (kkal) (g) (mg) (RE) (mg) (g) (kkal) (g) (mg) (RE) (mg) Beras dan olahannya 257 472 6,0 1,2 0,0 0,0 249 470 6,0 1,2 0,0 0,0 Tepung dan olahannya 66 116 2,6 0,8 0,0 0,0 34 87 2,0 0,4 0,0 0,0 Umbi-umbian 15 13 0,3 0,1 3,8 2,6 4 7 0,1 0,0 11,5 1,3 Protein Hewani 129 241 21,0 2,6 241,3 0,1 110 163 22,0 2,1 133,5 0,1 Protein Nabati 55 89 8,6 3,5 2,4 0,3 49 88 8,3 3,6 3,2 0,5 Sayuran 70 25 1,3 0,9 324,2 22,0 42 13 1,2 1,1 350,9 20,0 Buah 153 116 2,2 2,2 46,4 123,9 75 51 0,6 0,6 25,0 32,4 Minyak dan lemak 39 293 0,2 0,0 2295,6 0,1 40 282 0,2 0,0 2201,2 0,2 Susu dan olahannya 54 189 10,9 9,3 779,5 0,0 29 112 6,5 5,9 434,1 0,0 Makanan jajanan 118 251 5,2 2,4 13,1 0,1 96 250 5,2 2,5 16,9 0,0 Gula dan pemanis

[image:38.842.83.764.97.346.2]
(39)
[image:39.595.109.518.158.599.2]

tingkat kecukupan energi dan zat gizi lainnya disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi

Tingkat Kecukupan Zat Gizi Kota Kabupaten Total

n % n % n %

Energi

Defisit Tingkat Berat 5 14,3 15 42,9 20 28,6 Defisit Tingkat Sedang 3 8,6 8 22,9 11 15,7 Defisit Tingkat Ringan 7 20 3 8,6 10 14,3 Normal 20 57,1 9 25,7 29 41,4

Berlebih 0 0 0 0 0 0

TOTAL 35 100 35 100 70 100 Protein

Defisit Tingkat Berat 5 14,3 17 48,6 22 31,4 Defisit Tingkat Sedang 2 5,7 5 14,3 7 10 Defisit Tingkat Ringan 11 31,4 2 5,7 13 18,6 Normal 17 48,6 10 28,6 27 38,6 Berlebih 0 0 1 2,9 1 1,4 TOTAL 35 100 35 100 70 100 Zat Besi

Kurang 16 45,7 22 62,9 38 54,3 Cukup 19 54,3 13 37,1 32 45,7 TOTAL 35 100 35 100 70 100 Vitamin A

Kurang 0 0 2 5,7 2 2,9

Cukup 35 100 33 94,3 68 97,1 TOTAL 35 100 35 100 70 100 Vitamin C

(40)

hingga 2585 kkal. Rata-rata konsumsi energi seluruh contoh adalah 1711  386 kkal. Angka kecukupan energi wanita usia 19-29 tahun dengan berat badan ideal adalah 1900 kkal, sedangkan untuk wanita usia 30-49 tahun adalah 1800 kkal. Wanita hamil trimester III mendapatkan tambahan angka kecukupan energi sebesar 300 kkal. Terdapat perbedaan yang signifikan antara konsumsi energi contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

Tingkat kecukupan energi seluruh contoh berkisar antara 48,2 - 132,1% dengan rata-rata 84,5  19,7%. Lebih dari setengah contoh di Kota Bogor memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong normal (57,1%), sedangkan persentase terbesar dari contoh di Kabupaten Bogor berada di kategori defisit tingkat berat (42,9%). Hanya 25,7% contoh di Kabupaten Bogor yang tingkat kecukupan energi dari makanan termasuk kategori normal. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

Protein

Konsumsi protein dari makanan seluruh contoh berkisar antara 23,1 g hingga 125,7 g. Rata-rata konsumsi protein seluruh contoh adalah 55,3  18,6 g. Angka kecukupan protein wanita usia 19 - 49 tahun dengan berat badan ideal adalah 50 g, sedangkan untuk wanita hamil trimester III mendapatkan tambahan angka kecukupan protein sebesar 17 g. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara konsumsi protein contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

Tingkat kecukupan protein seluruh contoh berkisar antara 35,5 - 208,6% dengan rata-rata 86,5  30,8%. Persentase terbesar contoh di Kota Bogor terdapat pada tingkat kecukupan protein dengan kategori normal yaitu sebesar 48,6%. Persentase terbesar contoh di Kabupaten Bogor terdapat pada tingkat kecukupan protein dengan kategori defisit tingkat berat yaitu sebesar 48,6%, hanya 28,6% contoh di Kabupaten dengan tingkat kecukupan protein normal. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara tingkat kecukupan protein contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

Zat Besi

(41)

terdapat perbedaan signifikan antara konsumsi zat besi contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

Tingkat kecukupan zat besi seluruh contoh berkisar antara 14,0 -232,7% dengan rata-rata 78,1  37,5%. Jumlah contoh di Kota Bogor yang cukup maupun tidak cukup intik zat besi hampir merata, persentase contoh dengan intik cukup lebih besar yaitu 54,3%. Namun pada contoh di Kabupaten Bogor, sebagian besar belum mencukupi intik zat besi dari makanan, hanya terdapat 37,1% contoh yang telah mencukupi intik zat besi. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara intik zat besi contoh di Kota dan Kabupaten Bogor

Vitamin A

Konsumsi vitamin A dari makanan seluruh contoh berkisar antara 182,6 RE hingga 6212,8 RE. Rata-rata konsumsi vitamin A seluruh contoh adalah 3436,3  1325,2 RE. Angka kecukupan vitamin A wanita usia 19-49 tahun adalah 500 RE, sedangkan untuk wanita hamil trimester III mendapatkan tambahan angka kecukupan vitamin A sebesar 300 RE. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara konsumsi vitamin A contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

Tingkat kecukupan vitamin A seluruh contoh berkisar antara 22,8 - 776,6% dengan rata-rata 429,5  165,6%. Seluruh contoh di Kota Bogor telah mencukupi intik vitamin A. Hanya 5,7% contoh di Kabupaten Bogor yang belum mencukupi intik vitamin A. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara intik vitamin A contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

Vitamin C

Konsumsi vitamin C dari makanan seluruh contoh berkisar antara 0 mg hingga 1706,0 mg. Rata-rata konsumsi vitamin C seluruh contoh adalah 101,8  238,6 mg. . Angka kecukupan vitamin C wanita usia 19-49 tahun adalah 75 mg, sedangkan untuk wanita hamil trimester III mendapatkan tambahan angka kecukupan vitamin C sebesar 10 mg. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara konsumsi vitamin C contoh di Kota dan Kabupaten Bogor.

(42)

Mean Adequacy Ratio (MAR)

Tabel 14 menyajikan rata-rata kecukupan zat gizi dan nilai MAR untuk contoh di setiap wilayah.

Tabel 14 Rata-rata tingkat kecukupan zat gizi dan MAR

Zat Gizi Tingkat Kecukupan (%)

Kota Kabupaten TOTAL

Energi 92,4 76,7 84,6

Protein 93,4 79,6 86,5

Zat Besi 89,7 66,5 78,1

Vitamin A 463,3 395,8 429,5

Vitamin C 175,5 63,9 119,7

MAR 95,1 77,3 89,8

Hasil penelitian menunjukkan contoh di Kota Bogor memiliki nilai MAR yang lebih tinggi daripada contoh di Kabupaten Bogor. Konsumsi pangan dan asupan zat gizi contoh di Kota lebih baik daripada contoh di Kabupaten Bogor.

Status Gizi

Status gizi contoh sebelum hamil diperoleh dengan menghitung indeks massa tubuh contoh. Indeks massa tubuh sebelum hamil dihitung berdasarkan tinggi badan contoh dan berat badan contoh sebelum kehamilan. Nilai IMT di kelompokan menjadi empat kategori, yaitu: underweight; normal; overweight dan obese. Tabel 15 menyajikan sebaran contoh berdasarkan kategori status gizi sebelum hamil.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan status gizi sebelum hamil

Status Gizi Sebelum Hamil Kota Kabupaten Total

n % n % n %

Underweight (IMT < 18,5) 11 31,4 5 14,3 16 22,9

Normal ( IMT 18,55 - 24,99 ) 19 54,3 27 77,1 46 65,7

Overweight (IMT > 25,00) 4 11,4 2 5,7 6 8,6

Obese (IMT > 30,00) 1 2,9 1 2,9 2 2,9

TOTAL 35 100 35 100 70 100

(43)

Total pertambahan berat badan contoh selama kehamilan merupakan selisih antara berat badan contoh saat wawancara dan berat badan contoh sebelum kehamilan. Pertambahan berat badan seluruh contoh berkisar antara 2,5 – 25 kg, dengan rata-rata 11,9  4,8 kg. Total pertambahan berat badan contoh di Kota Bogor berkisar antara 2,5 – 25 kg, dengan rata-rata 13,7  4,9 kg. Total pertambahan berat badan contoh di Kabupaten Bogor berkisar antara 5 – 20 kg, dengan rata-rata 10,1  4,0 kg. Terdapat perbedaan signifikan antara total pertambahan berat badan contoh di Kota dan Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata total pertambahan berat badan contoh di Kota Bogor lebih besar daripada pertambahan berat badan contoh di Kabupaten Bogor. Meskipun usia kehamilan contoh di Kabupaten lebih tua daripada contoh di Kota, pertambahan berat badan contoh di Kabupaten ternyata lebih kecil daripada contoh di Kota. Terdapat empat contoh di Kabupaten dengan usia kehamilan lebih dari 35 namun total pertambahan berat badannya ≤ 7 kg. Hal ini diduga menyebabkan rata-rata pertambahan berat badan contoh di Kabupaten menjadi lebih kecil daripada contoh di Kota. Jika dilihat dari tingkat kecukupan energinya, dua contoh termasuk ke dalam kategori defisit tingkat berat dan dua contoh lainnya termasuk ke dalam kategori defisit tingkat sedang. Diduga terdapat hubungan antara asupan makan sehari-hari yang tidak cukup dengan pertambahan berat badan yang kecil pada keempat contoh tersebut.

Beberapa studi yang tersebar di berbagai negara menunjukkan bahwa pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan berada pada rentang 8 – 14 kg. Lebarnya pertambahan berat badan total ini disebabkan sangat bervariasinya kondisi ibu (misalnya tinggi badan, kondisi sosial ekonomi, tingkat konsumsi pangan) (Talahatu 2006). Berikut ini adalah sebaran contoh berdasarkan pertambahan berat badan total sesuai dengan usia kehamilan disajikan dalam Tabel 16.

Tabel 16 Rata-rata pertambahan BB selama kehamilan berdasarkan usia kehamilan

Usia Kehamilan Rata-rata pertambahan BB total (kg) Kota Kabupaten Total 7 bulan 11,0 ± 5,3 (n=11) 8,0 ± 0,0 (n= 3) 10,4 ± 4,8 (n=14) 8 bulan 14,3 ± 4,7 (n=12) 11.1 ± 4,7 (n=20) 12.3 ± 4,9 (n=32) 9 bulan 15,5 ± 4,0 (n=12) 9,0 ± 2,7 (n=12) 12,3 ± 4,7 (n=24)

(44)

dimana pada kelompok usia kehamilan yang lebih tua, pertambahan berat badan totalnya lebih besar. Berdasarkan Tabel 30, diketahui bahwa pertambahan berat badan contoh di Kabupaten dengan usia kehamilan 9 bulan lebih kecil daripada contoh dengan usia kehamilan 8 bulan. Terdapat beberapa contoh pada kelompok usia kehamilan 9 bulan yang pertambahan berat badan totalnya sangat kecil, yaitu ≤ 7 kg. Hal ini diduga menyebabkan rata-rata pertambahan berat total pada kelompok usia kehamilan 9 bulan menjadi lebih kecil.

Rata-rata pertambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan usia kehamilan dan status gizi di kedua wilayah disajikan dalam Tabel 17. Total pertambahan berat badan contoh dalam penelitian ini adalah selisih antara berat badan saat wawancara dengan berat badan sebelum hamil. Total pertambahan berat badan yang sebenarnya dapat digunakan untuk menilai status gizi ibu hamil adalah pertambahan berat badan selama kehamilan hingga ibu melahirkan seperti yang direkomendasikan oleh Institut of Medicine (IOM). Hal ini menyebabkan total pertambahan berat badan contoh dalam penelitian ini tidak dapat dibandingkan dengan pertambahan berat badan total yang direkomendasikan oleh IOM. Berdasarkan Tabel 31, dapat diketahui bahwa pada contoh dengan status gizi sebelum hamil normal memiliki pertambahan berat badan yang sesuai dengan usia kehamilan. Pertambahan berat badan kehamilan contoh pada kelompok ini semakin besar seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.

Tabel 17 Rata-rata pertambahan BB selama kehamilan berdasarkan status gizi dan usia kehamilan contoh

Status Gizi Awal Usia kehamilan

7 bulan 8 bulan 9 bulan Underweight 10,0 ± 0,0 (n=1) 15,2

Gambar

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan sikap sesuai
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kategori sikap gizi
Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan media informasi susu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diskusi kelas adalah sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran kelompok di mana setiap kelompok mendapat tanggung jawab untuk mendiskusikan sesuai dengan tema/masalah/judul

Al Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Journal of Islamic Economics) is a peer-reviewed journal published by State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru matematika sebagai pelaku tindakan kelas. Subjek

[r]

Jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi enam kategori yaitu data kondisi umum lokasi penelitian, kondisi fisik gua, fauna gua, potensi jasa

Nasabah yang berada di wilayah 3 (Jakarta) memiliki persentase kredit macet paling besar dibandingkan dengan wilayah yang lainnya. Rasio odd dari kredit macet

akan semakin banyak informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan. Umur perusahaan merupakan lamanya perusahaan didirikan

[r]