RAMADHAN DALAM BINGKAI RELIGIUS DI TELEVISI
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Ramadhan Dalam Bingkai
Religius Menjelang Berbuka Puasa di RCTI
Ditinjau Dari Fungsi Media)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
YURISTANTI NPM. 0743010121
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
iii Nama Mahasiswa : Yuristanti
NPM : 0743010121
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Telah Diuji dan Diseminarkan pada tanggal 27 Januari 2011
Menyetujui,
TIM PENGUJI : 1. Ketua
NPT. 3 6704 95 0036 1 Juwito, S.Sos, M.Si
2. Sekretaris
NIP. 19581 2251 9900 11001 Ir. Didiek Tranggono, M.Si
3. Anggota
NIP. 195805801 198402 1001 Drs. Kusnarto, M.Si
Mengetahui, DEKAN
NIP. 19550718 198302 2001 Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si PEMBIMBING
ii
RAMADHAN DALAM BINGKAI RELIGIUS DI TELEVISI
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Ramadhan dalam Bingkai Religius
Menjelang Berbuka Puasa di RCTI)
Disusun Oleh :
0743010121 Yuristanti
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
PEMBIMBING
NIP. 1958058011984021001 Drs. Kusnarto, M.Si
Mengetahui,
DEKAN
Oleh :
NPM. 0743010121
YURISTANTI
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal : 27 Januari 2011
Menyetujui,
TIM PENGUJI : 1. Ketua
NPT. 3 67049500361 Juwito, S.Sos, M.Si
2. Sekretaris
NIP. 19581 2251 9900 11001 Ir. Didiek Tranggono, M.Si
3. Anggota
NIP. 19580801 198402 1001 Drs. Kusnarto, M.Si
Mengetahui, DEKAN
NIP. 19550718 198302 2001 Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si PEMBIMBING
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Wa Syukurillah. Puji syukur atas mukjizat dan keajaiban
Tuhan semesta alam, Allah SWT. yang telah memberikan karunia yang tak
terbatas kepada penulis. Serta kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW.
yang menjadi suri tauladan, serta salah satu sumber inspirasi penulis.
Dengan berbekal usaha keras dan do’a yang senantiasa terpanjat setiap
waktu, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“RAMADHAN DALAM BINGKAI RELIGIUS DI TELEVISI” dengan baik
dan tepat waktu sesuai dengan yang diharapkan penulis.
Penyusunan Skripsi yang berjudul “RAMADHAN DALAM BINGKAI
RELIGIUS DI TELEVISI” ini merupakan salah satu syarat kelulusan bagi
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Program Studi Ilmu
Komunikasi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini tidak akan
terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
2. Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi sekaligus
Dosen Wali penulis yang senantiasa memberikan kebijaksanaan serta saran
v
bimbingan dan arahan bagi penulis dengan ketelatenan serta kesabaran yang
luar biasa, sehingga penulis merasa nyaman dan termotivasi untuk
menyelesaikan Skripsi ini.
5. Devi Dwi Arona, S.Kom, pendamping hidup penulis yang selalu sabar
mendampingi, melimpahkan kasih sayang, serta memotivasi penulis untuk
terus maju dan berjuang demi masa depan yang lebih cerah. Thank and Love
You.
6. Aqueena Valerie Mozarona, buah hati penulis yang menjadi sumber kekuatan
dan inspirasi penulis, sehingga dapat bertahan dan terus berjuang untuk
menuju keberhasilan. Never changes with anything.
7. Poedjo Supriyono dan Yelia Kristanti selaku orang tua penulis, serta Dita
Ristanti sebagai adik penulis yang senantiasa memotivasi dan turut
mendo’akan penulis. You are the best family for me.
8. Santy Eka Widyastuty dan Ratih Dwi Kusumaningtyas sebagai sahabat yang
selalu setia memberikan dukungan dan semangat pada penulis. I always Miss
You, because you gave me sweet memories in my life.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya yang tak bisa penulis
sebutkan satu per satu, sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Sebagai manusia biasa, tentunya penulis menyadari bahwa dalam Skripsi
vi
dalamnya. Untuk itu, penulis mohon maaf bila terdapat kesalahan dan kekeliruan
dalam penulisan Skripsi ini. Maka, penulis berharap saran dan kritik yang dapat
menjadi masukan dan bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi ini.
Surabaya, Desember 2010
vii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAKSI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Penelitian ... 12
1.4 Manfaat Penelitian ... 12
1.4.1 Secara Teoritis ... 12
1.4.2 Secara Praktis ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14
2.1 Landasan Teori ... 14
2.1.1 Teori Kegunaan dan Kepuasan ... 14
viii
2.2 Televisi sebagai Media Massa ... 19
2.2.1 Komunikasi Massa ... 21
2.2.2 Televisi ... 25
2.2.3 Televisi Nasional ... 33
2.2.3 Lembaga yang berkaitan dengan Televisi ... 34
2.3 Puasa Ramadhan ... 38
2.2.1 Pengertian Puasa ... 38
2.2.2 Pengertian Ramadhan... 47
2.4 Definisi Spesifikasi pada Tabel Pembacaan Program Acara 50 2.5 Kerangka Berfikir ... 57
BAB III METODE PENELITIAN ... 60
3.1 Pendekatan Penelitian ... 60
3.2 Definisi Operasional ... 61
3.3 Subyek dan Informan Penelitian ... 62
3.4 Unit Analisis Data ... 63
3.5 Populasi dan Korpus ... 64
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 66
3.7 Teknik Analisis Data ... 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 70
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 70
4.1.1 Profil RCTI ... 70
ix
4.1.4.1 Seputar Indonesia ... 72
4.1.4.2 Mister Olga ... 72
4.1.4.3 Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan . 73 4.1.4.4 Qultum Quraish Shihab ... 73
4.1.4.5 Iklan ... 73
4. 2 Hasil dan Pembahasan ... 74
4.2.1 Analisis Program Acara Menjelang Berbuka ... 74
4.2.1.1 Seputar Indonesia ... 74
4.2.1.2 Mister Olga ... 77
4.2.1.3 Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan . 79 4.2.1.4 Qultum Quraish Shihab ... 82
4.2.1.5 Iklan ... 83
4. 3 Program Acara RCTI Saat Ramadhan ... 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
5.1 Kesimpulan ... 91
5.2 Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Uses and Gratification Theory ... 16
xii
Lampiran 2. Hasil Thesis “Ramadhan dalam Bingkai Religius di Televisi” …. 94
Lampiran 3. Sinopsis Seputar Indonesia – RCTI ………... 95
Lampiran 4. Sinopsis Mister Olga – RCTI ………..…………...……... 96
Lampiran 5. Sinopsis Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan – RCTI ...…. 97
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Acara RCTI periode (19 – 25 Juli 2010)... 71
Tabel 2. Jadwal Acara RCTI periode (2 – 29 Agustus 2010)... 71
Tabel 3. Kategorisasi Seputar Indonesia ... 74
Tabel 4. Kategorisasi Mister Olga ... 77
Tabel 5. Kategorisasi Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan ... 79
Tabel 6. Kategorisasi Qultum Quraish Shihab ... 82
Tabel 7. Kategorisasi Iklan ... 83
Tabel 8. Klasifikasi Fungsi Media Televisi pada Program Acara Menjelang Berbuka Puasa di RCTI ... 86
xiv
The examination basicly carry of program awaiting opening of fasting is purpose to know how Ramadhan of religion frame was from media function. The examination is also to see of Remadhan problem of religion frame in RCTI, especially of program performance awaiting opening of fasting. There four basic function of television is gives information, to educate, to console and to persuasion being sure where function is appear from severally of RCTI program, this is Seputar Indonesia, Mister Olga, Ketika Cinta Bertasbih Special Ramadhan and Qultum Quraish Shihab. Theory being use is Uses and gratifications Theory by Katz, Blumler and Gurevicth, also The Kultivation Theory by George Gerbner. The examination use subyective kualitative analisys and generally. Also use phenomenology examination as examination method. The function of phenomenology examination to express about the truth of something with express phenomena or indication is appearing by the examination object. The notes has been able by observation of Ramadhan program is analyzed with using program read table basically seven category, that is program packed, the way of send message, language, performance by clothe, primer communicator, Ramadhan unsure and time or duration. Population of the examination is RCTI program, exactly the sample is four RCTI primer program. This is Seputar Indonesia, Mister Olga, Ketika Cinta Bertasih Special Ramadhan and Qultum Quraish Shihab.
After analyzed, from all program, Seputar Indonesia, Mister Olga, Ketika Cinta Bertasbih Special Ramadhan and Qultum Quraish Shihab in RCTI, see that there two program has Ramadhan unsure is religion, there is Ketika Cinta Bertasbih Special Ramadhan and Qultum Quraish Shihab. Exactly three program the other is less program with Ramadhan usure is religion and many appear console and information unsure. There is Seputar Indonesia, Mister Olga and advertising. So, could be say that the program is appear awaiting opening fasting less many apeear religion unsure.
xiii
ABSTRAKSI
YURISTANTI. RAMADHAN DALAM BINGKAI RELIGIUS DI TELEVISI
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Ramadhan Dalam Bingkai Religius Menjelang Berbuka Puasa di RCTI Ditinjau Dari Fungsi Media).
Penelitian yang didasarkan pada tayangan program acara menjelang berbuka puasa ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Ramadhan dalam bingkai religius ditinjau dari fungsi media televisi. Penelitian ini menaruh perhatian pada masalah Ramadhan dalam bingkai religius di RCTI, khususnya pada tampilan program acara menjelang berbuka puasa. Empat fungsi dasar televisi yang meliputi memberi informasi, mendidik, menghibur dan persuasi turut menentukan fungsi mana yang muncul dari masing-masing program acara yang ditayangkan di RCTI, yaitu Seputar Indonesia, Mister Olga, Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan dan Qultum Quraish Shihab. Teori yang digunakan
adalah teori kegunaan dan kepuasan (Uses and gratifications Theory) yang
dicetuskan oleh Katz, Blumler dan Gurevicth, serta teori kultivasi (The Vultivation Theory) yang dikemukakan oleh George Gerbner.
Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yang bersifat subyektif dan menyeluruh. Serta menggunakan pendekatan fenomenologis sebagai metode penelitiannya. Pendekatan fenomenologis berfungsi untuk mengungkap tentang kebenaran sesuatu dengan mengungkap fenomena atau gejala yang memancar dari obyek penelitian. Data yang diperoleh melalui pengamatan tayangan program acara selama Ramadhan dianalisis dengan menggunakan tabel pembacaan program acara berdasarkan tujuh kategori yang meliputi kemasan acara, cara penyampaian pesan, bahasa, busana, komunikator utama, unsur tema Ramadhan dan durasi atau waktu. Adapun populasi dari penelitian ini adalah program acara di stasiun televisi RCTI, sedangkan sampelnya terdiri dari empat program acara utama di RCTI, yaitu Seputar Indonesia, Mister Olga, Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan dan Qultum Quraish Shihab.
Setelah dianalisis, dari keseluruhan program acara, yaitu Seputar Indonesia, Mega Sinetron Mister Olga, Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan, Qultum Quraish Shihab dan iklan yang ditayangkan di RCTI, terlihat bahwa terdapat dua program acara yang mengandung kereligiusan Ramadhan adalah Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan dan Qultum Quraish Shihab. Sedangkan tiga program acara lainnya merupakan program acara yang kurang mengena dengan kereligiusan Ramadhan dan banyak menonjolkan unsur hiburan, serta informasinya. Ketiga program acara tersebut adalah Seputar Indonesia, Mega Sinetron Mister Olga dan iklan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tayangan yang ditampilkan menjelang berbuka puasa kurang menampilkan unsur religius dan lebih banyak memunculkan fungsi pendidikan dibandingkan dengan fungsi yang lain, yaitu informasi, hiburan dan persuasi.
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Dari hari ke hari, teknologi mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Perkembangan teknologi tersebut juga diiringi dengan pesatnya
informasi yang diberikan media massa kepada masyarkaat, sehingga
masyarakat yang tidak berada dalam wilayah atau tempat tinggal yang
sama dapat dengan mudah mengatahui informasi atau tayangan yang sama
dimanapun mereka berada (Rivers, 2003 : 27). Hal itu membuktikan bahwa
media massa dapat menimbulkan keserempakan karena memiliki jaringan
yang luas (Effendy, 2000 : 82).
Media massa merupakan sarana atau saluran yang digunakan
sebagai penyampai pesan komunikasi massa yang meliputi surat kabar,
siaran radio dan televisi yang ditujukan untuk umum (Effendy, 2000 : 79).
Dan seiring dengan kemajuan zaman, media online juga termasuk di
dalamnya.
Berdasarkan hasil riset Veronis Suhler yang menyatakan bahwa
seseorang rata-rata menghabiskan 40 persen dari hari mereka dan 60 persen
dari waktu bangun mereka bersama dengan media massa (Vivian, 2008 :
4-5). Sedangkan menurut Kun Sri yang telah melakukan pengamatan
terhadap lamanya seseorang menghabiskan waktunya di depan televisi
2
meluangkan waktu sekitar 2-4 jam per hari. Berikutnya, sebanyak 22
persen masyarakat menghabiskan waktu 1-2 jam dan sebanyak 20 persen
lainnya 4-6 jam di depan televisi. Dan sisanya kurang dari satu jam dan
lebih dari enam jam. Tetapi menurut Hofman, seorang pengamat media
mengemukakan bahwa masyarakat yang menonton televisi lebih dari
empat jam sehari terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
(Budiasih, 2004 : 57-58).
Dan seringkali kegitan itu dilakukan saat santai atau pada waktu
utama (prime time) atau di waktu-waktu yang memungkinkan seseorang
untuk menonton televisi, seperti waktu menjelang berbuka puasa, antara
pukul lima sampai enam sore.
Televisi yang terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan
“visi” atau vision yang berarti penglihatan, dapat dijelaskan sebagai media
elektronik yang dapat menampilkan visual berupa gambar dengan
mengambil intisari dari film yang dapat dijangkau secara luas oleh
masyarakat (Effendy, 2000 : 174).
Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang
menyampaikan isi pesan dalam bentuk audio visual gerak yang memiliki
kekuatan tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir dan tindak
individu. Bahkan khalayak sasarannya tidak lagi bersifat lokal, nasional
dan regional, tetapi juga bersifat internasional dan global (Baksin, 2006 :
Sebagai sebuah media, televisi mempunyai fungsi dasar yang
dijadikan acuan untuk menampilkan tayangan di setiap program acaranya.
Sejumlah peneliti mengklasifikasikan fungsi media televisi dalam empat
kategori, yaitu cognition (pengetahuan), diversion (hiburan), social utility
(kepentingan sosial) dan withdrawal (pelarian) (Ardianto, 2004 : 28).
Sedangkan dalam bukunya, Onong Uchjana menyebutkan ada empat fungsi
media televisi, yaitu sebagai media yang menyampaikan informasi,
mendidik, menghibur dan mempengaruhi (Effendy, 2000 : 93-94).
Sebenarnya, berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa
fungsi media televisi mengarahkan kepada para pengelolanya untuk
mempersembahkan tayangan-tayangan yang berkualitas, sehingga tidak
hanya untuk mengejar rating dan meraih keuntungan semata. Terlebih lagi
pada saat menjelang berbuka puasa di bulan Ramadhan (Jawa Pos, Edisi
Rabu, 11 Agustus 2010).
Tema religius pada program acara saat Ramadhan banyak
bermunculan dan seakan-akan berlomba-lomba untuk menampilkan
tayangan semenarik mungkin, tetapi ada kalanya tema tersebut seringkali
tidak sesuai dengan pengertian yang sebenarnya. Jika diteliti lebih dalam,
pengertian religius yang berasal dari kata religi adalah suatu keyakinan
akan adanya kekuatan gaib yang suci yang menentukan jalan hidup dan
mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati dan
diikuti yang memiliki aturan serta norma-normanya dengan ketat agar tidak
4
oleh Tuhan Yang Maha Esa (diaz2000.multiply.com)
Peneliti memfokuskan pada program acara menjelang berbuka
puasa selama Ramadhan dengan alasan dan pertimbangan tersendiri. Selasa 23 November
2010 pukul 19.25 WIB. Sehingga religius yang dimaksud dalam program
acara di bulan Ramadhan mempunyai makna sebuah tayangan yang dapat
memberikan pendidikan atau ajaran agama yang sesuai dengan aturan dan
norma yang terkandung dalam bulan Ramadhan itu sendiri.
Bulan Ramadhan sebagaimana yang telah dinyatakan Rasulullah
adalah bulan yang agung dan penuh berkah yang terkait erat dengan
keutamaan amal dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya (Raya dan
Mulia, 2003 : 224). Menurut para ulama, Ramadhan adalah bulan istimewa
bagi umat Islam, sehingga sudah merupakan bagian dari budaya
masyarakat dalam mendampingi ibadahnya, terutama ibadah puasa
(Budiasih, 2004 : 142).
Keberadaan Ramadhan mampu mematahkan sebagian argumen
para pengelola televisi tentang materi dan penampilan tayangannya.
Argumen yang sebelumnya menyatakan bahwa produk-produk religi
kurang dapat dijual, dipatahkan dengan hadirnya produk-produk religi
berupa tayangan program acara bernuansa religius pada waktu tayang
utama (prime time), seperti saat menjelang berbuka puasa yang
memungkinkan berkumpulnya semua anggota keluarga (Budiasih, 2004 :
Pertama, menjelang berbuka di bulan Ramadhan termasuk dalam waktu
tayang utama atau prime time. Kedua, menjelang berbuka puasa seringkali
menjadi momen spesial yang disengaja untuk meluangkan waktu
berkumpul bersama keluarga. Biasanya hal ini khusus dilakukan mengingat
di luar bulan Ramadhan seseorang lebih banyak mengahabiskan waktu
karena kesibukan dan aktivitasnya masing-masing dibandingkan
berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara
Minggu, 29 Agustus 2010 pukul 10.43WIB.
Dan yang ketiga atau terakhir adalah karena menurut Rausullah,
menjelang berbuka puasa merupakan waktu yang paling afdhal untuk
berdo’a, seperti yang tertuang dalam hadis berikut ini :
“Ada tiga orang yang do’anya tidak akan ditolak oleh Allah SWT, yaitu do’a orang yang sedang berpuasa ketika ia berbuka, Imam yang adil dan orang yang didzolimi” (Hadis Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu)
“Sesungguhnya, orang yang berpuasa, ketika ia berdo’a di saat atau menjelang berbuka, maka ia mamiliki do’a yang tidak akan ditolak oleh Allah SWT” (Hadis Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash)
Penentuan waktu berbuka yang digunakan mengacu pada waktu
berbuka nasional di Indonesia, yaitu wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Karena pada waktu tersebut adalah waktu yang rutin menayangkan adzan
maghrib di televisi nasional, sehingga seluruh masyarakat Indonesia dapat
mengetahui waktu berbuka secara nasional. Berdasarkan pengamatan
6
sekitarnya kurang lebih pada pukul enam sore, sehingga pukul lima hingga
enam sore dapat dikatakan sebagai waktu menjelang berbuka puasa.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa bulan
Ramadhan menjadi ajang bagi televisi dalam menyajikan program-program
bertema religius bagi pemirsanya. Hal itu menimbulkan beberapa
fenomena menarik, yaitu perubahan konfigurasi acara, perubahan jenis
produk yang diiklankan, perubahan performance dan perubahan
konfigurasi jam tayang berikut dengan konsekuensi valuenya (Thesis
Asturi, 2005 : 3).
Seperti yang kita ketahui, tayangan program acara di luar bulan
Ramadhan yang ditampilkan di televisi umumnya biasa-biasa saja. Tetapi,
saat memasuki bulan Ramadhan, banyak bermunculan program acara
bernuansa religi yang tidak ditayangkan menjadi ditayangkan di bulan
Ramadhan, terutama menjelang waktu sahur dan berbuka puasa. Hal ini
dibuktikan oleh stasiun televisi RCTI yang menempati rating teratas yang
diketahui berdasarkan hasil rating AC Nielson pada 11 stasiun televisi
nasional di Indonesia
pukul 10.43 WIB. Tayangan tersebut misalnya, program acara “Qultum
Quraish Shihab” dan “Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan” di RCTI
yang khusus ditayangkan menjelang waktu berbuka
21 Agustus 2010 pukul 12.19 WIB.
Namun, terlepas dari itu semua, masih terdapat tayangan
seseorang yang tidak sepantasnya menjadi bahan pemberitaan. Atau
tayangan adegan kekerasan pada berita kriminal maupun sinetron
Hal tersebut, tentu dapat mempengaruhi ibadah puasa di bulan
Ramadhan, baik disadari maupun tidak. Mengingat puasa adalah ibadah
wajib yang harus dikerjakan seluruh umat Islam, yang merupakan
keyakinan yang paling banyak dianut masyarakat dunia, seperti yang
difirmankan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang (yang hidup) sebelum kamu, supaya kamu bertakwa”.
(QS. Al-Baqarah : 183)
Sehingga, apabila masyarakat masih menyaksikan program acara
tersebut, maka secara otomatis akan mengurangi pahala puasa.
Sebagaimana telah diketahui bahwa tujuan puasa tidak hanya menahan
lapar dan dahaga saja, tetapi juga menahan diri dari hawa nafsu (Ali, 2006 :
276).
Maka, sebagai bentuk apresiasi, hendaknya pengelola media televisi
turut menghormati bulan Ramadhan dengan mempersembahkan program
acara yang sesuai dengan keempat fungsi tersebut dalam kemasan nuansa
religi. Yang terpenting adalah jangan menjadikan bulan Ramadhan untuk
meraup keuntungan dengan program acara yang hanya “berlabel nuansa
Ramadhan”. Tetapi, isinya hanya gurauan, perselingkuhan, pergunjingan
8
nilai-nilai agama. Dan jangan hanya menampilkan tayangan-tayangan
Ramadhan yang berisi ceramah dan seputar shalat terawih saja, tetapi juga
harus ada kreativitas dari Lembaga Penyiaran untuk membuat suatu
program tayangan khusus untuk Ramadha
Agustus 2010 pukul 11.35 WIB.
Sebagai lembaga penyiaran, televisi juga harus menghindari
tayangan dan adegan yang dapat membangkitkan nafsu birahi, seperti cara
berpakaian artis yang masih memamerkan payudara dan paha, pembicaraan
yang mengarah mesum, serta acara-acara yang menjurus ghibah atau
gunjingan. Berdasarkan hal tersebut, pihak KPI dan MUI menghimbau
kepada media televisi untuk lebih mematuhi Pedoman Perilaku Penyiaran
dan Standar Program Siaran (P3-SPS) di bulan Ramadha
Sabtu, 21 Agustus 2010 pukul 11.35 WIB.
Namun kenyatannya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) masih
kurang tegas dalam memberikan sanksi terhadap media penyiaran televisi
yang melanggar Standar Program Siaran (SPS), serta lemahnya peran
lembaga media dalam menjalankan tugas sebagai penjaga gawang
(gatekeeper) yang senantiasa mengingatkan bagaimana hendaknya program
acara yang menjadi wacana dalam media televisi (Jawa Pos, Edisi Rabu, 11
Agustus 2010).
Bahkan aktor senior Deddy Mizwar menyatakan perlu adanya
tanpa adanya ketegasan terhadap pelanggaran dan kesalahan, maka tidak
akan ada sanksi. Dan akhirnya, kesalahan dan pelanggaran tersebut
menjadi suatu kebenaran karena sudah menjadi sebuah kebiasaan. Bahkan
jika perlu diterapkan punishment dan pemberian reward kepada program
acara yang baik. Menurut Adjie Soeratmadjie, perwakilan Lembaga
Penyiaran dari Metro TV mengungkapkan bahwa pemberian punishment
dan reward memang perlu, asal jangan sampai melupakan kebutuhan dari
lembaga penyiaran itu sendiri, yaitu asih, asah dan asuh, atau dengan kata
lain adalah pendampingan
11.35 WIB.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
lebih dalam mengenai Ramadhan dalam bingkai religius di televisi,
khususnya pada program acara menjelang waktu berbuka puasa.
Adapun program acara yang diteliti adalah program acara
menjelang berbuka puasa yang ditayangkan di RCTI yang merupakan
stasiun televisi nasional dengan rating tertinggi selama Ramadhan
Berkaitan dengan pemilihan waktu berbuka, pemilihan televisi
nasional pada penelitian ini juga didasarkan pada alasan dan pertimbangan
tertentu. Televisi nasioanal dipilih karena dapat dijangkau secara nasional
atau menyeluruh oleh masyarakat Indonesia, sehingga program acara yang
10
wilayah Indonesia. Tidak seperti televisi berskala lokal yang jangkauannya
terbatas dan hanya bisa dinikmati di wilayah-wilayah tertentu. Selain itu,
RCTI sebagai televisi nasional memiliki cabang lokal yang berfungsi
sebagai transmisi atau penghubung atau penyalur tayangan dari nasional ke
lokal, khususnya di Surabaya sebagai wilayah penelitian peneliti, sehingga
penelitian memungkinkan untuk dilakukan.
Sedangkan yang mendasari pemilihan media televisi pada
penelitian ini karena televisi merupakan media yang paling banyak
memberikan suguhan program acara secara langsung melalui tampilan
audio visualnya, yang seringkali menemani keluarga menyambut waktu
berbuka puasa tiba. Selain itu, televisi juga dapat memberikan dampak
besar kepada masyarakat, karena dapat mempengaruhi sikap, perilaku dan
cara berfikir seseorang
11.35 WIB.
Televisi sebagai media yang dapat dinikmati oleh masyarakat di
seluruh Indonesia memiliki penghubung atau transmitter untuk
menyalurkan tayangannya agar dapat dinikmati oleh masyarakat. Seperti
yang diungkapakan Shannon dan Weaver dalam teori informasi (Theory of
Communication) yang menyebutkan komunikasi sebagai transmisi pesan
turut menentukan saluran komunikasi yang digunakan secara efisien,
sehingga seluruh masyarakat dapat mengetahui dan mendapatkan informasi
bersamaan
pukul 19.45 WIB.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
kegunaan dan kepuasan (uses and Gratifications Theory) oleh Katz,
Blumler dan Gurevitch (1974) dengan asumsinya bahwa manusia sebagai
seseorang yang aktif yang berusaha untuk memuaskan kebutuhannya
dengan memilih dan menggunakan media tertentu untuk memuaskan
kebutuhan tertentu (West dan Turner, 2008 : 101 & 104).
Selain itu, teori yang juga terkait dengan penelitian ini adalah teori
kultivasi (The Cultivation Theory) oleh George Gerbner (1980) tentang
televisi yang menyatakan bahwa televisi telah menjadi pusat kebudayaan
masyarakat, karena televisi sudah masuk dalam anggota keluarga yang
paling banyak bicara dan paling banyak memberikan informasi melalui
sejumlah program acara yang disuguhkan kepada keluarga. Jadi, hal ini
dapat disikapi dengan adanya bimbingan dari orang yang lebih tua atau
lebih mengerti terhadap tayangan program acara yang disaksikan oleh
keluarganya (West dan Turner, 2008 : 84).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka judul dalam penelitian ini
adalah “Ramadhan Dalam Bingkai Religius di Televisi (Studi Deskriptif
Kualitatif Tentang Ramadhan Dalam Bingkai Religius di Televisi Ditinjau
12
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Ramadhan
Dalam Bingkai Religius Menjelang Berbuka Puasa di RCTI?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana Ramadhan dalam bingkai
religius di televisi ditinjau dari fungsi media.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah menambah
pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat, mengenai Ramadhan dalam
bingkai religius di televisi, khususnya pada program acara menjelang
berbuka puasa.
1.4.1 Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan
kepustakaan bagi Program Studi Ilmu Komunikasi di Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta dapat
memberikan masukan bagi perkembangan studi komunikasi dan
sebagai wacana untuk penelitian selanjutnya terkait dengan peran
menghibur, menambah pengetahuan dan mempengaruhi
masyarakat ke arah yang lebih baik.
1.4.2 Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dan wawasan bagi masyarakat mengenai pentingnya peran media
televisi dalam menjalankan fungsinya secara tepat. Serta menjadi
bahan evaluasi bagi masyarakat luas dan pengelola televisi yang
berkaitan dengan peran media televisi dalam memberikan tayangan
14 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Berdasarkan penelitian terdahulu, yakni Thesis yang berjudul
Ramadhan Dalam Bingkai Religius di Televisi oleh Santi Indra Astuti
memfokuskan pada fenomena warta hiburan dalam program sahur. Hal itu
terlihat dari adanya beberapa fenomena menarik, yakni perubahan
konfigurasi acara, perubahan jenis produk yang diiklankan, perubahan
performance dan perubahan konfigurasi jam tayang.
Dan hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah unsur
hiburan yang lebih menonjol dibandingkan dengan porsi atau waktu
dakwah. Temuan itu telah memperlihatkan bahwa terjadi inkonsistensi
pemaknaan dan penyampaian nilai-nilai Islami dalam semangat Ramadhan
yang pada akhirnya menguatkan asumsi adanya gejala warta-hiburnisasi
wacana keagamaan.
2.1.1 Teori Kegunaan dan Kepuasan
Teori Kegunaan dan Kepuasan (Uses and gratifications
Theory) dicetuskan oleh Katz, Blumler dan Gurevicth (1974).
Pendekatan dalam teori ini menunjukkan bahwa penggunanya
(pemirsa televisi) melakukan pemilihan secara sengaja terhadap
media untuk memenuhi kebutuhan mereka (Severin dan Tankard,
Teori ini menyatakan bahwa orang secara aktif mencari
media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan
kepuasan tertentu berdasarkan kebutuhannya. Seseorang dikatakan
aktif karena mereka mampu untuk mempelajari dan mengevaluasi
berbagai jenis media untuk mencapai tujuan komunikasi (West dan
Turner, 2008 : 101). Adapun unsur-unsur pada model ini adalah :
1. Audience
2. Kebutuhan
3. Media
Berdasarkan hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh
Maslow terhadap diri individu (West dan Turner, 2008 : 102),
diantaranya :
1. Kebutuhan aktualisasi diri
2. Kebutuhan akan penghargaan diri
3. Kebutuhan sosial atau kepemilikan
4. Kebutuhan akan rasa aman
5. Kebutuhan biologis atau fisik
Sedangkan Katz, Gurevitch dan Haas (1973) membuat 35
daftar kebutuhan yang dikategorikan sebagai berikut :
1. Kebutuhan Kognitif, memperoleh informasi, pengetahuan dan
pemahaman.
2. Kebutuhan Afektif, emosional, pengalaman menyenangkan
16
3. Kebutuhan Integratif Personal, memperkuat kredibilitas, rasa
percaya diri, stabilitas san status.
4. Kebutuhan Integratif Sosial, mempererat hubungan dengan
saudara, teman dan rekan.
5. Kebutuhan Pelepasan Ketegangan, pelarian dan pengalihan.
- -
Gambar 1. Uses and Gratifications Theory
Kebutuhan terhadap pesan atau informasi pada diri
seseorang ditentukan berdasarkan kebutuhan tertentu berdasarkan
kepentingan yang diinginkan yang diperoleh melalui media.
Selanjutnya, apabila kebutuhan akan suatu hal dalam diri
individu telah terpenuhi oleh media, maka ia akan merasa puas
terhadap pilihannya.
2.1.2 Teori Kultivasi
Teori Kultivasi (The Vultivation Theory) dikemukakan oleh
George Gerbner (1980). Analisis teori ini menunjukkan bahwa
komunikasi massa, terutama televisi, mengkultivasi keyakinan Audience Kebutuhan diri :
• Kognitif
• Afektif
• Integratif Personal • Integratif Sosial
tertentu mengenai kenyataan yang dianggap sebagai sesuatu yang
umum oleh konsumen komunikasi massa (West dan Turner, 2008 :
82).
Kultivasi adalah dampak dari semua keterbukaan ke
pesan-pesan yang sama, sehingga menghasilkan sesuatu (Severin dan
Tankard, 2005 : 320).
Melalui televisi, seseorang dapat diarahkan untuk menilai
tentang dunia media televisi yang dapat membentuk suatu budaya.
Hal tersebut ditunjukkan dengan asumsi yang menyatakan bahwa
televisi telah menjadi pusat kebudayaan masyarakat, karena televisi
termasuk sebagai anggota keluarga yang paling banyak bicara dan
memberi informasi pada keluarga. Praktik-praktik kebudayaan
masyarakat amat ditentukan oleh pesan-pesan media televisi. Dan
pesan-pesan tersebut menjadi referensi masyarakat dalam
menentukan pilihan budayanya (Severin dan Tankard, 2005).
Kebanyakan masyarakat mendapatkan informasi dari
sumber-sumber bermediasi dibandingkan dari kenyataan secara
langsung. Hal ini dikarenakan sumber-sumber yang bermediasi
dapat membentuk kenyataan pada diri seseorang (West dan Turner,
2008 : 84).
Dalam mengemukakan pendekatannya bahwa realitas yang
18
mereka didasarkan pada tiga asumsi yang menyatakan hubungan
antara media dan budaya (West dan Tankard, 2008 : 85-88), yaitu :
a) Televisi secara esensi dan fundamental berbeda dengan
bentuk-bentuk media massa lainnya, menjabarkan tentang
keunikan televisi.
b) Televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan dari
masyarakat, yang merupakan dampak yang ditimbulkan media
televisi.
c) Televisi memiliki pengaruh yang terbatas, sesuai dengan
analogi zaman es (ice age analogy) yang menyatakan bahwa
walaupun dampak televisi terhadap budaya yang dapat diukur,
diamati dan independen tidak memiliki suatu dampak besar,
tetapi dapat mempengaruhi penontonnya melalui
dampak-dampak yang berkelanjutan dan terbatas.
Televisi memiliki dampak kausal terhadap budaya. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya pengembangan proses empat tahap
(West dan Turner, 2008 : 89), yaitu :
a) Analisis Sistem Pesan, analisis mendetail dari pemrograman
televisi untuk menunjukkan presentasi gambar, tema, nilai dan
penggambaran yang paling sering beruloang dan konsisten.
b) Formulasi Pertanyaan mengenai Realitas Sosial Penonton,
yang melibatkan penyususnan pertanyaan mengenai
c) Menyurvei Khalayak, mensyaratkan agar
pertanyaan-pertanyaan pada tahap kedua diberikan pada khalayak dan
peneliti menanyakan mengenai level konsumsi televisi mereka.
d) Membandingkan Realitas Sosial dari Penonton Kelas Berat
dan Kelas Ringan, terdapat diferensial kultivasi (presentase
perbedaan dalam respon antara penonton televisi kelas berat
dan kelas ringan) antara penonton kelas berat dan kelas ringan.
Televisi sebagai media yang disaksikan oleh masyarakat
luas, baik perseorangan maupun dalam kelompok, seperti keluarga,
akan memberikan pengaruh budaya terhadap kehidupan mereka
melalui penayangan program acaranya.
Selanjutnya, apabila budaya telah terbentuk, maka akan
memberikan pengaruh atau dampak pada diri mereka dalam
menyikapi kegiatan atau aktivitasnya sehari-hari.
2.2 Televisi Sebagai Media Massa
Televisi merupakan salah satu bagian dari media massa yang
mempunyai kaitan erat dan saling berhubungan. Sebagai bagian dari
media, televisi memiliki sistem manajemen atau pengelolaan
masing-masing dalam membuat sebuah program acara yang akan ditayangkan.
Dalam hal ini, pihak pengelola televisi adalah orang yang paling
20
hanya dari segi pengemasan auditif visualnya saja, tetapi juga dalam segi
fungsinya (Effendy, 2000 : 176).
Paradigma media massa adalah sebagai institusi yang berperan
sebagai agent of change atau pelopor perubahan yang berperan dalam
beberapa hal (Bungin, 2006 : 85-87), diatnranya :
a) Sebagai institusi pencerahan masyarakat, yang berperan sebagai media
edukasi atau pendidikan. Maksudnya, untuk mendidik masyarakat
supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang maju.
b) Sebagai media informasi, yang setiap saat menyampaikan informasi
kepada masyarakat, sehingga menjadikan masyarakat yang informatif.
Selain itu, menjadi early morning system dalam menginformasikan
masyarakat mengenai ancaman bagi lingkungannya, seperti ancaman
terorisme.
c) Sebagai media hiburan, yang merupakan pencerahan bagi masyarakat
agar lebih meningkatkan minat terhadap media massa.
Tidak hanya itu, dengan kehadiran media massa di kalangan
masyarakat juga menimbulkan efek melalui pesan-pesan yang
disampaikan. Efek pesan media massa meliputi tiga hal (Rakhmat, 2001 :
219), yaitu :
a. Efek Kognitif, terjadi bila ada perubahan terhadap apa yang diketahui,
dipahami dan dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi
b. Efek Afektif, timbul bila ada perubahan terhadap apa yang dirasakan,
disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan
emosi, sikap atau nilai.
c. Efek Behavioral atau Konatif, merujuk pada perilaku nyata yang dapat
diamati. Hal ini meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan
berperilaku.
2.2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa
yang meliputi surat kabar, radio, televisi dan film pada sejumlah
besar masyarakat (Effendy, 2000 : 79).
Maletzke (1963), mengamukakan definisi komunikasi
massa sebagai bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan
secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak
langsung dan satu arah kepada publik yang tersebar.
Berdasarkan pengertian di atas, maka komunikasi massa
merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah
khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak
atau elektronik, sehingga pesanyang sama dapat diterima secara
serentak dan sesaat.
Menurut Elizabeth-Noelle Neuman (1973 : 92), terdapat
empat tanda pokok dalam komunikasi massa, yaitu harus melewati
22
bersifat terbuka (artinya, ditujukankepada publik yang tidak
terbatas dan anonim) dan mempunyai publik yang tersebar luas
secara geografis.
Sebelum menggunakan media massa sebagai alat untuk
melakukan kegiatan komunikasi, hendaknya perlu memahami
karakteristik tentang komunikasi massa (Effendy, 2000 : 81-83),
diantaranya :
a. Komunikasi massa bersifat umum
Pesan yang disampaikan melalui media massa terbuka
bagi semua orang, sehingga bersifat umum.
b. Mempunyai komunikan yang heterogen
Yang dimaksud komunikan heterogen adalah sejumlah
orang yang disatukan oleh suatu minat dan tingkah laku yang
sama. Meskipun mereka tidak saling mengenal, berinteraksi
secara terbatas, dan tidak terorganisasikan. Selain itu, mereka
tinggal di lingkungan yang berbeda, dengan kebudayaan yang
beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai
perkerjaan yang bervariasi. Oleh karena itu, mereka memiliki
perbedaan dalam kepentingan, standar hidup serta derajat
kehormatan, kekuasaan dan pengaruh.
c. Menimbulkan keserempakan
Dalam hal ini, keserempakan penting untuk
Pengertian keserempakan ialah keserempakan kontak dengan
sejumlah besar penduduk dalam jarak jauh dari komunikator
dan penduduk satu sama lain yang berada dalam keadaan
terpisah.
d. Hubungan komunikator dan komunikas bersifat non-pribadi
Sifatnya yang non-pribadi dikarenakan komunikasn
yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya
dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator.
Hal itu ditimbulkan karena adanya penyebaran teknologi
secara massal.
Komunikasi massa sebagai suatu proses komunikasi yang
dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi
untuk menyampaikan informasi kepada kahalayak luas memiliki
unsur-unsur penting di dalamnya (Bungin, 2006 : 71-73),
diantaranya :
a) Komunikator, pihak yang mengandalkan media massa dengan
menggunakan teknologi, sehingga penyebaran suatu informasi
cepat ditangkap oleh publik.
b) Media massa, media komunikasi dan informasi yang
melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat
diakses oleh masyarakat secara massal pula.
c) Informasi (pesan), informasi yang diperuntukkan bagi
24
d) Penjaga gawang (gatekeeper), penyeleksi setiap informasi
yang akan disiarkan.
e) Khalayak (publik), massa yang menerima informasi dari media
massa.
f) Umpan balik (feedback), awalnya bersifat tertunda, tetapi
seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman,
maka umpan baliknya dapat dilakukan melalui komunikasi
interaktif melalui telepon dan sebagainya.
Komunikasi massa yang bersifat melibatkan banyak orang,
maka prosesnya cenderung rumit dan kompleks. Menurut McQuail
(1992 : 33), proses komunikasi massa terlihat dalam beberapa
bentuk, yaitu dengan melakukan distribusi dan penerimaan
informasi dalam skala besar, dilakukan melalui satu arah,
prosesnya berlangsung secara asimetris di antara komunikator dan
komunikan, berlangsung impersonal (non-pribadi) dan tanpa nama,
serta berlangsung berdasarkan pada hubungan-hubungan kebutuhan
(market) di masyarakat.
Tujuan adanya fungsi komunikasi adalah untuk
memberikan manfaat positif bagi masyarakat. Adapun fungsi dari
komunikasi massa (Bungin, 2006 : 79-81), diantaranya :
1. Fungsi Pengawasan, biasanya berupa peringatan dan kontrol
sosial maupaun kegiatan persuasif untuk mencegah terjadinya
2. Fungsi Social Learning, untuk memberikan pencerahan bagi
masyarakat agar berlangsung secara efektif dan efisien, serta
tersebar secara bersamaan.
3. Fungsi Penyampaian Informasi, artinya memungkinkan
informasi dari institusi publik tersampaikan pada masyarakat
secara luas dalam waktu cepat dan singkat.
4. Fungsi Transformasi Budaya, yang merupakan sebuah proses
transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua
komponen komunikasi massa.
5. Fungsi Hiburan, sebagai sarana hiburan bagi masyarakat.
2.2.2 Televisi
Televisi adalah sarana penghubung yang dapat
memancarkan rekaman dari stasiun pemancar televisi kepada para
penonton atau pemirsanya di rumah, rekaman-rekaman tersebut
dapat berupa pendidikan, berita, hiburan dan lain-lain
Daya tarik televisi disebabkan oleh unsur kata-kata, musik,
sound effect, dan gambar. Selain itu, televisi juga menampilkan
teknik penggantian suasana yang sangat jelas melalui fade, cut,
dissolve dan sebagainya (Effendy, 2000 : 178).
Dalam pengaaturan penayangan program televisi, biasanya
26
siaran. Umumnya, pihak perencanaan siaran mengatur jadwal
penayangan satu program televisi bedasarkan perkiraan
kecenderungan menonton bagi pemirsanya. Misalnya, mengatur
jadwal tayang siaran berita di pagi hari disesuaikan dengan
kecenderungan peminat penonton siaran berita
Dengan pengaturan tersebut, maka kesuksesan sebuah
program acara dapat diraih. Kesuksesan itu dapat diukur melalui
tingkat konsumsi suatu program acara oleh pemirsanya (rating).
Pengukuran rating dilakukan oleh lembaga riset yang
menempatkan alat bernama “people meter” pada beberapa
responde
12.47 WIB.
Sebagai sebuah media, televisi mempunyai empat fungsi
berdasarkan penuturan Onong Uchjana, yaitu :
1. Fungsi Informasi, memberikan berbagai macam informasi atau
berita tentang sesuatu yang sedang atau telah terjadi di suatu
wilayah.
2. Fungsi Pendidikan, memberikan ajaran atau suatu hal yang
bersifat mendidik, sehingga bisa mengubah tingkah laku atau
pemikiran seseorang.
3. Fungsi Hiburan, memberikan suatu penyegaran dan tontonan
4. Fungsi Persuasi, memberikan pengaruh pada penontonnya yang
berasal dari tayangan-tayangan yang disuguhkan, baik itu
pengaruh positif maupun negatif.
Selain keempat fungsi di atas, fungsi edukasi religius juga
merupakan bagian dari fungsi media televisi, terutama pada
tayangan program acara saat Ramadhan. Edukasi adalah proses
yang dilakukan oleh seseorang untuk menemukan jati dirinya, yang
dilakukan dengan mengamati dan belajar yang kemudian
melahirkan tindakan dan perilaku. Dan istilah ini seringkali
digunakan dalam pendekatan pendidikan yang tentu maknanya
lebih dari sekedar belajar
November 2010.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, edukasi atau
pendidikan berasal dari kata dasar didik, yaitu memelihara dan
memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran, sehingga mempunyai pendidikan mempunyai
pengertian proses pengubahan tingkah laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan merupakan proses yang
tidak pernah berhenti dan terjadi secara terus menerus. Melalui
pendidikan manusia menyadari hakikat dan martabatnya di dalam
relasinya yang tak terpisahkan dengan alam lingkungannya dan
28
manusia menjadi insan yang sadar diri dan sadar lingkungan. Dari
kesadarannya itu mampu memperbarui diri dan lingkungannya
tanpa kehilangan kepribadian dan tidak tercabut dari akar
tradisinya
Religius berasal dari kata dasar religi yang mempunyai arti
sebagai suatu keyakinan akan adanya kekuatan suci yang
menentukan jalan hidupdan mempengaruhi kehidupan manusia
yang dihadapi secara hati-hati dan diikuti jalan dan aturan serta
norma-normanya dengan ketat agar tidak sampai menyimpang atau
lepas dari kehendak jalan yang telah ditetapkan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Kata lain dari religi adalah agama atau din yang berasal
dari bahasa Ar
Secara etimologis, religi merupakan jalan hidup yang harus
ditempuh oleh manusia untuk mewujudkan kehidupan yang aman,
tenteram dan sejahtera, yang berupa aturan, nilai atau norma yang
tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan
berkembangnya kehidupan manusia, masyarakat dan budaya, serta
mengatur kehidupan manusia yang dianggap sebagai kekuatan
mutlak. Sedangkan secara terminologi dalam ensiklopedia
Nasional Indonesia, agama atau religi diartikan sebagai aturan atau
tata cara hidup manusia yang berhubungan dengan Tuhan dan
Televisi juga memiliki faktor kompleks yang meliputi
faktor sosiologis, ekonomis, aestetis maupun sikap publik
(Effendy, 2000 : 179-180), yang dijabarkan sebagai berikut :
a) Faktor Sosiologis, ialah bahwa televisi membutuhkan perhatian
dari penontonnya, karena tidak memiliki sifat mobile atau dapat
dinikmati sambil melakukan aktivitas lain seperti halnya radio.
b) Fungsi Ekonomis, bahwa biaya untuk menyelenggarakan
program televisi jauh lebih mahal daripada program siaran
radio.
c) Fungsi Aestetis, bahwa banyak diantara program-program yang
disukai oleh publik disiarkan di televisi.
d) Sikap Publik, faktor ini mempunyai perbedaan terhadap
kegairahan dan ketegangan saat melihat tayangan televisi.
Karena televisi umumnya berada di rumah, maka yang melihat
hanya terbatas pada beberapa individu saja, misalnya keluarga.
Televisi muncul dengan adanya suatu tujuan tertentu, sesuai
dalam Undang-Undang Penyiaran Nomor 24 Tahun 1997, BAB II
Pasal 4 bahwa penyiaran televise bertujuan untuk menumbuhkan
dan mengembangkan mental masyarakat Indonesia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mengembangkan masyarakat
30
Adapun fungsi penyiaran televisi berdasarkan
Undang-Undang Penyiaran Nomor 24 Tahun 1997, BAB II Pasal 5 adalah
sebagai media informasi dan penerangan, media hiburan dan
pendidikan, media untuk memperkuat ideologi, politik, ekonomi,
dan sosial budaya, serta sebagai media pertahanan dan keamanan.
Selain hal tersebut di atas, ternyata televisi juga mempunyai
kemudaratan atau hal-hal yang negatif bagi masyarakat. Hal itu
disebabkan karena terapan kesannya maupun kehadirannya sebagai
media fisik, terutama bagi pengguna televisi tanpa dibarengi
dengan sikap selektif dalam memilih program acara yang disajikan
(Mansur, 1993). Beberapa kemudaratan itu ditunjukkan sebagai
berikut :
a) Menyia-nyiakan waktu dan umur
Bila acara yang ditonton terus-menerus bersifat hiburan yang
di dalamnya merusak aqidah, maka perlu disadari dan
disikapi.
b) Melalaikan tugas dan kewajiban
Jika acara yang disajikan dapat memikat dan menarik
perhatian penikmatnya, maka mereka akan terbius, sehingga
akan malas untuk menjalankan tugas dan kewajibanya.
c) Menumbuhkan sikap hidup konsumtif
Ajaran hidup konsumtif biasanya bersumber dari adanya
d) Mengganggu kesehatan
Kebiasaan menonton televisi yang terlalu lama dan sering,
cepat atau lambat akan mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan dan penyakit yang disebabkan karena radiasi
televisi.
e) Alat transportasi kejahatan dan kebejatan moral
Karena sifat manusia yang cenderung meniru, maka tayangan
seperti pemerkosaan, pembunuhan dan pornografi hendaknya
memerlukan arahan.
f) Memutuskan silaturrahmi
Dengan adanya televisi, banyak orang beranggapan bahwa ia
sudah cukup mempunyai teman atau sahabat hanya dengan
menonton televisi.
g) Mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar
Program acara yang menarik, khususnya bagi pelajar, dapat
menyebabkan terganggunya jadwal belajar mereka. Hal ini
menimbulkan ketidakdisiplinan mereka dalam proses belajar.
Disamping efek negatif yang ditimbulkan oleh televisi, ada
juga efek positif yang menjadi kelebihan media televisi
14.33 WIB, diantaranya :
a) Dapat memancarkan berbagai jenis tayangan audio-visual,
32
b) Dapat menghemat waktu
c) Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi
penontonnnya
d) Dapat menerima, mengubah dan menggunakan atau membatasi
semua bentuk media yang lain, sehingga dapat diseseuaikan
dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai.
e) Bersifat langsung dan nyata
f) Merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap
diterima oleh semua kalangan
Adapun manfaat media televisi berkaitan dengan
tayangan-tayangannya terdiri atas tiga manfaat (Mansur, 1993), yaitu :
1. Manfaat yang bersifat Kognitif
Manfaat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi dan
keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif, diantaranya berita,
dialog, wawancara dan sebagainya.
2. Manfaat yang bersifat Afektif
Manfaat yang berkaitan dengan sikap dan emosi. Acara-acara yang
biasanya memunculkan manfaat afektif adalah acara-acara yang
mendorong penontonnya untuk memiliki kepekaan sosial, kepedulian
sesama manusia dan lainnya.
3. Manfaat yang bersifat Psikomotor
Manfaat yang berkaitan dengan manfaat dan perilaku yang positif.
mempunyai syarat yang tidak bertentangan dengan norma-norma yang
ada.
2.2.3 Televisi Nasional
Televisi nasional merupakan stasiun televisi yang dapat
dijangkau dan dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Stasiun televisi di Indonesi pertama kali hadir menemani
masyarakat diawali dengan berdirinya TVRI tahun 1962. Selama
27 tahun, masyarakat Indonesia hanya bisa menyaksikan saluran
televisi TVRI saja.
Akhirnya, pada tahun 1989, lahirlah stasiun televisi RCTI
yang merupakan stasiun televisi swasta nasional pertama di
Indonesia yang mengudara secara terestrial dari Jakarta. Namun,
kehadirannya hanya bisa dinikmati masyarakat secara terbatas,
karena harus memiliki antena parabola dan dekoderlah yang dapat
menyaksikan RCTI. Dan seiring waktu, pada 21 Maret 1992
dilakukan pembukaan bagi RCTI agar dapat dinikmati masyarakat
umum yang bertempat di kota Bandung. Sampai saat ini, Indonesia
telah memiliki 11 stasiun televisi nasional, yaitu TVRI, Trans TV,
Antv, Indosiar, RCTI, TPI, SCTV, Global TV, Trans 7, Metro TV
dan TV One
34
Pada dasarnya, stasiun televisi nasional mempunyai jenis
dan ragam program acaranya masing-masing. Jenis program
televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis maupun isinya.
Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi
acuan terhadap bentuk program televisi, seperti talk show,
dokumenter, film, kuis, musik dan sebagainya.
Berdasarkan isinya, program televisi berbentuk berita dapat
dibedakan sebagai program hiburan, drama, olahraga dan agama.
Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis
besar dikategorikan ke dalam “hard news”, yakni berita-berita
mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi. Dan ada juga
“soft news”, yakni mengangkat berita-berita ringan, seperti
kehidupan sehari-hari (Baksin, 2006 : 93-95).
2.2.4 Lembaga yang berkaitan dengan Televisi
Sebagai lembaga penyiaran, tentunya televisi memiliki
hubungan erat dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan
adanya media televisi. Lembaga-lembaga tersebut memiliki tujuan,
visi dan misi tersendiri terkait dengan program acara yang
ditayangkan di televisi, diantaranya :
1. KPI (komisi Penyiaran Indonesia)
KPI adalah sebuah lembaga independen di Indonesia
yang berfungsi sebagai regulator penyelenggaraan penyiaran di
Indonesia. KPI berdiri sejak tahun 2002 berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang
penyiaran.
Dengan adanya UU tersebut, maka mekanisme
pembentukan KPI dan rekrutmen anggotanya dapat menjadi
jaminan bahwa pengaturan sistem penyiaran di Indonesia akan
dikelola secara partisipatif, transparan dan akuntabel, sehingga
menjamin independensi KPI itu sendiri.
KPI terdiri atas KPI Pusat dan KPID atau KPI Daerah,
yang memiliki wewenang dan lingkup tugas meliputi
pengaturan penyiaran yang diselenggarakan oleh Lembaga
Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga
Penyiaran Komunitas.
Visi KPI adalah terwujudnya sistem penyiaran nasional
yang berkeadilan dan bermartabat untuk dimanfaatkan
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Sedangkan misi KPI
tertuang sebagai berikut :
a) Membangun dan memelihara tatanan informasi nasional
yang adil, merata dan seimbang.
b) Membantu mewujudkan infrakstruktur bidang penyiaran
36
antara pusat dan daerah, antar wilayah Indonesia, dan juga
antara Indonesia dengan dunia internasional.
c) Membangun iklim persaingan usaha di bidang penyiaran
yang sehat dan bermartabat.
d) Mewujudkan program siaran yang sehat, cerdas dan
berkualitas untuk pembentukan intelektualitas, watak,
moral, kemajuan bangsa, persatuan dan kesatuan, serta
mengamalkan nilai-nilai dan budaya Indonesia.
e) Menetapkan perencanaan dan pengaturan, serta
pengembangan SDM yang menjamin profesionalitas
penyiaran.
Adapun tujuan KPI adalah agar penyiaran
diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi
nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beiman
dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan
kesejahteraan umum dalam rangka membangun masyarakat
yang mandiri, demikratis, adil dan sejahtera, serta
menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.
Dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibentuk
tiga bidang dalam organisasi KPI, yaitu :
1. Bidang Kelembagaan, menangani persoalan hubungan
antar kelembagaan KPI, koordinasi KPID dan
2. Bidang Struktur Penyiaran, bertugas menangani perijinan,
industri dan bisnis penyiaran.
3. Bidang Pengawasan Isi Siaran, menangani pemantauan isi
siaran, pengaduan masyarakat advokasi dan literasi media.
2. MUI (Majelis Ulama Indonesia)
MUI merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat yang
mewadahi ulama, zu’ma dan cendikiawan Islam di Indonesia
untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin
di seluruh Indonesia.
Mejelis yang berdiri pada 7 Rajab 1395 Hijriyah atau 26
Juli 1975 di Jakarta ini, merumuskan lima fungsi dan peran
utamanya, yaitu :
a. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (warasatul anbiya)
b. Sebagai pemberi fatwa (mufti)
c. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (ri’ayat wa khadim
al ummah)
d. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid
e. Sebagai penegak (amarma’ruf nahi munkar)
Selama 35 tahun dedikasinya sejak tahun 1975 hingga
2010, MUI selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik
untuk masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam,
38
a) Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam
Indonesia dalam mewujudkan kehidupan beragama dan
bermasyarakat yang diridhoi Allah SWT.
b) Memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah
keagamaan dan kemasyarakatan kepada pemerintah dan
mesyarakat.
c) Meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya ukhwah
Islamiyah dan kerukunan antar umat beragama dalam
memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa
d) Menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah)
guna mensukseskan pembangunan nasional.
e) Meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi,
lembaga Islam dan cendikiawan muslimin dalam
memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat,
khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan
informasi secra timbal balik.
2.3 Puasa Ramadhan
2.3.1 Pengertian Puasa
Pada dasarnya, definisi puasa adalah sama, hanya
penjabarannya saja yang berbeda. Menurut pengertian bahasa,
puasa adalah menahan diri, meninggalkan, manutup diri dari segala
makanan maupun minuman, serta dari hawa nafsu. Sedangkan
menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari segala yang dapat
membatalkan puasa pada waktu tertentu dimulai dari terbit sampai
terbenamnya matahari dengan syarta-syarat tertentu (Raya dan
Mulia, 2003 : 211).
Dalam bahasa Arab dan Al-Qur’an, puasa disebut juga
dengan sa’um atau siyam yang berarti menahan diri dari sesuatu
atau meninggalkan diri atau mengendalikan diri. Sedangkan
menurut istilah, puasa berarti menahan diri dari makan dan minum,
berhubungan kelamin, mengucapkan perkataan dan melakukan
perbuatan yang tidak baik sejak fajar sampai matahari terbenam
yang dilakukan dengan cara dan syarat tertentu sebagai ibadah
kepada Allah SWT (Ali, 2006 : 278).
Jadi, puasa Ramadhan adalah salah satu rurkun Islam yang
diwajibkan (fardu ‘ain) atas setiap muslim, baik laki-laki maupun
perempuan (Raya dan Mulia, 2003 : 211). Untuk diketahui, yang
termasuk dalam rukun Islam adalah syahadat, shalat, puasa, zakat
dan haji bagi yang mam
2010 pukul 12.30 WIB.
A. Dasar Hukum Puasa
Adapun dasar hokum berpuasa telah disampaikan melalui
40
“Yaa ayyuhaladzina aamanuukutiba alaikumus siyaamu kamaa kutiba ‘alalladzina min qab’likum la’allakun tattaqun”
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan
atasmu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu, semoga engkau bertaqwa” (QS. Al-Baqarah : 183).
“Sesungguhnya Muhammad SAW menyebut bulan Ramadhan, bahwa bulan itu adalah bulan yang diwajibkan oleh Allah atas kamu untuk berpuasa dan bulan yang Aku sunnahkan kepadamu untuk melakukan shalat malam (terawih). Barang siapa yang berpuasa dan melakukna terawih dengan penuh keimanan dan keikhlasan kepada Allah SWT, akan dibersihkan dari dosanya sebagaimana ia bersih dari dosanya pada hari dilahirkan oleh ibunya” (Hadis Nabi Muhammad SAW).
B. Syarat Puasa
Syarat puasa terbagai menjadi dua bagian, yaitu syarat
wajib dan syarat sah puasa yang dijelaskan sebagai berikut :
a) Syarat Wajib Puasa adalah syarat-syarat yang menyebabkan
seseorang harus berpuasa, diantaranya :
1. Beragama Islam
2. Baliqh atau dewasa
3. Berakal sehat
4. Mampu untuk berpuasa
5. Muqim (bukan musafir)
b) Syarat Sah Puasa adalah syarat yang harus dipenuhi seseorang
1. Orang yang waras (dapat membedakan antara yag baik dan
yang buruk)
2. Suci dari haid dan nifas (bagi wanita)
3. Sesuai dengan waktu yang ditentukan untuk berpuasa
4. Beragama Islam
C. Rukun Puasa
1. Niat berpuasa pada malam hari
2. Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa
3. Berpuasa pada waktunya (bulan Ramadhan)
D. Hal-hal Yang Membatalkan Puasa
Adapun hal-hal yang dapat membatalkan puasa terbagi atas
dua macam, yaitu :
a) Yang membatalkan puasa dan diwajibkan qada’ saja tanpa
kaffarah atau tebusan, diantaranya :
1. Memakan sesuatu yang bukan dalam pengertian makanan
biasa atau bukan dalam pengertian obat-obatan, seperti
memakan beras, tepung, madu, gula dan semacamnya.
2. Memakan sesuatu yang dipandang sebagai makanan biasa
atau obat karena hal tertentu.
3. Makan dengan sengaja setelah makan dalam keadaan lupa.
4. Makan setelah berniat pada hari itu juga, karena tidak
42
5. Makan dan minum pada saat yang tidak diketahui waktu
imsaknya, padahal waktu imsak sudah masuk.
b) Yang membatalkan puasa dan wajib qada’ dan menebusnya
(kaffarah) adalah :
1. Seseorang yang sedang berpuasa melakukan sesuatu dengan
sengaja berdasarkan kehendak sendiri, tanpa paksaan dan
tidak ada hal yang memperbolehkannya berbuka, seperti
makan dan minum.
2. Seseorang yang dengan sengaja melakukan hubungan suami
istri, walaupun sekedar bertemunya kedua kelamin, tanpa
keluar mani diwajibkan denda (kaffarah) dengan cara
memerdekakan budak, berpuasa selama dua bulan
berturut-turut atau member makan 60 orang miskin.
E. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Berpuasa
a) Yang perlu dilakukan, antara lain :
1. Berniat puasa pada malam harinya
2. Berimsak
3. Melakukan hal-hal yang disunnahkan dalam berpuasa
4. Menyegerakan berbuka jika telah tiba saatnya
5. Berdo’a saat akan berbuka puasa
6. Makan sahur
7. Mensucikan diri dari hadas besar sebelum Subuh (Imsak)
9. Memberi makan sesame saat berbuka
10. Memperbanyak membaca Al-Qur’an dan berdzikir
11. Melakukan shalat terawih atau qiyamullah
12. Melakukan I’tikaf di masjid
b) Yang perlu dihindari, antara lain :
1. Makan dan minum
2. Bercampur suami istri di siang hari
3. Memasukkan sesuatu ke dalam lubang tubuh
4. Keluar mani dengan sengaja
5. Muntah dengan sengaja
6. Membatalkan niat puasa
c) Yang menodai atau membatalkan pahala puasa, yaitu :
1. Mencela, mengumpat, mencaci dan memaki
2. Menceritakan keaiban dan kejelekan orang lain
3. Berbuat dan mengucapkan hal-hal yang dapat merugikan
orang lain
4. Mengadu domba
5. Menjadi saksi palsu
6. Pendangan mata dengan penuh syahwat
7. Berbohong
F. Hal-hal Yang Menggugurkan Puasa
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat menggugurkan
44
1. Lanjut usia, seseorang yang lanjut usia yang tidak mempunyai
kemampuan lagi untuk berpuasa dibebaskan dari kewajiban
berpuasa. Bahkan mereka diwajibkan berbuka tanpa ada
kewajiban mengqada’ puasanya. Ia hanya diwajibkan
mengeluarkan fidyah kepada fakir miskin setiap hari di
hari-hari puasa.
2. Sakit yang tidak dapat disembuhkan, mereka yang sekitnya
tidak mungkin dapat disembuhkan dibebaskan dari kewajiban
berpuasa dan diwajibkan mengaluarkan fidyah.
3. Tidak mampu berpuasa karena pekerjaan yang amat berat,
seseorang yang karena pekerjaan dan tugasnya yang amat berat
dan sulit menyelesaikan pekerjaannya apabila berpuasa. Dan
tidak ada hari baginya untuk mengqada’ puasanya, maka
dibebaskan dari kewajiban berpuasa. Ia hanya diwajibkan
mengeluarkan fidyah.
4. Orang gila, seseorang yang gila terus-menerus sepanjang hari
bulan Ramadhan dibebaskan dari kewajiban berpuasa dan
tidak diwajibkan mengqada’nya.
G. Hal-hal Yang Memperbolehkan Berbuka Puasa
1. Bepergian (safar), Orang musafir boleh berbuka apabila ia
merasa mendapat kesulitan dalam perjalanannya. Ia wajib
2. Sakit, seseorang yang sakit dan merasa terancam
keselamatannya apabila ia berpuasa, maka diperbolehkan
berbuka. Setelah sembuh, ia diwajibkan untuk mengqada’nya.
3. Tidak mampu, seseorang yang merasa dirinya tidak mampu
berpuasa. Dan jika ia berpuasa akan menimbulkan bencana
bagi dirinya atau menurunkan vitalitas tubuhnya karena lapar
dan haus, maka diperbolehkan berbuka.
4. Jihad, seseorang yang sedang dalam suasana peperangan boleh
berbuka puasa.
5. Hamil, seseorang yang sedang dalam keadaan hamil boleh
berbuka puas apabila ia khawatir akan keselamatan diri dan
kandungannya, maka ia harus membayar fidyah.
6. Menyusui, seseorang yang sedang dalam keadaan menyusui
bayinya diperbolehkan berbuka apabila ia khawatir pada
keselamatan diri dan bayinya.
H. Tingkatan Puasa
Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam menjalankan
ibadah puasa, termasuk tiga tingkatan puasa, yakni :
1. Puasa Umum, yaitu puasa yang dilakukan oleh kebanyakan
orang dengan menahan diri dari makanan, minuman dan
bercampur dengan suami atau iastri.
2. Puasa Khusus, yaitu menahan diri dari mendengar, melihat,