BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.3 Puasa Ramadhan
2.3.1 Pengertian Puasa
Pada dasarnya, definisi puasa adalah sama, hanya penjabarannya saja yang berbeda. Menurut pengertian bahasa, puasa adalah menahan diri, meninggalkan, manutup diri dari segala sesuatu, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, dari
makanan maupun minuman, serta dari hawa nafsu. Sedangkan menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari segala yang dapat membatalkan puasa pada waktu tertentu dimulai dari terbit sampai terbenamnya matahari dengan syarta-syarat tertentu (Raya dan Mulia, 2003 : 211).
Dalam bahasa Arab dan Al-Qur’an, puasa disebut juga dengan sa’um atau siyam yang berarti menahan diri dari sesuatu atau meninggalkan diri atau mengendalikan diri. Sedangkan menurut istilah, puasa berarti menahan diri dari makan dan minum, berhubungan kelamin, mengucapkan perkataan dan melakukan perbuatan yang tidak baik sejak fajar sampai matahari terbenam yang dilakukan dengan cara dan syarat tertentu sebagai ibadah kepada Allah SWT (Ali, 2006 : 278).
Jadi, puasa Ramadhan adalah salah satu rurkun Islam yang diwajibkan (fardu ‘ain) atas setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan (Raya dan Mulia, 2003 : 211). Untuk diketahui, yang termasuk dalam rukun Islam adalah syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji bagi yang mam 2010 pukul 12.30 WIB.
A. Dasar Hukum Puasa
Adapun dasar hokum berpuasa telah disampaikan melalui Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW, yaitu :
40
“Yaa ayyuhaladzina aamanuukutiba alaikumus siyaamu kamaa kutiba ‘alalladzina min qab’likum la’allakun tattaqun”
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, semoga engkau bertaqwa” (QS. Al-Baqarah : 183). “Sesungguhnya Muhammad SAW menyebut bulan Ramadhan, bahwa bulan itu adalah bulan yang diwajibkan oleh Allah atas kamu untuk berpuasa dan bulan yang Aku sunnahkan kepadamu untuk melakukan shalat malam (terawih). Barang siapa yang berpuasa dan melakukna terawih dengan penuh keimanan dan keikhlasan kepada Allah SWT, akan dibersihkan dari dosanya sebagaimana ia bersih dari dosanya pada hari dilahirkan oleh ibunya” (Hadis Nabi Muhammad SAW).
B. Syarat Puasa
Syarat puasa terbagai menjadi dua bagian, yaitu syarat wajib dan syarat sah puasa yang dijelaskan sebagai berikut :
a) Syarat Wajib Puasa adalah syarat-syarat yang menyebabkan
seseorang harus berpuasa, diantaranya : 1. Beragama Islam
2. Baliqh atau dewasa 3. Berakal sehat
4. Mampu untuk berpuasa
5. Muqim (bukan musafir)
b) Syarat Sah Puasa adalah syarat yang harus dipenuhi seseorang menurut syarat Islam, yaitu :
1. Orang yang waras (dapat membedakan antara yag baik dan yang buruk)
2. Suci dari haid dan nifas (bagi wanita)
3. Sesuai dengan waktu yang ditentukan untuk berpuasa 4. Beragama Islam
C. Rukun Puasa
1. Niat berpuasa pada malam hari
2. Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa
3. Berpuasa pada waktunya (bulan Ramadhan)
D. Hal-hal Yang Membatalkan Puasa
Adapun hal-hal yang dapat membatalkan puasa terbagi atas dua macam, yaitu :
a) Yang membatalkan puasa dan diwajibkan qada’ saja tanpa
kaffarah atau tebusan, diantaranya :
1. Memakan sesuatu yang bukan dalam pengertian makanan
biasa atau bukan dalam pengertian obat-obatan, seperti memakan beras, tepung, madu, gula dan semacamnya.
2. Memakan sesuatu yang dipandang sebagai makanan biasa
atau obat karena hal tertentu.
3. Makan dengan sengaja setelah makan dalam keadaan lupa.
4. Makan setelah berniat pada hari itu juga, karena tidak
42
5. Makan dan minum pada saat yang tidak diketahui waktu
imsaknya, padahal waktu imsak sudah masuk.
b) Yang membatalkan puasa dan wajib qada’ dan menebusnya
(kaffarah) adalah :
1. Seseorang yang sedang berpuasa melakukan sesuatu dengan
sengaja berdasarkan kehendak sendiri, tanpa paksaan dan tidak ada hal yang memperbolehkannya berbuka, seperti makan dan minum.
2. Seseorang yang dengan sengaja melakukan hubungan suami
istri, walaupun sekedar bertemunya kedua kelamin, tanpa keluar mani diwajibkan denda (kaffarah) dengan cara memerdekakan budak, berpuasa selama dua bulan berturut-turut atau member makan 60 orang miskin.
E. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Berpuasa a) Yang perlu dilakukan, antara lain :
1. Berniat puasa pada malam harinya 2. Berimsak
3. Melakukan hal-hal yang disunnahkan dalam berpuasa 4. Menyegerakan berbuka jika telah tiba saatnya
5. Berdo’a saat akan berbuka puasa
6. Makan sahur
7. Mensucikan diri dari hadas besar sebelum Subuh (Imsak)
9. Memberi makan sesame saat berbuka
10. Memperbanyak membaca Al-Qur’an dan berdzikir 11. Melakukan shalat terawih atau qiyamullah
12. Melakukan I’tikaf di masjid b) Yang perlu dihindari, antara lain :
1. Makan dan minum
2. Bercampur suami istri di siang hari
3. Memasukkan sesuatu ke dalam lubang tubuh
4. Keluar mani dengan sengaja 5. Muntah dengan sengaja 6. Membatalkan niat puasa
c) Yang menodai atau membatalkan pahala puasa, yaitu :
1. Mencela, mengumpat, mencaci dan memaki
2. Menceritakan keaiban dan kejelekan orang lain
3. Berbuat dan mengucapkan hal-hal yang dapat merugikan
orang lain
4. Mengadu domba
5. Menjadi saksi palsu
6. Pendangan mata dengan penuh syahwat
7. Berbohong
F. Hal-hal Yang Menggugurkan Puasa
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat menggugurkan kewajiban berpuasa, diantaranya :
44
1. Lanjut usia, seseorang yang lanjut usia yang tidak mempunyai kemampuan lagi untuk berpuasa dibebaskan dari kewajiban berpuasa. Bahkan mereka diwajibkan berbuka tanpa ada kewajiban mengqada’ puasanya. Ia hanya diwajibkan mengeluarkan fidyah kepada fakir miskin setiap hari di hari-hari puasa.
2. Sakit yang tidak dapat disembuhkan, mereka yang sekitnya
tidak mungkin dapat disembuhkan dibebaskan dari kewajiban berpuasa dan diwajibkan mengaluarkan fidyah.
3. Tidak mampu berpuasa karena pekerjaan yang amat berat,
seseorang yang karena pekerjaan dan tugasnya yang amat berat dan sulit menyelesaikan pekerjaannya apabila berpuasa. Dan tidak ada hari baginya untuk mengqada’ puasanya, maka dibebaskan dari kewajiban berpuasa. Ia hanya diwajibkan mengeluarkan fidyah.
4. Orang gila, seseorang yang gila terus-menerus sepanjang hari bulan Ramadhan dibebaskan dari kewajiban berpuasa dan tidak diwajibkan mengqada’nya.
G. Hal-hal Yang Memperbolehkan Berbuka Puasa
1. Bepergian (safar), Orang musafir boleh berbuka apabila ia
merasa mendapat kesulitan dalam perjalanannya. Ia wajib mengqada’nya setelah kembali ke asalnya.
2. Sakit, seseorang yang sakit dan merasa terancam keselamatannya apabila ia berpuasa, maka diperbolehkan berbuka. Setelah sembuh, ia diwajibkan untuk mengqada’nya.
3. Tidak mampu, seseorang yang merasa dirinya tidak mampu
berpuasa. Dan jika ia berpuasa akan menimbulkan bencana bagi dirinya atau menurunkan vitalitas tubuhnya karena lapar dan haus, maka diperbolehkan berbuka.
4. Jihad, seseorang yang sedang dalam suasana peperangan boleh berbuka puasa.
5. Hamil, seseorang yang sedang dalam keadaan hamil boleh
berbuka puas apabila ia khawatir akan keselamatan diri dan kandungannya, maka ia harus membayar fidyah.
6. Menyusui, seseorang yang sedang dalam keadaan menyusui
bayinya diperbolehkan berbuka apabila ia khawatir pada keselamatan diri dan bayinya.
H. Tingkatan Puasa
Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam menjalankan ibadah puasa, termasuk tiga tingkatan puasa, yakni :
1. Puasa Umum, yaitu puasa yang dilakukan oleh kebanyakan
orang dengan menahan diri dari makanan, minuman dan bercampur dengan suami atau iastri.
2. Puasa Khusus, yaitu menahan diri dari mendengar, melihat,
46
diharamkan. Puasa ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tertentu.
3. Puasa Super Khusus, yaitu puasa hati dari rasa dengki, iri, permusuhan dan pemikiran-pemikiran duniawi yang merupakan puasa tingkat tinggi.
Penjelasan yang telah diuraikan di atas, membuat kita menjadi tahu dan mengerti tentang seluk beluk puasa, terutama puasa di bulan Ramadhan. Bila semua uraian tersebut telah terpenuhi, maka puasa yang kita kerjakan akan menjadi maksimal dan sempurna. Dan yang paling penting adalah hikmah yang kita peroleh selama berpuasa (Ali, 2006 : 281-282), diantaranya :
a) Peningkatan disiplin rohani
b) Menumbuhkan disiplin akhlak
c) Menumbuhkan solidaritas social
d) Meningkatkan ketahanan badan
e) Sebagai upaya pemeliharaan kesehatan
Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua waktu dapat dijadikan swbagai waktu untuk menjalankan ibadah puasa. Karena pada waktu-waktu tersebut merupakan waktu yang haram. Maksudnya, waktu ketika umat muslim dilarang berpuasa, sehingga tidak akan mendpatkan hikmah puasa. Adapun waktu-waktu yang diharamkan adalah pada saat Hari raya Idul Fitri (1 Syawal), Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan Hari Tasyrik
(11,12 dan 13 Dzulhijjah) 2010 pukul 12.30 WIB.
2.3.2 Pengertian Ramadhan
Ramadhan menurut ejaan KBBI disebut “ramadan”, sedangakan menurut bahasa Arab disebut “romadhona”, yang merupakan bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem penanggalan agama Islam). Sepanjang bulan ini, umat muslim melakukan serangkaian aktivitas keagamaan termasuk berpuasa, shalat terawih, peringatan turunnya kitab suci Al-Qur’an, mencari malam Lailatul Qadar, memperbanyak membaca Al-Quran dan mengakhirinya dengan zakat fitrah, serta serangkaian perayaan Idul Fitri WIB.
Kekhusyukan bulan Ramadhan bagi umat muslim di seluruh dunia tergambar jelas pada Al-Qur’an sebagai berikut :
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu” (QS. Al-Baqarah : 185).
Bulan suci Ramadhan hanya datang satu kali dalam setahun, sehingga tidak heran bila setiap umat muslim berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan. Karena bulan yang dinantikan oleh
48
umat Islam ini, untuk setiap perbuatan baik yang dikerjakan akan mendapat pahala yang berlipat ganda.
Keagungan dan keberkahan yang terdapat dalam bulan Ramadhan sangat terkait erat dengan keutamaan amal dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu terdapat suatu malam yang nilainya lebih mulia dari seribu bulan (lebih kurang 48 tahun)
yang dinamakan malam Lailatul Qadar. Dan nilai amal yang
dilakukan selama itu lebih hebat daripada amal yang dilakukan di bulan-bulan lain, seperti nilai amalan sunnah saat Ramadhan dihitung sama dengan nilai amalan wajib di luar Ramadhan, nilai amalan wajib dihitung sama dengan 70 amal wajib di luar bulan Ramadhan, serta memberikan sesuatu untuk berbuka bagi yang berpuasa pahalanya sama dengan pahala orang berpuasa (Raya dan Mulia, 2003 : 224-225).
Selain keagungan Ramadhan yang berlipat ganda, Ramadhan juga dapat dijadikan sebagai momen melatih diri untuk memiliki sifat-sifat mulia, seperti sifat-sifat yang terkandung pada bulan Ramadhan (Raya dan Mulia, 2003 : 223-224), diantaranya :
1. Disiplin, membiasakan kita untuk berdisiplin dalam kehidupan.
2. Persamaan, mendidik seseorang untuk merasakan apa yang
dirasakan oleh orang-orang fakir dan miskin.
3. Persaudaraan dan perdamaian, untuk menlain hubungan yang
4. Taubat, untuk kembali ke jalan yang benar.
5. Penuh Berkah, untuk mendapatkan keberkahan dari Allah
SWT.
6. Kebajikan, untuk meningkatkan kebaikan dan kebajikan. 7. Kesehatan, untuk meningkatkan taraf kesehatan badan, karena
dengan berpuasa seseorang akan menjadi lebih sehat.
Ramadhan adalah bulan suci yang membawa berkah dan penuh pengampunan. Selama Ramadhan, umat muslim dianjurkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang diwajibkan di dalamnya, yaitu berpuasa. Karena dengan berpuasa, kita dapat merasakan bagaimana rasanya menahan lapar dan dahaga, serta dapat menimbulkan rasa santun terhadap sesama (Ali, 2006 : 278-279).
Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT mengenai bulan Ramadhan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
“Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi menusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-NYA yang diberikan kepadamu, supaya kamu
50
Bulan Ramadhan juga dikatakan sebagai bulan yang istimewa karena dibukanya pintu rahmat dan dibelenggunya para syaitan seperti yang diriwayatkan dalam riwayat Muslim sebagai berikut :
“Jika datang bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu syurga dan dibukakan pintu-pintu rahmat dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggulah para syaitan” (HR. Bhukori, 4 : 97 dan Muslim : 1079)
Penentuan awal Ramadhan ditentukan dengan melihat Kalender Hijriyah yang didasarkan pada revolusi bulan mengelilingi bumi dan awal setiap bulan ditetapkan saat terjadinya
hilal (bulan sabit). Metode penentuan hilal dilakukan dengan
penglihatan mata telanjang (rukyah), serta dengan perhitungan
astronomi (hisab)
pukul 09.54 WIB.