BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.2 Televisi sebagai Media Massa
2.2.2 Televisi
Televisi adalah sarana penghubung yang dapat memancarkan rekaman dari stasiun pemancar televisi kepada para penonton atau pemirsanya di rumah, rekaman-rekaman tersebut dapat berupa pendidikan, berita, hiburan dan lain-lain
Daya tarik televisi disebabkan oleh unsur kata-kata, musik, sound effect, dan gambar. Selain itu, televisi juga menampilkan teknik penggantian suasana yang sangat jelas melalui fade, cut, dissolve dan sebagainya (Effendy, 2000 : 178).
Dalam pengaaturan penayangan program televisi, biasanya diatur oleh bagian pemrograman siaran atau bagian perencanaan
26
siaran. Umumnya, pihak perencanaan siaran mengatur jadwal penayangan satu program televisi bedasarkan perkiraan kecenderungan menonton bagi pemirsanya. Misalnya, mengatur jadwal tayang siaran berita di pagi hari disesuaikan dengan kecenderungan peminat penonton siaran berita
Dengan pengaturan tersebut, maka kesuksesan sebuah program acara dapat diraih. Kesuksesan itu dapat diukur melalui tingkat konsumsi suatu program acara oleh pemirsanya (rating).
Pengukuran rating dilakukan oleh lembaga riset yang
menempatkan alat bernama “people meter” pada beberapa responde 12.47 WIB.
Sebagai sebuah media, televisi mempunyai empat fungsi berdasarkan penuturan Onong Uchjana, yaitu :
1. Fungsi Informasi, memberikan berbagai macam informasi atau
berita tentang sesuatu yang sedang atau telah terjadi di suatu wilayah.
2. Fungsi Pendidikan, memberikan ajaran atau suatu hal yang
bersifat mendidik, sehingga bisa mengubah tingkah laku atau pemikiran seseorang.
3. Fungsi Hiburan, memberikan suatu penyegaran dan tontonan
4. Fungsi Persuasi, memberikan pengaruh pada penontonnya yang berasal dari tayangan-tayangan yang disuguhkan, baik itu pengaruh positif maupun negatif.
Selain keempat fungsi di atas, fungsi edukasi religius juga merupakan bagian dari fungsi media televisi, terutama pada
tayangan program acara saat Ramadhan. Edukasi adalah proses
yang dilakukan oleh seseorang untuk menemukan jati dirinya, yang dilakukan dengan mengamati dan belajar yang kemudian melahirkan tindakan dan perilaku. Dan istilah ini seringkali digunakan dalam pendekatan pendidikan yang tentu maknanya lebih dari sekedar belajar November 2010.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, edukasi atau pendidikan berasal dari kata dasar didik, yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, sehingga mempunyai pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan merupakan proses yang tidak pernah berhenti dan terjadi secara terus menerus. Melalui pendidikan manusia menyadari hakikat dan martabatnya di dalam relasinya yang tak terpisahkan dengan alam lingkungannya dan sesamanya. Itu berarti, pendidikan sebenarnya mengarahkan
28
manusia menjadi insan yang sadar diri dan sadar lingkungan. Dari kesadarannya itu mampu memperbarui diri dan lingkungannya tanpa kehilangan kepribadian dan tidak tercabut dari akar tradisinya
Religius berasal dari kata dasar religi yang mempunyai arti sebagai suatu keyakinan akan adanya kekuatan suci yang menentukan jalan hidupdan mempengaruhi kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati dan diikuti jalan dan aturan serta norma-normanya dengan ketat agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak jalan yang telah ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Kata lain dari religi adalah agama atau din yang berasal dari bahasa Ar
Secara etimologis, religi merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia untuk mewujudkan kehidupan yang aman, tenteram dan sejahtera, yang berupa aturan, nilai atau norma yang tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan berkembangnya kehidupan manusia, masyarakat dan budaya, serta mengatur kehidupan manusia yang dianggap sebagai kekuatan mutlak. Sedangkan secara terminologi dalam ensiklopedia Nasional Indonesia, agama atau religi diartikan sebagai aturan atau tata cara hidup manusia yang berhubungan dengan Tuhan dan sesamanya
Televisi juga memiliki faktor kompleks yang meliputi faktor sosiologis, ekonomis, aestetis maupun sikap publik (Effendy, 2000 : 179-180), yang dijabarkan sebagai berikut :
a) Faktor Sosiologis, ialah bahwa televisi membutuhkan perhatian dari penontonnya, karena tidak memiliki sifat mobile atau dapat dinikmati sambil melakukan aktivitas lain seperti halnya radio.
b) Fungsi Ekonomis, bahwa biaya untuk menyelenggarakan
program televisi jauh lebih mahal daripada program siaran radio.
c) Fungsi Aestetis, bahwa banyak diantara program-program yang disukai oleh publik disiarkan di televisi.
d) Sikap Publik, faktor ini mempunyai perbedaan terhadap
kegairahan dan ketegangan saat melihat tayangan televisi. Karena televisi umumnya berada di rumah, maka yang melihat hanya terbatas pada beberapa individu saja, misalnya keluarga.
Televisi muncul dengan adanya suatu tujuan tertentu, sesuai dalam Undang-Undang Penyiaran Nomor 24 Tahun 1997, BAB II Pasal 4 bahwa penyiaran televise bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mengembangkan masyarakat adil dan makmur.
30
Adapun fungsi penyiaran televisi berdasarkan Undang-Undang Penyiaran Nomor 24 Tahun 1997, BAB II Pasal 5 adalah sebagai media informasi dan penerangan, media hiburan dan pendidikan, media untuk memperkuat ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya, serta sebagai media pertahanan dan keamanan.
Selain hal tersebut di atas, ternyata televisi juga mempunyai kemudaratan atau hal-hal yang negatif bagi masyarakat. Hal itu disebabkan karena terapan kesannya maupun kehadirannya sebagai media fisik, terutama bagi pengguna televisi tanpa dibarengi dengan sikap selektif dalam memilih program acara yang disajikan (Mansur, 1993). Beberapa kemudaratan itu ditunjukkan sebagai berikut :
a) Menyia-nyiakan waktu dan umur
Bila acara yang ditonton terus-menerus bersifat hiburan yang di dalamnya merusak aqidah, maka perlu disadari dan disikapi.
b) Melalaikan tugas dan kewajiban
Jika acara yang disajikan dapat memikat dan menarik perhatian penikmatnya, maka mereka akan terbius, sehingga akan malas untuk menjalankan tugas dan kewajibanya.
c) Menumbuhkan sikap hidup konsumtif
Ajaran hidup konsumtif biasanya bersumber dari adanya iklan di televisi.
d) Mengganggu kesehatan
Kebiasaan menonton televisi yang terlalu lama dan sering, cepat atau lambat akan mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan dan penyakit yang disebabkan karena radiasi televisi.
e) Alat transportasi kejahatan dan kebejatan moral
Karena sifat manusia yang cenderung meniru, maka tayangan seperti pemerkosaan, pembunuhan dan pornografi hendaknya memerlukan arahan.
f) Memutuskan silaturrahmi
Dengan adanya televisi, banyak orang beranggapan bahwa ia sudah cukup mempunyai teman atau sahabat hanya dengan menonton televisi.
g) Mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar
Program acara yang menarik, khususnya bagi pelajar, dapat menyebabkan terganggunya jadwal belajar mereka. Hal ini menimbulkan ketidakdisiplinan mereka dalam proses belajar.
Disamping efek negatif yang ditimbulkan oleh televisi, ada juga efek positif yang menjadi kelebihan media televisi 14.33 WIB, diantaranya :
a) Dapat memancarkan berbagai jenis tayangan audio-visual,
32
b) Dapat menghemat waktu
c) Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi
penontonnnya
d) Dapat menerima, mengubah dan menggunakan atau membatasi
semua bentuk media yang lain, sehingga dapat diseseuaikan dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai.
e) Bersifat langsung dan nyata
f) Merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap
diterima oleh semua kalangan
Adapun manfaat media televisi berkaitan dengan tayangan-tayangannya terdiri atas tiga manfaat (Mansur, 1993), yaitu :
1. Manfaat yang bersifat Kognitif
Manfaat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi dan keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif, diantaranya berita, dialog, wawancara dan sebagainya.
2. Manfaat yang bersifat Afektif
Manfaat yang berkaitan dengan sikap dan emosi. Acara-acara yang biasanya memunculkan manfaat afektif adalah acara-acara yang mendorong penontonnya untuk memiliki kepekaan sosial, kepedulian sesama manusia dan lainnya.
3. Manfaat yang bersifat Psikomotor
Manfaat yang berkaitan dengan manfaat dan perilaku yang positif. Acara ini dapat dilihat dari film, sinetron, drama dan acara-acara yang
mempunyai syarat yang tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada.