• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi penerapan sistem pengolahan air limbah rumah tangga secara komunal (gambar 1) adalah RT 05 RW 05 Kelurahan Sukawarna Kecamatan Sarijadi, tepatnya di jl. Sarimadu Bandung, dengan jumlah penduduk cukup padat, lokasi ini dipilih karena memenuhi persyaratan antara lain :

 sudah mempunyai jaringan air limbah (sewerage)

 sudah ada kelompok yang mengelola yaitu badan keswadayaan masyarakat

 tersedianya lahan yang tidak terpakai, dimana lahan ini merupakan lahan tangki septik yang tidak beroperasi

 adanya permasalahan mengenai pengolahan air limbah rumah tangga.

Gambar 1 Model Tangki Septik Tipe Puskim (Hasil Analisis

Puskim, 2000)

Lokasi penerapan sistem pengolahan air limbah rumah tangga dengan kolam sanita yang dipilih adalah Desa Sekejengkol, Kecamatan Cileunyi Kulon, Kabupaten Bandung, karena memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Sudah ada organisasi masyarakat Badan Pengelola dan Badan Musyawarah Air Minum 2. Tersedianya lahan milik perseorangan untuk

penempatan model, telah ada kesepakatan izin pakai antara masyarakat pemakai dan pemilik tanah, dengan luas total 60 m2 (MCK, kolam sanita dan kolam ikan)

3. Terbatasnya sarana dan prasarana pengolahan air limbah rumah tangga yang ada (air limbah dibuang sembarangan), namun ada limbah yang dialirkan melalui bambu ke kolam yang digunakan untuk memelihara ikan

4. Perumahan yang ada semi permanen dan berkelompok

5. Mata pencaharian penduduk setempat umumnya bertani/ berladang dan pekerja pabrik (penghasilan rendah).

Gambar 2 Model Kolam Sanita Tipe Puskim (Hasil Analisis

Puskim, 2006)

Hasil Analisa Kualitas Air Limbah

Dari hasil pengujian kualitas di laboratorium diperoleh bahwa air yang masuk (inlet) sebelum masuk tangki septik tipe Puskim belum memenuhi standar yang ada, yaitu Biological Oxigen Deman (BOD) sebesar 125,5 mg/Lt dan Chemical Oxigen

Deman (COD) sebesar 131,7 mg/Lt. Hal ini menunjukkan angka yang cukup besar sehingga air limbah ini harus melalui pengolahan yang dapat menurunkan kualitas air limbah yang memenuhi syarat dan dapat dibuang ke badan air.

Air yang keluar (outlet) setelah melalui tangki septik tipe Puskim; BOD sebesar 27,2 mg/Lt; COD sebesar 30,2 mg/Lt, menunjukkan penurunan yang cukup besar dan dibawah ambang batas yang diizinkan.

Tabel 1 Hasil Pemeriksaan BOD dan COD

Waktu Pengambilan

Para-meter (mg/L)

I II III IV

In Out In Out In Out In Out

BOD 126 27,2 126 26,9 128 25,2 125 26. 5

COD 132 30.2 130 28 8 129 29,2 131 31. 5

Sumber : Laboratorium Balai Lingkungan Permukiman

Dari hasil analisa laboratorium gambar 3 dan gambar 4 dan tabel 1 disimpulkan bahwa tangki septik tipe Puskim mempunyai nilai efisiensi pengolahan 79%. Keuntungan lain dari tangki septik tipe Puskim adalah dalam hal fleksibilitas dan kemudahan penerapannya.

Gambar 3 Grafik Analisa COD

Gambar 4 Grafik Analisa BOD

Tangki septik dengan dengan kolam sanita, terjadi penurunan parameter cukup besar yaitu; BOD sampai 61%; COD sampai 64%. Effluen kualitas air limbah domestik ini masih berada dibawah ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan sehingga aman untuk dibuang ke badan air atau dapat dialirkan ke kolam ikan. Hal ini diperlihatkan pada tabel 2 dan tabel 3 serta gambar 5 s/d gambar 7.

inlet outlet

Pemberdayaan Masyarakat… (Ida Medawaty)

Tabel 2 Hasil Pemeriksaan BOD dan COD

Parameter (mg/L)

Waktu Pengambilan

I II III

In Out In Out In Out

BOD 103 58,5 139 45.2 32.0 19.0

COD 2601 85,3 248,1 60,1 91,1 13. 7

Sumber : Laboratorium Lingkungan Permukiman, 2005-2007

Tabel 3 Hasil Pemeriksaan BOD, COD (lanjutan)

Para- meter (mg/L) Waktu Pengambilan IV V In Out In Out BOD 97.4 29.7 241.7 81.9 COD 202.2 148.4 228.0 68.0

Sumber : Laboratorium Lingkungan Permukiman, 2005-2007

Gambar 5 Grafik Analisa COD

Gambar 6 Grafik Analisa BOD

Gambar 7 Grafik Efisiensi BODI (Tangki Septik Tipe Puskim)

dan Efisiensi BOD II (Tangki Septik dengan Kolam Sanita)

Adanya Badan Keswadayaan Masyarakat di lokasi uji coba menunjukkan bahwa bisa dilakukan penerapan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air limbah rumah tangga secara komunal dan kolam sanita yang dapat dikelola sendiri melalui Bamus/ Bapel-AM dan masyarakat tersebut.

Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan air limbah rumah tangga komunal dan pengelolaan air limbah dengan kolam sanita dilakukan melalui mekanisme seperti ditampilkan pada gambar 8.

Gambar 8 Mekanisme Pemberdayaan Masyarakat (Petunjuk

Teknis Kemitraan 2002)

1. Persiapan

Merupakan awal dari pelaksanaan kegiatan, lebih diutamakan pada proses pemahaman kondisi, potensi dan karakter masyarakat atau komunitas sasaran, diketahui sumber daya alam, sumber daya manusia serta rencana program yang akan dilaksanakan.

 Pelaksana : lembaga litbang

 Tempat pelaksanaan : di lokasi atau tempat-tempat yang telah disepakati antara pelaksana dengan warga setempat

 Pihak yang terlibat :

 Aparat pemerintah setempat  Anggota organisasi masyarakat  Warga kawasan sasaran Sosialisasi Program

Memperkenalkan program lembaga dan kemungkinan untuk penerapan salah satu dari program tersebut.

media yang digunakan : leaflet, maket

 bentuk kegiatan : tatap muka, diskusi atau rembuk warga

 lokasi kegiatan : balai pertemuan atau tempat yang telah disepakati

2. Pelaksanaan

 Pelaksana : lembaga litbang  Pihak yang terlibat : wakil warga

 Media yang dibutuhkan : material sesuai dengan bentuk sarana yang akan dibangun  Bentuk kegiatan : diskusi, pelaksanaan

pekerjaan inlet outlet Efisiensi … Efisiensi … Tahapan Kegiatan Persiapan  Penjajagan awal  Sosialisasi program  Survei prioritas  Kebutuhan  Perencanaan Pelaksanaan *Rembuk antar pelaku - Penyusunan - Penerapan - Pengelolaan Pembentukan kelembagaan Pengembangan *Penjajagan *Perencanaan *Pelaksanaan *Evaluasi

Kegiatan meliputi :

 Rembuk antar pelaku: dilakukan antar litbang dan warga untuk menentukan prioritas penanganan sarana yang dibutuhkan berupa bentuk fisik, sarana pendukung, pembiayaan dan pembentukan pengelola sarana

 Pengesahan pengelola oleh seluruh warga yang terlibat, pengakuan ini memudahkan pengelola untuk memelihara dan mengelola sarana yang akan dan telah dibangun

 Mengadakan kesepakatan tentang ketentuan keanggotaan serta menentukan hak dan kewajiban

 Mengesahkan peraturan yang telah disepakati bersama.

3. Pengembangan

Pengembangan dilakukan oleh pengelola dengan bantuan sarana atau supervisi dari lembaga. Diharapkan pengelola telah mampu mengembangkan sarana sesuai dengan kebutuhan. Tahap kegiatan sama dengan tahapan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pada awal kegiatan, meliputi :

 Penjajagan

 Perencanaan

 Pelaksanaan

 Evaluasi

Pengelolaan air limbah rumah tangga merupakan suatu kebutuhan mutlak, karena dengan adanya pengelolaan maka sarana yang telah dibangun diharapkan dapat terus berfungsi dan jika memungkinkan sarana tersebut dapat lebih dikembangkan.

Model organisasi pengelolaan air limbah rumah tangga, dapat dilihat pada gambar 9 berikut :

Gambar 9 Struktur Organisasi Pengelolaan (Petunjuk Teknis

Kemitraan)

Pemilihan organisasi pengelolaan ini didasarkan pada bentuk organisasi yang sudah ada yaitu : BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat), BAMUS/ BAPEL-AM dengan pertimbangan bahwa badan ini sudah resmi diakui keberadaannya serta manfaat

yang dirasakan oleh masyarakat anggota BKM atau BAMUS/ BAPEL-AM.

Pengelolaan sarana air limbah ini dibawah bidang usaha jasa dengan pertimbangan dari iuran yang dibayarkan oleh warga, akan digunakan untuk pemeliharaan serta untuk pengembangan sarana lebih lanjut.

Fase pelaksanaan merupakan kelanjutan dari fase persiapan dalam proses pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Ada 4 tahap fase pelaksanaan, yaitu : rembuk antar pelaku, implementasi rencana, pengelolaan dan rencana pengembangan.

1. Rembuk antar pelaku

Rembuk antar pelaku merupakan pertemuan pelaku utama dengan seluruh pelaku pendukung yang terkait dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan langkah-langkah :

a. Sosialisasi proposal komunitas tahap I (tingkat desa/ kelurahan);

b. Kajian, tanggapan dan perbaikan proposal (tingkat RW/ komunitas);

c. Usulan skenario penanganan (tingkat RW/ komunitas);

d. Rembuk kajian tanggapan (tingkat desa/ kelurahan);

e. Sosialisasi proposal komunitas tahap II (tingkat desa/ kelurahan);

f. Pengorganisasian rembuk antar pelaku (tingkat desa/ kelurahan);

g. Penyiapan materi presentasi dan pelatihan presentasi (tingkat RW/ komunitas);

h. Pelaksanaan rembuk antar pelaku. 2. Implementasi rencana

Tahap implementasi rencana oleh komunitas adalah tahapan ketika komunitas (kelompok masyarakat) mengerjakan pembangunan fisik serta kegiatan lainnya yang sudah direncanakan, dengan langkah-langkah :

a. Pematangan hasil rembuk antar pelaku (tingkat desa/ kelurahan);

b. Rembuk penyusunan mekanisme kerja dan fungsi forum pembangunan (tingkat desa/ kelurahan);

c. Pematangan rencana detail hasil rembuk antar pelaku (tingkat RW/komunitas);

d. Pengorganisasian sumber daya dan potensi pembangunan (tingkat RW/ komunitas); e. Pelaksanaan pembangunan (tingkat RW/

komunitas);

f. Pemantauan dan evaluasi pembangunan (tingkat RW/ komunitas);

g. Pertanggungjawaban pembangunan (tingkat RW/ komunitas);

h. Rembuk pembahasan laporan pertanggung-jawaban pembangunan;

Badan Keswadayaan Masyarakat BAMUS/ BAPEL-AM

Unit Usaha Ekonomi

PUSLITBANG PERMUKIMAN

Usaha Koperasi

Masyarakat Pemakai Usaha Jasa lain Unit Usaha Jasa

Pemberdayaan Masyarakat… (Ida Medawaty)

3. Pengelolaan

Pengelolaan hasil pembangunan fisik adalah tahap ketika komunitas (kelompok masyarakat) mengoperasikan dan memelihara hasil pembangunan fisik melalui suatu lembaga komunitas.

Langkah kegiatan pada tahap ini adalah :

a. Rembuk pemantapan forum pembangunan (tingkat desa/ kelurahan);

b. Rembuk pemantapan kelembagaan dan mekanisme kontrol keuangan, pengelolaan dan pemeliharaan (tingkat RW/ komunitas); c. Pelaksanaan pengelolaan (tingkat RW/

komunitas);

d. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan (tingkat RW/ komunitas);

e. Pertanggungjawaban pengelolaan (tingkat RW/ komunitas);

f. Rembuk/ pembahasan laporan pertanggung-jawaban pengelolaan (tingkat desa/ kelurahan).

4. Rencana pengembangan

Rencana pengembangan adalah tahap akhir pada fase pelaksanaan. Tahap ini merupakan tahap ketika fasilitator pendamping komunitas melakukan penarikan diri dari komunitas (kelompok masyarakat) dan mengalihkan peran dan fungsinya kepada tim yang terdiri dari kader terlatih kelompok masyarakat setempat.

Langkah kegiatan pada tahap ini adalah :

a. Rembuk penetapan arah pengembangan lingkungan permukiman dan kelembagaan (tingkat desa/ kelurahan);

b. Pembentukan lembaga perwakilan warga (tingkat desa/ kelurahan);

c. Pembentukan forum perwakilan (tingkat desa/ kelurahan);

d. Rembuk penyusunan rencana pengembangan hasil pembangunan, usaha komunitas dan jaringan kerja (tingkat RW/ komunitas); e. Pelatihan bagi kader komunitas (tingkat RW/

komunitas).

KESIMPULAN

 Dari hasil analisa laboratorium diatas tangki septik tipe Puskim mempunyai nilai efisiensi pengolahan 78%, sedangkan tangki septik dengan kolam sanita hanya mempunyai nilai efisiensi pengolahan 64 %.

 Keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat dalam mengelola penyehatan lingkungan tergantung dari upaya pendekatan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungannya

 Kunci keberhasilan dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan

air limbah rumah tangga secara komunal atau pengelolaan air limbah dengan kolam sanita dapat melalui :

o Kelompok dalam masyarakat itu sendiri, misalnya adanya badan keswadayaan masyarakat atau LSM

o Pemerintah dapat memfasilitasi antara lain : dengan teknologi tepat guna, memberikan peningkatan pengetahuan masyarakat, memberikan penyuluhan pengertian pengelolaan lingkungan.

SARAN

Dalam upaya penanganan penyehatan lingkungan permukiman dengan berbagai alternatif pengolahan air limbah rumah tangga perlu dikembangkan lebih lanjut agar diperoleh suatu model yang lebih efisien, murah dan mudah dalam pengoperasiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Chatib, Benny. 2000. Upaya Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan Hidup. Makalah seminar & sosialisasi pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan permukiman, ITB. Soemirat. J, 2000. Perilaku Masyarakat dalam

Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi. Bahasan seminar & sosialisasi pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan permukiman, ITB.

Pusat Litbang Permukiman. 2000. Laporan Akhir Model Penanganan Penyehatan Lingkungan Permukiman secara Komunal yang Dapat Dikelola Sendiri.

Fair, Geyer & Okun. 1968. Water & Wastewater Engineering Vol. 2. New York : John Wileyand Sons.

Verhagen, Koenraad, 1996 Pengembangan Keswadayaan Masyarakat. Yayasan Bina Swadaya.

Benfieild, L.D, Judkins, J.F, and Weand, B.L. 1982. Process Chemistry for Water and Waste Water. Englewood : Prentice-I-Iall, Inc.

Dit. Jen. Cipta Karya. 2004. Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ke PU-an.

Puslitbang Permukiman dan LPM ITB. 1992. Penelitian dan Pengembangan Sistem Sanitasi di Daerah Kumuh.

Matsui, S. 2002. The Potential of Ecological Sanitation. Japan Review of Int Affairs : pg 303-314.

Pusat Litbang Permukiman. 2005. Pengembangan Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga dengan Sistem Ekosan.

Badan Standar Nasional. 2002. Pt T-17-2G02-C tentang Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga secara Komunal pada Kawasan Penghijauan.

Pusat Litbang Permukiman. 2002. Petunjuk Teknis Kemitraan.

Peningkatan Peranserta Masyarakat… (Aryenti)

PENINGKATAN PERANSERTA MASYARAKAT

Dokumen terkait