persentase berat fenol 27,27%, dimana titik puncak kurva merupakan temperatur kritis. Penambahan air menyebabkan kenaikan suhu karena semakin luas zat permukaan yang dipanaskan semakin banyak kalor yang dapat diserap sehingga suhu larutan timbal balik fenol-air meningkat (Yistika, 2012).
Jika membandingkan antara jurnal dan praktikum, praktikum menggunakan grafik temperatur (oC) dengan persentase berat fenol sedangkan pada jurnal menggunakan grafik temperatur (oC) dengan fraksi mol. Tetapi pada dasarnya tidak jauh berbeda karena fraksi mol yang digunakan yaitu fraksi mol fenol sedangkan praktikum menggunakan persen berat fenol. Hal ini membuktikan bahwa grafik IV.2.1 timbal balik fenol-air pada variabel 1,5gram fenol telah sesuai dengan literatur pada jurnal yang menyatakan bahwa grafik timbal balik fenol air berbentuk parabola dimana puncak dari kurva parabola dalam percobaan timbal balik fenol-air ini adalah 72,50ºC dengan persentase berat 27,27%
(Yistika, 2012).
Grafik IV.2.2 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 3 gram
Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 37,50% memiliki temperatur 70oC, 42,86% temperatur sebesar 69oC, 50% memiliki temperatur 68oC, 60% memiliki temperatur 65,50oC, dan 75% memiliki temperatur 57,50oC.
Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat percobaan(PW Atkins, 1968). 10 20 30 40 50 60 70 80 37.5 Te m pe ra tu r oC
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
persentase berat fenol 27,27%, dimana titik puncak kurva merupakan temperatur kritis. Penambahan air menyebabkan kenaikan suhu karena semakin luas zat permukaan yang dipanaskan semakin banyak kalor yang dapat diserap sehingga suhu larutan timbal balik fenol-air meningkat (Yistika, 2012).
Jika membandingkan antara jurnal dan praktikum, praktikum menggunakan grafik temperatur (oC) dengan persentase berat fenol sedangkan pada jurnal menggunakan grafik temperatur (oC) dengan fraksi mol. Tetapi pada dasarnya tidak jauh berbeda karena fraksi mol yang digunakan yaitu fraksi mol fenol sedangkan praktikum menggunakan persen berat fenol. Hal ini membuktikan bahwa grafik IV.2.1 timbal balik fenol-air pada variabel 1,5gram fenol telah sesuai dengan literatur pada jurnal yang menyatakan bahwa grafik timbal balik fenol air berbentuk parabola dimana puncak dari kurva parabola dalam percobaan timbal balik fenol-air ini adalah 72,50ºC dengan persentase berat 27,27%
(Yistika, 2012).
Grafik IV.2.2 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 3 gram
Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 37,50% memiliki temperatur 70oC, 42,86% temperatur sebesar 69oC, 50% memiliki temperatur 68oC, 60% memiliki temperatur 65,50oC, dan 75% memiliki temperatur 57,50oC.
Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat percobaan(PW Atkins, 1968).
37.5 42.86 50 60 75
Persentase Berat Fenol (%)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
persentase berat fenol 27,27%, dimana titik puncak kurva merupakan temperatur kritis. Penambahan air menyebabkan kenaikan suhu karena semakin luas zat permukaan yang dipanaskan semakin banyak kalor yang dapat diserap sehingga suhu larutan timbal balik fenol-air meningkat (Yistika, 2012).
Jika membandingkan antara jurnal dan praktikum, praktikum menggunakan grafik temperatur (oC) dengan persentase berat fenol sedangkan pada jurnal menggunakan grafik temperatur (oC) dengan fraksi mol. Tetapi pada dasarnya tidak jauh berbeda karena fraksi mol yang digunakan yaitu fraksi mol fenol sedangkan praktikum menggunakan persen berat fenol. Hal ini membuktikan bahwa grafik IV.2.1 timbal balik fenol-air pada variabel 1,5gram fenol telah sesuai dengan literatur pada jurnal yang menyatakan bahwa grafik timbal balik fenol air berbentuk parabola dimana puncak dari kurva parabola dalam percobaan timbal balik fenol-air ini adalah 72,50ºC dengan persentase berat 27,27%
(Yistika, 2012).
Grafik IV.2.2 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 3 gram
Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 37,50% memiliki temperatur 70oC, 42,86% temperatur sebesar 69oC, 50% memiliki temperatur 68oC, 60% memiliki temperatur 65,50oC, dan 75% memiliki temperatur 57,50oC.
Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat percobaan(PW Atkins, 1968).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik IV.2.3 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1,5gram dan 3gram
Pada grafik IV.2.3, dapat dilihat bahwa terjadi ketidaksamaan antara kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 3gram, dimana pada kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 1,5 gram berbentuk parabola sedangkan pada kurva timbal-balik fenol-air dengan 3gram tidak berbentuk parabola. Selain itu perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram lebih rendah dibandingkan dengan 3gram, karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol dipengaruhi oleh zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 3gram lebih banyak daripada zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 1,5gram. Sehingga, semakin kecil berat zat terlarut maka semakin cepat larutan tersebut mendidih sehingga suhunya menjadi lebih kecil. Selain itu titik didih zat terlarut dan pelarut pun mempengaruhi temperatur larutan(Yistika, 2012).
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dibuktikan bahwa kelarutan timbal balik fenol-air kelarutanya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol dan air. Perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan dari jernih menjadi keruh menandakan kalau zat mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Berdasarkan literatur dari Hougen dalam Chemical Process Principles halaman 168 yang menyatakan bahwa temperatur kritis larutan fenol-Air berada pada temperatur 660C dengan persen berat fenol sebesar 34 %. Ketidaksesuaian pada percobaan ini terjadi dikarenakan, penambahan volume air
20 30 40 50 60 70 80 0 10 20 Te m pe rat ur ( o C)
Presentase Berat Fenol (%)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik IV.2.3 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1,5gram dan 3gram
Pada grafik IV.2.3, dapat dilihat bahwa terjadi ketidaksamaan antara kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 3gram, dimana pada kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 1,5 gram berbentuk parabola sedangkan pada kurva timbal-balik fenol-air dengan 3gram tidak berbentuk parabola. Selain itu perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram lebih rendah dibandingkan dengan 3gram, karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol dipengaruhi oleh zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 3gram lebih banyak daripada zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 1,5gram. Sehingga, semakin kecil berat zat terlarut maka semakin cepat larutan tersebut mendidih sehingga suhunya menjadi lebih kecil. Selain itu titik didih zat terlarut dan pelarut pun mempengaruhi temperatur larutan(Yistika, 2012).
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dibuktikan bahwa kelarutan timbal balik fenol-air kelarutanya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol dan air. Perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan dari jernih menjadi keruh menandakan kalau zat mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Berdasarkan literatur dari Hougen dalam Chemical Process Principles halaman 168 yang menyatakan bahwa temperatur kritis larutan fenol-Air berada pada temperatur 660C dengan persen berat fenol sebesar 34 %. Ketidaksesuaian pada percobaan ini terjadi dikarenakan, penambahan volume air
20 30 40 50 60 70 80 Presentase Berat Fenol (%)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik IV.2.3 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1,5gram dan 3gram
Pada grafik IV.2.3, dapat dilihat bahwa terjadi ketidaksamaan antara kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 3gram, dimana pada kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 1,5 gram berbentuk parabola sedangkan pada kurva timbal-balik fenol-air dengan 3gram tidak berbentuk parabola. Selain itu perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram lebih rendah dibandingkan dengan 3gram, karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol dipengaruhi oleh zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 3gram lebih banyak daripada zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 1,5gram. Sehingga, semakin kecil berat zat terlarut maka semakin cepat larutan tersebut mendidih sehingga suhunya menjadi lebih kecil. Selain itu titik didih zat terlarut dan pelarut pun mempengaruhi temperatur larutan(Yistika, 2012).
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dibuktikan bahwa kelarutan timbal balik fenol-air kelarutanya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol dan air. Perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan dari jernih menjadi keruh menandakan kalau zat mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Berdasarkan literatur dari Hougen dalam Chemical Process Principles halaman 168 yang menyatakan bahwa temperatur kritis larutan fenol-Air berada pada temperatur 660C dengan persen berat fenol sebesar 34 %. Ketidaksesuaian pada percobaan ini terjadi dikarenakan, penambahan volume air
1,5gram Fenol 3gram Fenol
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai pelarut. Berdasarkan literatur larutan fenol dengan air dapat larut dengan sempurna pada penambahan volume air sebesar 5,82 ml. Sedangkan pada percobaan, larutan fenol dengan air dapat larut sempurna pada penambahan volume air sebesar 4 ml. Hal ini yang mempengaruhi kelarutan fenol air tidak sesuai dengan literatur (Hougen, 2006).
Grafik IV.2.4 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 1,5 gram
Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 20,13% memiliki temperatur 74,50oC, 23,96% temperatur sebesar 74oC, 29,58% memiliki temperatur 73,50oC, 38,66% memiliki temperatur 72,50oC, 55,76% memiliki temperatur 69,50oC. Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat percobaan (Yistika, 2012). 10 20 30 40 50 60 70 80 20.13 Te m pe ra tu r oC
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai pelarut. Berdasarkan literatur larutan fenol dengan air dapat larut dengan sempurna pada penambahan volume air sebesar 5,82 ml. Sedangkan pada percobaan, larutan fenol dengan air dapat larut sempurna pada penambahan volume air sebesar 4 ml. Hal ini yang mempengaruhi kelarutan fenol air tidak sesuai dengan literatur (Hougen, 2006).
Grafik IV.2.4 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 1,5 gram
Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 20,13% memiliki temperatur 74,50oC, 23,96% temperatur sebesar 74oC, 29,58% memiliki temperatur 73,50oC, 38,66% memiliki temperatur 72,50oC, 55,76% memiliki temperatur 69,50oC. Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat percobaan (Yistika, 2012).
20.13 23.96 29.58 38.66 55.76
Persentase Berat Fenol (%)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai pelarut. Berdasarkan literatur larutan fenol dengan air dapat larut dengan sempurna pada penambahan volume air sebesar 5,82 ml. Sedangkan pada percobaan, larutan fenol dengan air dapat larut sempurna pada penambahan volume air sebesar 4 ml. Hal ini yang mempengaruhi kelarutan fenol air tidak sesuai dengan literatur (Hougen, 2006).
Grafik IV.2.4 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 1,5 gram
Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 20,13% memiliki temperatur 74,50oC, 23,96% temperatur sebesar 74oC, 29,58% memiliki temperatur 73,50oC, 38,66% memiliki temperatur 72,50oC, 55,76% memiliki temperatur 69,50oC. Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal dari sistem larutan tersebut. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat percobaan (Yistika, 2012).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik IV.2.5 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram
Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 33,52% memiliki temperatur 70oC, 38,66% temperatur sebesar 68oC, 45,66% memiliki temperatur 68oC, 55,76% memiliki temperatur 67oC, 71,60% memiliki temperatur 65,50oC.
Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal dari sistem larutan tersebut. Faktor ketidakakuratan pengambilan fenol yang disebabkan oleh ketelitian timbangan yang kurang baik. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat percobaan(PW Atkins, 1968).
10 20 30 40 50 60 70 80 33.52 Te m pe rat ur o C
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik IV.2.5 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram
Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 33,52% memiliki temperatur 70oC, 38,66% temperatur sebesar 68oC, 45,66% memiliki temperatur 68oC, 55,76% memiliki temperatur 67oC, 71,60% memiliki temperatur 65,50oC.
Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal dari sistem larutan tersebut. Faktor ketidakakuratan pengambilan fenol yang disebabkan oleh ketelitian timbangan yang kurang baik. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat percobaan(PW Atkins, 1968).
33.52 38.66 45.66 55.76 71.6
Persentase Berat Fenol (%)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik IV.2.5 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram
Dari grafik diatas diperoleh bahwa pada saat persen berat fenol 33,52% memiliki temperatur 70oC, 38,66% temperatur sebesar 68oC, 45,66% memiliki temperatur 68oC, 55,76% memiliki temperatur 67oC, 71,60% memiliki temperatur 65,50oC.
Pada grafik diatas tidak memiliki bentuk parabola. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor temperatur. Percobaan dilakukan pada ruangan terbuka, hal ini mempengaruhi temperatur pada sistem larutan fenol-air. Akibatnya temperatur udara ruangan tercampur ke dalam temperatur sistem sehingga diperoleh temperatur yang tidak murni lagi berasal dari sistem larutan tersebut. Faktor ketidakakuratan pengambilan fenol yang disebabkan oleh ketelitian timbangan yang kurang baik. Serta faktor kurangnya ketelitian dalam pengukuran suhu saat percobaan(PW Atkins, 1968).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik IV.2.6 Perbandingan Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N pada Variabel 1,5gram dan
3gram
Pada grafik IV.2.6, dapat dilihat bahwa terjadi kesamaan antara kurva timbal balik fenol-HCl 0,09 N dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-HCl 0,09 N dengan variabel 3gram. Perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram lebih tinggi dibandingkan dengan 3gram. Penambahan HCl untuk membuktikan adanya faktor salting out, yaitu Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Penambahan HCl menyebabkan penurunan kelarutan fenol-air dikarenakan nilai kelarutan HCl dalam air lebih besar dibandingkan dengan kelarutan fenol dengan air. Sehingga menyebakan penurunan kelarutan antara fenol dengan air. Hal ini mempengaruhi temperatur kritis yang diperoleh. Dikarenakan terjadinya penurunan kelarutan fenol dengan air, mempengaruhi penurunan temperatur kritis yang diperoleh (Yistika, 2012).
20 30 40 50 60 70 80 0 10 20 Te m pe rat ur ( oC)
Presentase Berat Fenol (%)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik IV.2.6 Perbandingan Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N pada Variabel 1,5gram dan
3gram
Pada grafik IV.2.6, dapat dilihat bahwa terjadi kesamaan antara kurva timbal balik fenol-HCl 0,09 N dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-HCl 0,09 N dengan variabel 3gram. Perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram lebih tinggi dibandingkan dengan 3gram. Penambahan HCl untuk membuktikan adanya faktor salting out, yaitu Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Penambahan HCl menyebabkan penurunan kelarutan fenol-air dikarenakan nilai kelarutan HCl dalam air lebih besar dibandingkan dengan kelarutan fenol dengan air. Sehingga menyebakan penurunan kelarutan antara fenol dengan air. Hal ini mempengaruhi temperatur kritis yang diperoleh. Dikarenakan terjadinya penurunan kelarutan fenol dengan air, mempengaruhi penurunan temperatur kritis yang diperoleh (Yistika, 2012).
20 30 40 50 60 70 80 Presentase Berat Fenol (%)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik IV.2.6 Perbandingan Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N pada Variabel 1,5gram dan
3gram
Pada grafik IV.2.6, dapat dilihat bahwa terjadi kesamaan antara kurva timbal balik fenol-HCl 0,09 N dengan variabel 1,5gram dan kurva timbal balik fenol-HCl 0,09 N dengan variabel 3gram. Perbandingan temperatur fenol dengan variabel berat 1,5gram lebih tinggi dibandingkan dengan 3gram. Penambahan HCl untuk membuktikan adanya faktor salting out, yaitu Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Penambahan HCl menyebabkan penurunan kelarutan fenol-air dikarenakan nilai kelarutan HCl dalam air lebih besar dibandingkan dengan kelarutan fenol dengan air. Sehingga menyebakan penurunan kelarutan antara fenol dengan air. Hal ini mempengaruhi temperatur kritis yang diperoleh. Dikarenakan terjadinya penurunan kelarutan fenol dengan air, mempengaruhi penurunan temperatur kritis yang diperoleh (Yistika, 2012).
1,5gram Fenol 3gram Fenol
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada hasil percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 1,5 gram memiliki
grafik bentuk parabola serta memiliki puncak kurva. Puncak kurva tersebut merupakan temperatur kritis yaitu saat persen berat fenol 27,27% dan temperaturnya 72,5oC. 2. Pada hasil percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 3 gram memiliki
grafik yang tidak berbentuk parabola. Puncak temperatur kritis yaitu saat berat fenol 37,5% dan temperaturnya 70oC.
3. Pada hasil percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 1,5 gram memiliki grafik yang tidak berbentuk parabola. Puncak temperatur kritis yaitu saat berat fenol 20,13% dan temperaturnya 74,5oC.
4. Pada hasil percobaan timbal balik fenol-air dengan variabel fenol 3 gram memiliki grafik yang tidak berbentuk parabola. Puncak temperatur kritis yaitu saat berat fenol 33,52% dan temperaturnya 70oC.
5. Temperatur fenol dengan variabel berat 3 gram lebih tinggi dibandingkan dengan 1,5gram, karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol dipengaruhi oleh zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 3 gram lebih banyak daripada zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 1,5 gram. Sehingga, semakin besar berat zat terlarut maka semakin secepat larutan tersebut mendidih sehingga suhunya menjadi lebih kecil. Selain itu titik didih zat terlarut dan pelarut pun mempengaruhi temperatur larutan.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan pada percobaan timbal balik fenol-air antara lain jenis zat, konsentrasi, temperatur, ion senama, pengadukan, serta luas permukaan. Zat yang memiliki kepolaran yang sejenis dapat saling melarutkan. Pengaturan suhu yang disesuaikan dengan titik didih zat yang digunakan akan mempercepat kelarutan. Semakin kecil luas permukaan zat maka semakin cepat zat tersebut bereaksi agar dapat melarut.
Chemistnidu. (2011, Juni 11). Diakses di WordPress: http://blajarkimia.wordpress.com/larutan/ pada tanggal 31 Nopember 2013
Friskaiga.2013. menentukansuhukritik fenol-air, kelarutan timbal balik. Diakses di
(http://friskaiga.blogspot.com/) pada tanggal 24 Nopember 2013
Indah. 2011. LaporanPraktikum Kimia FisikaKelarutanTimbalBalikSistemBinerFenol –
Air. Diakses di (http://ezzamogy.blogspot.com/2011/11/laporanpraktikum-kimia-fisika.html) pada tanggal 24 Nopember 2013
Maron, H. Samuel and Jerome B. Lando. 1944. Fundamentals of Physical
Prokim09. (2011, Februari 24). PROKIM09. Diakses di Blogger: http://prokim09.wordpress.com/2010/06/02/campuran-homogen-dan-campuran-heterogen/ pada tanggal 31 Nopember 2013
Rizhwandy.2013. LaporanPraktikum Kimia FisikaKelarutanTimbalBalikSistemBinerFenol-Air.
Diakses di
(http://www.academia.edu/4911376/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_FISIK KELARUTAN_TIMBAL_BALIK_SISTEM_BINER_FENOL_-_AIR) pada tanggal
24 Nopember 2013
Saputri, f. (2010, Nopember 10). Fatmakyoshiuzumaki's Blog. Diakses di
Fatmakyoshiuzumaki's Blog:
http://fatmakyoshiuzumaki.wordpress.com/2010/10/18/15/ pada tanggal 31 Nopember 2013
Sogay. (2011, Juni 07). Ilmu Pendidikan Jow. Diakses di Blogger: http://ogysogay.blogspot.com/2011/06/laporan-kelarutan.html pada tanggal 31 Nopember 2013
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika 1. Jakarta: Rineka Cipta
Wikipedia. (2013, juli 23). wikipedia. Diakses di wikipedia website: http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan pada tanggal 31 Nopember 2013
Wikipedia. (2013, september 22). wikipedia. Diakses di wikipedia website: http://id.wikipedia.org/wiki/Air pada tanggal 31 Nopember 2013
Wikipedia.Fenol. Diakses di (http://id.wikipedia.org/wiki/Fenol) pada tanggal 24 Nopember 2013 pada tanggal 31 Nopember 2013
Notasi Satuan Keterangan
e - Ekuivalen
m Gram Massa
ρ Gram/ml Massa jenis
M Molar Molaritas
N Normal Normalitas
V ml Volume
1. Suhu rata-rata fenol-air dan % berat fenol dalam fenol air a. Berat phenol = 1,5 gram
Volume aquadest = 1 ml Massa aquadest ρ = m v 1 = m 1 m = 1 gram
% berat = massa fenol x 100 % massa total