Percobaan
: TIMBAL BALIK FENOL-AIR
Kelompok
: X A
Nama
:
1. Davi Khoirun Najib
NRP. 2313 030 009
2. Zandhika Alfi Pratama
NRP. 2313 030 035
3. Rizuana Nadifatul Mukhoyada
NRP. 2313 030 043
4. Thea Prastiwi Soedarmodjo
NRP. 2313 030 095
Tanggal Percobaan
: 18 Nopember 2013
Tanggal Penyerahan
: 25 Nopember 2013
Dosen Pembimbing
: Nurlaili Humaidah, S.T., M.T.
Asisten Laboratorium
: Dhaniar Rulandri W.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2013
Prosedur pada praktikum timbal balik fenol air ini tahap pertama yang dilakukan adalah dengan mencari temperatur kritis yaitu menimbang 1,5 gram fenol dan memasukkannya dalam tabung reaksi besar yang telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk, kemudian menambahkan 1 ml aquadest dan memasukkannya dalam waterbath. Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulai jernih, setelah itu mengangkatnya dari waterbath. Mencatat besarnya temperatur ketika larutan mulai keruh. Mengulangi tahap percobaan dengan variabel penambahan kelipatan 1 ml hingga mencapai 5 ml. Mengulangi tahap percobaan dengan variabel jenis pelarut HCl 0,09 N dan dengan variabel berat fenol 3 gram. Pada tahap kedua adalah menghitung persentase berat fenol. Pertama adalah Menimbang 1,5 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi besar yang telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk, lalu menambahkan 1 ml aquadest dan kemudian menghitung persentase berat fenol dalam larutan fenol-air. Mengulangi tahap percoobaan dengan variabel penambahan kelipatan 1 ml hingga mencapai 5 ml. Mengulangi tahap percobaan dengan memakai HCl 0,09 N dan dengan variabel berat fenol 3 gram.
Dari percobaan timbal balik fenol- air dengan berat fenol 1,5 gram ini dapat diambil kesimpulan bahwa temperatur kritis untuk kelarutan fenol-air adalah 72,5°C dengan komposisi berat fenol sebesar 27,27 %. Percobaan timbal balik fenol- air dengan berat fenol 3 gram ini dapat diambil kesimpulan bahwa temperatur kritis untuk kelarutan fenol-air adalah 70°C dengan komposisi berat fenol sebesar 37,50 %. Percobaan timbal balik fenol- HCl 0,09 N dengan berat fenol 1,5 gram ini dapat diambil kesimpulan bahwa temperatur kritis untuk kelarutan fenol-HCl 0,09 N adalah 74,5°C dengan komposisi berat fenol sebesar 20,13 %. Percobaan timbal balik fenol- HCl 0,09 N dengan berat fenol 3 gram ini dapat diambil kesimpulan bahwa temperatur kritis untuk kelarutan fenol-HCl 0,09 N adalah 70°C dengan komposisi berat fenol sebesar 33,52 %. Faktor – faktor kelarutan pada percobaan ini antara lain massa, konsentrasi, ion senama, temperatur, pengadukan, dan luas penampang. Analisa yang digunakan dalam percobaan ini yaitu analisa kualitatif dan kuantitatif.
ABSTRAK... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR GRAFIK... vi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang... I-1 I.2 Rumusan Masalah... I-2 I.3 Tujuan Percobaan... I-2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori... II-1 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Variabel Percobaan... III-1 III.2 Bahan yang Digunakan... III-1 III.3 Alat yang Digunakan... III-1 III.4 Prosedur Percobaan... III-1 III.5 Diagram Alir Percobaan... III-2 III.6 Gambar Alat Percobaan... III-4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan... IV-1 IV.2 Pembahasan... IV-2 BAB V KESIMPULAN... V-1 DAFTAR PUSTAKA... vii
DAFTAR NOTASI... viii
APPENDIKS... ix LAMPIRAN
Laporan Sementara Fotokopi Literatur Lembar Revisi
Gambar II.1 Daerah Satu dan Dua Fasa... II-2 Gambar II.2 Struktur Molekul Fenol... II-8 Gambar II.3 Padatan Fenol... II-9 Gambar II.4 Struktur Molekul Air... II-11 Gambar II.5 Perbedaan Polar Fenol dan Air... II-13 Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan... II-13
Tabel IV.1.1 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-Air 1... IV-1 Tabel IV.1.2 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-Air 2... IV-1 Tabel IV.1.3 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-HCl 1... IV-1 Tabel IV.1.4 Tabel Perhitungan Timbal Balik Fenol-HCl 2... IV-2
Grafik IV.2.1 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 1,5 gram... IV-2 Grafik IV.2.2 Timbal Balik Fenol-Air dengan Berat Fenol 3 gram... IV-3 Grafik IV.2.3 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1,5gram dan
3gram... IV-4 Grafik IV.2.4 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 1,5 gram... IV-5 Grafik IV.2.5 Timbal Balik Fenol-HCl 0,09 N dengan Berat Fenol 3 gram... IV-6 Grafik IV.2.6 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 1,5gram dan
I.1. Latar Belakang
Dalam praktikum Kimia Fisika, salah satu modul yang akan dipelajari adalah kelarutan. Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute) untuk dapat larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan tersebut dapat bercampur secara sempurna (etanol dalam air), bercampur sebagian (fenol dalam air), ataupun tidak bercampur sama sekali. Tingkat kelarutan tersebut dipengaruhi oleh perubahan suhu. Suatu fasa dapat mengalami perubahan menjadi dua fasa bila suhu berubah, begitu pun sebaliknya. Contohnya pada keadaan larut sebagian, larutan tersebut dapat mencapai keadaan larutan kritis. Larutan kritis merupakan larutan yang memiliki komposisi larutan yang berada dalam keadaan kesetimbangan. Larutan kritis dapat ditemukan melalui percobaan kelarutan timbal balik fenol-air.
Kelarutan timbal balik fenol-air adalah kelarutan dari larutan fenol dengan air yang bercampur sebagian bila temperaturnya dibawah temperatur kritis. Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh komposisi yang berada dalam kesetimbangan. Tempratur kritis pada percobaan timbal balik fenol dapat diperoleh melalui suhu rata-rata maksimum pada saat keadaan jernih dan keruh. Pada saat larutan tersebut mencapai temperatur kritis maka larutan tersebut mencapai larutan kritis. Oleh karena itu praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar praktikan dapat mengetahui kelarutan dua jenis zat yang tidak saling campur ketika dicampurkan pada saat mencapai titik kritis maupun sebelum mencapai titik kritis.
Aplikasi kelarutan dalam bidang industri dapat dimanfaatkan untuk memurnikan zat dari kotoran–kotoran hasil samping suatu reaksi dengan cara rekristalisasi bertingkat. Pada cara ini zat yang masih bercampur dengan pengotor dilarutkan dalam sedikit pelarut panas, dimana pengotor lebih mudah larut daripada zat yang akan dimurnikan. Setelah larutan dingin kotoran akan tertinggal dalam larutan zat murni akan memisah sebagai endapan. Kristal murni yang dihasilkan lalu disaring dan dikeringkan.
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta
penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali ?
2. Berapakah persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali ?
I.3. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali.
2. Mengetahui persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali.
penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali ?
2. Berapakah persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali ?
I.3. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali.
2. Mengetahui persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali.
penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali ?
2. Berapakah persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali ?
I.3. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali.
2. Mengetahui persentase berat fenol dalam kelarutan timbal balik air dan fenol-HCl 0,09 N dengan variabel berat fenol sebesar 1,5 gram dan 3 gram beserta penambahan aquadest dan larutan HCl 0,09 N dengan variabel 1 ml dengan kelipatan penambahan sebanyak 5 kali.
II.1 Dasar Teori
Sistem biner fenol air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Solubilitas (kelarutan) adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solut), untuk larut dalam suatu pelarut (solven). Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi). Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu struktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil. Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti
temperature, tekanan, dan kontaminasi (Isnaeni, 2013).
Secara umum, kelarutan suatu zat yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu (Wikipedia, 2013).
Di dalam larutan terdapat juga yang disebut larutan ideal. Bila interaksi antarmolekul komponen larutan sama besar dengan interaksi antarmolekul komponen-komponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi yang disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair)
berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal tidak terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena. Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponen-komponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan (Wikipedia, 2013).
Larutan ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Pada pengenceran komponennya todak mengalami perubahan sifat. 2. Tidak terjadi perubahan panas pada pembuatan atau pengenceran. 3. Volume total adalah jumlah volume komponennya.
4. Mengikuti hukum Raoult tentang tekanan uap. 5. Sifat fisiknya adalah rata-rata sifat fisika penyusun. (Sukardjo,1989)
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebutmiscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Rizhwandy, 2011).
Pada sistem biner fenol–air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupa pada kondisi tertentu. Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar – benar terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P (Dogra SK dan Dogra S, 2008).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis (Indah, 2011).
berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal tidak terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena. Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponen-komponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan (Wikipedia, 2013).
Larutan ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Pada pengenceran komponennya todak mengalami perubahan sifat. 2. Tidak terjadi perubahan panas pada pembuatan atau pengenceran. 3. Volume total adalah jumlah volume komponennya.
4. Mengikuti hukum Raoult tentang tekanan uap. 5. Sifat fisiknya adalah rata-rata sifat fisika penyusun. (Sukardjo,1989)
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Rizhwandy, 2011).
Pada sistem biner fenol–air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupa pada kondisi tertentu. Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar – benar terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P (Dogra SK dan Dogra S, 2008).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis (Indah, 2011).
berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal tidak terdapat di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan toluena. Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan tepat volume komponen-komponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut murni tidaklah sama dengan volume larutan (Wikipedia, 2013).
Larutan ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Pada pengenceran komponennya todak mengalami perubahan sifat. 2. Tidak terjadi perubahan panas pada pembuatan atau pengenceran. 3. Volume total adalah jumlah volume komponennya.
4. Mengikuti hukum Raoult tentang tekanan uap. 5. Sifat fisiknya adalah rata-rata sifat fisika penyusun. (Sukardjo,1989)
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Rizhwandy, 2011).
Pada sistem biner fenol–air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupa pada kondisi tertentu. Suatu fase didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar – benar terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P (Dogra SK dan Dogra S, 2008).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis (Indah, 2011).
Gambar II.1Daerah Satu dan Dua Fasa
L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing
adalah mol fraksi air dan mol fraksi fenol, XCadalah mol fraksi komponen pada suhu kritis
(TC). Sistem ini mempunyai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada
saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada suhu T1 dengan
komposisi di antara A1 dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2,
sistem berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau diatas suhu kritisnya, TC), sistem berada pada satu fase (jernih) (Rizhwandy, 2011).
Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadestt dinaikkan di atas 50°C maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %).Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan sempurna.Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan (Hougen, 2002).
Faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah : 1. Sifat dari solut dan solvent
Solut yang polar akan larut dalam solven yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solut yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
Gambar II.1Daerah Satu dan Dua Fasa
L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing
adalah mol fraksi air dan mol fraksi fenol, XCadalah mol fraksi komponen pada suhu kritis
(TC). Sistem ini mempunyai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada
saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada suhu T1 dengan
komposisi di antara A1 dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2,
sistem berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau diatas suhu kritisnya, TC), sistem berada pada satu fase (jernih) (Rizhwandy, 2011).
Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadestt dinaikkan di atas 50°C maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %).Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan sempurna.Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan (Hougen, 2002).
Faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah : 1. Sifat dari solut dan solvent
Solut yang polar akan larut dalam solven yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solut yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
Gambar II.1Daerah Satu dan Dua Fasa
L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing
adalah mol fraksi air dan mol fraksi fenol, XCadalah mol fraksi komponen pada suhu kritis
(TC). Sistem ini mempunyai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada
saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada suhu T1 dengan
komposisi di antara A1 dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2,
sistem berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau diatas suhu kritisnya, TC), sistem berada pada satu fase (jernih) (Rizhwandy, 2011).
Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadestt dinaikkan di atas 50°C maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %).Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan sempurna.Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan (Hougen, 2002).
Faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah : 1. Sifat dari solut dan solvent
Solut yang polar akan larut dalam solven yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solut yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
2.Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atausolutionpetit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut
kecuali nitrat base.Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan
hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2, semua garam phosfat tidak
larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
5.Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6.Salting In
Salting inadalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solven menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavintidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh. Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :
a.Ukuran partikel : Makin halussolute, makin kecil ukuran partikel makin luas permukaan
soluteyang kontak dengansolvent,solutemakin cepat larut. 2.Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atausolutionpetit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut
kecuali nitrat base.Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan
hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2, semua garam phosfat tidak
larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
5.Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6.Salting In
Salting inadalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solven menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavintidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh. Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :
a.Ukuran partikel : Makin halussolute, makin kecil ukuran partikel makin luas permukaan
soluteyang kontak dengansolvent,solutemakin cepat larut. 2.Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atausolutionpetit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut
kecuali nitrat base.Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan
hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2, semua garam phosfat tidak
larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
5.Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6.Salting In
Salting inadalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solven menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavintidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh. Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :
a.Ukuran partikel : Makin halussolute, makin kecil ukuran partikel makin luas permukaan
b. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutansolute. c. Pengadukan.
8. Tekanan
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas.
(Sukardjo, 2002)
Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh : a. Jenis pelarut dan zat terlarut.
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik sedang yang tidak biasanya sukar bercampur. Air dan alkohol bercampur sempurna (completely misible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedang air dan minyak sama sekali tidak bercampur (completely immiscible).
b. Temperatur
Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam suatu cairan, bila temperatur dinaikkan, misalnya kaliumnitrat (KNO3) dalam air, namun terdapat beberapa zat padat
yang kelarutannya menurun bila temperatur dinaikkan misalnya pembentukan larutan air dari serium sulfat (Ce2(SO4)3). Gas dalam cairan kelarutan suatu gas dalam suatu cairan
biasanya menurun dengan naiknya temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas.
(Sukardjo, 2002)
Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : 1. Ukuran Partikel
Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel. Makin luas Permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
2. Suhu
Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute. 3. Pengadukan
Umumnya apabila pengadukan dilakukan semakin cepat maka kelarutan akan besar. (Sogay, 2011).
Jenis-jenis larutan yang penting ada 4 yaitu :
a. Larutan gas dalam gas Gas dengan gas selalu bercampursempurna membentuk larutan. Sifat-sifat larutan adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar.
b. Larutan gas dalam cair. Tergantung pada jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur. b. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutansolute.
c. Pengadukan. 8. Tekanan
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas.
(Sukardjo, 2002)
Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh : a. Jenis pelarut dan zat terlarut.
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik sedang yang tidak biasanya sukar bercampur. Air dan alkohol bercampur sempurna (completely misible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedang air dan minyak sama sekali tidak bercampur (completely immiscible).
b. Temperatur
Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam suatu cairan, bila temperatur dinaikkan, misalnya kaliumnitrat (KNO3) dalam air, namun terdapat beberapa zat padat
yang kelarutannya menurun bila temperatur dinaikkan misalnya pembentukan larutan air dari serium sulfat (Ce2(SO4)3). Gas dalam cairan kelarutan suatu gas dalam suatu cairan
biasanya menurun dengan naiknya temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas.
(Sukardjo, 2002)
Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : 1. Ukuran Partikel
Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel. Makin luas Permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
2. Suhu
Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute. 3. Pengadukan
Umumnya apabila pengadukan dilakukan semakin cepat maka kelarutan akan besar. (Sogay, 2011).
Jenis-jenis larutan yang penting ada 4 yaitu :
a. Larutan gas dalam gas Gas dengan gas selalu bercampursempurna membentuk larutan. Sifat-sifat larutan adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar.
b. Larutan gas dalam cair. Tergantung pada jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur. b. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutansolute.
c. Pengadukan. 8. Tekanan
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas.
(Sukardjo, 2002)
Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh : a. Jenis pelarut dan zat terlarut.
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik sedang yang tidak biasanya sukar bercampur. Air dan alkohol bercampur sempurna (completely misible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedang air dan minyak sama sekali tidak bercampur (completely immiscible).
b. Temperatur
Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam suatu cairan, bila temperatur dinaikkan, misalnya kaliumnitrat (KNO3) dalam air, namun terdapat beberapa zat padat
yang kelarutannya menurun bila temperatur dinaikkan misalnya pembentukan larutan air dari serium sulfat (Ce2(SO4)3). Gas dalam cairan kelarutan suatu gas dalam suatu cairan
biasanya menurun dengan naiknya temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas.
(Sukardjo, 2002)
Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : 1. Ukuran Partikel
Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel. Makin luas Permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
2. Suhu
Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute. 3. Pengadukan
Umumnya apabila pengadukan dilakukan semakin cepat maka kelarutan akan besar. (Sogay, 2011).
Jenis-jenis larutan yang penting ada 4 yaitu :
a. Larutan gas dalam gas Gas dengan gas selalu bercampursempurna membentuk larutan. Sifat-sifat larutan adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar.
Daya larut N2, H2, O2 dan He dalam air, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat
besar. Hal ini disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air, sedangkan gas yang kedua bereaksi sehingga membentuk asam klorida dan ammonium hidroksida. Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N2, O2, dan CO2lebih mudah larut dalam alkohol
daripada dalam air, sedangkan NH3dan H2S lebih mudah larut dalam air daripada alkohol.
c. Larutan cairan dalam cairan. Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian, atau tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan tergantung dari jenis cairan dan temperatur. Contoh : Zat-zat yang mirip daya larutnya besar. Benzena-Toluena, Air-Alkohol, Air-Metil. Zat-zat yang berbeda tidak dapat bercampur Air-Nitro Benzena, Air-Kloro Benzena.
d. Larutan zat padat dalam cairan. Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah konsentrasi larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air sangat berbeda, tergantung jenis zatnya.Umumnya daya larut zat-zat organik dalam air lebih besar daripada dalam pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut bertambah dengan naiknya temperatur karena kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan positif.
(Sukardjo, 2002)
Ada dua macam larutan, yaitu :
a. Larutan homogen, yaitu apabila dua macam zat dapat membentuk suatu larutan yang susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Atau larutan dapat dikatakan dapat bercampur secara seragam (miscible).
b. Larutan heterogen, yaitu apabila dua macam zat yang bercampur masih terdapat permukaan-permukaan tertentu yang dapat terdeteksi antara bagian- bagian atau fase-fase yang terpisah. Larutan heterogen dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.Insoluble, yaitu jika kelarutannya sangat sedikit, yaitu kurang dari 0,1 gram zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Misalnya, kaca dalam air.
2.Immisable,yaitu jika kedua satu ke dalam zat yang lain. Misalnya, minyak dalam air. (Anonim, 2013)
Selain itu ada beberapa jenis larutan diantaranya sebagai berikut :
1. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini dibedakan menjadi :
Daya larut N2, H2, O2 dan He dalam air, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat
besar. Hal ini disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air, sedangkan gas yang kedua bereaksi sehingga membentuk asam klorida dan ammonium hidroksida. Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N2, O2, dan CO2lebih mudah larut dalam alkohol
daripada dalam air, sedangkan NH3dan H2S lebih mudah larut dalam air daripada alkohol.
c. Larutan cairan dalam cairan. Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian, atau tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan tergantung dari jenis cairan dan temperatur. Contoh : Zat-zat yang mirip daya larutnya besar. Benzena-Toluena, Air-Alkohol, Air-Metil. Zat-zat yang berbeda tidak dapat bercampur Air-Nitro Benzena, Air-Kloro Benzena.
d. Larutan zat padat dalam cairan. Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah konsentrasi larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air sangat berbeda, tergantung jenis zatnya.Umumnya daya larut zat-zat organik dalam air lebih besar daripada dalam pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut bertambah dengan naiknya temperatur karena kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan positif.
(Sukardjo, 2002)
Ada dua macam larutan, yaitu :
a. Larutan homogen, yaitu apabila dua macam zat dapat membentuk suatu larutan yang susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Atau larutan dapat dikatakan dapat bercampur secara seragam (miscible).
b. Larutan heterogen, yaitu apabila dua macam zat yang bercampur masih terdapat permukaan-permukaan tertentu yang dapat terdeteksi antara bagian- bagian atau fase-fase yang terpisah. Larutan heterogen dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.Insoluble, yaitu jika kelarutannya sangat sedikit, yaitu kurang dari 0,1 gram zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Misalnya, kaca dalam air.
2.Immisable,yaitu jika kedua satu ke dalam zat yang lain. Misalnya, minyak dalam air. (Anonim, 2013)
Selain itu ada beberapa jenis larutan diantaranya sebagai berikut :
1. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini dibedakan menjadi :
Daya larut N2, H2, O2 dan He dalam air, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat
besar. Hal ini disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air, sedangkan gas yang kedua bereaksi sehingga membentuk asam klorida dan ammonium hidroksida. Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N2, O2, dan CO2lebih mudah larut dalam alkohol
daripada dalam air, sedangkan NH3dan H2S lebih mudah larut dalam air daripada alkohol.
c. Larutan cairan dalam cairan. Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian, atau tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan tergantung dari jenis cairan dan temperatur. Contoh : Zat-zat yang mirip daya larutnya besar. Benzena-Toluena, Air-Alkohol, Air-Metil. Zat-zat yang berbeda tidak dapat bercampur Air-Nitro Benzena, Air-Kloro Benzena.
d. Larutan zat padat dalam cairan. Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah konsentrasi larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air sangat berbeda, tergantung jenis zatnya.Umumnya daya larut zat-zat organik dalam air lebih besar daripada dalam pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut bertambah dengan naiknya temperatur karena kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan positif.
(Sukardjo, 2002)
Ada dua macam larutan, yaitu :
a. Larutan homogen, yaitu apabila dua macam zat dapat membentuk suatu larutan yang susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Atau larutan dapat dikatakan dapat bercampur secara seragam (miscible).
b. Larutan heterogen, yaitu apabila dua macam zat yang bercampur masih terdapat permukaan-permukaan tertentu yang dapat terdeteksi antara bagian- bagian atau fase-fase yang terpisah. Larutan heterogen dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.Insoluble, yaitu jika kelarutannya sangat sedikit, yaitu kurang dari 0,1 gram zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Misalnya, kaca dalam air.
2.Immisable,yaitu jika kedua satu ke dalam zat yang lain. Misalnya, minyak dalam air. (Anonim, 2013)
Selain itu ada beberapa jenis larutan diantaranya sebagai berikut :
1. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini dibedakan menjadi :
A. Elektrolit Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1). Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HClO3, H2SO4, HNO3dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3dan lain-lain
B. Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar: 0 < alpha < 1.Yang tergolong elektrolit lemah adalah:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain.
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2dan lain-lain.
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2dan lain-lain
2. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion). Tergolong ke dalam larutan non-elektrolit misalnya:
- Larutan urea - Larutan sukrosa - Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain (Chemistnidu, 2011).
Kelarutan adalah banyaknya zat yang melarut dalam suatu kuantitas tertentu pelarut untuk menghasilkan larutan jenuh (gram zat terlarut/100 cm3 pelarut). Campuran terdiri dari
beberapa jenis. Dilihat dari fasenya, Pada sistem biner fenol–air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P (Wikipedia, 2013).
Dalam hal ini yang menjadi zat yang terlarut (solute) adalah fenol, sedangkan pelarut (solvent) adalah air. Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna A. Elektrolit Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1). Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HClO3, H2SO4, HNO3dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3dan lain-lain
B. Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar: 0 < alpha < 1.Yang tergolong elektrolit lemah adalah:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain.
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2dan lain-lain.
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2dan lain-lain
2. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion). Tergolong ke dalam larutan non-elektrolit misalnya:
- Larutan urea - Larutan sukrosa - Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain (Chemistnidu, 2011).
Kelarutan adalah banyaknya zat yang melarut dalam suatu kuantitas tertentu pelarut untuk menghasilkan larutan jenuh (gram zat terlarut/100 cm3 pelarut). Campuran terdiri dari
beberapa jenis. Dilihat dari fasenya, Pada sistem biner fenol–air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P (Wikipedia, 2013).
Dalam hal ini yang menjadi zat yang terlarut (solute) adalah fenol, sedangkan pelarut (solvent) adalah air. Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna A. Elektrolit Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1). Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HClO3, H2SO4, HNO3dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3dan lain-lain
B. Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar: 0 < alpha < 1.Yang tergolong elektrolit lemah adalah:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain.
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2dan lain-lain.
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2dan lain-lain
2. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion). Tergolong ke dalam larutan non-elektrolit misalnya:
- Larutan urea - Larutan sukrosa - Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain (Chemistnidu, 2011).
Kelarutan adalah banyaknya zat yang melarut dalam suatu kuantitas tertentu pelarut untuk menghasilkan larutan jenuh (gram zat terlarut/100 cm3 pelarut). Campuran terdiri dari
beberapa jenis. Dilihat dari fasenya, Pada sistem biner fenol–air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar-benar terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P (Wikipedia, 2013).
Dalam hal ini yang menjadi zat yang terlarut (solute) adalah fenol, sedangkan pelarut (solvent) adalah air. Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna
yang memiliki bau khas. Rumus kimia fenol adalah C6H5OH memiliki gugus hidroksil (-OH)
yang berikatan dengan cincin fenil (Wikipedia, 2013).
Gambar II.2Struktur Molekul Fenol
Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+
dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O- yang
dapat dilarutkan dalam air (Wikipedia, 2013).
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara (Wikipedia, 2013).
yang memiliki bau khas. Rumus kimia fenol adalah C6H5OH memiliki gugus hidroksil (-OH)
yang berikatan dengan cincin fenil (Wikipedia, 2013).
Gambar II.2Struktur Molekul Fenol
Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+
dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O- yang
dapat dilarutkan dalam air (Wikipedia, 2013).
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara (Wikipedia, 2013).
yang memiliki bau khas. Rumus kimia fenol adalah C6H5OH memiliki gugus hidroksil (-OH)
yang berikatan dengan cincin fenil (Wikipedia, 2013).
Gambar II.2Struktur Molekul Fenol
Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+
dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O- yang
dapat dilarutkan dalam air (Wikipedia, 2013).
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara (Wikipedia, 2013).
Gambar II.3Padatan Fenol
Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorofenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Wikipedia, 2013).
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan Bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh (Wikipedia, 2013).
Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kamp-kamp konsentrasi, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung (Wikipedia, 2013).
Senyawa fenol dibedakan atas dua jenis utama yaitu : A. Berdasarkan jalur pembuatannya :
1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat. 2. Senyawa fenol yang berasal dari aseta malonat.
Gambar II.3Padatan Fenol
Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorofenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Wikipedia, 2013).
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan Bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh (Wikipedia, 2013).
Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kamp-kamp konsentrasi, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung (Wikipedia, 2013).
Senyawa fenol dibedakan atas dua jenis utama yaitu : A. Berdasarkan jalur pembuatannya :
1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat. 2. Senyawa fenol yang berasal dari aseta malonat.
Gambar II.3Padatan Fenol
Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorofenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Wikipedia, 2013).
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan Bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat) banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh (Wikipedia, 2013).
Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kamp-kamp konsentrasi, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung (Wikipedia, 2013).
Senyawa fenol dibedakan atas dua jenis utama yaitu : A. Berdasarkan jalur pembuatannya :
1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat. 2. Senyawa fenol yang berasal dari aseta malonat.
3. Ada juga senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesadari senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat dan senyawafenol yang berasal dari aseta malonat yaitu senyawa-senyawa flavonoid.
B. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang dapat diganti oleh gugus hidroksil maka ada tiga golongan senyawa fenol yaitu :
1. Fenol monovalen
Jika satu atom H dari inti aromatik diganti oleh satu gugusan OH atau bisa disebut dengan fenol yang hanya mengikat satu gugus hidroksil. Contoh: Phenol, o-Chorophenol, m-Cresol, p-Hydroxybenzoic acid.
2. Fenol divalen
Adalah senyawa yang diperoleh bila dua atom hidrogen pada inti aromatik diganti dengan dua gugus hidroksil. Dan merupakan fenol bervalensi dua.
3. Fenol trifalen
Adalah senyawa yang diperoleh bila tiga atom hidrogen pada inti aromatik diganti dengan tiga gugus hidroksil.
(Saputri, 2010).
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat berbentuk sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia (Wikipedia, 2013).
Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di Bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Wikipedia, 2013).
3. Ada juga senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesadari senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat dan senyawafenol yang berasal dari aseta malonat yaitu senyawa-senyawa flavonoid.
B. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang dapat diganti oleh gugus hidroksil maka ada tiga golongan senyawa fenol yaitu :
1. Fenol monovalen
Jika satu atom H dari inti aromatik diganti oleh satu gugusan OH atau bisa disebut dengan fenol yang hanya mengikat satu gugus hidroksil. Contoh: Phenol, o-Chorophenol, m-Cresol, p-Hydroxybenzoic acid.
2. Fenol divalen
Adalah senyawa yang diperoleh bila dua atom hidrogen pada inti aromatik diganti dengan dua gugus hidroksil. Dan merupakan fenol bervalensi dua.
3. Fenol trifalen
Adalah senyawa yang diperoleh bila tiga atom hidrogen pada inti aromatik diganti dengan tiga gugus hidroksil.
(Saputri, 2010).
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat berbentuk sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia (Wikipedia, 2013).
Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di Bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Wikipedia, 2013).
3. Ada juga senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesadari senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat dan senyawafenol yang berasal dari aseta malonat yaitu senyawa-senyawa flavonoid.
B. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang dapat diganti oleh gugus hidroksil maka ada tiga golongan senyawa fenol yaitu :
1. Fenol monovalen
Jika satu atom H dari inti aromatik diganti oleh satu gugusan OH atau bisa disebut dengan fenol yang hanya mengikat satu gugus hidroksil. Contoh: Phenol, o-Chorophenol, m-Cresol, p-Hydroxybenzoic acid.
2. Fenol divalen
Adalah senyawa yang diperoleh bila dua atom hidrogen pada inti aromatik diganti dengan dua gugus hidroksil. Dan merupakan fenol bervalensi dua.
3. Fenol trifalen
Adalah senyawa yang diperoleh bila tiga atom hidrogen pada inti aromatik diganti dengan tiga gugus hidroksil.
(Saputri, 2010).
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil) tersedia di Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat berbentuk sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia (Wikipedia, 2013).
Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di Bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Wikipedia, 2013).
Gambar II.4Struktur Molekul Air
Menurut kimia fisika air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : Satu
molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Wikipedia, 2013).
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidridahidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flour, fosfor, sulfur, dan klor. Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperature dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif dibandingkan elemen-elemen lain tersebut kecuali flor (Wikipedia, 2013).
Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik
Gambar II.4Struktur Molekul Air
Menurut kimia fisika air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : Satu
molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Wikipedia, 2013).
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidridahidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flour, fosfor, sulfur, dan klor. Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperature dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif dibandingkan elemen-elemen lain tersebut kecuali flor (Wikipedia, 2013).
Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik
Gambar II.4Struktur Molekul Air
Menurut kimia fisika air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O : Satu
molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Wikipedia, 2013).
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidridahidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flour, fosfor, sulfur, dan klor. Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperature dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif dibandingkan elemen-elemen lain tersebut kecuali flor (Wikipedia, 2013).
Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik