• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Kadar Zat Ekstraktif Tandan Kosong Sawit

Data hasil pengujian kadar zat ekstraktif (KZE) tandan kosong kelapa sawit (TKS) yang dihasilkan pada penelitian ini tersaji pada lampiran 7. Hasil pengujian KZE TKS yang terdapat pada gambar 7 menunjukkan bahwa ada perbedaan KZE yang terlarut dari perendaman dengan air panas dan air dingin. Hasil yang diperoleh yaitu zat ekstraktif lebih banyak larut jika direndam dengan air panas daripada dengan air dingin.

7.41 7.14 11.11 3.7 11.11 3.7 0 2 4 6 8 10 12 (%) 1 2 3 Ulangan

Grafik Kadar Zat Ekstraktif (%)

Perendaman Panas Perendaman dingin

Gambar 7. Grafik Nilai Kadar Zat Ekstraktif Tandan Kosong Kelapa Sawit Kelarutan zat ekstraktif tandan kosong kelapa sawit dalam air dingin selama 24 jam yang dihasilkan dalam penelitian ini masing-masing berkisar antara 3,70 % hingga 7,14 %, dengan rata-rata 4,85 %. Kelarutan zat ekstraktif tandan kosong kelapa sawit dalam air panas selama 2 jam yang dihasilkan dalam

penelitian ini masing-masing berkisar antara 7,41% hingga 11,11% dengan rata-rata 9,88%. Nilai KZE terlarut yang diperoleh lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah KZE yang terdapat pada TKS yang menurut Guritno et al (1998), bahwa KZE TKS terlarut pada perendaman dingin sebesar 13.61 % dan pada perendaman dingin sebesar 15.71. Hal ini disebabkan adanya proses pulping sehingga zat ekstraktif dari setiap sel larut pada proses perendaman.

Pengurangan kadar zat ekstraktif ini diharapkan dapat memperbaiki sifat fisis mekanis papan gipsum yang dihasilkan. Menurut Sutigno (2000) dalam Effendi (2005) bahwa, gula atau zat ekstraktif lainnya dapat menghalangi perekat untuk bereaksi dengan komponen dalam dinding sel dari kayu seperti selulosa. Makin banyak zat ekstraktif dalam suatu kayu, maka makin banyak pula pengaruhnya terhadap keteguhan rekat. Maloney (1993) dalam Effendi (2005) menambahkan, bahwa zat ekstraktif berpengaruh terhadap konsumsi perekat dan daya tahan papan partikel yang dihasilkan .

Pengujian Sifat Fisis dan Sifat Mekanis Papan Gipsum

Papan gipsum yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah papan gipsum dengan bahan dasar gipsum dengan penambahan air, katalis dan serat tandan kosong sawit melalui berbagai perlakuan percobaan, antara lain, perendaman partikel dan kadar gipsum. Papan gipsum selanjutnya diuji untuk mengetahui sifat fisis dan mekanisnya. Data hasil pengujian dianalisa dengan analisis statistik, kemudian dibandingkan dengan beberapa standar yang digunakan untuk papan gipsum, yaitu SNI 03-2105-1996 dan JIS A 5908-2003

Gambar 8. Papan Gipsum Yang Dihasilkan Pada Penelitian

Pengujian Sifat Fisis Papan Gipsum

Sifat fisis papan gipsum TKS yang diuji antara lain, kadar air, kerapatan, pengembangan tebal dan daya serap air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan terhadap masing-masing sifat fisis papan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor perlakuan, yaitu faktor perendaman partikel dan kadar gipsum. Perlakuan bahan yang diberikan dibedakan antara tanpa perendaman partikel dan dengan perendaman partikel selama 24 jam. Kadar gipsum yang digunakan divariasikan antara kadar gipsum 90%, 85%, dan 80%. Nilai rata-rata pengujian sifat fisis papan gipsum disajikan pada tabel 9 berikut.

Tabel 9. Nilai Rata-Rata Sifat Fisis Papan Gipsum

Perlakuan Bahan Kadar Gipsum KA Kr PT 2 Jam PT 24 Jam DSA 2 Jam DSA 24 Jam G1 10,93 1,05 1,71 2,58 26.91 27.59 K G2 8,82 1.04 1,11 1,94 27.25 28.19 G3 9,02 1,05 1,36 2,74 27.36 27.70

G1 7,71 1,17 1,49 2,25 41.17 22.91

D G2 8,01 1,18 2,73 3,21 40.80 22.34

G3 9,06 1.06 0,85 2,26 30.81 32.19 Keterangan:

K = Tanpa perendaman (kontrol) KA = Kadar Air (%) G = Dengan perendaman Kr = Kerapatan (gr/cm3) G1 = Kadar gipsum 90% PT = Pengembangan tebal (%) G2 = Kadar gipsum 85% DSA = Daya serap air (%) G3 = Kadar gipsum 80%

Kerapatan

Data hasil pengujian kerapatan papan gipsum yang dihasilkan pada penelitian ini tersaji pada lampiran 1. Grafik nilai rata-rata kerapatan papan gipsum dengan beberapa faktor perlakuan disajikan pada gambar 9. Nilai rata-rata kerapatan papan gipsum yang dihasilkan berkisar 1.04-1.18 gr/cm3. Pada gambar 9 dapat diamati bahwa kerapatan papan gipsum hasil pengujian nilainya berbeda-beda, namun selisih angkanya tidak terlalu jauh. Papan gipsum yang memiliki kerapatan terendah (1.04 gr/cm3) adalah papan dengan kadar gipsum 85% dengan partikel tanpa mengalami perlakuan perendaman. Kerapatan tertinggi (1.18 gr/cm3) diperoleh dari papan gipsum dengan kadar gipsum 85% yang mengalami perlakuan perendaman.

Dari gambar 9 dapat dilihat kecenderungan bahwa nilai kerapatan papan gipsum dengan perlakuan perendaman partikel memiliki nilai yang lebih besar bila dibandingkan dengan papan gipsum tanpa perlakuan perendaman partikel.

Hal ini sesuai dengan Sutigno (2000) dalam Effendi (2005) bahwa, gula atau zat ekstraktif lainnya dapat menghalangi perekat untuk bereaksi dengan komponen dalam dinding sel dari kayu seperti selulosa. Makin banyak zat ekstraktif dalam suatu kayu, maka makin banyak pula pengaruhnya terhadap keteguhan rekat. Artinya, perlakuan perendaman mengakibatkan zat ekstraktif pada partikel berkurang, sehingga perekat gipsum dapat masuk kedalam dinding sel mengantikan zat ekstraktif, sehinga papan gipsum yang dihasilkan memiliki kerapatan yang lebih tinggi. Pizzi (1983) dan Ernawati (1996) dalam Silaban (2006) menambahkan bahwa waktu kempa mempengaruhi terbentuknya ikatan rekat, karena makin lama waktu kempa akan membantu penetrasi perekat dengan baik ke dalam sel-sel kayu (bahan berlignoselulosa).

1.05 1.17 1.04 1.18 1.051.06 0.95 1.00 1.05 1.10 1.15 1.20 (gr/cm3) 90% 85% 80% Kadar Gipsum Kerapatan (gr/cm3) Kontrol Dingin

Gambar 9. Grafik Nilai Kerapatan Papan Gipsum

Nilai kerapatan papan gipsum dengan berbagai variasi kadar gipsum tidak jauh berbeda pada setiap perbandingan gipsum dengan partikel (kadar gipsum). Hasil analisis keragaman kerapatan (Lampiran 8.) menunjukkan bahwa faktor perlakuan perendaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap kerapatan

papan gipsum yang dihasilkan. Namun, faktor variasi kadar gipsum dan interaksi antara kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Berdasarkan hasil uji jarak Duncan (Lampiran 9.) kerapatan yang diperoleh untuk papan gipsum dengan perlakuan perendaman partikel tidak berbeda nyata dengan kerapatan papan gipsum tanpa perlakuan perendaman partikel. Hal ini disebabkan nilai kerapatan yang diperoleh untuk papan gipsum dengan perlakuan perendaman partikel tidak berbeda jauh dengan kerapatan gipsum tanpa perlakuan perendaman partikel.

Kualitas papan gipsum yang dihasilkan dalam penelitian jika dibandingkan dengan standar papan partikel yang telah ada, yaitu standar SNI 03-2105-1996 dan JIS A 5908-2003, menunjukkan bahwa kerapatan papan gipsum pada hasil penelitian ini (1.04-1.18 gr/cm3) tidak memenuhi standar SNI 03-2105-1996 (0.5-0.9 gr/cm3) dan JIS A 5908-2003 (0.4-0.9 gr/cm3).

Kadar Air (KA)

Data hasil pengujian kadar air papan gipsum yang dihasilkan pada penelitian ini tersaji pada lampiran 2. Grafik nilai rata-rata kadar air papan gipsum dengan beberapa faktor perlakuan disajikan pada gambar 10. Nilai rata-rata kadar air papan gipsum yang dihasilkan berkisar 7.71-10.93%. Pada gambar 10 dapat diamati bahwa kadar air papan gipsum hasil pengujian nilainya berbeda-beda, namun selisih angkanya tidak terlalu jauh. Papan gipsum yang memiliki kadar air terendah (7.71%) adalah papan dengan kadar gipsum 90% dengan partikel mengalami perlakuan perendaman partikel. Kadar air tertinggi (10.93%) diperoleh dari papan gipsum dengan kadar gipsum 90% tanpa mengalami perlakuan perendaman partikel.

Berdasarkan nilai rata-rata kadar air yang dihasilkan, dapat dinyatakan bahwa papan gipsum yang dihasilkan tanpa perlakuan perendaman partikel memberikan nilai kadar air yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan papan gipsum yang dihasilkan dengan perlakuan perendaman partikel. Namun disatu sisi, dengan tingginya nilai kadar air ini, papan gipsum yang dihasilkan memerlukan waktu pengeringan yang lebih lama.

10.93 7.63 8.82 8.01 9.02 9.04 0 2 4 6 8 10 12 (%) 90% 85% 80% Kadar Gipsum Kadar Air (% ) Kontrol Dingin

Gambar 10. Grafik Nilai Kadar Air Papan Gipsum

Pada gambar 10 dapat dilihat kecenderungan bahwa nilai kadar air papan gipsum dengan perlakuan tanpa perendaman lebih tinggi dibanding dengan perlakuan perendama pada setiap perbandingan gipsum dengan partikel (kadar gipsum). Papan gipsum dengan perlakuan perendaman partikel memberikan nilai kadar air yang lebih rendah. Larutnya zat ekstraktif setelah perendaman partikel dalam air menyebabkan dinding sel kosong dari zat ekstraktif dan tersubtistusi oleh perekat gipsum. Hal ini sesuai dengan Usia (2006), perendaman dapat menghilangkan atau meminimumkan kandungan pati (zat ekstraktif) pada partikel yang mengakibatkan sifat higroskopis papan menjadi lebih rendah. Rendahnya sifat higroskopis papan ini menyebabkan uap air yang terserap dari lingkungan

sekeliling papan juga akan sedikit sehingga KA papan juga akan rendah. Selain itu, Maloney (1977) dan Kamal (2000) dalam Silaban (2006) menyatakan bahwa nilai kadar air yang bervariasi lebih dipengaruhi oleh kadar air adonan, besarnya tekanan kempa, dan cara pengempaan.

Berdasarkan gambar 10 dapat dilihat kecenderungan bahwa semakin besar perbandingan gipsum dengan partikel (kadar gipsum tinggi) maka kadar air papan gipsum cenderung semakin rendah. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada papan gipsum yang mengalami perlakuan perendaman partikel. Namun pada papan gipsum yang tanpa perlakuan perendaman partikel selisih nilai kadar airnya tidak terlalu jauh.

Nilai kadar air papan gipsum dengan berbagai variasi kadar gipsum tidak jauh berbeda pada setiap perbandingan gipsum dengan partikel (kadar gipsum). Hasil analisis keragaman kadar air (Lampiran 10.) menunjukkan bahwa faktor perlakuan perendaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air papan gipsum yang dihasilkan. Namun, interaksi antara kedua faktor yaitu, perlakuan perendaman partikel dan variasi kadar gipsum memberikan pengaruh yang berbeda nyata.

Berdasarkan hasil uji jarak Duncan (Lampiran 11.) kadar air yang diperoleh untuk papan gipsum dengan perlakuan perendaman partikel tidak berbeda nyata dengan kadar air papan gipsum tanpa perlakuan perendaman partikel. Hal ini disebabkan nilai kadar air yang diperoleh untuk papan gipsum dengan perlakuan perendaman partikel tidak berbeda jauh dengan kadar air gipsum tanpa perlakuan perendaman partikel. Namun, hasil uji jarak Duncan kadar air yang diperoleh untuk papan gipsum dengan faktor perlakuan perendaman partikel dan variasi

kadar gipsum memberikan hasil yang berbeda nyata. Hal ini disebabkan nilai kadar air yang diperoleh untuk papan gipsum dengan perlakuan perendaman partikel dengan berbagai variasi kadar gipsum memberikan nilai yang berbeda dengan kadar air gipsum tanpa perlakuan perendaman partikel dengan berbagai variasi kadar gipsum.

Kualitas papan gipsum yang dihasilkan dalam penelitian jika dibandingkan dengan standar papan partikel yang telah ada, yaitu standar SNI 03-2105-1996 dan JIS A 5908-2003, menunjukkan bahwa kadar air papan gipsum pada hasil penelitian ini (7.71-10.93%) memenuhi standar SNI 03-2105-1996 (<14%) dan JIS A 5908-2003 (5-13%).

Daya Serap Air

Data hasil pengujian daya serap air papan gipsum yang dihasilkan pada penelitian ini tersaji pada lampiran 3. Grafik nilai rata-rata daya serap air papan gipsum setelah direndam selama 2 dan 24 jam dengan beberapa faktor perlakuan disajikan pada gambar 11 dan 12. Nilai rata-rata daya serap air papan gipsum yang dihasilkan setelah direndam selama 2 jam berkisar 19.97-30.81%, sedangkan nilai rata-rata daya serap air papan gipsum yang dihasilkan setelah direndam selama 24 jam berkisar 22.91-32.91%.

26.91 41.17 27.25 40.80 27.36 30.81 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 (%) 90% 85% 80% Kadar Gipsum Daya Serap Air 2 Jam (% )

Kontrol Dingin

Gambar 11. Grafik Nilai Daya Serap Air selama 2 Jam Papan Gipsum

27.59 22.91 28.19 22.34 27.70 32.19 0 5 10 15 20 25 30 35 (%) 90% 85% 80% Kadar Gipsum Daya Serap Air 24 Jam

Kontrol Dingin

Gambar 12. Grafik Nilai Daya Serap Air selama 24 Jam Papan Gipsum

Pada gambar 11 dan 12 dapat diamati bahwa daya serap air papan gipsum hasil pengujian nilainya berbeda-beda, namun selisih angkanya tidak terlalu jauh. Papan gipsum yang memiliki nilai daya serap air terendah (19.97%) adalah papan gipsum dengan kadar gipsum 85% dengan perlakuan perendaman partikel setelah direndam selama 2 jam. Nilai daya serap air tertinggi (32.19%) diperoleh dari papan gipsum dengan kadar gipsum 80% dengan perlakuan perendaman partikel setelah direndam selama 24 jam.

Menurut Halligan (1970) dalam Purwadi (1993), disamping sifat sorbsi air dari bahan baku kayu yang digunakan dan ketahanan perekat terhadap air, terdapat faktor lain yang mempengaruhi penyerapan air papan partikel, yaitu ;

a. volume ruang kosong yang dapat menampung air di antara partikel,

b. adanya saluran kapiler yang menghubungkan ruang kosong satu sama lainnya,

c. luas permukaan partikel yang tidak dapat ditutupi perekat, dan d. dalamnya penetrasi perekat pada partikel.

Nilai daya serap air yang dihasilkan oleh papan gipsum bervariasi dan nilainya tidak menunjukkan perbedaan yang besar. Hasil analisis keragaman daya serap air (Lampiran 13 dan 14) menunjukkan bahwa faktor perlakuan perendaman, variasi kadar gipsum, dan interaksi diantara kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya serap air papan gipsum.

Kualitas papan gipsum yang dihasilkan dalam penelitian jika dibandingkan dengan standar papan partikel yang telah ada, yaitu standar SNI 03-2105-1996 dan JIS A 5908-2003, menunjukkan bahwa daya serap air papan gipsum pada hasil penelitian ini (19.97-32.19%) tidak dipersyaratkan oleh standar SNI 03-2105-1996 dan JIS A 5908-2003.

Pengembangan Tebal

Data hasil pengujian pengembangan tebal papan gipsum yang dihasilkan pada penelitian ini tersaji pada lampiran 4. Grafik nilai rata-rata pengembangan tebal papan gipsum setelah direndam selama 2 dan 24 jam dengan beberapa faktor perlakuan disajikan pada gambar 13 dan 14. Nilai rata-rata pengembangan tebal papan gipsum yang dihasilkan setelah direndam selama 2 jam berkisar

0.85-2.73%, sedangkan nilai rata-rata pengembangan tebal papan gipsum yang dihasilkan setelah direndam selama 24 jam berkisar 1.94-3.21%.

Pada gambar 13 dan 14 dapat diamati bahwa pengembangan tebal papan gipsum hasil pengujian nilainya berbeda-beda, namun selisih angkanya tidak terlalu jauh. Papan gipsum yang memiliki nilai pengembangan tebal terendah (0.85%) adalah papan gipsum dengan kadar gipsum 80% dengan perlakuan perendaman partikel setelah direndam selama 2 jam. Nilai pengembangan tebal tertinggi (3.21%) diperoleh dari papan gipsum dengan kadar gipsum 85% dengan perlakuan perendaman partikel setelah direndam selama 24 jam.

1.71 1.49 1.11 2.73 1.36 0.85 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 (% ) 90% 85% 80% Kadar Gipsum

Pengembangan Tebal 2 Jam (%)

Kontrol Dingin

2.58 2.25 1.94 3.21 2.92 2.26 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 (% ) 90% 85% 80% Kadar Gipsum

Pengembangan Tebal 24 Jam (%)

Kontrol Dingin

Gambar 14. Grafik Nilai Pengembangan Tebal 24 jam Papan Gipsum Nilai pengembangan tebal yang dihasilkan oleh papan gipsum bervariasi dan nilainya tidak menunjukkan perbedaan yang besar. Hasil analisis keragaman pengembangan tebal (Lampiran 15 dan 16) menunjukkan bahwa faktor perlakuan perendaman, variasi kadar gipsum, dan interaksi diantara kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pengembangan tebal papan gipsum yang dihasilkan. Menurut Haygreen dan Bowyer (1996) pengembangan tebal papan partikel merupakan hasil kombinasi dari pengembangan tebal bahan baku dalam bentuk partikel dan pengembangan akibat usaha pembebasan dari tekanan yang dialami pada waktu pengempaan. Di samping itu dipengaruhi pula oleh nilai kerapatannya. Dengan kerapatan yang lebih tinggi, kemampuan papan tersebut untuk menyerap menjadi lebih berkurang, sehingga pengembangan tebal semakin rendah. Hal ini sesuai dengan Koch (1985) dalam Silaban (2006), bahwa yang mempengaruhi perubahan dimensi panel adalah variabel-variabel pengolahan produk panelnya sendiri seperti kerapatan bahan baku, ketebalan partikel, kadar perekat dan besarnya tekanan yang diberikan pada lapik papan. Selain itu Haygreen dan Bowyer (1996) mengatakan bahwa pengembangan produk panel

berkaitan dengan bahan baku panel itu sendiri, yaitu kemampuan bahan baku tersebut untuk mengikat air.

Kualitas papan gipsum yang dihasilkan dalam penelitian jika dibandingkan dengan standar papan partikel yang telah ada, yaitu standar SNI 03-2105-1996 dan JIS A 5908-2003, menunjukkan bahwa pengembangan tebal papan gipsum pada hasil penelitian ini (0.85-3.21%) memenuhi standar SNI 03-2105-1996 (maks 12%)dan JIS A 5908-2003 (maks 12%).

Sifat Mekanis Papan Gipsum

Sifat mekanis papan gipsum TKS yang diuji antara lain, MOE, MOR, KPS, dan IB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan terhadap masing-masing sifat mekanis papan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor perlakuan, yaitu faktor perendaman partikel dan kadar gipsum. Perlakuan bahan yang diberikan dibedakan antara tanpa perendaman partikel dan dengan perendaman partikel selama 24 jam. Kadar gipsum yang digunakan divariasikan antara kadar gipsum 90%, 85%, dan 80%. Nilai rata-rata pengujian sifat mekanis papan gipsum disajikan pada tabel 10 berikut.

Tabel 10. Nilai Rata-Rata Sifat Mekanis Papan Gipsum Perlakuan Bahan Kadar Gipsum MOE (kg/cm2) MOR (kg/cm2) Kuat pegang sekrup (kg) IB (kg/cm2) G1 91.45 14.61 10.92 0.88 K G2 121.58 26.13 12.77 0.63 G3 51.26 12.54 16.04 0.67 G1 209.5 28.9 6.16 1.43 D G2 121.38 27.23 20.36 0.98 G3 155.3 37.54 49.21 0.83

Modulus Elastisitas (Modulus of Elasticity)

Keteguhan lentur (kekakuan) merupakan ukuran ketahanan papan menahan beban sebelum patah (sampai batas proporsi). Semakin tinggi nilai keteguhan lentur, maka benda semakin elastis. Data hasil pengujian MOE papan gipsum yang dihasilkan pada penelitian ini tersaji pada lampiran 5. Grafik nilai rata-rata MOE papan gipsum dengan beberapa faktor perlakuan disajikan pada Gambar 15. Nilai rata-rata MOE papan gipsum yang dihasilkan berkisar 51.26-209.5 kg/cm2.

Pada Gambar 15 dapat diamati bahwa MOE papan gipsum hasil pengujian nilainya berbeda-beda, namun selisih angkanya tidak terlalu jauh. Papan gipsum yang memiliki MOE terendah (51.26 kg/cm2) adalah papan gipsum dengan kadar gipsum 80% dengan partikel tanpa mengalami perlakuan perendaman. MOE tertinggi (209.5 kg/cm2) diperoleh dari papan gipsum dengan kadar gipsum 90% yang mengalami perlakuan perendaman partikel.

91.45 209.5 121.58 146.87 51.26 155.3 0 50 100 150 200 250 (kg/cm2) 90% 85% 80% Kadar Gipsum MOE (kg/cm2) Kontrol Dingin

Gambar 15. Grafik Nilai Modulus Elastisitas (MOE) Papan Gipsum

Dari Gambar 15 dapat dilihat kecenderungan bahwa nilai MOE papan gipsum dengan perlakuan perendaman partikel memiliki nilai yang lebih besar bila dibandingkan dengan papan gipsum tanpa perlakuan perendaman partikel. Hal ini

sesuai dengan Sutigno (2000) dalam Effendi (2005) bahwa, gula atau zat ekstraktif lainnya dapat menghalangi perekat untuk bereaksi dengan komponen dalam dinding sel dari kayu seperti selulosa. Makin banyak zat ekstraktif dalam suatu kayu, maka makin banyak pula pengaruhnya terhadap keteguhan rekat. Artinya, perlakuan perendaman mengakibatkan zat ekstraktif pada partikel berkurang, sehingga perekat gipsum dapat masuk kedalam dinding sel mengantikan zat ekstraktif, sehinga papan gipsum yang dihasilkan memiliki nilai MOE yang lebih tinggi. Maloney (1997) dalam Purwadi (1993) menambahkan, kekuatan papan partikel pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan ikatan dan kekuatan masing-masing partikel yang menyusunnya. Menurut Koch (1985) dan Dewi (2001) dalam Silaban (2006), faktor yang mempengaruhi nilai MOE papan semen adalah berat jenis (BJ) bahan baku, geometri dan orientasi serat, kadar perekat, kadar air lapik serta prosedur kempa. Eusobio et al. (1990) dalam Aulia (2006) menyatakan bahwa perendaman partikel dalam air sebelum dibuat papan dapat meningkatkan sifat kekuatan papan gipsum yang dihasilkan. Perendaman partikel selama 24 jam dalam air akan mengurangi kadar ekstraktif dan kadar gipsum yang tinggi menyebabkan gipsum mudah berpenetrasi ke dalam rongga sel sehingga ikatan menjadi kuat.

Nilai MOE papan gipsum dengan berbagai variasi kadar gipsum tidak jauh berbeda pada setiap perbandingan gipsum dengan partikel (kadar gipsum). Hasil analisis keragaman MOE (Lampiran 17.) menunjukkan bahwa faktor perlakuan perendaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap MOE papan gipsum yang dihasilkan. Namun, faktor variasi kadar gipsum dan interaksi antara kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Berdasarkan hasil uji jarak Duncan (Lampiran 18.) MOE yang diperoleh untuk papan gipsum dengan perlakuan perendaman partikel tidak berbeda nyata dengan MOE papan gipsum tanpa perlakuan perendaman partikel. Hal ini disebabkan nilai MOE yang diperoleh untuk papan gipsum dengan perlakuan perendaman partikel tidak berbeda jauh dengan MOE gipsum tanpa perlakuan perendaman partikel.

Kualitas papan gipsum yang dihasilkan dalam penelitian jika dibandingkan dengan standar papan partikel yang telah ada, yaitu standar SNI 03-2105-1996 dan JIS A 5908-2003, menunjukkan bahwa MOE papan gipsum pada hasil penelitian ini (51.26-209.5 kg/cm2) tidak memenuhi standar SNI 03-2105-1996 (min 15000 kg/cm2) dan JIS A 5908-2003 (min 20000 kg/cm2).

Modulus Patah (Modulus of Rupture)

Keteguhan patah menunjukan beban maksimum yang dapat ditahan oleh benda. Data hasil pengujian MOR papan gipsum yang dihasilkan pada penelitian ini tersaji pada lampiran 5. Grafik nilai rata-rata MOR papan gipsum dengan beberapa faktor perlakuan disajikan pada Gambar 16. Nilai rata-rata MOR papan gipsum yang dihasilkan berkisar 12.54-37.54 kg/cm2. Pada Gambar 16 dapat diamati bahwa MOR papan gipsum hasil pengujian nilainya berbeda-beda, namun selisih angkanya tidak terlalu jauh. Papan gipsum yang memiliki MOR terendah (12.54 kg/cm2) adalah papan gipsum dengan kadar gipsum 80% dengan partikel tanpa mengalami perlakuan perendaman. MOR tertinggi (37.54 kg/cm2) diperoleh

dari papan gipsum dengan kadar gipsum 80% yang mengalami perlakuan perendaman partikel. 14.61 28.9 26.1327.23 12.54 37.54 -5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 (kg/cm2) 90% 85% 80% Kadar Gipsum(kg/cm2) MOR (kg/cm2) Kontrol Dingin

Gambar 16. Grafik Nilai Modulus Patah (MOR) Papan Gipsum

Dari Gambar 16 dapat dilihat kecenderungan bahwa nilai MOR papan gipsum dengan perlakuan perendaman partikel memiliki nilai yang lebih besar bila dibandingkan dengan papan gipsum tanpa perlakuan perendaman partikel. Hal ini sesuai dengan Sutigno (2000) dalam Effendi (2005) bahwa, gula atau zat ekstraktif lainnya dapat menghalangi perekat untuk bereaksi dengan komponen dalam dinding sel dari kayu seperti selulosa. Makin banyak zat ekstraktif dalam suatu kayu, maka makin banyak pula pengaruhnya terhadap keteguhan rekat. Maloney (1997) dalam Purwadi (1993) menyatakan, kekuatan papan partikel pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan ikatan dan kekuatan masing-masing partikel yang menyusunnya. Eusobio et al. (1990) dalam Aulia (2006) menambahkan bahwa perendaman partikel dalam air sebelum dibuat papan dapat meningkatkan sifat kekuatan papan gipsum yang dihasilkan. Perendaman partikel selama 24 jam dalam air akan mengurangi kadar ekstraktif. Sedangkan pemberian kadar gipsum

yang tinggi menyebabkan gipsum mudah berpenetrasi ke dalam rongga sel sehingga ikatan menjadi kuat.

Nilai MOR papan gipsum dengan berbagai variasi kadar gipsum tidak jauh berbeda pada setiap perbandingan gipsum dengan partikel (kadar gipsum). Hasil analisis keragaman MOR (Lampiran 19.) menunjukkan bahwa faktor perlakuan perendaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap MOR papan gipsum yang dihasilkan. Namun, faktor variasi kadar gipsum dan interaksi antara kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Berdasarkan hasil uji jarak Duncan (Lampiran 20.) MOR yang diperoleh untuk papan gipsum dengan perlakuan perendaman partikel tidak berbeda nyata dengan MOR papan gipsum tanpa perlakuan perendaman partikel. Hal ini disebabkan nilai MOR yang diperoleh untuk papan gipsum dengan perlakuan perendaman partikel tidak berbeda jauh dengan MOR gipsum tanpa perlakuan perendaman partikel.

Kualitas papan gipsum yang dihasilkan dalam penelitian jika dibandingkan dengan standar papan partikel yang telah ada, yaitu standar SNI 03-2105-1996 dan JIS A 5908-2003, menunjukkan bahwa MOR papan gipsum pada hasil penelitian ini (12.54-37.54 kg/cm2) tidak memenuhi standar SNI 03-2105-1996 (min 80 kg/cm2) dan JIS A 5908-2003 (min 80 kg/cm2).

Kuat Pegang Sekrup (Screw Holding Power)

Data hasil pengujian kuat pegang sekrup (KPS) papan gipsum yang dihasilkan pada penelitian ini tersaji pada lampiran 5. Grafik nilai rata-rata KPS

Dokumen terkait