• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Intensitas Serangan Hama PBKo Hypothenemus hampeii di Kabupaten Tapanuli Utara

Rataan Persentase Intensitas Serangan di Kabupaten Tapanuli Utara sangat beragam. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.

Tabel 1. Rataan persentase intensitas serangan hama PBKo di Kabupaten Tapanuli Utara

No. Desa Kecamatan Total Rata-rata

1 Huta Ginjang Muara 43.16 8.63

2 Aritonang Muara 169.27 33,854

3 Lumban Sormin Pangaribuan 65,92 13,184

4 Sibingke Pangribuan 64.43 12.886

5 Pasar Siborongborong Siborongborong 49.28 9.856 6 Parik Sabungan Siborongborong 30.23 6.046

7 Aek Nauli IV Sipahutar 60.94 12.188

8 Siabal Abal V Sipahutar 98.25 19.65

Total 581.48 116.296

Rata-rata 72.685 14.537

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa rataan intensitas serangan (I) di Kabupaten Tapanuli Utara bervariasi, dimana rataan intensitas serangan hama PBKo di Kabupaten simalungun berkisar antara 6,046% - 33,854% Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keberagaman intensitas serangan sangat tinggi hingga mencapai selisih 40%. Hal ini disebabkan oleh daerah pengambilan sampel yang beragam dan luas sehingga menyebabkan keberagaman intensitas serangan semakin tinggi.

intensitas serangan tertinggi terdapat di desa Aritonang Kecamatan Muara dengan intensitas Serangan Sebesar 33,854%. Sedangkan intensitas serangan terendah terdapat di desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong dengan intensitas serangan sebesar 6,046%. Hal ini dapat dilihat pada (Gambar 7)

yaitu Histogram Rataan Gabungan Intensitas Serangan di Kabupaten Tapanuli Utara.

Gambar 7 : Histogram Rataan Gabungan Intensitas Serangan di Kabupaten Tapanuli Utara

Berdasarkan gambar yang ditampilkan dapat terlihat jelas bahwa intensitas serangan sangat signifikan pada desa Aritonang, sedangkan untuk desa lainnya tidak terlalu signifikan, karena tidak ada perbedaan tingkat intensitas serangan yang tinggi pada desa lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena adanya pengaruh ketinggian tempat dalam pengambilan sampel, dimana ketinggian tempat pada desa Aritonang mencapai 988 mdpl sedangakan desa lainnya berkisar antara 1000-1500 mdpl. Hal ini sesuai dengan Syahnen et al (2010) Serangan hama PBKo cukup tinggi pada daerah dengan ketinggian <1.500 m dpl sedangkan pada daerah dengan ketinggian >1.500 serangan PBKo rendah, meskipun secara statistik tidak ada pengaruh ketinggian tempat terhadap serangan hama PBKo

Faktor lain yang menyebabkan tinggi rendahnya intensitas intensitas serangan PBKo adalah suhu dan ketinggian tempat. Semakin tinggi suhu suatu daerah, maka semakin baik daya berkembang dari Hama PBKo. Sedangkan

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Intensitas Serangan Hama PBKo

semakin rendah suhu, maka semakin rendah daya berkembang dari Hama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rojas et al (1999) yang menyatakan bahwa. Periode perkembangan PBKo berlangsung 30, 42, dan 49 hari pada suhu masing masing 26, 23.4, dan 28.oC.

Persentase Kehilangan Hasil di Kabupaten Tapanuli Utara

Persentase kehilangan hasil tertinggi terdapat pada buah berwarna merah dan semakin rendah pada buah berwarna kuning dan hijau. Persentasi kehilangan hasil tertinggi terdapat pada buah yang berwarna merah dengan rataan sebesar 10,792 % dan yang terendah berturut-turut pada buah berwarna kuning dan hijau dengan rataan masing-masing sebesar 7,83% dan 6,04%. Hal ini dapat dilihat pada (tabel 2)

Tabel 2. Rataan Persentase Kehilangan Hasil di Kabupaten Tapanuli Utara

No. Desa Kecamatan

Rataan persentase

kehilangan hasil Total Merah Kuning Hijau

1 Huta Ginjang Muara 5,912 5,132 3,846 14,89

2 Aritonang Muara 11,644 9,196 7,278 28,118

3 Lumban Sormin Pangaribuan 10,28 7,948 5,85 24,078 4 Sibingke Pangaribuan 11,124 7,68 6,942 25,746 5 Pasar Siborongborong Siborongborong 12,05 7,478 6,512 26,04 6 Parik Sabungan Siborongborong 11,176 7,85 5,696 24,722 7 Aek Nauli IV Sipahutar 11,398 8,656 4,824 24,878 8 Siabal Abal V Sipahutar 12,752 8,7 7,372 28,824

Total 86,336 62,64 48,32 197,296

Rata-rata 10,792 7,83 6,04 8,2207

Persentase kehilangan hasil tersebut disebabkan sebagian besar serangga PBKo meletakkan telurnya sejak buah masih berwarna hijau (muda) bersamaan dengan berkembangnya PBKo hingga buah kopi berwarna merah. Namun sebagian kecil, terdapat juga serangga yang mulai menggerek buah kopi pada saat buah berwarna kuning dan merah. Hal ini didukung dengan pernyataan Vega et al

(2009), mengenai preferensi warna, studi laboratorium telah dilakukan dengan menggunakan buah kopi berwarna hijau, kuning, merah, dan hitam. Hasil menunjukkan bahwa preferensi lebig tinggi pada buah kopi berwarna merah dan hitam. Di lapangan, ketika serangga mulai menggerek buah kopi berwarna hijau merupakan satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan hama dalam menggerek namun kandungan bahan kering harus lebih dari 20 %. Dari hasil di laboratorium menunjukkan bahwa preferensi sangat tinggi untuk kopi yang berwarna merah atau hitam, sehingga tidak mungkin untuk memiliki produksi yang signifikan di lapangan, karena pada saat kopi mencapai warna tersebut, kopi telah diserang oleh serangga.

Persentase kehilangan hasil menurut warna buah juga bervariasi. Pada buah berwarna merah, persentase kehilangan hasil tertinggi terdapat pada desa Siabal Abal V Kecamatan Sipahutar sebesar 12,725% dan yang terendah pada desa Huta Ginjang Kecamatan Muara sebesar 5,912%. Pada buah berwarna kuning, persentase kehilangan hasil tertinggi terdapat pada desa Aritonang Kecamatan Muara sebesar 9,196% dan yang terendah pada desa Huta Ginjang Kecamatan Muara sebesar 5,132%. Sedangkan pada buah yang berwarna hijau, persentase kehilangan hasil tertinggi yaitu sebesar 7,372% yaitu pada Desa Siabal Abal V Kecamatan Sipahutar terendah sebesar sebesar 3,846% yaitu pada Desa Huta Ginjang Kecamatan Muara. Berdasarkan data, dapat dilihat bahwa Desa Aritonang Kecamatan Muara dan Desa Siabal Abal V Kecamatan Sipahutar memiliki persentase kehilangan hasil tertinggi pada semua warna buah sedangkan persentase kehilangan hasil terendah terdapat pada Desa Huta Ginjang Kecamatan Muara.

Gambar 8 : Histogram gabungan persentase kehilangan hasil di Kabupaten Tapanuli Utara

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa rataan persentase kehilangan hasil di Kabupaten Tapanuli Utara belum termasuk dalam serangan berat. Hal ini dikarenakan berdasarkan data, rataan persentase kehilangan hasil masih dibawah 20%. Apabila serangan dapat mencapai angka tersebut merupakan serangan yang sudah sangat berat yang dapat menurunkan produksi kopi secara keseluruhan. Arief et al (2011) menyatakan bahwa, serangan PBKo dapat menurunkan mutu kopi dan penurunan produksi hingga 20 – 30% bahkan tidak jarang petani yang gagal panen. Maka dibutuhkan pengendalian untuk daerah yang telah terserang hama dan kehilangan hasil mencapai >10% yaitu pada Desa Aritonang, Desa Lumban Sormin, Desa Sibingke, Desa Pasar Siborongborong, Desa Parik Sabungan, Desa Aek Nauli IV, Desa Siabal Abal V. Hal ini sesuai dengan Literatur Prastowo et al (2010) yang menyatakan Pengendalian harus dilakukan bila intensitas serangan >10%.

0 2 4 6 8 10 12 14 merah kuning hijau

Persentase Kepadatan Populasi di Kabupaten Tapanuli Utara

Persentase kepadatan populasi di Kabupaten Tapanuli Utara menunjukkan bahwa kepadatan populasi di Kabupaten Tapanuli Utara sangat beragam. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah populasi hama yang terdapat pada masing-masing desa yaitu antara 2,28 – 62,28. Data ini menunjukkan bahwa selisih perbedaan jumlah populasi yang sangat tinggi yaitu sekitar 60 sehingga semakin tinggi juga jumlah populasi rata-rata. Hal ini dapat dilihat pada (tabel 3).

Tabel 3. Persentase Kepadatan Populasi di Kabupaten Tapanuli Utara

No. Desa Kecamatan

Rataan Kepadatan

Populasi Total

Merah Kuning Hijau

1 Huta Ginjang Muara 15,16 9,68 4,68 29,52

2 Aritonang Muara 45,64 32,88 16,76 95,28

3 Lumban Sormin Pangaribuan 31,04 24,52 8,2 63,76 4 Sibingke Pangaribuan 40,8 22,4 10,08 73,28 5

Pasar

Siborongborong Siborongborong 10,44 6,04 2,28 18,76 6 Parik Sabungan Siborongborong 9,4 5,92 3,56 18,88 7 Aek Nauli IV Sipahutar 46,44 41,32 5,84 93,6 8 Siabal Abal V Sipahutar 62,28 48,28 5,72 116,28

Total 261,2 191,04 57,12 509,36

Rata-rata 32,65 23,88 7,14 21,22333

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah kepadatan populasi hama di Kabupaten Tapanuli Utara sangat beragam. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah hama yang berkembang biak pada masing- masing buah dapat berbeda-beda. Selain itu, stadia serangga juga berpengaruh terhadap jumlah hama yang terdapat pada masing-masing buah kopi.

Faktor stadia serangga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan jumlah populasi hama berbeda-beda. Pada buah berwarna merah, stadia larva menjadi yang paling tinggi yaitu sekitar 11,2 dan yang terendah pada stadia pupa yaitu sekitar 4,45 (lampiran 3.1). Pada buah berwarna kuning, stadia larva juga

menjadi stadia dengan jumlah populasi tertinggi yaitu 9,11 dan yang terendah terdapat pada stadia pupa dengan jumlah sekitar 3,44 (lampiran 3.2). Sedangkan pada buah yang berwarna hijau, stadia telur memiliki jumlah populasi yang lebih besar, yaitu 2,96 dan yang terendah pada stadia 0,88 (lampiran 3.3). Pada fase buah merah, jumlah larva sangat tinggi karena pada saat tersebut, populasi hama sudah benar-benar banyak dan menggerek buah dalah jumlah yang tinggi. Jumlah stadia selanjutnya diikuti oleh fase telur, imago dan pupa. Begitu juga dengan buah yang berwarna kuning, dimana stadia larva menjadi yang tertinggi, namun mengalami penurunan jumlah apabila dibandingkan stadia larva pada buah berwarna merah. Data selanjutnya diikuti oleh stadia telur, imago dan pupa. Sedangkan pada buah berwarna hiaju, stadia telur menjadi yang tertinggi, kemudian diikuti oleh stadia larva, imago dan pupa. Pada buah berwarna hijau, jumlah telur lebih banyak. Hal ini disebabkan karena pada saat buah masih hijau, hama masih memulai untuk menggerek dengan meletakkan telur pada buah kopi yang selanjutnya akan berkembang menjadi imago baru di dalam buah. Kemudian buah kopi yang telah digerek menjadi buah kopi yang berwarna kuning, kemudian berkembang lagi menjadi buah berwarna merah. Sehingga pada buah berwarna kuning dan merah berturut-turut, diketahui bahwa fase telur bukan menjadi stadia serangga dengan populasi terbanyak, tetapi stadia larva. Hal ini sesuai dengan literatur Vega et al (2009) yang menyatakan bahwa mengenai preferensi warna, studi laboratorium telah dilakukan dengan menggunakan buah kopi berwarna hijau, kuning, merah, dan hitam. Hasil menunjukkan bahwa preferensi lebig tinggi pada buah kopi berwarna merah. Di lapangan, ketika serangga mulai menggerek buah kopi berwarna hijau merupakan satu faktor yang menentukan tingkat

keberhasilan hama dalam menggerek namun kandungan bahan kering harus lebih dari 20 %. Sehingga tidak mungkin untuk memiliki produksi yang signifikan di lapangan, karena pada saat kopi mencapai warna tersebut, kopi telah diserang oleh serangga.

Dari hasil penelitian dapat juga dilihat bahwa terdapat perbedaan jumlah populasi hama pada masing masing stadia serangga. Jumlah populasi tertinggi terdapat pada stadia larva dengan rata-rata jumlah populasi berkisar antara 11,2 – 2,1 , sedangkan jumlah populasi terendah terdapat pada stadia pupa dengan rata-rata jumlah populasi berkisar antara 4,45 – 0,88. Hal ini dapat dilihat pada (gambar 9).

Gambar 9 : Histogram rataan kepadatan populasi hama PBKo di Kabupaten Tapanuli Utara.

Persentasi kepadatan populasi ini dapat terjadi dikarenakan pada buah yang terserang, kumbang sudah lama berkembang biak dalam buah kopi sehingga telur yang sudah diletakkan sebelumnya sudah berkembang menjadi larva,

0 2 4 6 8 10 12

Imago Pupa Larva Telur

Merah Kuning Hijau

selanjutnya kumbang tetap meletakkan telurnya selama masih ada makanan yang cukup bagi perkembangan serangga.Hal ini sesuai dengen Literatur Vega et al (2009) yang menyebutkan bahwa serangga mulai menusuk buah kopi hijau dan faktor yang menentukan bagi tingkat keberhasilan dalam menggerek adalah kandungan bahan kering, yang harus lebih dari 20 %. Kepadatan populasi pupa dalam buah kopi tergolong rendah dikarenakan belum banyak serangga yang sudah mencapai fase pupa, selain itu disebabkan pupa sudah berganti stadia menjadi imago-imago baru.

Analisis Data (Regresi Linear)

Pengaruh Intensitas Serangan (IS) terhadap Persentase Kehilangan Hasil (PKH)

Hasil Pendugaan model pengaruh intensitas serangan (IS) terhadap persentase kehilangan hasil (PKH). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa R2 pada masing-masing warna buah cukup rendah, yaitu 12,1%, 37,2% dan 31,1%. Hal ini dapat dilihat pada (tabel 4).

Tabel 4. Pengaruh intensitas serangan terhadap persentase kehilangan hasil No. Intensitas Serangan (IS) R Square (R2) Uji F Uji t

1. PKH Merah .121 .398 +

2. PKH Kuning .372 .108 +

3. PKH Hijau .365 .113 +

Tabel di atas dapat menjelaskan bahwa R2 variabel PKH secara bersama-sama mampu menerangkan variasi variable IS 12,1%, 37,2% dan 31,1% dan sisanya berturut-turut sebesar 87,9%, 62,8% dan 68,9%. Disamping itu juga didapat bahwa koefisien regresi pada masing-masing hasil uji F signifikan secara

statistic, dimana nilai sig 0.000 > a = 5%.Tanda koefisien (uji t) adalah positif untuk PKH merah, kuning, dan hijau memberikan arti bahwa pengaruh antara PKH dengan IS bersifat positif, dan koefisien regresi pada masing-masing hasil uji F signifikan secara statistic, dimana nilai sig 0.000 > a = 5%.

Hubungan IS dengan PKH pada buah yang berwarna merah dengan R2 sebesar 12,1% dan uji F pada PKH merah adalah 0,398. Hal ini menunjukkan bahwa IS dan PKH pada buah warna merah memiliki sifat yang positif, dan koefisien regresinya signifikan secara statistik. Dapat dilihat pada (Gambar 10).

Gambar 10. Hubungan intensitas serangan dengan kehilangan hasil pada buah berwarna merah

Hubungan IS dengan PKH pada buah yang berwarna kuning dengan R2 sebesar 37,2%, dan uji F pada PKH kuning adalah 0,108. Hal ini menunjukkan bahwa IS dan PKH pada buah warna kuning memiliki sifat yang positif, dan koefisien regresinya signifikan secara statistik. Dapat dilihat pada (Gambar 11).

Y = 47,901 + 0,030 X

R2= 0,121 (y)

Gambar 11. Hubungan intensitas serangan dengan kehilangan hasil pada buah berwarna kuning

Hubungan intensitas serangan dengan kehilangan hasil pada buah yang berwarna hijau. Dapat dilihat pada (Gambar 12).

Gambar 12. Hubungan intenistas serangan dengan kehilangan hasil pada buah (x) (x) ( y) Y = 12,031 – 0,284 X R2= 0,365 Y = 32,885 + 0,086 X R2= 0,372 (y)

warna hijau

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa hubungan IS dan PKH meiliki R2 sebesar 36,5%dan uji F pada PKH hijau adalah 0,113. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas serangan dan kehilangan hasil pada buah warna hijau memiliki sifat yang positif, dan koefisien regresinya signifikan secara statistik.

Faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan yang bersifat positif ini adalah faktor stadia serangga yang terdapat di dalam buah kopi, dimana pada berbagai warna buah sudah terdapat banyak serangan hama ini. Pada fase bertelur serangga mulai meletakkan telur pada buah yang masih berwarna hijau, selanjutnya telur-telur tersebut akan menetas, sementara kondisi buah sudah berubah menjadi warna kuning, dimana hama tersebut sudah berkembang menjadi larva dan pupa. Pada saat buah berwarna merah dapat ditemukan serangga yang sudah dewasa bahkan lebih dari satu. Hal ini juga menunjukkan bahwa tinggi rendahnya persentase IS memiliki pengaruh yang kuat terhadap PKH.

Pengaruh Intensitas Serangan (IS) terhadap Kepadatan Populasi (KP)

Hasil pendugaan model “ pengaruh intensitas serangan (IS) terhadap kepadatan populasi (KP)” adalah R2 pada masing masing warna buah yaitu 40,9%, 34,1% dan 73,9%. Hal ini dapat dilihat pada (Tabel 5)

Tabel 5. Pengaruh intensitas serangan terhadap kepadatan populasi

No. Intensitas Serangan (IS) RSquare (R2) Uji F Uji t

1. KP Merah .409 4.157 +

2. KP Kuning .341 3.108 +

Tabel di atas dapat menjelaskan bahwa R2 variabel persentase KP secara bersama-sama mampu menerangkan variasi variable IS 40,9%, 34,1% dan 73,9% dan sisanya berturut-turut sebesar 59,1%, 65,9% dan 26,1%. Disamping itu juga didapat bahwa koefisien regresi pada masing-masing hasil uji F berbeda-beda, dan semuanya signifikan secara statistik, dimana nilai sig 0.000 > a = 5%, yaitu pada KP buah warna hijau sebesar 16,970, 4.157 dan 3,108. Tanda koefisien (uji t) yang positif untuk KP merah, kuning dan hijau memberikan arti bahwa pengaruh antara KP dengan IS bersifat positif.

Hubungan IS dengan KP pada buah yang berwarna merah dengan R2 sebesar 40,9% dan uji F pada KP merah adalah 4,157. Hal ini menunjukkan bahwa IS dan KP pada buah yang berwarna merah memiliki sifat yang positif, dan koefisien regresinya signifikan secara statistik. Hal ini dapat dilihat pada (Gambar 13).

Gambar 13. Hubungan intensitas serangan dengan kepadatan populasi hama pada buah berwarna merah

(y)

(x)

Y = 12,031 + 0,284 X

Hubungan IS dengan KP pada buah yang berwarna kuning dapat dilihat pada (Gambar 14).

Gambar 14. Hubungan intensitas serangan dengan kepadatan populasi hama pada buah berwarna kuning

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa R2 sebesar 34,1% dan uji F pada KP kuning adalah 3,108. Hal ini menunjukkan bahwa IS dan KP pada buah yang berwarna kuning memiliki sifat yang positif, dan koefisien regresinya signifikan secara statistik.

Hubungan IS dengan KP pada buah yang berwarna hijau dengan R2 sebesar 73,9% dan uji F pada KP hijau adalah 16,970. Hal ini menunjukkan bahwa IS dan KP pada buah yang berwarna hijau memiliki sifat yang positif, dan koefisien regresinya signifikan secara statistik. Hal ini dapat dilihat pada (Gambar 15).

(y)

(x)

Y = 8,240 + 0,215 X

Gambar 15. Hubungan intensitas serangan dengan kepadatan populasi hama pada buah berwarna hijau.

Dalam hal ini, tinggi rendahnya KP serangga pada berbagai warna buah akan mempengaruhi IS, semakin tinggi KP maka semakin tinggi IS dan begitu pula sebaliknya.

Pengaruh Kepadatan Populasi (KP) terhadap Persentase Kehilangan Hasil (PKH)

Hasil pendugaan model “ pengaruh kepadatan populasi (KP) terhadap persentase kehilangan hasil (PKH)” dapat diketahui bahwa pada Analisis ini menunjukkan variable PKH merah, kuning, dan hijau mampu menerangkan variasi variable pendapatan sebesar 20,6 %, 43,6 %, 21,1% dan sisanya sebesar 79,4 %, 56,4 %, 28,9 %, dan berdasarkan uji F yang telah dilakukan, diperoleh nilai F hitung yang tidak signifikan (signifikansi sebesar 0,019 > 0,05). Hal itu dapat dilihat pada (Tabel 6).

(y)

(x)

Y = 0,577 + 0,090 X

Tabel 6. Pengaruh kepadatan populasi (KP) terhadap persentase kehilangan hasil (PKH).

No. Kepadatan Populasi R Square (R2) Uji F Uji t

1. PKH Merah .206 1.552 +

2. PKH Kuning .436 4.634 +

3. PKH Hijau .211 1.604 +

Hubungan antara KP dan PKH pada buah yang berwarna merah dengan R2 sebesar 20,6% dan uji F pada KP merah adalah 1,552. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu KP sebagai variabel bebas dan PKH sebagai variabel terikat. Hal ini menunjukkan bahwa KP dan PKH pada buah yang berwarna merah memiliki sifat yang positif, dan koefisien regresinya signifikan secara statistik. Hal ini dapat dilihat pada (Gambar 16).

Gambar 16. Hubungan kepadatan populasi hama dengan kehilangan hasil pada buah berwarna merah

(y)

(x)

Y = 45,965 + 0,245 X

Hubungan antara KP dan PKH pada buah yang berwarna kuning dapat dilihat pada (Gambar 17).

Gambar 17. Hubungan kepadatan populasi hama dengan kehilangan hasil pada buah berwarna kuning.

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa Hubungan antara KP dan PKH pada buah yang berwarna kuning dengan R2 43,6% dan uji F pada KP kuning adalah 4,634. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu KP sebagai variabel bebas dan PKH sebagai variabel terikat. Hal ini menunjukkan bahwa KP dan PKH pada buah yang berwarna kuning memiliki sifat yang positif, dan koefisien regresinya signifikan secara statistik.

Hubungan antara KP dan PKH pada buah yang berwarna hijau dengan R2 sebesar 21,1% dan uji F pada KP hijau adalah 1,604. Hal ini dapat dilihat pada (Gambar 18)

(y)

(x)

Y = 33,103 – 0,253 X

Gambar 18. Hubungan kepadatan populasi hama dengan kehilangan hasil pada buah berwarna hijau.

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu KP sebagai variabel bebas dan PKH sebagai variabel terikat. Hal ini menunjukkan bahwa KP dan PKH pada buah yang berwarna hijau memiliki sifat yang positif, dan koefisien regresinya signifikan secara statistik.

Berdasarkan gambar yang menunjukkan hubungan antara KP dan PKH. Dimana Tanda koefisien (uji t) positif untuk KP merah, KP kuning, dan KP hijau dengan PKH merah, PKH kuning, dan PKH hijau bersifat positif, semakin tinggi KP merah, KP kuning, dan KP hijau maka semakin tinggi PKH merah, PKH kuning, dan PKH hijau begitu juga sebaliknya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan yang bersifat positif pada semua analisis regresi KP tehadap PKH pada buah berwarna merah, kuning dan

(y)

(x)

Y = 25,781 – 0,619 X

hijau dapat disebabkan oleh faktor stadia serangga yang terdapat di dalam buah kopi. Pada buah berwarna hijau, KP cukup rendah dan bertahap ke buah warna kuning dan merah semakin meningkat, dan hal ini diikuti oleh PKH yang sangat beragam. Hal ini juga didukung oleh, jumlah hama yang terdapat pada buah kopi yang berwana hijau sejalan juga dengan PKH, dan memiliki keberagaman yang tinggi terhadap jumlah populasi hama. Selain itu, faktor stadia serangga juga sangat menentukan, KP yang tinggi tentu saja akan menimbulkan kehilangan hasil yang tinggi, hal ini juga dapat dilihat dari jumlah populasi yang tertinggi pada saat menyerang buah kopi yaitu pada fase larva yang terbanyak menyerang buah pada semua warna buah, sehingga KP hama yang tinggi akan menyebabkan PKH yang tinggi.

Dokumen terkait