• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan Percobaan yang telah dilakukan, respon fisiologis ikan baung yang dipelihara pada osmolaritas media berbeda diekspresikan dengan nilai dari gradien osmotik, konsumsi oksigen, kadar glukosa darah, retensi protein, retensi energi, sintasan, laju pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan.

Gradien Osmotik

Hasil pengukuran Gradien osmotik pada benih ikan baung selama percobaan disajikan pada Tabel 2. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa osmolaritas media (salinitas) memberi pengaruh yang nyata terhadap gradien osmotik benih ikan baung (p<0,05). Gradien osmotik paling rendah adalah pada omolaritas media 0,166 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6 ppt (perlakuan C) yakni 0,062 Osmol/kg H2O.

Tabel 2. Nilai gradien osmotik (Osmol/kg H2O) benih ikan baung (Hemibagrus nemurus)pada setiap perlakuan.

Ulangan Osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2 0,087 Osmol/kg H O 2 0,166 O Osmol/kg H2 0,241 Osmol/kg H O 2O 0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt 1 0,314 0,230 0,060 0,076 2 0,335 0,222 0,056 0,104 3 0,330 0,227 0,069 0,100 Rata-rata 0,326±0,011a 0,226±0,004a 0,062±0,007b 0,093±0,015b Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menujukkan

perbedaan yang nyata ( p< 0,05)

Kurva respon Gradien osmotik benih ikan baung terhadap salinitas media berbentuk kuadratik dengan persamaan Y= 0,3405 – 0,06602 X + 0,0044472 X2 dengan r = 0,94 ; Y = gradien osmotik dan X = salinitas. Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa gradien osmotik terendah adalah 0,072 Osmol/kg

H2O yakni pada osmolaritas 0,206 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 7,5 ppt.

Gambar 3. Kurva respon Gradien osmotik ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada salinitas media berbeda.

Tingkat Konsumsi Oksigen

Hasil pengukuran tingkat konsumsi oksigen benih baung pada setiap perlakuan selama percobaan disajikan pada Tabel 3 dan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 11. Hasil tingkat konsumsi Oksigen tertinggi adalah pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 0 ppt sebesar 1,18 ± 0,17 mg O2/g/jam dan konsumsi oksigen terendah pada osmolaritas 0,166 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6 ppt sebesar 0,47 ± 0,06 mg O2/g/jam. Berdasarkan hasil analisa ragam dengan tingkat kepercayaan (p<0,05) menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pengaruh osmolaritas media atau salinitas media terhadap tingkat konsumsi oksigen pada benih baung.

Y= 0,3405 – 0,066 x + 0,0045 x2 r = 0,94

Tabel 3. Nilai tingkat konsumsi oksigen (mg O2

Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata ( p<0,05)

/g/jam) benih ikan baung pada setiap perlakuan.

Kurva respon tingkat konsumsi oksigen disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa kurva respon nilai tingkat konsumsi oksigen pada salinitas media yang berbeda berbentuk kuadratik dengan persamaan Y= 1,196 – 0,2049 X + 0,01528 X2 dan nilai r = 0,98; Y = Tingkat konsumsi oksigen dan X= Salinitas media. Berdasarkan persamaan tersebut diketahui bahwa nilai minimum konsumsi oksigen adalah 0,49 mgO2/g/jam dicapai pada osmolaritas media 0,185 atau setara dengan salinitas 6,7 ppt.

Gambar 4. Kurva respon tingkat konsumsi oksigen ikan baung (Hemibagrus nemueus) pada salinitas berbeda.

Ulangan Osmolaritas Media 0,001 Osmol/kg H2 0,087 Osmol/kg H O 2 0,166 Osmol/kg H O 2 0,241 Osmol/kg H O 2O 0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt 1 1,35 0,83 0,44 0,63 2 1,00 0,71 0,49 0,59 3 1,18 0,77 0,47 0,61 Rataan 1,18±0,17a 0,77±0,06b 0,47±0,03c 0,61±0,02c Y = 1,196 – 0,2045 x + 0,0153 x2 r =0,98

Kadar Glukosa Darah

Hasil pengukuran kadar glukosa darah benih baung pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel 4 dan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 11. Kadar glukosa darah tertinggi adalah pada Osmolaritas 0,001 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 0 ppt sebesar 53,22 mg/100ml dan terendah adalah pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6 ppt sebesar 38, 20 mg/100ml. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa osmolaritas media berpengaruh terhadap tingkat kadar glukosa darah benih baung pada tingkat kepercayaan (p<0,05).

Tabel 4. Rerata kadar glukosa darah (mg/100ml) benih ikan baung pada setiap perlakuan selama percobaan.

Ulangan Osmolaritas Media 0,001 Osmol/kg H2 0,087 O Osmol/kg H2 0,166 O Osmol/kg H2 0,241 O Osmol/kg H2O 0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt 1 52,82 42,96 38,73 40,14 2 51,75 42,99 37,99 40,20 3 52,42 42,90 37,87 40,12 Rta-rata 52,33±0,54a 42,95±0,05±0,05b 38,20±0,47c 40,15±0,04d Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan

perbedaan yang nyata ( p<0,05)

Kurva respon nilai glukosa darah ikan baung di sajikan pada Gambar 5. Berdasarkan gambar kurva respon tersebut diketahui bahwa respon fisiologis glukosa darah ikan baung berbentuk kuadratik. Persamaan kuadratik nilai glukosa darah adalah Y= 52,43 – 4,210 X + 0,3149 X2.

Berdasarkan persamaan tersebut diketahui bahwa nilai glukosa darah minimal adalah 38,35 mg/100ml yakni pada osmolaritas media 0,185 Osmol/kg H

dengan nilai r = 0,99 ; Y = nilai glukosa darah dan X = salinitas media.

Gambar 5. Kurva respon nilai kadar glukosa darah ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada salinitas berbeda.

Retensi Protein

Retensi Protein benih ikan baung pada setiap perlakuan selama percobaan dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada osmolaritas 0,166 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6 ppt memberikan nilai retensi protein tertinggi yakni 25,73% dan terendah pada osmolariats 0,001 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 0 ppt yakni 8,64%. Hasil analisa sidik ragam (p<0,05) menunjukkan bahwa osmolaritas media memberi pengaruh yang nyata terhadap retensi protein pada benih ikan baung.

Y = 52,43 – 4,210 x + 0,3149 x2

Tabel 5. Retensi protein (%) benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan. Ulangan Osmolaritas Media 0,001 Osmol/kg H2 0,087 O Osmol/kg H2 0,166 Osmol/kg H O 2 0,241 Osmol/kg H O 2O 0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt 1 7,09 11,92 26,94 20,68 2 6,59 13,39 24,05 19,06 3 12,23 9,23 26,19 27,36 8,64±3,12a 11,51±2,11a 25,73±1,50b 22,36±4,40b Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan

perbedaan yang nyata (p<0,05).

Kurva respon nilai retensi protein ikan baung di sajikan pada Gambar 6. Berdasarkan kurva respon tersebut diketahui bahwa respon fisiologis retensi protein ikan baung berbentuk kuadratik. Persamaan kuadratik nilai retensi protein adalah Y= 7,193 + 3,406 X - 0,1733 X2.

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa nilai retensi protein maksimal adalah 23,92% terdapat pada osmolaritas media 0,268 Osmol/kg H

dengan nilai r = 0,88 ; Y = Retensi protein dan X = salinitas media.

2O atau setara dengan salinitas 9,2 ppt.

Gambar 6. Kurva respon nilai Retensi protein ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada salinitas berbeda.

Y=7,193+3,406x – 0,1733x2

Retensi Energi

Retensi Energi benih ikan baung pada setiap perlakuan selama percobaan dapat dilihat pada Tabel 6. Retensi energi benih ikan baung tertinggi yaitu pada osmolaritas 0,166 Osmol/kg H2O setara dengan salinitas media 6 ppt yakni 28,73% dan terendah pada osmolaritas 0,001 Osmol/kg H2O setara dengan salinitas media 0 ppt yakni 14,33%. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa osmolaritas media berpengaruh terhadap retensi energi benih ikan baung (p<0,05).

Tabel 6. Retensi energi (%) benih ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan. Ulangan Osmolaritas Media 0,001 Osmol/kg H2 0,087 Osmol/kg H O 2 0,166 O Osmol/kg H2 0,241 O Osmol/kg H2O 0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt 1 12,94 17,99 28,13 25,41 2 13,03 21,38 28,70 23,98 3 17,02 14,50 29,36 29,82 14,33±2,33a 17,96±3,44a 28,73±0,61b 26,40±3,04b Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan

perbedaan yang nyata (p<0,05).

Kurva respon nilai retensi energi ikan baung di sajikan pada Gambar 7. Berdasarkan kurva respon tersebut diketahui bahwa respon fisiologis retensi energi ikan baung berbentuk kuadratik. Persamaan kuadratik nilai retensi energi adalah Y= 13,32 + 3,056 X - 0,1655 X2

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa nilai retensi energi maksimal adalah 23,92% terdapat pada osmolaritas media 0,268 Osmol/kg H

dengan nilai r = 0,85 ; Y= Retensi energi dan X = salinitas media.

2O atau setara dengan salinitas 9,2 ppt.

Gambar 7. Kurva respon nilai retensi energi ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada salinitas berbeda.

Laju Pertumbuhan Bobot

Laju Pertumbuhan bobot benih baung yang dipelihara selama 40 hari dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan hasil analisa ragam menunjukkan bahwa osmolaritas media atau salinitas media berpengaruh terhadap laju pertumbuhan bobot harian (p<0,05). Laju pertumbuhan bobot tertinggi adalah pada osmolaritas 0,166 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6 ppt sebesar 4,09%, sedangkan laju pertumbuhan bobot terendah adalah pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2

Tabel 7. Laju pertumbuhan bobot rata-rata harian (%) benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan selama percobaan.

O atau setara dengan salinitas 0 ppt sebesar 1,97%.

Ulangan Osmolaritas Media 0,001 Osmol/kg H2 0,087 Osmol/kg H O 2 0,166 Osmol/kg H O 2 0,241 Osmol/kg H O 2O 0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt 1 1,85 2,24 4,02 3,12 2 1,57 2,13 4,08 2,89 3 2,48 1,84 4,16 2,85 Rata-rata 1,97±0,20a 2,07±0,20a 4,09±0,07b 2,96±0,15c Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan

perbedaan yang nyata (p<0,05).

Y=13,32+3,056x – 0,1655 x2

Kurva respon laju pertumbuhan bobot harian ikan baung disajikan pada Gambar 8. Kurva respon laju pertumbuhan bobot rata-rata harian ikan baung pada osmolaritas media berbeda berbentuk kuadratik. Dengan persamaan Y = 1,716 + 0,4753X – 0,0344 X2 dengan r = 0,74 ; Y = laju pertumbuhan bobot harian dan X = salinitas media. Berdasarkan persamaan tersebut diketahui bahwa pertumbuhan maksimum (3,35%) dicapai pada osmolaritas media 0,185 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6,69 ppt.

Gambar 8. Kurva respon laju pertumbuhan bobot rata-rata harian benih ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan selama percobaan.

Efisiensi Pemanfaatan Pakan

Nilai efisiensi pemanfaatan pakan benih ikan baung diperoleh berdasarkan data jumlah pakan yang dikonsumsi dan pertumbuhan bobot biomasa. Hasil perhitungan efisiensi pakan benih ikan baung setiap perlakuan selama percobaan dapat dilihat pada Tabel 8 dan secara rinci pada Lampiran 19. Efisiensi pemanfaatan pakan tertinggi dicapai pada perlakuan osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6 ppt (perlakuan C) yakni sebesar

Y =1,716 + 0,4753 x – 0,0344x2

70,64%, dan terendah pada Osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa salinitas media berpengaruh nyata terhadap efisiensi pemanfaatan pakan benih ikan Baung (p<0,05).

O atau setara dengan salinias 0 ppt ( perlakuan A) sebesar 26,97%.

Tabel 8. Efisiensi pemanfaatan pakan benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan selama percobaan

Ulangan Osmolaritas Media 0,001 Osmol/kg H2 0,087 Osmol/kg H O 2 0,166 Osmol/kg H O 2 0,241 Osmol/kg H O 2O 0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt 1 29,53 24,26 70,37 55,90 2 29,00 24,24 71,54 50,71 3 22,39 34,97 70,01 68,77 Rata-rata 26,97±3,98a 27,82±1,19a 70,64±0,80ab 58,46±1,30abc Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan

perbedaan yang nyata ( p<0,05.)

Berdasarkan Gambar 9, kurva respon efisiensi pemanfaatan pakan benih ikan baung pada berbagai tingkat osmolaritas atau salinitas media yang berbeda berbentuk kuadratik. Dengan persamaan Y = 22,12 + 7,83 X – 0,362 X2, dengan nilai r = 0,81 ; Y = efisiensi pemanfaatan pakan dan X= salinitas media. Dari persamaan tersebut diketahui efisiensi pemanfaatan pakan maksimum sebesar 64,46% pada osmolaritas media 0,248 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 9,8 ppt.

Gambar 9. Kurva respon efisiensi pemanfaatan pakan benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan selama percobaan.

Sintasan Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)

Hasil sintasan benih ikan baung yang dipelihara pada salinitas berbeda disajikan pada Tabel 9 dan secara rinci pada Lampiran 20. Sintasan benih ikan baung selama percobaan berkisar antara 97,78% - 100%, Sehingga dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa salinitas tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap sintasan benih ikan baung (p>0,05).

Tabel 9. Rerata sintasan benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan selama percobaan.

Ulangan Osmolaritas Media 0,001 Osmol/kg H2 0,087 Osmol/kg H O 2 0,166 Osmol/kg H O 2 0,241 Osmol/kg H O 2O 0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt 1 96,67 100 100 100 2 100,00 100 100 100 3 96,67 100 100 100 Rata-rata 97,78±1,92a 100±0b 100±0b 100±0b Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan

perbedaan yang nyata ( p > 0,05)

Y= 22,12 + 7,83x – 0,362x2

Berdasarkan Gambar 10 kurva respon sintasan benih ikan baung pada berbagai tingkat osmolaritas atau salinitas yang berbeda berbentuk kuadratik. Dengan persamaan Y = 97,89 + 0,7770 X – 0,0617 X2, dengan nilai r = 0,96 ; Y = sintasan benih dan X= salinitas media. Dari persamaan tersebut diketahui bahwa sintasan benih ikan baung maksimum sebesar 100% pada osmolaritas media 0,188 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6,2 ppt.

Gambar 10. Kurva respon sintasan benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan selama percobaan.

Kualitas Air

Nilai parameter fisika kimia air setiap perlakuan selama percobaan masih layak untuk kehidupan benih ikan baung (Handoyo 2010). Hal ini dikarenakan pengelolaan kualitas air media dilakukan dengan menggunakan filter sirkulasi setiap akuarium dan dilakukan penyiponan setiap hari untuk mengurangi kotoran sisa pakan dan sisa metabolisme ikan.

Hasil pengukuran nilai parameter fisika kimia media perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10 di halaman berikut.

Y= 97,89 + 0,777x – 0,0617x2

Tabel 10. Nilai parameter fisika kimia air pada setiap perlakuan selama percobaan. Parameter Osmolaritas Media 0,001 Osmol/kg H2 0,087 Osmol/kg H O 2 0,166 O Osmol/kg H2 0,241 Osmol/kg H O 2O 0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt Suhu (0 C) 30-31 30-31 30-31 30-31 Osmolaritas (Osmol/kg H2 0,001 O) 0,087 0,166 0,241 pH 7,12-7,29 7,22-7,30 7,19-7,21 7,19-7,31 DO (mg/l) 4,80-5,88 4,81-6,00 4,99-5,69 4,99-6,00 Alkalinitas (mg/l) 29,1-33,18 32,2-37,1 33,4-36,1 44,1-50,2 Kesadahan (mg/l) 92-112 108-148 126-220 239-270 NH3 (mg/l) 0,001-0,023 0,002-0,032 0,001-0,037 0,004-0,061

Rangkuman Hasil Penelitian

Berdasarkan data parameter pengamatan yang telah dilakukan selama penelitian, diketahui bahwa osmolaritas media yang terbaik dan hubungannya dengan respon fisiologis benih ikan baung adalah osmolaritas 0,166 Osmol/kg H2

Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai optimasi osmolaritas media dan hubungannya dengan respon fisiologis benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) dirangkumkan pada tabel 11 berikut ini.

O atau setara dengan salinitas 6 ppt (perlakuan C). Hal ini diketahui berdasarkan nilai gradien osmotik, tingkat konsumsi oksigen, glukosa darah yang rendah. Retensi energi , retensi protein, sintasan, laju pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan paling tinggi.

Tabel 11. Nilai Gradien Osmotik (GO), Konsumsi Oksigen (Kon O2), Glukosa Darah, Retensi Protein (RP), Retensi Energi (RE), Pertumbuhan, Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) dan Sintasan Benih Ikan Baung Pada berbagai Perlakuan Selama Percobaan.

Parameter Osmolaritas Media 0,001 Osmol/kg H2 0,087 Osmol/kg H O 2 0,166 O Osmol/kg H2 0,241 O Osmol/kg H2O 0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt GO (Osmol/kg H2 0,326±0,011 O) 0,22±0,004 a 0,062±0,007 a 0,093±0,015 b b Kons O2 (mg O2/ 1,18±0,17 g/jam) 0,77±0,06 a 0,47±0,03 b 0,61±0,02 b GD (mg/100 ml) b 52,33±0,54a 42,95±0,05b 38,20±0,47c 40,15±0,04 RP (%) d 8,64±3,12 11,51±2,11a 25,73±1,50b 22,36±4,40 RE (%) b 14,33±2,33a 17,96±3,44a 28,73±0,61b 26,40±3,04 Pertumbuhan (%) b 1,97±0,47a 2,97±0,20a 4,09±0,07c 2,96±0,15 EPP (%) d 26,97±3,98a 27,82±1,19a 70,64±0,80ab 58,46±1,30 Sintasan (%) abc 97,78±1,92 100±0,00 100±0,00 100±0,00

Keterangan : 1. huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata ( p < 0,05)

Pembahasan

Salinitas media yang diekspresikan dalam bentuk osmolaritas media, merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme akuatik ( Karim 2006). Perubahan salinitas media akan merubah nilai osmolaritas media dan akan berpengaruh terhadap osmolaritas cairan tubuh (plasma) ikan. Perbedaan osmolaritas media dan osmolaritas cairan tubuh yang disebabkan perbedaan salinitas akan menyebabkan gradien osmotik (beban osmotik) yang berbeda pula pada benih ikan baung.

Ion-ion utama yang menentukan osmolaritas tersebut adalah Cl-, Na+, Mg2+, Ca2+, K+, dan SO42-. Ion Na+ dan Cl- merupakan kontributor utama pada osmolaritas plasma, pengaturan dan permeabilitasnya menjadi terpusat pada ketahanan gradien salinitas. Ion Mg2+ menstabilkan struktur ATP dalam reaksi enzim yang membutuhkan ATP. Ion K+

Osmolaritas media yang jauh dari kondisi seimbang dengan osmolaritas cairan tubuh ikan, akan berdampak kepada respon perilaku dan kondisi fisiologis benih ikan baung, yang selanjutnya akan berpengaruh juga pada pemanfaatan pakan yang dikonsumsi dan pada akhirnya akan mengganggu pertumbuhan .

merupakan elektrolit intraselluler / kation yang mempengaruhi tekanan osmose selluler Baldisserroto et al. (2007).

Gradien osmotik yang mendekati isoosmotik (ideal) akan menyebabkan penghematan energi untuk proses osmoregulasi, sehingga dengan sendirinya pemanfaatan energi dapat digunakan untuk proses pertumbuhan.

Energi yang digunakan untuk keperluan osmoregulasi berkaitan erat dengan gradien osmotik yang dilakukan oleh ikan untuk merespon perubahan grdien osmotik media. Gradien osmotik yang semakin rendah, akan menyebabkan energi yang digunakan untuk osmoregulasi akan sedikit, sehingga proses pertumbuhan akan semakin besar (Syakirin 2000).

Pada kodisi hipoosmotik ataupun hiperosmotik, gradien osmotik akan semakin besar yang menyebabkan besarnya energi yang digunakan untuk proses osmoregulasi lebih besar lagi (Corrion et al. 2005). Hal yang sama dikemukakan oleh Arjona et al. (2008) bahwa semakin tinggi gradien osmotik, dapat menyebabkan penggunaan energi untuk osmoregulasi akan semakin tinggi pula.

Dalam kaitannya dengan gradien osmotik benih ikan baung, Gambar 3 memperlihatkan bahwa pola respon fisiologis gradien osmotik benih ikan baung berbentuk kuadratik. Berdasarkan kurva tersebut terlihat bahwa, pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H2O setara dengan salinitas 6 ppt memiiki nilai gradien osmotik yang paling rendah yaitu sebesar 0,061 Osmol/kg H2O. Sedangkan nilai gradien osmotik tertinggi adalah pada osmolaritas 0,001 Osmol/kg H2O setara dengan salinitas 0 ppt yaitu sebesar 0,326 Osmol/kg H2

Pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H

O. Nilai gradien osmotik ini dapat digunakan untuk mengetahui osmoregulasi benih ikan baung, pada gradien osmotik yang rendah, maka daya osmoregulasi akan rendah dan dengan gradien yang besar, daya osmoregulasi akan lebih besar pula.

2

Selanjutnya Syakirin (2000) mengemukakan bahwa pada gradien osmotik yang mendekati isoosmotik, sel-sel tubuh berada pada kondisi yang ideal, sehingga proses-proses fisologis di dalam tubuh ikan akan berjalan dengan normal. Dengan kondisi demikian, proses pencernaan berjalan lancar dan akan memacu penyerapan makanan, sehingga laju pengosongan lambung akan berjalan dengan cepat pula. Hal demikian akan menyebabkan konsumsi pakan meningkat sehingga pakan yang dikonsumsi juga akan lebih banyak. Keadaan ini dapat dilihat bahwa pada ikan baung yang dipelihara pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H

O setara salinitas 6 ppt, merupakan gradien osmotik terkecil. Keadaan ini menyebabkan nilai pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan benih ikan baung paling tinggi diantara osmolaritas media yang dicobakan. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Partridge et al. (2001) bahwa pada gradien osmotik yang normal, efisiensi pemanfaatan pakan akan berjalan optimal, sehingga proses pencernaan pada ikan akan lebih efisien, jika dibandingkan dengan ikan yang dipelihara pada gradien osmotik yang jauh dari kondisi seimbang.

2

Jumlah konsumsi pakan yang tinggi dan rendahnya energi yang digunakan untuk osmoregulasi, akan mengakibatkan pakan dikonversi menjadi daging lebih tinggi pula, keadaan ini tercermin dari nilai retensi protein pada perlakuan dengan O setara salinitas media 6 ppt, ikan mengkonsumsi pakan rata-rata sebanyak 459,81 gram, jumlah ini paling tinggi jika dibandingakan dengan perlakuan lainnya yang dicobakan.

nilai gradien osmotik terendah, nilai retensi protein paling tinggi sebesar 25,73%. Hal ini menunjukkan bahwa pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh tubuh ikan dengan baik, sehingga kandungan nutrisi pakan dapat diretensi di dalam tubuh cukup efisien.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, benih ikan baung yang dipelihara pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H2

Gradien osmotik yang rendah akan mengurangi beban kerja enzim Na O, memiliki nilai efisiensi pemanfaatan pakan paling tinggi yakni sebesar 70,64%. Nilai tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang telah dilakukan oleh Kurnia (2002) pada ikan yang sama, efisiensi pakan mencapai sebesar 55,63%. Begitu juga dengan yang dilakukan oleh Syakirin (2000) efisiensi pemanfaatan pakan sebesar 23,34% dan Djokosetyanto (2007) nilai efisiensi pakan sebesar 12,06%.

+ – K+ - ATPase serta pengangkutan aktif Na+, K+ dan Cl

-Hal ini dapat dilihat dari nilai retensi energi ikan baung pada akhir pemeliharaan mencapai 28,73%, pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H

, sehingga energi (ATP) yang akan digunakan untuk proses osmoregulasi dapat diminimalkan dan sebaliknya akan banyak energi dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Fujaya 2004).

2

Carrion et al. (2005 ) mengemukakan bahwa kelebihan energi dari sisa osmoregulasi dapat digunakan untuk proses-proses fisiologis lainnya, seperti pertumbuhan ataupun reproduksi. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa pertumbuhan pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H

O, dan merupakan nilai retensi energi paling tinggi jika dibandingkan dengan salinitas media lainnya ataupun dengan yang dilakukan oleh Syakirin (2000).

2

Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa, osmolaritas media berpengaruh terhadap pola pertumbuhan benih ikan baung selama percobaan. Berdasarkan uji lanjut Tukey pertumbuhan benih ikan baung pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H

O atau setara dengan salinitas 6 ppt, merupakan pertumbuhan ikan baung tertinggi, jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya yakni 4,09% atau sebesar 12,13 gram pada akhir pemeliharaan.

2O atau setara dengan salinitas 0 ppt, berbeda nyata dengan pertumbuhan benih ikan baung pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H2O. Hal

ini menunjukkan bahwa, ikan baung yang dipelihara pada osmolaritas media yang jauh dari kondisi isoosmotik akan menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik.

Pada kondisi hiperosmotik atau hipoosmotik, benih ikan baung akan mengalami beban kerja osmotik yang besar, sebagai akibat dari tingginya gradien osmotik dari kondisi ideal, dan menyebabkan energi yang digunakan untuk proses osmoregulasi juga akan semakin besar. Hal ini diketahui dari nilai retensi energi ikan baung pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2O setara dengan salinitas media 0 ppt memiliki retensi energi paling rendah sebesar 14,33, jika dibandingkan dengan ikan baung yang dipelihara pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H2

Beban osmotik yang besar, akan menyebabkan pertumbuhan yang menurun akibat tidak optimalnya pakan yang dikonsumsi untuk dimanfaatkan oleh tubuh ikan didalam pertumbuhannya. Keadaan ini dapat diketahui dari ikan baung yang dipelihara pada osmolaritas media 0,241 Osmol/kg H

O yakni 28,76%.

2O setara salinitas 9 ppt, nilai pertumbuhan yakni 2,96%, kemudian pada osmolaritas media 0,87 Osmol/kg H2O setara salinitas 3 ppt yakni 2,07%, dan pertumbuhan terkecil pada ikan yang dipelihara pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2O setara salinitas 0 ppt yakni 1,97%. Begitu juga dengan efisiensi pemanfaatan pakan yang menurun pada ikan yang dipelihara di osmolaritas 0,241 Osmol/kg H2O setara salinitas 9 ppt yakni 58,45%, diikuti ikan yang dipelihara pada osmolaritas media 0,087 Osmol/kg H2O setara salinitas 3 ppt yakni 27,82%, dan efisiensi pemanfaatan pakan terendah pada ikan yang dipelihara di osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2

Goenarso (2003) mengatakan bahwa, Laju metabolisme dapat diekspresikan dalam bentuk konsumsi oksigen per gram berat badan per jam, atau biasa disebut sebagai laju metabolisme standart. Pengukuran konsumsi oksigen merupakan cara yang disarankan untuk mengukur laju metabolisme pada ikan. Aktivitas metabolisme hewan tidak dapat dipisahkan dari makanan yang dikonsumsi yang berperan sebagai sumber energi.

O setara salinitas 0 ppt yakni 26,97%.

Berdasarkan hasil pengukuran, tingkat konsumsi oksigen benih ikan baung, diperoleh bahwa nilai konsumsi oksigen yang paling rendah adalah pada ikan yang dipelhara di osmolaritas 0,166 Osmol/kg H2O atau setara salinitas 6

ppt. dengan nilai 0,47 mg O2

Berbeda dengan ikan baung pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H /g/jam. Hal ini berkaitan dengan nilai gradien osmotik terendah pada benih ikan baung diperoleh pada ikan yang dipelihara pada osmolaritas media yang sama. Ketika ikan membutuhkan energi untuk proses osmoregulasi, maka ikan akan memanfaatkan sumber energi yang ada di dalam tubuhnya, yakni glukosa dan oksigen untuk oksidasinya. Dengan demikian menunjukkan bahwa, dengan gradien osmotik yang rendah akan menghemat energi, begitu pula konsumsi oksigen sebagai bahan untuk oksidasi material sumber energi dari pakan yang dikonsumsi.

2O atau setara dengan salinitas 0 ppt, dimana ikan baung akan melakukan proses osmoregulasi untuk mempertahankan kondisi homeostasis nya. Pada akhirnya, ikan akan melakukan aktifitas bergerak dan berenang yang lebih banyak, sehingga akan melakukan respirasi yang tinggi pula. Kondisi ini diekspresikan dari laju konsumsi oksigen paling tinggi pada ikan yang dipelihara pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2O sebesar 1,18 mg O2/g/jam, yang menyebabkan energi tidak mencukupi untuk proses pertumbuhannya. Sejalan dengan pertumbuhannya yang lebih rendah sebesar 1,97% , jika dibandingkan dengan ikan yang dipelihara pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H2

Selanjutnya Fujaya (2004) menyatakan bahwa, Oksigen sebagai bahan respirasi digunakan untuk metabolisme, kaitannya dengan kondisi lingkungan

Dokumen terkait