• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi osmolaritas media dan hubungannya dengan respon fisiologis benih ikan baung (Hemibagrus nemurus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimasi osmolaritas media dan hubungannya dengan respon fisiologis benih ikan baung (Hemibagrus nemurus)"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI OSMOLARITAS MEDIA DAN HUBUNGANNYA

DENGAN RESPON FISIOLOGIS BENIH IKAN BAUNG

(Hemibagrus nemurus)

EULIS MARLINA

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Optimasi Osmolaritas Media dan Hubungannya Dengan Respon Fisiologis Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) adalah karya saya dan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2011

Eulis Marlina

(3)

ABSTRACT

EULIS MARLINA. Optimize of Medium Osmolarity and Its Relation with Physiological Responses of Green Catfish (Hemibagrus nemurus) Fry. Under Supervision of KUKUH NIRMALA, and RIDWAN AFFANDI

This experiment was conducted to determine osmolarity and its relation with physiological responses (osmotic gradient, oxygen consumption levels, blood glucose level, protein retention, energy retention, feed efficiency, growth and survival rate) of Hemibagrus nemurus fry. The experiment used aquarium sized 50x35x30 cm, the number are twelve, each aquarium contain 30 l of water equipped with circulation pump, filter, heater and closed with black plastic. This experiment is completely randomized design with four different treatment and three replications. Thirty fish with induvidual mean body weight of 2.5±0.05 g, were fed upon the experimental diets five times a day at satiation, for 40 days. Observation parameters were osmotic gradient, oxygen consumption levels, blood glucose level, protein retention, energy retention, feed efficiency, growth and survival rate of Hemibagrus nemurus fry. The results showed that medium osmolarity (salinity) has significant influence to physiological responses of

Hemibagrus nemurus fry. Medium osmolarity of 6 ppt was the best result that expressed by osmotic gradient (0.062±0.007 Osmol/kg H2O), oxygen consumption level (0.47±0.03 mg O2

/g/hour), blood glucose level (38.20±0.47 mg/100 ml), protein retention (25.73±1.50%), energy retention (28.73±0.61%), growth (4.09±0.07%) and feed efficiency (70.64±0.80%). While the survival rate responses to medium osmolarity given same influence.

(4)

RINGKASAN

EULIS MARLINA. Optimasi Osmolaritas Media dan Hubungannya Dengan Respon Fisiologis Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus). Di bawah bimbingan KUKUH NIRMALA dan RIDWAN AFFANDI

Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) merupakan ikan lokal yang hidup di perairan sungai yang berada di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Ikan Baung merupakan ikan konsumsi yang berpotensi untuk dikembangkan. Pemeliharaan ikan baung sudah mulai dilakukan sejak tahun 1980 dengan penyediaan benih dari alam. Jika pengambilan benih dari alam ini dilakukan terus-menerus dikhawatirkan akan menurunkan populasinya dan mengakibatkan kepunahan.Usaha penyediaan benih melalui kegiatan budidaya pembenihan telah dilakukan, namun masih terdapat kendala yaitu sintasan yang masih rendah, salah satu faktor penyebabnya adalah pengelolaan lingkungan baik itu suhu, oksigen, ataupun salinitas yang belum optimal bagi kehidupan benih ikan tersebut.

Ikan air tawar bersifar hypertonik terhadap lingkungannya (osmolaritas cairan tubuh lebih pekat daripada osmolaritas lingkungannya) sehingga air dari lingkungannya masuk kedalam tubuh akibatnya terjadi pengenceran cairan tubuh. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan mengganggu proses fisiologis. Karena untuk berlangsungnya proses-proses fisiologis yang normal dibutuhkan tekanan osmotik tertentu. Agar dapat mempertahankan kondisi tekanan osmotik tubuh relatif konstan, maka ikan harus melakukan pengaturan pengeluaran dan pemasukan cairan tubuhnya melalui proses osmoregulasi.

Untuk mengeluarkan cairan tubuh yang berlebih dibutuhkan energi dan energi yang digunakan untuk proses osmoregulasi diambil dari energi yang akan dialokasikan untuk pertumbuhan. Dengan demikian pada akhirnya energi untuk pertumbuhan berkurang sehingga terjadi penurunan pertumbuhan .

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, perlu kiranya dilakukan kajian tentang aspek osmolaritas (salinitas media) yang dapat mendukung sintasan dan pertumbuhan yang tinggi dan pada akhirnya mampu menghasilkan benih ikan baung yang memadai baik kualitas maupun kuantitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh osmolaritas media terhadap respon fisiologis ikan baung, menganalisa respon fisiologis (gradien osmotik, tingkat konsumsi oksigen, kadar glukosa darah, retensi protein, retensi energi), sintasan, pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan pada benih ikan baung, menentukan osmolaritas media optimal pada benih ikan baung (Hemibagrusnemurus).

(5)

menyipon sisa pakan dan kotoran ikan setiap hari. Media percobaan yang digunakan berupa campuran air tawar dan air laut. Air tawar diperoleh dari air sumur yang telah diendapkan selama 7 hari dan dilakukan penyaringan, air laut diperoleh dari pantai Utara Jakarta (Ancol). Sebelum digunakan, air media disterilisasi terlebih dahulu menggunakan klorin sebanyak 19 ppm selama 24 jam. Kemudian dinetralkan dengan menambahkan thiosulpat dengan dosis yang sama

Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan Baung (Hemibagrus nemurus) dengan bobot awal rata-rata 2,5 ± 0,05 gr/ekor, yang diperoleh dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Sempur melalui Instalasi Riset Lingkungan dan Toksisitas Cibalagung. Kepadatan 30 ekor setiap akuarium. Pakan berupa pellet dengan kandungan protein 41,48% yang diberikan lima kali sehari secara at satiation. Parameter pengamatan yang diukur meliputi : gradien osmotik, tingkat konsumsi oksigen, kadar glukosa darah, retensi protein, retensi energi, pertumbuhan, efisiensi pemanfaatan pakan, dan sintasan. Pengukuran bobot dan panjang ikan dilakukan setiap 10 hari dan masa pemeliharaan selama 40 hari. Penelitian terdiri atas percobaan pendahuluan yang bertujuan untuk mendapatkan kisaran salinitas, dari percobaan pendahuluan didapatkan bahwa benih ikan baung mampu hidup pada kisaran 0 ppt -10 ppt. Kisaran salinitas pada percobaan pendahuluan digunakan pada percobaan utama dengan range 2 ppt. Percobaan utama bertujuan untuk mengkaji osmolaritas media yang optimal pada respon fisiologis, pertumbuhan dan sintasan benih ikan baung.

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah tingkat osmolaritas berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, sebagai berikut : A = 0,001 Osmol/kg H2O setara dengan Salinitas 0 ppt, B = 0,087 Osmol/kg H2O setara dengan Salinitas 3 ppt, C = 0,166 Osmol/kg H2O setara dengan Salinitas 6 ppt, dan D = 0,241 Osmol/kg H2O setara dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa osmolaritas media memberi pengaruh yang nyata terhadap respon fisiologis benih ikan baung (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa osmolaritas 0,166 Osmol/kg H

Salinitas 9 ppt.

2O atau setara dengan 6 ppt merupakan salinitas terbaik, yang diekspresikan oleh : gradien osmotik (0,062+0,007 Osmol/kg H2O), tingkat konsumsi oksigen (0,047+0,03 mg O2/gram/jam), glukosa darah (38,20+0,47 mg/100ml) yang terendah dan retensi protein (25,73+1,50%), retensi energi (28,73+0,61%), pertumbuhan (4,09+0,07%) dan efisiensi pemanfaatan pakan (70,64+0,80%) yang tertinggi. Sedangkan respon sintasan benih ikan baung pada setiap perlakuan adalah sama.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

OPTIMASI OSMOLARITAS MEDIA DAN HUBUNGANNYA

DENGAN RESPON FISIOLOGIS BENIH IKAN BAUNG

(Hemibagrus nemurus)

Eulis Marlina

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tesis : Optimasi Osmolaritas Media Dan Hubungannya Dengan Respon Fisiologis Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) Nama : Eulis Marlina

NRP : C151090021

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Kukuh Nirmala, M.Sc.

Ketua Anggota

Dr.Ir.Ridwan Affandi, DEA.

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Akuakultur

Prof.Dr.Ir. Enang Harris, M.S. Dr.Ir.Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas segala rahmat, karunia dan Ijin-Nya sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Judul yang dipilih pada penelitian ini adalah Optimasi Osmolaritas Media dan Hubungannya dengan Respon Fisiologis Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus).

Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh informasi bahwa osmolaritas media optimal bagi pemeliharaan benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) adalah Osmolaritas 0,206 Osmol/kg H2

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih dan pernghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

O atau setara dengan salinitas 7,5 ppt.

1. Dr.Ir. Kukuh Nirmala, MSc. dan Dr.Ir Ridwan Affandi, DEA. sebagai Komisi Pembimbing atas kesabaran dan ketulusan hatinya telah meluangkan waktu dan banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sejak pembuatan proposal, pelaksanaan penelitian hingga penyusunan karya ilmiah ini.

2. Prof.Dr.Ir Enang Harris, MS. Sebagai Ketua Program Studi Ilmu Akuakultur SPs IPB.

3. Dirjen DIKTI yang telah memberikan bantuan beasiswa pendidikan melalui BPPS selama penulis menempuh pendidikan Program Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana IPB

4. Dr.Ir. Eddy Supriyono, MSc. Sebagai penguji luar pada ujian tesis penulis.

5. Kepala Lab.Lingkungan yang telah memberikan ijin dan fasilitas selama penulis melaksanaan penelitian

6. Rekan-rekan seperjuangan di AKU’09 yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung, terutama teman-teman Lab.Lingkungan. 7. Kepada Ibunda Imas Hadidjah, Ayahanda Abdul Ghaffar, Suami tercinta

(11)

terimakasih atas segala pengertian, pengorbanan, kesabaran dan do’anya selama penulis menyelesaikan pendidikan .

Begitu juga kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu-persatu diucapkan terimakasih atas segala bantuan baik moril maupun materil kepada penulis sehingga menyelesaikan studi.

Akhirnya semoga semua amal budi baik yang telah dilakukan mendapat balasan yang setimpal dari Alloh SWT. Penulis berharap mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Agustus 2011

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 23 Agustus 1974, sebagai anak ke lima dari enam bersaudara dari pasangan Abdul Ghaffar Z dan Imas Hadidjah. Penulis menikah dengan Budi Ali Shadiqin dan telah dikaruniai 2 anak ; Salsabila Shadiqin dan Muhammad Ummar Al-Farouq.

Pendidikan Sekolah dasar di SDN IV Kadungora Garut lulus tahun 1987, dilanjutkan di SMPN I Kadungora lulus tahun 1990. Lulus SMAN 2 Garut pada tahun 1993. Pendidikan sarjana (S1) di tempuh di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang dan lulus pada tahun 1998. Kesempatan untuk melanjutkan ke program Magister Sains pada Program Studi Ilmu Akuakultur SPs IPB diperoleh pada tahun 2009. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari BPPS DIKTI .

(13)

DAFTAR ISI

Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

Hipotesis ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Biologi dan Ekologi Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) ... 6

Salinitas dan Osmoregulasi ... 7

Peranan Gradien Osmotik pada Sintasan Benih ... 8

Peranan Gradien Osmotik pada Pertumbuhan dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan ikan ... 8

Glukosa Darah ... 10

(14)

Glukosa Darah ... 17

Retensi Protein... 17

Retensi Energi ... 17

Laju Pertumbuhan Bobot Harian ... 18

Efisiensi Pemanfaatan Pakan ... 18

Sintasan... 18

Efisiensi Pemanfaatan Pakan ... 31

Sintasan Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) ... 33

Kualitas Air ... 34

Rangkuman Hasil Penelitian ... 36

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Metode dan Alat Pengukuran parameter Pengamatan ... 16 2. Nilai Gradien Osmotik (Osmol/kg H2

Baung (Hemibagrus nemurus) Pada setiap Perlakuan ... 23 O) Ikan

3. Nilai Tingkat Konsumsi Oksigen (mgO2

(Hemibagrus nemurus) Pada setiap Perlakuan ... 25 /g/jam) Ikan Baung

4. Rerata Kadar Glukodsa Darah (mg/100ml) Ikan Baung

(Hemibagrus nemurus) Pada setiap Perlakuan ... 26 5. Retensi Protein (%) Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)

Pada setiap Perlakuan ... 28 6. Retensi Energi (%) Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)

Pada setiap Perlakuan ... 29 7. Laju Pertumbuhan Bobot Rata-rata Harian (%) Ikan Baung

(Hemibagrus nemurus) Pada setiap Perlakuan ... 30 8. Efisiensi Pemanfaatan Pakan (%) Ikan Baung (Hemibagrus

nemurus) Pada setiap Perlakuan ... 32 9. Rerata Sintasan (%)Ikan Baung (Hemibagrus

nemurus) Pada setiap Perlakuan ... 33 10.Nilai Parameter Fisika Kimia Air Pada Setiap Perlakuan

Selama Percobaan ... 35

11. Gradien Osmotik (GO), Konsumsi Oksigen (KO2

Retensi Protein (RP), Retensi Energi (RE), Pertumbuhan,

), Glukosa Darah Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) Benih Ikan Baung

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema pendekatan masalah ... 4 2. Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) ... 6 3. Kurva respon gradien osmotik (Osmol/kg H2O) benih ikan baung

pada salinitas media yang berbeda ... 24 4. Kurva respon tingkat konsumsi oksigen

(mgO2

yang berbeda ... 25 /g/jam) benih ikan baung terhadap salinitas media

5. Kurva respon gradien glukosa darah (mg/100ml) benih ikan baung Pada salinitas media yang berbeda ... 27 6. Kurva respon retensi protein benih ikan baung pada setiap perlakuan

selama percobaan ... 28 7. Kurva respon retensi energi benih ikan baung pada setiap perlakuan

selama percobaan ... 30

8. Kurva respon laju pertambahan bobot harian benih baung pada setiap perlakuan selama percobaan. ... 31 9. Kurva respon efisiensi pemanfaatan pakan benih ikan baung setiap

perlakuan selama percobaan ... 33 10.Kurva respon sintasan benih ikan baung setiap

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Metode Pengenceran Media Percobaan ... 51

2. Tata Letak/Lay out Penelitian ... 52

3. Hasil Pengukuran Osmolaritas Media ... 53

4. Metoda Pengambilan Cairan Tubuh Ikan Baung ... 54

5. Prosedur Pengukuran Osmolritas Media dan cairan tubuh ikan baung (SOP Osmometer Automatic Roebling Type 13) ... 55

6. Prosedur Pengukuran Konsumsi Oksigen benih Ikan Baung ... 57

7. Prosedur Pengukuran Kadar Glukosa Darah Benih Ikan Baung ... 58

8. Prosedur Pengoperasian Spektrofotmeter Untuk Analisa Glukosa Darah (SOP CAMSDEC Seri 2001) . ... 59

9. Analisa Kadar Protein, Energi Pakan dan Tubuh Ikan dengan Metode semi mikro Kjedhall ; (Takeuchi 1988) ... 60

10.Gradien Osmotik Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) Pada Perlakuan Selama Percobaan. ... 61

11.Konsumsi Oksigen (mgO2 Perlakuan Selama Percobaan. ... 62

/g/jam) Benih Ikan Baung Pada Perlakuan 12.Glukosa Darah (mg/100ml) Benih Ikan Baung Pada Perlakuan Perlakuan Selama Percobaan. ... 63

13.Komposisi Proksimat Pakan dan Ikan Awal (% bobot Kering) Selama Percobaan. ... 64

14.Komposisi Proksimat Ikan Akhir (% bobot kering) Selama Selama Percobaan. ... 65

15.Perhitungan Retensi Protein (%) Benih Ikan Baung yang dipelihara Selama Percobaan. ... 66

16.Perhitungan Retensi Energi (%) Benih Ikan Baung yang dipelihara Selama Percobaan. ... 67

(18)

18.Laju Pertambahan Bobot Rata-rata Harian (%) Benih Ikan Baung Yang Dipelihara Selama Percobaan. ... 69 19.Efisiensi Pemanfaatan pakan (%) Benih Ikan Baung Setiap

Perlakuan Selama Percobaan. ... 70 20.Sintasan (%) Benih Ikan Baung Setiap Perlakuan

Selama Percobaan. ... 71 21.Analisa Ragam Gradien Osmotik dan Uji Lanjut Benih Ikan baung

Pada Setiap Perlakuan Percobaan. ... 72 22.Analisa Ragam Tingkat Konsumsi Oksigen Osmotik dan Uji

Lanjut Benih Ikan baung Pada Setiap Perlakuan

Selama Percobaan. ... 73 23.Analisa Ragam Kadara Glukosa Darah dan Uji Lanjut Benih

Ikan baung Pada Setiap Perlakuan Selama Percobaan. ... 74 24.Analisa Ragam Retensi Protein dan Uji Lanjut Benih

Ikan baung Pada Setiap Perlakuan Selama Percobaan. ... 75 25.Analisa RagamRetensi Energi dan Uji Lanjut Benih

Ikan baung Pada Setiap Perlakuan Selama Percobaan. ... 76 26.Analisa Ragam Laju Pertambahan bobot dan Uji Lanjut Benih

Ikan baung Pada Setiap Perlakuan Selama Percobaan. ... 77 27.Analisa Ragam Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan Uji Lanjut Benih

Ikan baung Pada Setiap Perlakuan Selama Percobaan. ... 78 28.Analisa Ragam Sintasan dan Uji Lanjut Benih Ikan baung

Pada Setiap Perlakuan Selama Percobaan. ... 79 29.Polynomial Regresi Analisa Gradien Osmotik Terhadap Osmolaritas

Media Ikan baung Pada Setiap Perlakuan Selama Percobaan. ... 80 30.Polynomial Regresi Analisa Tingkat Konsumsi Oksigen benih baung

Yang Dipuasakan Pada Setiap Perlakuan Selama Percobaan. ... 81 31.Polynomial Regresi Analisa Glukosa Darah benih baung

Yang Dipuasakan Pada Setiap Perlakuan Selama Percobaan ... 82 32.Polynomial Regresi Analisa Retensi Protein benih baung

(19)

33.Polynomial Regresi Analisa Retensi Energi benih baung

Pada Setiap Perlakuan Selama Percobaan ... 84 34.Polynomial Regresi Analisa Laju Pertumbuhan benih baung

Pada Setiap Perlakuan Selama Percobaan ... 85 35.Polynomial Regresi Efisiensi Pemanfaatan Pakan benih baung

Pada Setiap Perlakuan Selama Percobaan ... 86 36.Polynomial Regresi Sintasan benih baung

(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) merupakan ikan lokal yang banyak dijumpai di perairan sungai yang ada di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini termasuk ikan benthopelagic, pothamodromous dan dikelompokkan kedalam catfish ( ikan-ikan yang memiliki sungut) (Fishbased 2006). Habitat ikan baung hidup di perairan sungai mulai dari muara sampai hulu dan memiliki potensi untuk dikembangkan karena memiliki daging yang tebal, tidak memiliki duri halus dan memiliki rasa yang enak (Handoyo 2010). Hemibagrus nemurus

merupakan jenis yang paling dominan dari genusnya yang ada dan mendapat respon positif, banyak disukai oleh masyarakat dengan harga setiap kilogram mencapai Rp.17,000/kg di Pasar Kota Bandar Lampung ( survey pribadi di Bandar Lampung Juni 2010) bahkan di kota Jambi harga ikan baung mencapai Rp.20,000/Kg (Dinaskan Jambi 2010).

Budidaya ikan baung di kolam ataupun di karamba telah dimulai sejak tahun 1980 dengan mengandalkan benih hasil tangkapan dari alam. Terdapat beberapa kelemahan jika benih diambil dari alam, yakni ukuran benih tidak seragam dan benih tidak tersedia secara kontinyu. Dari segi kelestarian lingkungan pun apabila hal ini dilakukan terus menerus dikhawatirkan akan menurunkan populasi ikan baung di alam dan dapat mengakibatkan kepunahan. Sehubungan dengan hal tersebut pada tahun 1991 telah dilakukan upaya penyediaan benih melalui kegiatan budidaya (Ghaffar dan Muflikhan 1992). Begitu juga telah dilakukan kajian biologi pada periode umur ikan baung 1 hari – 20 hari (Tang 2000), kajian nutrisi telah dilakukan oleh Kurnia (2002) dan Suryanti (2002). Namun masih didapatkan kendala terutama pada kegiatan pembenihan dengan sintasan benih yang masih rendah 28,7% (Saputra 2007) dan 31,33% (Nurhayati 2007).

(21)

secara kontinyu. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap sintasan benih ikan baung antara lain : manajemen pakan (benih baung memiliki sifat kanibalisme yang tinggi terutama jika jumlah pakan tidak terpenuhi dan frekuensi pemberiannya tidak tepat), manajemen kesehatan, dan kondisi lingkungan (suhu, oksigen ataupun salinitas) yang tidak optimal.

Ikan air tawar bersifat hyperosmotik terhadap lingkungannya (Osmotik tubuh lebih pekat daripada osmotik lingkungannya) sehingga air dari lingkungannya masuk kedalam tubuh akibatnya terjadi pengenceran cairan tubuh. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan mengganggu proses-proses fisiologis, karena untuk proses fisiologis dibutuhkan tekanan osmotik tertentu (ideal). Agar dapat mempertahankan kondisi tekanan osmotik tubuh relatif konstan (seimbang) maka ikan harus melakukan pengaturan pengeluaran dan pemasukan cairan kedalam tubuhnya melalui proses osmoregulasi (Fujaya 2004).

Untuk mengeluarkan cairan tubuh yang berlebih tersebut dibutuhkan energi dan energi yang digunakan untuk proses osmoregulasi ini diambil dari energi yang akan dialokasikan untuk pertumbuhan. Dengan demikian pada akhirnya energi untuk pertumbuhan berkurang sehingga terjadi penurunan pertumbuhan.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, perlu kiranya dilakukan kajian tentang aspek osmolaritas media yang dapat mendukung sintasan dan pertumbuhan yang tinggi dan pada akhirnya mampu menghasilkan benih ikan baung yang memadai baik kualitas maupun kuantitas.

(22)

Perumusan Masalah

Permasalahan yang masih dijumpai pada budidaya ikan baung adalah belum tersedianya benih secara kontinyu dari hasil kegiatan pembenihan, disebabkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang masih rendah, akibat belum optimalnya kondisi lingkungan hidupnya.

Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang memiliki peranan penting bagi respon fisiologis dan pertumbuhan ikan. Pada kondisi hyperosmotik ataupun hypoosmotik, ikan baung akan melakukan kerja osmotik yang cukup berat untuk mempertahankan kondisi osmotik sebelumnya. Kondisi ini akan mempengaruhi proses fisiologis yang tidak optimal. Proses metabolisme tidak optimal akibat perbedaan gradien osmotik yang terlalu besar, hal ini akan meyebabkan ikan tidak memiliki kelebihan energi yang dapat digunakan untuk pertumbuhan. Disisi lain proses osmoregulasi membutuhkan energi yang besar sesuai dengan tingkat beban osmotiknya. Semakin besar perbedaan osmotik akan semakin besar energi yang digunakan untuk proses osmoregulasinya dan pada akhirnya akan mempengaruhi sintasan dan pertumbuhannya (Carrion et al. 2005).

Ikan baung yang dipelihara pada media salinitas yang mendekati kondisi isoosmotik, akan terjadi penghematan energi untuk proses osmoregulasi sehingga memiliki gradien osmotik yang kecil, pada keadaan ini energi dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Disamping itu pada kondisi gradien osmotik minimal, proses fisiologis yang terjadi akan berjalan normal, hal ini akan mendorong ikan mengkonsumsi pakan secara maksimal sehingga pertumbuhan dapat mencapai maksimal.

(23)
(24)

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh osmolaritas terhadap respon fisiologis ikan baung (Hemibagrus nemurus).

2. Menganalisa respon fisiologis, sintasan, pertumbuhan dan efisiensi pakan pada benih ikan baung (Hemibagrus nemurus).

3. Menentukan osmolaritas media yang optimal pada benih ikan Baung (Hemibagrus nemurus).

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai osmolaritas media yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan lingkungan pada pembenihan ikan baung (Hemibagrus nemurus).

Hipotesis

1. Osmolaritas media dapat mempengaruhi respon fisiologis ikan baung (Hemibagrus nemurus).

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi dan Ekologi Ikan Baung (Hemibagrusnemurus Blkr)

Ikan baung (Hemibagrus nemurus) merupakan ikan perairan umum dengan penyebaran yang cukup luas dan dapat hidup di perairan sungai, rawa ataupun danau. Ikan baung memiliki bentuk tubuh yang panjang, tidak bersisik dan memiliki 4 pasang sungut, sepasang diantaranya terletak pada rahang bagian atas yang panjangnya mencapai sirip dubur. Memiliki sirip dada dan sirip lemak yang panjangnya sama dengan panjang sirip dubur, posisi mulutnya subterminal. Kepala berukuran besar, memiliki gigi, warna kulit abu-abu kehitaman, punggung berwarna gelap dan perut berwarna cerah, panjang tubuh dapat mencapai 50 cm. (Tang 2000).

Gambar 2. Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) (Khaolak 2011).

Ikan baung merupakan komoditas ikan air tawar yang banyak diminati, terutama di pulau Jawa, Sumatra dan di Kalimantan. Di Sumatra, khususnya di Provinsi Jambi dan di Provinsi Riau (Sukendi 2001). Ikan Baung juga tersebar di Sumatera bagian selatan meliputi Palembang dan Lampung (Handoyo 2010).

(26)

tageh (Jawa), Bawon (Serawak), niken, siken, tiken-bato, baung putih (Kalimantan Tengah), Baong (Sumatera) (Tang 2000).

Habitat ikan baung selain di perairan tawar, sungai, dan danau juga terdapat di perairan payau, muara sungai, dan juga ditemukan di daerah rawa banjiran (Tang 2000). Ikan Baung merupakan ikan yang dikelompokan ke dalam ikan catfish benthopelagic yang merupakan ikan peruaya (pothomodromous) yang melakukan ruaya di daerah aliran sungai. Di alam ikan baung merupakan ikan

omnivore yang bersifat nocturnal (Fishbased 2006).

Salinitas dan Osmoregulasi

Salinitas didefinisikan sebagai konsentrasi total semua ion yang terlarut di dalam air (Boyd 1982). Salinitas merupakan salah satu parameter kimia air yang keberadaannya dapat bersifat mematikan (lethalfactor) jika nilainya berada diluar batas toleransi ataupun masking factor (jika kondisi perairan berada pada kisaran toleransi). Selanjutnya Affandi dan Tang (2002) menyatakan bahwa salinitas berhubungan erat dengan tekanan osmotik dan tekanan ionik air, sebagai media internal maupun eksternal.

Sifat osmotik air sangat bergantung pada jumlah ion yang terlarut di dalam air tersebut, semakin banyak jumlah ion yang terlarut dalm air maka akan semakin tinggi pula osmotik larutan tersebut. Ion yang mendominasi air laut terdiri atas Na+ (30,61%) dan Cl

-Osmoregulasi merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion di dalam cairan tubuh dengan air dan ion yang ada di lingkungannya. Ikan-ikan air tawar bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya, sehingga garam-garam yang ada di dalam tubuh cenderung akan keluar dan air dari lingkungan luar akan masuk melalui proses difusi. Jika hal ini tidak dikendalikan maka ikan akan kehilangan garam-garam di dalam tubuh dan terjadinya pengenceran cairan tubuh. Dengan demikian fungsi-fungsi fisiologis akan terganggu. Sedangkan pada ikan air laut terjadi sebaliknya yakni cairan tubuh bersifat hipoosmotik terhadap lingkungannya, yaitu tekanan osmosik air

(27)

laut lebih tinggi daripada cairan tubuh, sehingga air akan keluar dari tubuh melalui ginjal, insang dan kulit, dan garam akan masuk kedalam tubuh melalui proses difusi. Untuk mempertahankan konsentrasi garam dan cairan di dalam tubuhnya, ikan akan cenderung banyak meminum air laut dan mengurangi pembuangan air lewat urin (Fujaya 2004).

Setiap organisme akuatik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam merespon perubahan osmotik lingkungan eksternalnya, dan kecenderungan ini akan mengganggu kondisi internal. Organisme aquatik akan melakukan pengaturan tekanan osmotiknya dengan cara meminimalkan gradien osmotik antara cairan tubuh dengan lingkungannya sehingga mendekati kondisi isoosmotik dan semua ini berhubungan dengan transport aktif yang memerlukan pembelanjaan energi yang digunakan untuk proses tersebut (Affandi dan Tang 2002).

Pada beberapa jenis ikan air tawar salinitas optimal untuk sintasan benih dan pertumbuhan berbeda-beda. Pada ikan nila, gradien osmotik untuk pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan berkisar antara 355,88 – 374,66 mosm/l H2O atau setara dengan 12,31 ppt – 12,95 ppt (Syakirin 2000). Pada Ikan Bawal salinitas optimal berada pada 6 ppt (Djokosetiyanto 2008). Pada ikan gurame salinitas 4 ppt mampu meningkatkan pertumbuhan bobot maksimal sebesar 2,76% dan pertambahan panjang 2,47 cm (Damayanti 2003). Carrion et al. (2005) melaporkan bahwa untuk pertumbuhan yang baik pada Sea Bream

dicapai pada salinitas 12 ppt.

Peranan Gradien Osmotik pada Sintasan Benih

(28)

Osmolaritas cairan tubuh pada organisme akuatik ditentukan oleh salinitas media lingkungannya. Dengan demikian osmoregulasi merupakan upaya ikan untuk menyeimbangkan antara air dan ion cairan tubuh dengan lingkungannya. Kelangsungan hidup organisme dipengaruhi oleh keseimbangan antara kandungan ion cairan tubuh dengan kandungan ion dari lingkungannya (Affandi dan Tang 2002).

Apabila gradien osmotik antara cairan tubuh dengan media lingkungannya terlalu tinggi, maka akan menyebabkan proses fisiologis terganggu, stress bahkan dapat menyebabkan kematian (mortalitas) (Porchase et al. 2009).

Peranan Gradien Osmotik pada Pertumbuhan dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan ikan

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran (panjang dan bobot) tubuh selama periode waktu tertentu, pertumbuhan bersifat kuantitatif dan dinamis (irreversibel). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yakni faktor internal ( genetik dan kondisi fisiologis) dan faktor eksternal seperti pakan dan fisika kimia air (suhu, oksigen terlarut, ammonia, kesadahan, alkalinitas maupun salinitas).

Salinitas merupakan parameter kimia air yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan, baik secara langsung ataupun tidak langsung. salinitas berpengaruh langsung apabila gradien osmotik antara cairan tubuh dengan cairan media mendekati isoosmotik, pada kondisi ini proses fisiologis akan berjalan dengan optimal begitu juga dengan kemampuan digesti dan absorbsi nutrien, laju metabolisme (katabolisme dan anabolisme) akan berjalan normal. Katabolisme merupakan perombakan nutirien sederhana yang berasal dari protein, karbohidrat dan lemak, dari pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan energi.

(29)

kembali membentuk sel-sel baru (pertumbuhan), dan senyawa-senyawa lain (enzim, hormon) yang dibutuhkan oleh tubuh. Pengaruh tidak langsung dari salinitas adalah dapat mempengaruhi organisme akuatik melalui perubahan kualitas air antara lain ; kelarutan oksigen, alkalinitas dan lain-lain (Porchase et al.

2005).

Ketika gradien osmotik pada kondisi ideal, maka laju metabolisme di dalam tubuh akan meningkat, sehingga kadar metabolit di dalam darah akan berkurang. Keadaan seperti ini merupakan signal yang akan ditangkap oleh reseptor di dalam otak, yang memonitor kondisi metabolit darah dan akan disampaikan ke pusat lapar pada hypothalmus, sehingga akan memunculkan kembali rasa lapar (Affandi et al 2005). Kondisi ini akan menyebabkan konsumsi pakan akan meningkat, dan fungsi pakan sebagai sumber energi dapat digunakan untuk pertumbuhan.

Glukosa Darah

Stres merupakan respon fisiologis dari hewan yang terjadi pada saat hewan tersebut mempertahankan homeostasis pada suatu perubahan yang terjadi (Baratawidjaya 2006). Homeostasis, merupakan keadaan yang stabil yang dipertahankan melalui proses aktif, didalam melawan perubahan tersebut yang terjadi di dalam sel dengan cara pengontrolan permeabilitas membran sel, pembuangan sisa metabolisme dan lain-lain. Respon stres dapat berupa menurunnya volume darah, jumlah leukosit, penurunan glikogen hati dan terjadinya peningkatan glukosa darah (Affandi dan Tang 2002). Selajutnya (Barton dan Iwama 1999) menyatakan bahwa salah satu penyebab stres adalah terjadinya perubahan lingkungan (environmental changes) ataupun kualitas air, hal ini adalah salinitas, yang menyebabkan ikan mengalami hiperglisemia

(peningkatan glukosa dalam darah) dan dapat mempengaruhi kesehatan, kelangsungan hidup dan pertumbuhan.

(30)

tubuh dan lingkungan), sehingga menurunkan nafsu makan dan akibat banyaknya energi yang digunakan untuk mempertahankan kondisi homeostatis. Respon terhadap stres dikontrol oleh sistem endokrin melalui pelepasan hormon kortisol (glukokortikoid) dan katekolamin. Beberapa mekanisme yang berperan di dalam mempertahankan kestabilan glukosa di dalam darah yaitu glukoneogenesis, lipolisis, glikogenesis dan lipogenesis.Terdapat beberapa mekanisme respon stres untuk homeostatis kadar glukosa dalam darah yang dapat dipertahankan. Mengatur perubahan glukosa menjadi glikogen atau lemak yang disimpan, mekanisme mengatur kembali pelepasan dari bentuk simpanan untuk di konversikan menjadi glukosa yang masuk ke dalam darah. Oleh karena itu dengan banyaknya mekanisme yang terjadi didalam mempertahankan kondisi homeostatis glukosa darah, kestabilan glukosa di dalam darah sangat penting untuk kesehatan dan kelangsungan hidup (Piliang dan Djoyosubagio 2000).

Fisika Kimia Air

Parameter fisika dan kimia media sebagai lingkungan hidup ikan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan. Apabila keadaan fisika kimia air tidak sesuai dengan kebutuhan, maka akan terjadi gangguan pada proses fisiologis yang terjadi dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Parameter fisika air meliputi suhu, kecerahan. Kimia air ; oksigen ammonia, kesadahan, pH, salinitas (Effendi 2003).

Suhu air dapat mempengaruhi laju metabolisme dan pertumbuhan organisme aquatic (Effendi 2003). Suhu optimal bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan berkisar 28-32 OC , pada kondisi tersebut proses biokimia akan meningkat setiap peningkatan suhu 10OC (Boyd 1982). Suhu optimal untuk ikan baung adalah 30-32 0

(31)

oleh jumlah magnesium dan kalsium yang dapat berikatan dengan anion didalam penyusunan alkalinitas, yaitu bikarbonat dan karbonat (Effendi 2003). Kesadahan yang baik untuk menunjang kehidupan organisme aquatic berkisar 20-150 mg/l.

Alkalinitas merupakan kemampuan perairan untuk mengikat asam-asam lemah (buffer) penyusun ion-ion terdiri dari karbonat (HCO3-), bikarbonat ( CO3-) dan hidroksida (OH

-Sumber Amonia di perairan merupakan produksi dari hasil metabolisme ikan dan pembusukan senyawa organik oleh bakteri (Boyd 1982). Keberadaan ammonia di perairan berkaitan dengan kandungan oksigen terlarut, kandungan oksigen yang tinggi akan menyebabkan kandungan ammonia menjadi rendah karena dioksidasi menjadi NO

), walaupun borat, silikat, phospate, sulpida, ammonia memberi kontribusi terhadap nilai alkalinitas dalam jumlah sedikit (Effendi 2003).

(32)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dari bulan Desember 2010 sampai Maret 2011 bertempat di Laboratorium Lingkungan Departemen BDP, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Uji osmolaritas di lakukan di Laboratorium Embriologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Uji glukosa darah di Lab.Kesehatan Ikan Departemen BDP, uji proksimat ikan dan pakan dilakukan di Lab. Nutrisi Ikan Departemen BDP dan Analisa Kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen BDP Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Alat dan Bahan Penelitian Wadah Percobaan

Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah akuarium kaca dengan ukuran (50 x 35 x 30 cm) sebanyak 12 unit, volume air masing-masing wadah adalah 30 liter yang dilengkapi dengan pompa sirkulasi, filter, shelter, heater dan penutup akuarium berupa plastik hitam (agar kondisi akuarium bernuansa malam hari sehingga dapat merangsang ikan untuk makan pada siang hari). Untuk menjaga agar oksigen tetap layak untuk kehidupan ikan, akuarium dilengkapi dengan pompa sirkulasi dan busa filter dan agar suhu tetap konstan 30oC - 31oC digunakan heater water system.

Media Percobaan

(33)

menambahkan thiosulpat dengan dosis yang sama. Untuk Mendapatkan media percobaan sesuai dengan perlakuan yang diterapkan, dilakukan pengenceran air laut dengan air tawar (Lampiran 1).

Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan Baung (Hemibagrus nemurus) dengan bobot awal rata-rata 2,5 ± 0,05 gr/ekor. Benih diperoleh dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Sempur melalui Instalasi Riset Lingkungan dan Toksisitas Cibalagung Bogor.

Pakan

Selama percobaan ikan diberi pakan komersial berbentuk crumble dengan kadar protein 41,48 %, Lemak 9,07 %, Serat Kasar 3,17 %, Abu 11,31 % dan BETN 34,97 % (hasil proksimat dalam % berat kering).

Rancangan Percobaan

Penelitian ini dilakukan di labolatorium, terdiri atas percobaan pendahuluan yang bertujuan untuk mendapatkan kisaran salinitas, dari percobaan pendahuluan didapatkan benih ikan baung mampu hidup pada kisaran 0 ppt -10 ppt. Kisaran salinitas pada percobaan pendahuluan digunakan pada percobaan utama dengan range 2 ppt. Percobaan utama bertujuan untuk mengkaji osmolaritas media yang optimal pada respon fisiologis, sintasan benih dan pertumbuhan ikan baung.

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah tingkat osmolaritas berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, sebagai berikut :

(34)

Prosedur Percobaan Pemeliharan Ikan uji

Benih ikan baung diadaptasikan terlebih dahulu di lingkungan Laboratorium, dengan cara benih umur 20 hari dipelihara di dalam akuarium kaca berukuran (100x60x60cm) yang dilengkapi dengan aerasi, shelter, heater dan diberi pakan secara at satiation dengan frekuensi 4 kali sehari. Ikan diadaptasikan selama 7 hari. Selanjutnya ikan di aklimasikan terhadap media salinitas dengan menaikkan salinitas media secara bertahap 1 ppt setiap hari sampai pada tingkat salinitas yang diterapkan dalam perlakuan.

Ikan baung yang telah diaklimasikan tersebut kemudian dipindahkan secara bersamaan dan secara acak (random) ke dalam wadah percobaan sesuai dengan tingkat salinitas yang diterapkan (Steel dan Torrie 1991). Kepadatan ikan 1 ekor per liter air, setelah sebelumya dilakukan penimbangan ikan tiap wadah percobaan (W0

Selama percobaan ikan diberi pakan secara at satiation dengan frekuensi 5 kali sehari yaitu : pukul 06:00, 09:00, 12:00 dan 15:00,18:00 (Nurhayati 2007; Saputra 2007).

). Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01g. Begitu juga dengan panjang ikan dilakukan pengukuran dengan menggunakan penggaris.

Sampling Ikan

Untuk mengetahui pertumbuhan dilakukan pengukuran bobot dan panjang benih setiap 10 hari. Pengukuran bobot menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram dan pengukuran panjang ikan menggunakan penggaris dengan ketelitian 0,1 cm. Jumlah pakan yang diberikan selama percobaan dicatat untuk perhitungan jumlah pakan yang dikonsumsi dan efisiensi pemanfaatan pakan. Derajat kelangsungan hidup diketahui dengan menghitung jumlah ikan yang mati setiap harinya.

(35)

celup yang dilengkapi dengan filter, dan penyiponan terhadap kotoran ikan dan sisa pakan setiap hari sekali. Penambahan air media sebagai pengganti air yang terbuang ketika dilakukan penyiponan, dilakukan sesuai kebutuhan dengan air pengganti yang telah disesuaikan dengan perlakuan dan dipersiapkan sebelumnya.

Adapun parameter yang diukur, metode dan alat yang digunakan selama penelitian dapat di lihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Metode dan Alat pengukuran Parameter Pengamatan

No Parameter

Pengamatan

Metode Alat

1 Osmolaritas cairan tubuh dan air media (mOsm/lH2

Anggoro 1992 O)

Osmometer automatic Roebling

2 Tingkat konsumsi Oksigen (mgO2 4 Kadar Protein Takeuchi 1988 Semi mikro Kjedahl 5 Kadar Energi Takeuchi 1988 Semi mikro Kjedahl 6 Laju Bobot harian Hauisman 191976 Timbangan digital 7 Efisiensi Pakan (%) Takeuchi 1988 Timbangan digital 8 Sintasan (%) Ricker 1977

9 Salinitas (ppt) Handrefractometer

10 pH pH meter

11 NH3 (mg/l) Titrasi Spektrofotometer

12 Suhu (O C) Thermometer dan

Heater

13 Kesadahan (mg/l) Titrasi Spektrofotometer 14 Alkalinitas (mg/l) Titrasi Spektrofotometer

Gradien Osmotik

(36)

Tingkat Konsumsi Oksigen

Pengukuran tingkat konsumsi oksigen pada ikan baung dilakukan pada kondisi dipuasakan (kondisi basal) pada akhir percobaan. Prosedur pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 6.

Glukosa Darah

Parameter lain yang diukur adalah glukosa darah yang dapat menggambarkan tingkatan stres pada ikan baung yang dipelihara pada berbagai tingkat osmolaritas media sebagai petunjuk akan kondisi fisiologis sehingga diketahui pertumbuhannya. Prosedur lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.

Retensi Protein

Untuk mengetahui retensi protein pada ikan baung, dilakukan analisa proksimat protein pada pakan dan tubuh ikan. Berdasarkan hasil proksimat dilakukan pengukuran protein pada tubuh ikan yang diukur pada awal dan akhir percobaan dengan mengikuti metode Takeuchi (1988). Prosedur pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 9, Lampiran 13,Lampiran 14 dan Lampiran 15.

Retensi Energi

(37)

Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Data laju pertumbuhan bobot harian ikan uji dapat diperoleh dengan cara melakukan perhitungan berdasarkan data hasil pengukuran bobot ikan uji melalui sampling yang dilakukan setiap 10 hari sekali selama percobaan.

Efisiensi Pemanfaatan Pakan

Efisiensi pemanfaatan pakan, dapat diperoleh dengan melakukan perhitungan berdasarkan data hasil pengukuran pertumbuhan, ikan yang mati selama penelitian dan jumlah pakan yang diberikan selama percobaan.

Sintasan

Sintasan (survival rate) ikan baung merupakan jumlah ikan yang masih bertahan hidup hingga akhir pemeliharaan. Data sintasan dapat diperoleh berdasarkan perhitungan data jumlah ikan yang mati selama pemeliharaan.

Parameter yang Diukur Gradien Osmotik

Perhitungan gradien osmotik atau Tingkat Kerja Osmotik dihitung berdasakan Formula yang digunakan Anggoro (1992).Yaitu :

TKO = [ Osmolaritas darah/daging benih ikan (mOsm/L H2O) – Osmolaritas media (mOsm/L H2O) ]

Tingkat Konsumsi Oksigen

Tingkat konsumsi Oksigen dihitung dengan rumus sebagai berikut :

OC = Vx (DOto – DOn W x T

(38)

Keterangan :

= Konsentrasi Oksigen terlarut pada awal pengamatan (mg/l)

Kadar glukosa darah benih ikan baung dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Wedemeyer dan Yasutake (1977) sebagai berikut :

Kadar glukosa darah (Wedemeyer dan Yasutake 1977) AbsSp

Retensi protein dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988) sebagai berikut :

∑ Protein tubuh akhir (g) – ∑ Protein tubuh awal (g)

(39)

Retensi Energi

Retensi Energi dapat dihitung dengan menggunakan rumus Takeuchi (1988) sebagai berikut :

Energi dalam tubuh akhir (kcal) – Energi dalam tubuh awal (kcal)

RE = x 100

Total energi pakan yang dikonsumsi (kcal)

Laju Pertumbuhan Bobot Harian Ikan Baung

Laju pertumbuhan bobot rerata harian ikan uji dianalisa menggunakan rumus berdasarkan Huismann (1976) :

Laju Pertumbuhan Bobot rerata harian

t Wt

α = - 1 x 100 Wo

Keterangan

α = Laju pertumbuhan bobot rerata harian individu ( %) t = Waktu/periode pengamatan (hari)

Wt = Bobot rata-rata benih pada waktu ke-t (g) W0 = Bobot rata-rata benih pada waktu ke-0 (g)

Efisiensi Pemanfaatan Pakan

Efisiensi pemanfaatan pakan dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988) sebagai berikut :

(Bt + Bd) - Bo

EPP = x 100

(40)

Keterangan :

EP = Efisiensi pemanfaatan pakan (%)

Bt = Biomassa mutlak ikan pada akhir percobaan (g) Bd = Biomassa mutlak ikan yang mati selama percobaan (g) Bo = Biomassa mutlak ikan pada awal percobaan (g)

F = Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan selama percobaan (g)

Sintasan

Sintasan (Survival Rate) ikan Baung (Hemibagrus nemurus) ditentukan berdasarkan data jumlah ikan yang mati selama pemeliharaan, kemudian dihitung berdasarkan persamaan rumus : Ricker (1979).

Nt

SR = x 100 No

Keterangan :

SR = Survival Rate (tingkat kelangsungan hidup) (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir pengamatan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

Kualitas Fisika Kimia Air

Analisa Fisika Kimia Air Meliputi : pH, Oksigen terlarut ,Ammonia, Alkalinitas, Kesadahan dengan waktu pengukuran satu minggu satu kali selama pemeliharaan.

Analisa Data

Data gradien osmotik, tingkat konsumsi oksigen, glukosa darah, retensi protein, retensi energi, kelangsungan hidup, pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan dianalisa dengan menggunakan analisis ragam menggunakan MINITAB versi 15, dan untuk melihat pengaruh antar perlakuan dilakukan uji Tukey.

(41)
(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan Percobaan yang telah dilakukan, respon fisiologis ikan baung yang dipelihara pada osmolaritas media berbeda diekspresikan dengan nilai dari gradien osmotik, konsumsi oksigen, kadar glukosa darah, retensi protein, retensi energi, sintasan, laju pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan.

Gradien Osmotik

Hasil pengukuran Gradien osmotik pada benih ikan baung selama percobaan disajikan pada Tabel 2. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa osmolaritas media (salinitas) memberi pengaruh yang nyata terhadap gradien osmotik benih ikan baung (p<0,05). Gradien osmotik paling rendah adalah pada omolaritas media 0,166 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6 ppt (perlakuan C) yakni 0,062 Osmol/kg H2O.

Tabel 2. Nilai gradien osmotik (Osmol/kg H2O) benih ikan baung (Hemibagrus nemurus)pada setiap perlakuan.

Ulangan Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menujukkan

perbedaan yang nyata ( p< 0,05)

(43)

H2O yakni pada osmolaritas 0,206 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 7,5 ppt.

Gambar 3. Kurva respon Gradien osmotik ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada salinitas media berbeda.

Tingkat Konsumsi Oksigen

Hasil pengukuran tingkat konsumsi oksigen benih baung pada setiap perlakuan selama percobaan disajikan pada Tabel 3 dan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 11. Hasil tingkat konsumsi Oksigen tertinggi adalah pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 0 ppt sebesar 1,18 ± 0,17 mg O2/g/jam dan konsumsi oksigen terendah pada osmolaritas 0,166 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6 ppt sebesar 0,47 ± 0,06 mg O2/g/jam. Berdasarkan hasil analisa ragam dengan tingkat kepercayaan (p<0,05) menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pengaruh osmolaritas media atau salinitas media terhadap tingkat konsumsi oksigen pada benih baung.

(44)

Tabel 3. Nilai tingkat konsumsi oksigen (mg O2

Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata ( p<0,05)

/g/jam) benih ikan baung pada setiap perlakuan.

Kurva respon tingkat konsumsi oksigen disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa kurva respon nilai tingkat konsumsi oksigen pada salinitas media yang berbeda berbentuk kuadratik dengan persamaan Y= 1,196 – 0,2049 X + 0,01528 X2 dan nilai r = 0,98; Y = Tingkat konsumsi oksigen dan X= Salinitas media. Berdasarkan persamaan tersebut diketahui bahwa nilai minimum konsumsi oksigen adalah 0,49 mgO2/g/jam dicapai pada osmolaritas media 0,185 atau setara dengan salinitas 6,7 ppt.

Gambar 4. Kurva respon tingkat konsumsi oksigen ikan baung (Hemibagrus nemueus) pada salinitas berbeda.

(45)

Kadar Glukosa Darah

Hasil pengukuran kadar glukosa darah benih baung pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel 4 dan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 11. Kadar glukosa darah tertinggi adalah pada Osmolaritas 0,001 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 0 ppt sebesar 53,22 mg/100ml dan terendah adalah pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6 ppt sebesar 38, 20 mg/100ml. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa osmolaritas media berpengaruh terhadap tingkat kadar glukosa darah benih baung pada tingkat kepercayaan (p<0,05).

Tabel 4. Rerata kadar glukosa darah (mg/100ml) benih ikan baung pada setiap perlakuan selama percobaan.

Rta-rata 52,33±0,54a 42,95±0,05±0,05b 38,20±0,47c 40,15±0,04d Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan

perbedaan yang nyata ( p<0,05)

Kurva respon nilai glukosa darah ikan baung di sajikan pada Gambar 5. Berdasarkan gambar kurva respon tersebut diketahui bahwa respon fisiologis glukosa darah ikan baung berbentuk kuadratik. Persamaan kuadratik nilai glukosa darah adalah Y= 52,43 – 4,210 X + 0,3149 X2.

Berdasarkan persamaan tersebut diketahui bahwa nilai glukosa darah minimal adalah 38,35 mg/100ml yakni pada osmolaritas media 0,185 Osmol/kg H

dengan nilai r = 0,99 ; Y = nilai glukosa darah dan X = salinitas media.

(46)

Gambar 5. Kurva respon nilai kadar glukosa darah ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada salinitas berbeda.

Retensi Protein

Retensi Protein benih ikan baung pada setiap perlakuan selama percobaan dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada osmolaritas 0,166 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6 ppt memberikan nilai retensi protein tertinggi yakni 25,73% dan terendah pada osmolariats 0,001 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 0 ppt yakni 8,64%. Hasil analisa sidik ragam (p<0,05) menunjukkan bahwa osmolaritas media memberi pengaruh yang nyata terhadap retensi protein pada benih ikan baung.

Y = 52,43 – 4,210 x + 0,3149 x2

(47)

Tabel 5. Retensi protein (%) benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan

perbedaan yang nyata (p<0,05).

Kurva respon nilai retensi protein ikan baung di sajikan pada Gambar 6. Berdasarkan kurva respon tersebut diketahui bahwa respon fisiologis retensi protein ikan baung berbentuk kuadratik. Persamaan kuadratik nilai retensi protein adalah Y= 7,193 + 3,406 X - 0,1733 X2.

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa nilai retensi protein maksimal adalah 23,92% terdapat pada osmolaritas media 0,268 Osmol/kg H

dengan nilai r = 0,88 ; Y = Retensi protein dan X = salinitas media.

2O atau setara dengan salinitas 9,2 ppt.

Gambar 6. Kurva respon nilai Retensi protein ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada salinitas berbeda.

Y=7,193+3,406x – 0,1733x2

(48)

Retensi Energi

Retensi Energi benih ikan baung pada setiap perlakuan selama percobaan dapat dilihat pada Tabel 6. Retensi energi benih ikan baung tertinggi yaitu pada osmolaritas 0,166 Osmol/kg H2O setara dengan salinitas media 6 ppt yakni 28,73% dan terendah pada osmolaritas 0,001 Osmol/kg H2O setara dengan salinitas media 0 ppt yakni 14,33%. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa osmolaritas media berpengaruh terhadap retensi energi benih ikan baung (p<0,05).

Tabel 6. Retensi energi (%) benih ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan. Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan

perbedaan yang nyata (p<0,05).

Kurva respon nilai retensi energi ikan baung di sajikan pada Gambar 7. Berdasarkan kurva respon tersebut diketahui bahwa respon fisiologis retensi energi ikan baung berbentuk kuadratik. Persamaan kuadratik nilai retensi energi adalah Y= 13,32 + 3,056 X - 0,1655 X2

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa nilai retensi energi maksimal adalah 23,92% terdapat pada osmolaritas media 0,268 Osmol/kg H

dengan nilai r = 0,85 ; Y= Retensi energi dan X = salinitas media.

(49)

Gambar 7. Kurva respon nilai retensi energi ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada salinitas berbeda.

Laju Pertumbuhan Bobot

Laju Pertumbuhan bobot benih baung yang dipelihara selama 40 hari dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan hasil analisa ragam menunjukkan bahwa osmolaritas media atau salinitas media berpengaruh terhadap laju pertumbuhan bobot harian (p<0,05). Laju pertumbuhan bobot tertinggi adalah pada osmolaritas 0,166 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6 ppt sebesar 4,09%, sedangkan laju pertumbuhan bobot terendah adalah pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2

Tabel 7. Laju pertumbuhan bobot rata-rata harian (%) benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan selama percobaan.

O atau setara dengan salinitas 0 ppt sebesar 1,97%.

Ulangan Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan

perbedaan yang nyata (p<0,05).

Y=13,32+3,056x – 0,1655 x2

(50)

Kurva respon laju pertumbuhan bobot harian ikan baung disajikan pada Gambar 8. Kurva respon laju pertumbuhan bobot rata-rata harian ikan baung pada osmolaritas media berbeda berbentuk kuadratik. Dengan persamaan Y = 1,716 + 0,4753X – 0,0344 X2 dengan r = 0,74 ; Y = laju pertumbuhan bobot harian dan X = salinitas media. Berdasarkan persamaan tersebut diketahui bahwa pertumbuhan maksimum (3,35%) dicapai pada osmolaritas media 0,185 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6,69 ppt.

Gambar 8. Kurva respon laju pertumbuhan bobot rata-rata harian benih ikan Baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan selama percobaan.

Efisiensi Pemanfaatan Pakan

Nilai efisiensi pemanfaatan pakan benih ikan baung diperoleh berdasarkan data jumlah pakan yang dikonsumsi dan pertumbuhan bobot biomasa. Hasil perhitungan efisiensi pakan benih ikan baung setiap perlakuan selama percobaan dapat dilihat pada Tabel 8 dan secara rinci pada Lampiran 19. Efisiensi pemanfaatan pakan tertinggi dicapai pada perlakuan osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6 ppt (perlakuan C) yakni sebesar

Y =1,716 + 0,4753 x – 0,0344x2

(51)

70,64%, dan terendah pada Osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa salinitas media berpengaruh nyata terhadap efisiensi pemanfaatan pakan benih ikan Baung (p<0,05).

O atau setara dengan salinias 0 ppt ( perlakuan A) sebesar 26,97%.

Tabel 8. Efisiensi pemanfaatan pakan benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan selama percobaan

Ulangan

Rata-rata 26,97±3,98a 27,82±1,19a 70,64±0,80ab 58,46±1,30abc Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan

perbedaan yang nyata ( p<0,05.)

(52)

Gambar 9. Kurva respon efisiensi pemanfaatan pakan benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan selama percobaan.

Sintasan Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)

Hasil sintasan benih ikan baung yang dipelihara pada salinitas berbeda disajikan pada Tabel 9 dan secara rinci pada Lampiran 20. Sintasan benih ikan baung selama percobaan berkisar antara 97,78% - 100%, Sehingga dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa salinitas tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap sintasan benih ikan baung (p>0,05).

Tabel 9. Rerata sintasan benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan selama percobaan. Keterangan : huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan

perbedaan yang nyata ( p > 0,05)

Y= 22,12 + 7,83x – 0,362x2

(53)

Berdasarkan Gambar 10 kurva respon sintasan benih ikan baung pada berbagai tingkat osmolaritas atau salinitas yang berbeda berbentuk kuadratik. Dengan persamaan Y = 97,89 + 0,7770 X – 0,0617 X2, dengan nilai r = 0,96 ; Y = sintasan benih dan X= salinitas media. Dari persamaan tersebut diketahui bahwa sintasan benih ikan baung maksimum sebesar 100% pada osmolaritas media 0,188 Osmol/kg H2O atau setara dengan salinitas 6,2 ppt.

Gambar 10. Kurva respon sintasan benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) pada setiap perlakuan selama percobaan.

Kualitas Air

Nilai parameter fisika kimia air setiap perlakuan selama percobaan masih layak untuk kehidupan benih ikan baung (Handoyo 2010). Hal ini dikarenakan pengelolaan kualitas air media dilakukan dengan menggunakan filter sirkulasi setiap akuarium dan dilakukan penyiponan setiap hari untuk mengurangi kotoran sisa pakan dan sisa metabolisme ikan.

Hasil pengukuran nilai parameter fisika kimia media perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10 di halaman berikut.

Y= 97,89 + 0,777x – 0,0617x2

(54)

Tabel 10. Nilai parameter fisika kimia air pada setiap perlakuan selama Alkalinitas (mg/l) 29,1-33,18 32,2-37,1 33,4-36,1 44,1-50,2 Kesadahan (mg/l) 92-112 108-148 126-220 239-270 NH3 (mg/l) 0,001-0,023 0,002-0,032 0,001-0,037 0,004-0,061

Rangkuman Hasil Penelitian

Berdasarkan data parameter pengamatan yang telah dilakukan selama penelitian, diketahui bahwa osmolaritas media yang terbaik dan hubungannya dengan respon fisiologis benih ikan baung adalah osmolaritas 0,166 Osmol/kg H2

Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai optimasi osmolaritas media dan hubungannya dengan respon fisiologis benih ikan baung (Hemibagrus nemurus) dirangkumkan pada tabel 11 berikut ini.

(55)

Tabel 11. Nilai Gradien Osmotik (GO), Konsumsi Oksigen (Kon O2), Glukosa Darah, Retensi Protein (RP), Retensi Energi (RE), Pertumbuhan, Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) dan Sintasan Benih Ikan Baung Pada berbagai Perlakuan Selama Percobaan.

Parameter

52,33±0,54a 42,95±0,05b 38,20±0,47c 40,15±0,04 RP (%)

d 8,64±3,12 11,51±2,11a 25,73±1,50b 22,36±4,40 RE (%)

b 14,33±2,33a 17,96±3,44a 28,73±0,61b 26,40±3,04 Pertumbuhan (%)

b 1,97±0,47a 2,97±0,20a 4,09±0,07c 2,96±0,15 EPP (%)

d 26,97±3,98a 27,82±1,19a 70,64±0,80ab 58,46±1,30 Sintasan (%)

abc 97,78±1,92 100±0,00 100±0,00 100±0,00

Keterangan : 1. huruf supercript dibelakang standart deviasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata ( p < 0,05)

(56)

Pembahasan

Salinitas media yang diekspresikan dalam bentuk osmolaritas media, merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme akuatik ( Karim 2006). Perubahan salinitas media akan merubah nilai osmolaritas media dan akan berpengaruh terhadap osmolaritas cairan tubuh (plasma) ikan. Perbedaan osmolaritas media dan osmolaritas cairan tubuh yang disebabkan perbedaan salinitas akan menyebabkan gradien osmotik (beban osmotik) yang berbeda pula pada benih ikan baung.

Ion-ion utama yang menentukan osmolaritas tersebut adalah Cl-, Na+,

Mg2+, Ca2+, K+, dan SO42-. Ion Na+ dan Cl- merupakan kontributor utama pada osmolaritas plasma, pengaturan dan permeabilitasnya menjadi terpusat pada ketahanan gradien salinitas. Ion Mg2+ menstabilkan struktur ATP dalam reaksi enzim yang membutuhkan ATP. Ion K+

Osmolaritas media yang jauh dari kondisi seimbang dengan osmolaritas cairan tubuh ikan, akan berdampak kepada respon perilaku dan kondisi fisiologis benih ikan baung, yang selanjutnya akan berpengaruh juga pada pemanfaatan pakan yang dikonsumsi dan pada akhirnya akan mengganggu pertumbuhan .

merupakan elektrolit intraselluler / kation yang mempengaruhi tekanan osmose selluler Baldisserroto et al. (2007).

Gradien osmotik yang mendekati isoosmotik (ideal) akan menyebabkan penghematan energi untuk proses osmoregulasi, sehingga dengan sendirinya pemanfaatan energi dapat digunakan untuk proses pertumbuhan.

Energi yang digunakan untuk keperluan osmoregulasi berkaitan erat dengan gradien osmotik yang dilakukan oleh ikan untuk merespon perubahan grdien osmotik media. Gradien osmotik yang semakin rendah, akan menyebabkan energi yang digunakan untuk osmoregulasi akan sedikit, sehingga proses pertumbuhan akan semakin besar (Syakirin 2000).

(57)

Dalam kaitannya dengan gradien osmotik benih ikan baung, Gambar 3 memperlihatkan bahwa pola respon fisiologis gradien osmotik benih ikan baung berbentuk kuadratik. Berdasarkan kurva tersebut terlihat bahwa, pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H2O setara dengan salinitas 6 ppt memiiki nilai gradien osmotik yang paling rendah yaitu sebesar 0,061 Osmol/kg H2O. Sedangkan nilai gradien osmotik tertinggi adalah pada osmolaritas 0,001 Osmol/kg H2O setara dengan salinitas 0 ppt yaitu sebesar 0,326 Osmol/kg H2

Pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H

O. Nilai gradien osmotik ini dapat digunakan untuk mengetahui osmoregulasi benih ikan baung, pada gradien osmotik yang rendah, maka daya osmoregulasi akan rendah dan dengan gradien yang besar, daya osmoregulasi akan lebih besar pula.

2

Selanjutnya Syakirin (2000) mengemukakan bahwa pada gradien osmotik yang mendekati isoosmotik, sel-sel tubuh berada pada kondisi yang ideal, sehingga proses-proses fisologis di dalam tubuh ikan akan berjalan dengan normal. Dengan kondisi demikian, proses pencernaan berjalan lancar dan akan memacu penyerapan makanan, sehingga laju pengosongan lambung akan berjalan dengan cepat pula. Hal demikian akan menyebabkan konsumsi pakan meningkat sehingga pakan yang dikonsumsi juga akan lebih banyak. Keadaan ini dapat dilihat bahwa pada ikan baung yang dipelihara pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H

O setara salinitas 6 ppt, merupakan gradien osmotik terkecil. Keadaan ini menyebabkan nilai pertumbuhan dan efisiensi pemanfaatan pakan benih ikan baung paling tinggi diantara osmolaritas media yang dicobakan. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Partridge et al. (2001) bahwa pada gradien osmotik yang normal, efisiensi pemanfaatan pakan akan berjalan optimal, sehingga proses pencernaan pada ikan akan lebih efisien, jika dibandingkan dengan ikan yang dipelihara pada gradien osmotik yang jauh dari kondisi seimbang.

2

(58)

nilai gradien osmotik terendah, nilai retensi protein paling tinggi sebesar 25,73%. Hal ini menunjukkan bahwa pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh tubuh ikan dengan baik, sehingga kandungan nutrisi pakan dapat diretensi di dalam tubuh cukup efisien.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, benih ikan baung yang dipelihara pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H2

Gradien osmotik yang rendah akan mengurangi beban kerja enzim Na O, memiliki nilai efisiensi pemanfaatan pakan paling tinggi yakni sebesar 70,64%. Nilai tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang telah dilakukan oleh Kurnia (2002) pada ikan yang sama, efisiensi pakan mencapai sebesar 55,63%. Begitu juga dengan yang dilakukan oleh Syakirin (2000) efisiensi pemanfaatan pakan sebesar 23,34% dan Djokosetyanto (2007) nilai efisiensi pakan sebesar 12,06%.

+ – K+ - ATPase serta pengangkutan aktif Na+, K+ dan Cl

-Hal ini dapat dilihat dari nilai retensi energi ikan baung pada akhir pemeliharaan mencapai 28,73%, pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H

, sehingga energi (ATP) yang akan digunakan untuk proses osmoregulasi dapat diminimalkan dan sebaliknya akan banyak energi dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Fujaya 2004).

2

Carrion et al. (2005 ) mengemukakan bahwa kelebihan energi dari sisa osmoregulasi dapat digunakan untuk proses-proses fisiologis lainnya, seperti pertumbuhan ataupun reproduksi. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa pertumbuhan pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H

O, dan merupakan nilai retensi energi paling tinggi jika dibandingkan dengan salinitas media lainnya ataupun dengan yang dilakukan oleh Syakirin (2000).

2

Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa, osmolaritas media berpengaruh terhadap pola pertumbuhan benih ikan baung selama percobaan. Berdasarkan uji lanjut Tukey pertumbuhan benih ikan baung pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H

O atau setara dengan salinitas 6 ppt, merupakan pertumbuhan ikan baung tertinggi, jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya yakni 4,09% atau sebesar 12,13 gram pada akhir pemeliharaan.

(59)

ini menunjukkan bahwa, ikan baung yang dipelihara pada osmolaritas media yang jauh dari kondisi isoosmotik akan menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik.

Pada kondisi hiperosmotik atau hipoosmotik, benih ikan baung akan mengalami beban kerja osmotik yang besar, sebagai akibat dari tingginya gradien osmotik dari kondisi ideal, dan menyebabkan energi yang digunakan untuk proses osmoregulasi juga akan semakin besar. Hal ini diketahui dari nilai retensi energi ikan baung pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2O setara dengan salinitas media 0 ppt memiliki retensi energi paling rendah sebesar 14,33, jika dibandingkan dengan ikan baung yang dipelihara pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H2

Beban osmotik yang besar, akan menyebabkan pertumbuhan yang menurun akibat tidak optimalnya pakan yang dikonsumsi untuk dimanfaatkan oleh tubuh ikan didalam pertumbuhannya. Keadaan ini dapat diketahui dari ikan baung yang dipelihara pada osmolaritas media 0,241 Osmol/kg H

O yakni 28,76%.

2O setara salinitas 9 ppt, nilai pertumbuhan yakni 2,96%, kemudian pada osmolaritas media 0,87 Osmol/kg H2O setara salinitas 3 ppt yakni 2,07%, dan pertumbuhan terkecil pada ikan yang dipelihara pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2O setara salinitas 0 ppt yakni 1,97%. Begitu juga dengan efisiensi pemanfaatan pakan yang menurun pada ikan yang dipelihara di osmolaritas 0,241 Osmol/kg H2O setara salinitas 9 ppt yakni 58,45%, diikuti ikan yang dipelihara pada osmolaritas media 0,087 Osmol/kg H2O setara salinitas 3 ppt yakni 27,82%, dan efisiensi pemanfaatan pakan terendah pada ikan yang dipelihara di osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2

Goenarso (2003) mengatakan bahwa, Laju metabolisme dapat diekspresikan dalam bentuk konsumsi oksigen per gram berat badan per jam, atau biasa disebut sebagai laju metabolisme standart. Pengukuran konsumsi oksigen merupakan cara yang disarankan untuk mengukur laju metabolisme pada ikan. Aktivitas metabolisme hewan tidak dapat dipisahkan dari makanan yang dikonsumsi yang berperan sebagai sumber energi.

O setara salinitas 0 ppt yakni 26,97%.

(60)

ppt. dengan nilai 0,47 mg O2

Berbeda dengan ikan baung pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H /g/jam. Hal ini berkaitan dengan nilai gradien osmotik terendah pada benih ikan baung diperoleh pada ikan yang dipelihara pada osmolaritas media yang sama. Ketika ikan membutuhkan energi untuk proses osmoregulasi, maka ikan akan memanfaatkan sumber energi yang ada di dalam tubuhnya, yakni glukosa dan oksigen untuk oksidasinya. Dengan demikian menunjukkan bahwa, dengan gradien osmotik yang rendah akan menghemat energi, begitu pula konsumsi oksigen sebagai bahan untuk oksidasi material sumber energi dari pakan yang dikonsumsi.

2O atau setara dengan salinitas 0 ppt, dimana ikan baung akan melakukan proses osmoregulasi untuk mempertahankan kondisi homeostasis nya. Pada akhirnya, ikan akan melakukan aktifitas bergerak dan berenang yang lebih banyak, sehingga akan melakukan respirasi yang tinggi pula. Kondisi ini diekspresikan dari laju konsumsi oksigen paling tinggi pada ikan yang dipelihara pada osmolaritas media 0,001 Osmol/kg H2O sebesar 1,18 mg O2/g/jam, yang menyebabkan energi tidak mencukupi untuk proses pertumbuhannya. Sejalan dengan pertumbuhannya yang lebih rendah sebesar 1,97% , jika dibandingkan dengan ikan yang dipelihara pada osmolaritas media 0,166 Osmol/kg H2

Selanjutnya Fujaya (2004) menyatakan bahwa, Oksigen sebagai bahan respirasi digunakan untuk metabolisme, kaitannya dengan kondisi lingkungan dalam hal ini adalah osmolaritas media Julfiperius et al. (2004) mengatakan bahwa pada kondisi lingkungan yang optimal alokasi energi yang digunakan dalam proses metabolisme standart (osmoregulasi) menjadi minimum akibatnya porsi energi untuk pertumbuhan akan meningkat.

O setara salinitas media 6 ppt sebesar 4,09%.

Berdasarkan hasil analisa ragam konsumsi oksigen dengan osmolaritas media memberi hasil yang berbeda nyata (p<0,05). Hal ini berarti bahwa osmolaritas media berpengaruh terhadap laju konsumsi oksigen benih ikan baung.

Gambar

Gambar 1. Skema Pendekatan Masalah
Gambar 2. Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) (Khaolak 2011).
Tabel 1. Metode dan Alat pengukuran Parameter Pengamatan
Gambar 4. Kurva respon tingkat konsumsi oksigen ikan baung (Hemibagrus nemueus) pada salinitas berbeda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang

Untuk kepentingan penciptaan gagasan, penyebar luasan gagasan maka kerapkali intelektual dijadikan rujukanserta menjalankan roda kebudayan khususnya kebudayaan Bali yang

Assertive self- presentation ini terdiri dari ingratiation (tindakan yang dilakukan untuk menarik simpati, memuji diri sendiri, melakukan bantuan, memberikan hadiah,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1). respon siswa dengan penerapan modul membuat desain dengan bantuan colase pada mata pelajaran dasar desain kelas

Gambar 15 Perbandingan pengaruh variasi jarak terhadap nilai BCIs Dari tabel dan gambar diatas terlihat bahwa pada penurunan yang sama semakin semakin dekat jarak

This form is useful within a SELECT or UPDATE statement if a table contains a limited number of values in a column and you want to associate a corresponding result value to each

Berdasarkan laporan dari kader posyandu desa menyatakan bahwa ibu memberikan MP-ASI dini dikarenakan tidak dukung oleh orang dekat mereka untuk memberikan bayi ASI saja

Berdasar latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Lingkungan Kerja Non Fisik dan Stres Kerja