• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Lahan Saat Ini (Existing Landuse) Kabupaten Subang

Stewart et al. (2004) mendefinisikan penggunaan lahan sebagai suatu proses alokasi sejumlah aktivitas atau fungsi lahan yang berbeda (pertanian, industri, rekreasi atau konservasi) ke dalam unit area yang lebih spesifik. Hasil interpretasi citra dengan memperhatikan unsur–unsur interpretasi citra yaitu warna (rona), tekstur, asosiasi, bentuk, dan sebagainya (Lillesand et al. 2004), serta didukung dengan verifikasi lapang menghasilkan sembilan jenis penggunaan lahan. Kesembilan jenis penggunaan lahan tersebut adalah badan air, hutan, kebun campuran, lahan terbangun, mangrove, perkebunan, sawah, tambak, dan tegalan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8.

Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui bahwa sawah merupakan penggunaan lahan yang dominan di Kabupaten Subang dengan luas sebesar 104.850,97 ha atau 48,16% dari luas Kabupaten Subang. Dominasi penggunaan lahan berupa sawah di wilayah ini merupakan konsekuensi dari kebijakan pemerintah yang menetapkan Kabupaten Subang sebagai lumbung pangan khususnya beras. Kontribusi Kabupaten Subang dalam menyumbang produksi padi adalah terbesar ketiga di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013.

a) b) Legenda Tambak Tegalan Perkebunan Kebun Campuran Badan Air Hutan Lahan Terbangun Mangrove Sawah Legenda Tegalan Perkebunan Kebun Campuran Badan Air Hutan Lahan Terbangun Sawah

Gambar 8. Penggunaan lahan saat ini a) Kabupaten Subang b) lokasi sampling penelitian

Selain tanaman pangan berupa padi, Kabupaten Subang juga memiliki potensi besar terhadap sektor pertanian lainnya seperti palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Hal ini ditunjukkan dengan luasnya lahan kering berupa kebun campuran yang mencapai 40.974,68 ha atau 18,82%. Penggunaan lahan kebun campuran memiliki luasan terbesar kedua setelah sawah. Kabupaten Subang memiliki areal hutan seluas 21.578,49 ha yang terdiri dari hutan produksi dan hutan lindung. Lahan terbangun menempati penggunaan lahan terbesar keempat dengan luas sebesar 18.667,94 ha atau 8,57% dengan jumlah penduduk 1.465.157 jiwa. Kabupaten Subang menjadi daerah perkebunan sejak sebelum kemerdekaan Republik Indonesia dan hingga kini masih dijalankan. Perkebunan di kabupaten ini memiliki luas sebesar 15.139,53 ha atau 6,95%, meliputi perkebunan karet, teh, dan tebu. Luasan tambak sebesar 11.735,95 ha atau 5,39%, umumnya berupa tambak ikan. Luasan tegalan, badan air dan mangrove secara berturut-turut adalah 3.769,40 ha, 712,93 ha, dan 295,68 ha.

Gambar 8b menunjukkan sebaran spasial penggunaan lahan saat ini di lokasi sampling penelitian, tepatnya di empat kecamatan wilayah Subang bagian utara dan tengah yaitu Kecamatan Patokbeusi, Pabuaran, Cipeundeuy, dan Kalijati. Secara spasial terlihat bahwa penggunaan lahan di empat kecamatan ini didominasi oleh sawah. Penggunaan lahan sawah tersebar merata sebesar

19.313,73 ha atau 53% dari luas wilayah. Berdasarkan pengamatan di lapang, kualitas sawah di empat lokasi contoh berbeda-beda tergantung pada kondisi geomorfologi wilayah. Sawah di Kecamatan Patokbeusi umumnya merupakan sawah beririgasi teknis. Kualitas sawah di Kecamatan Pabuaran paling beragam yaitu beririgasi teknis, setengah teknis, dan belum beririgasi (tadah hujan), sedangkan di Kecamatan Cipeundeuy dan Kalijati didominasi oleh sawah tadah hujan.

Lahan kering di wilayah penelitian terdiri dari lahan terbangun, perkebunan, kebun campuran, hutan, dan tegalan. Perkebunan hanya tersebar di wilayah tengah, yaitu Kecamatan Cipeundeuy dan Kalijati dengan komoditas yang dibudidayakan berupa karet. Luas perkebunan di kedua kecamatan ini mencapai 5.023,30 ha di bawah pengelolaan PTPN VIII Jalupang. Kebun campuran dan tegalan merupakan tipe penggunaan lahan yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk bertanam palawija, buah-buahan, tanaman tahunan, dan lain-lain. Luas kebun campuran dan tegalan yang tersebar di wilayah penelitian secara berturut-turut adalah 3.829,41 ha dan 385,15 ha. Pada umumnya masyarakat setempat mengelola kebun campuran dan tegalan yang dimiliki dengan baik untuk menambah penghasilan di subsektor pertanian tanaman pangan.

Perencanaan penggunaan lahan dengan pola tanam yang optimal dalam penelitian ini lebih diarahkan khususnya pada penggunaan lahan sawah, kebun campuran, dan tegalan. Ketiga penggunaan lahan tersebut merupakan sumber pendapatan utama bagi para petani di Kabupaten Subang.

Analisis Komoditas Unggulan dan Identifikasi Pola Tanam di Kabupaten Subang

Penetapan komoditas unggulan di setiap wilayah kabupaten perlu dilakukan agar produksi yang dihasilkan tetap tinggi dan dapat bersaing di pasar, baik lokal maupun internasional (Syafruddin et al. 2004). Setiap daerah harus mengetahui sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulannya, sehingga pemerintah dapat memaksimalkan sektor unggulan tersebut (Basuki dan Gayatri 2009).

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam tiga tahap sebagaimana dijelaskan di metode didapatkan tiga jenis sebaran spasial komoditas unggulan di Kabupaten Subang yang disajikan pada Gambar 9. Gambar 9 menunjukkan bahwa tidak semua wilayah di Kabupaten Subang menjadi basis tanaman yang dibudidayakan. Padi menjadi komoditas pangan unggulan di Kecamatan Blanakan, Sukasari, Pamanukan, Tambakdahan, Cikaum, Binong, Pagaden, Pagaden Barat, Subang, dan Cisalak. Komoditas padi juga berpotensi menjadi komoditas unggulan di beberapa kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Ciasem, Patokbeusi, dan Pusakajaya. Secara umum, padi menjadi komoditas unggulan dan potensial unggulan di wilayah Subang bagian utara dengan topografi wilayah yang tergolong datar. Kondisi ini juga didukung oleh sawah yang sebagian besar beririgasi teknis, sehingga produksi padi di wilayah tersebut tergolong tinggi karena didukung oleh ketersediaan air yang cukup.

Beberapa tanaman palawija, diantaranya jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedelai, ubi jalar, dan ubi kayu, menjadi komoditas unggulan di beberapa kecamatan wilayah Subang bagian tengah dan selatan. Hal ini dipengaruhi oleh

topografi wilayah dan iklim yang menjadi persyaratan tumbuh tanaman palawija tersebut. Wilayah Subang bagian tengah dengan topografi bergelombang/berbukit, terdiri dari Kecamatan Purwadadi, Kalijati, Dawuan, dan Subang merupakan wilayah basis beberapa tanaman palawija di antaranya jagung, kedelai, dan kacang tanah. Wilayah Subang bagian selatan yang merupakan daerah pegunungan, terdiri dari Kecamatan Ciater, Cisalak, Jalancagak, Kasomalang, Segalaherang, Serangpanjang, dan Tanjungsiang menjadi pusat unggulan tanaman palawija, yaitu jagung, kacang tanah, ubi jalar, dan ubi kayu. Hanya ada dua kecamatan di wilayah Subang tengah dengan topografi datar yang menjadi basis tanaman palawija, yaitu Kecamatan Pabuaran dan Pagaden. Komoditas palawija unggulan di dua kecamatan ini adalah kedelai di Kecamatan Pagaden serta ubi kayu dan kacang hijau di Kecamatan Pabuaran.

Identifikasi pola tanam saat ini yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Subang dilakukan saat pengecekan lapang dengan petani. Adapun pola tanam saat ini yang diterapkan oleh petani pada lahan pertanian (sawah, kebun campuran, dan tegalan) berdasarkan hasil cek lapang disajikan pada Lampiran 8. Hasil cek lapang menunjukkan bahwa pola tanam di sawah terdiri dari tiga macam, yaitu padi-padi, padi-padi-padi, dan kacang tanah-padi-jagung, sedangkan pola tanam yang diterapkan oleh petani di kebun campuran dan tegalan terdiri dari 66 pola tanam terlihat pada Lampiran 5.

Identifikasi pola tanam di lapangan melengkapi informasi sebelumnya hasil analisis komoditas unggulan terkait komoditas pertanian yang dibudidayakan oleh petani Subang. Tanaman yang dibudidayakan oleh petani saat ini tidak hanya tanaman pangan, palawija, dan hortikultura yang bersifat musiman, tetapi ada juga yang menanam tanaman tahunan seperti kelapa, bambu, albasia, mahoni, nangka, rambutan, jabon, karet, dan sebagainya. Pola tanam yang diterapkan petani pun bervariasi, perpaduan antara tanaman pangan, palawija, hortikultur, dan beberapa jenis tanaman tahunan sehingga didapatkan lebih dari 60 pola tanam dari hasil cek lapang. Pola tanam yang beragam ini berpotensi untuk dikembangkan dan menjadi pertimbangan dalam perencanaan pengelolaan lahan optimal khususnya lahan pertanian di Kabupaten Subang. Pola tanam alternatif optimasi ini dipilih sesuai kondisi riil agar memenuhi persyaratan sesuai dengan preferensi komoditas yang diinginkan masyarakat setempat.

Gambar 9. Sebaran spasial komoditas unggulan di Kabupaten Subang a) Tanaman pangan b) Tanaman palawija c) Tanaman hortikultur

Evaluasi Kemampuan Lahan di Kabupaten Subang

Pengelolaan lahan harus sesuai dengan kemampuan lahan agar tidak menurunkan produktivitas lahan. Kemampuan lahan merupakan sifat dasar kesanggupan lahan memberikan hasil untuk penggunaan tertentu secara optimal dan lestari (Putra et al. 2012). Hasil tumpang tindih peta lereng dan peta jenis tanah yang membentuk karakteristik fisik lahan dan menjadi variabel klasifikasi kemampuan lahan menghasilkan sebaran kelas kemampuan lahan di Kabupaten Subang sebagaimana disajikan dalam Gambar 10. Sebaran kemampuan lahan ini didasarkan pada kriteria-kriteria kelas kemampuan lahan seperti dalam Lampiran 3.

®

0 510 20 30 40 Km Sumber : BAPEDA Kab. Subang BP DAS Citarum Ciliwung

BBSDLP IIIc IIIe IIIw IIe IVe IVw VIIe VIe Vs Legenda

Kelas Kemampuan Lahan Kabupaten Subang

Ha % 1 IIe 1939.77 0.89 2 IIIc 46567.79 21.39 3 IIIe 26189.89 12.03 4 IIIw 42573.68 19.55 5 IVe 27177.24 12.48 6 IVw 32597.86 14.97 7 Vs 4844.76 2.23 8 VIe 8371.43 3.84 9 VIIe 27463.14 12.61 Total 217725.56 100 Luas Kemampuan Lahan No Ha % 1 IIe 329.92 0.92 2 IIIc 13044.11 36.27 3 IIIe 9944.18 27.65 4 IIIw 1515.40 4.21 5 IVe 1843.97 5.13 6 IVw 6414.81 17.84 7 VIe 2874.09 7.99 Total 35966.49 100.00 No Kemampuan Lahan Luas Kelas Kemampuan Lahan Lokasi Cek Lapang

Kabupaten Subang

Kec. Patokbeusi

Kec. Kalijati Kec. Pabuaran

Kec. Cipeundeuy

Berdasarkan hasil evaluasi kemampuan lahan, Kabupaten Subang terbagi menjadi sembilan kelas lahan yaitu kelas kemampuan lahan IIe sampai dengan VIIe. Lokasi cek lapang di empat kecamatan yaitu Kecamatan Cipeundeuy, Kalijati, Pabuaran, dan Patokbeusi memiliki tujuh kelas lahan yaitu kelas kemampuan lahan IIe, IIIc, IIIe, IIIw, IVe, IVw, dan VIe. Kemampuan lahan di Kabupaten Subang didominasi oleh kelas kemampuan lahan IIIc dengan luas sebesar 46.567,8 ha atau 21,39% dari luas total Kabupaten Subang. Begitu pula dengan kelas kemampuan lahan di lokasi cek lapang juga didominasi oleh kelas kemampuan lahan IIIc sebesar 13.044,11 ha. Topografi kelas kemampuan lahan ini sebagian besar berada pada lereng yang agak miring atau bergelombang (8-15%). Jenis tanah yang menyusun adalah Latosol. Faktor pembatas yang menyebabkan lahan di beberapa wilayah Subang tergolong dalam subkelas IIIc adalah permeabilitas dengan kategori sedang sampai agak cepat disertai dengan hambatan iklim yang agak besar.

Penggunaan lahan yang terdapat pada kemampuan lahan subkelas IIIc berdasarkan hasil cek lapang adalah badan air, hutan, kebun campuran, lahan terbangun, perkebunan, sawah, dan tegalan. Lahan kelas III ini mempunyai hambatan yang lebih berat dari tanah kelas I dan II. Berdasarkan hal tersebut pemanfaatan lahan yang ideal di kelas ini adalah lahan tanaman semusim dan tanaman yang memerlukan pengolahan tanah dengan tindakan konservasi sedang. Untuk mencegah pelumpuran dan pemadatan, perlu ditambahkan bahan organik dan tidak mengolah tanah sewaktu tanah masih basah serta perlu dilakukan konservasi tanah untuk mencegah erosi pada tanah berlereng (Arsyad 1989).

Hasil evaluasi kemampuan lahan yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kelas kemampuan lahan IIe memiliki luas yang paling sedikit yaitu 1.939,77 ha atau 0,89% dari luas Kabupaten Subang. Lahan subkelas IIe menyebar pada kelas lereng datar (0-3%) dan landai (3-8%) dengan jenis tanah yang menyusun adalah Grumosol. Lahan IIe tersebar di wilayah Subang bagian tengah meliputi Kecamatan Cibogo, Cijambe, Dawuan, Kalijati dan Subang. Di lokasi sampling, lahan subkelas IIe hanya berada di Kecamatan Kalijati dengan luas sebesar 329,92 ha. Adapun faktor pembatas utama yang mempengaruhi lahan di beberapa wilayah tersebut tergolong dalam lahan dengan subkelas IIe adalah kepekaan erosi atau ancaman erosi yang tergolong sedang. Menurut Arsyad (1989) pemanfaatan lahan yang ideal di lahan kelas ini adalah tanaman semusim, tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, dan cagar alam. Berdasarkan hasil survei di lapang, penggunaan lahan yang terdapat di lahan subkelas IIe diantaranya adalah kebun campuran, lahan terbangun, perkebunan, sawah, dan tegalan. Dengan demikian, penggunaan lahan dalam kelas ini memerlukan sistem pertanaman konservasi khusus, tindakan-tindakan pencegahan erosi, pengendalian air lebih atau metode pengolahan.

Pada penelitian ini evaluasi kemampuan lahan dilakukan dengan mengklasifikasikan lahan sampai pada tingkat subkelas. Informasi tentang subkelas kemampuan lahan tersebut sangat berguna untuk memahami masalah-masalah konservasi yang harus ditangani. Peta kemampuan lahan pada tingkat subkelas sangat diperlukan dalam perencanaan tingkat kabupaten seperti Kabupaten Subang (Baja 2012).

Satuan Lahan (Land Unit)

Sebaran satuan lahan yang menggambarkan sebaran penggunaan lahan di Kabupaten Subang dan kelas kemampuan lahannya disajikan dalam Gambar 11. Sedangkan satuan lahan dan luasannya disajikan dalam Tabel 6.

Legenda IIe-->KC IIe-->LT IIe-->PK IIe-->SW IIe-->TG IIIc-->BA IIIc-->HT IIIc-->KC IIIc-->LT IIIc-->PK IIIc-->SW IIIc-->TG IIIe-->BA IIIe-->KC IIIe-->LT IVe-->HT IVe-->KC IIIe-->PK IIIe-->SW IIIe-->TG IIIw-->BA IIIw-->HT IIIw-->KC IIIw-->LT IIIw-->MR IIIw-->PK IIIw-->SW IIIw-->TB IIIw-->TG IVe-->LT IVe-->PK IVe-->SW IVe-->TG IVw-->KC IVw-->LT IVw-->SW IVw-->TB IVw-->TG VIIe-->HT VIIe-->KC VIIe-->LT VIIe-->PK VIIe-->SW VIIe-->TG VIe-->HT VIe-->KC VIe-->LT VIe-->PK VIe-->SW VIe-->TG Vs-->HT Vs-->KC Vs-->PK Vs-->SW Vs-->TB Vs-->TG Vs--LT Jawa Barat Kab. Subang

Tabel 6. Satuan lahan di Kabupaten Subang

No Kode satuan

lahan Satuan lahan Luas Persentase No

Kode satuan

lahan Satuan lahan Luas Persentase

1 IIe-->KC IIe-->Kebun Campuran 369,58 0,17 30 IVe-->LT IVe-->Lahan Terbangun 1.421,48 0,65

2 IIe-->LT IIe-->Lahan Terbangun 196,32 0,09 31 IVe-->PK IVe-->Perkebunan 1.087,87 0,50

3 IIe-->PK IIe-->Perkebunan 61,67 0,03 32 IVe-->SW IVe-->Sawah 8.631,80 3,96

4 IIe-->SW IIe-->Sawah 1.205,46 0,55 33 IVe-->TG IVe-->Tegalan 883,69 0,41

5 IIe-->TG IIe-->Tegalan 106,73 0,05 34 IVw-->KC IVw-->Kebun Campuran 872,01 0,40

6 IIIc-->BA IIIc-->Badan Air 43,55 0,02 35 IVw-->LT IVw-->Lahan Terbangun 3.345,91 1,54

7 IIIc-->HT IIIc-->Hutan 602,12 0,28 36 IVw-->SW IVw-->Sawah 28.318,40 13,01

8 IIIc-->KC IIIc-->Kebun Campuran 10.027,55 4,61 37 IVw-->TB IVw-->Tambak 18,426 0,01

9 IIIc-->LT IIIc-->Lahan Terbangun 6.400,15 2,94 38 IVw-->TG IVw-->Tegalan 43,12 0,02

10 IIIc-->PK IIIc-->Perkebunan 8.157,64 3,75 39 VIe-->HT VIe-->Hutan 3.134,28 1,44

11 IIIc-->SW IIIc-->Sawah 19.696,95 9,05 40 VIe-->KC VIe-->Kebun Campuran 2.741,95 1,26

12 IIIc-->TG IIIc-->Tegalan 1.640,26 0,75 41 VIe-->LT VIe-->Lahan Terbangun 223,90 0,10

13 IIIe-->BA IIIe-->Badan Air 0,27 0 42 VIe-->PK VIe-->Perkebunan 219,75 0,10

14 IIIe-->KC IIIe-->Kebun Campuran 2.363,68 1,09 43 VIe-->SW VIe-->Sawah 1.998,90 0,92

15 IIIe-->LT IIIe-->Lahan Terbangun 2.803,87 1,29 44 VIe-->TG VIe-->Tegalan 52,65 0,02

16 IIIe-->PK IIIe-->Perkebunan 2.874,59 1,32 45 VIIe-->HT VIIe-->Hutan 14.173,32 6,51

17 IIIe-->SW IIIe-->Sawah 17.939,43 8,24 46 VIIe-->KC VIIe-->Kebun Campuran 8.465,05 3,89

18 IIIe-->TG IIIe-->Tegalan 207,61 0,10 47 VIIe-->LT VIIe--> Lahan Terbangun 517,01 0,24

19 IIIw-->BA IIIw-->Badan Air 669,11 0,31 48 VIIe-->PK VIIe-->Perkebunan 1.001,48 0,46

20 IIIw-->HT IIIw-->Hutan 277,30 0,13 49 VIIe-->SW VIIe-->Sawah 2.621,58 1,20

21 IIIw-->KC IIIw-->Kebun Campuran 3.151,10 1,45 50 VIIe-->TG VIIe-->Tegalan 684,70 0,31

22 IIIw-->LT IIIw-->Lahan Terbangun 3.418,12 1,57 51 Vs-->HT VIIe-->Hutan 0,84 0

23 IIIw-->MR IIIw-->Mangrove 295,68 0,14 52 Vs-->KC VII-->Kebun Campuran 1.221,99 0,56

24 IIIw-->PK IIIw-->Perkebunan 179,64 0,08 53 Vs-->PK VII-->Perkebunan 1.556,88 0,72

25 IIIw-->SW IIIw-->Sawah 23.407,11 10,75 54 Vs-->SW VII-->Sawah 1.031,34 0,47

26 IIIw-->TB IIIw-->Tambak 11.065,76 5,08 55 Vs-->TB VII-->Tambak 651,77 0,30

27 IIIw-->TG IIIw-->Tegalan 109,87 0,05 56 Vs-->TG VII-->Tegalan 40,78 0,02

28 IVe-->HT IVe-->Hutan 3.390,64 1,56 57 Vs—LT VII-->Lahan Terbangun 341,18 0,16

29 IVe-->KC IVe-->Kebun Campuran 11.761,77 5,40    Total 217.725,56 100,00

Proses tumpang tindih peta penggunaan lahan dan sebaran kelas kemampuan lahan menghasilkan sebaran satuan lahan di Kabupaten Subang yang terdiri atas 57 satuan lahan. Satuan lahan ini memiliki data karakteristik lahan yang selanjutnya dapat berperan sebagai suatu unit perencanaan dan pengelolaan. Satuan lahan yang dihasilkan menjadi dasar dalam pengambilan titik sampling untuk pengecekan lapang.

Pengecekan lapang dalam penelitian ini dilakukan di empat lokasi kecamatan, yaitu Kecamatan Cipeundeuy, Kalijati, Pabuaran, dan Patokbeusi. Secara garis besar pengecekan lapang dilakukan di dua daerah dengan karakteristik yang berbeda. Kecamatan Kalijati dan Cipeundeuy merupakan daerah bertopografi bergelombang/berbukit, sedangkan Kecamatan Pabuaran dan Patokbeusi merupakan daerah bertopografi datar yang didominasi oleh lahan pertanian basah berupa sawah. Survei di empat kecamatan tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi pola tanam aktual yang berpotensi untuk dikembangkan. Data primer yang diperoleh di lapang dikombinasikan dengan data sekunder yang ada sehingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan pola tanam optimum pada suatu satuan lahan tertentu. Penentuan pola tanam optimum di lahan pertanian Kabupaten Subang ini menggunakan nilai erosi lahan, kecukupan beras, dan manfaat ekonomi sebagai pertimbangan.

Satuan lahan yang menjadi fokus penelitian adalah satuan lahan dengan penggunaan lahan berupa sawah, kebun campuran, dan tegalan. Hal ini dikarenakan tiga penggunaan lahan tersebut merupakan lahan pertanian yang diusahakan oleh petani dan menjadi pendapatan utama mereka. Luas satuan lahan di empat kecamatan yang dipilih dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7 dan sebaran spasial satuan lahan beserta titik sampling disajikan pada Gambar 12.

Tabel 7. Luas satuan lahan terpilih

No Kode

satuan lahan Satuan lahan Luas satuan lahan (ha)

1 IIe-->KC IIe-->Kebun Campuran 108,22

2 IIe-->SW IIe-->Sawah 88,40

3 IIIc-->KC IIIc-->Kebun Campuran 1.709,93

4 IIIc-->SW IIIc-->Sawah 1.577,93

5 IIIc-->TG IIIc-->Tegalan 78,81

6 IIIe-->KC IIIe-->Kebun Campuran 173,50

7 IIIe-->SW IIIe-->Sawah 2.726,49

8 IIIe-->TG IIIe-->Tegalan 67,44

9 IIIw-->KC IIIw-->Kebun Campuran 235,18

10 IIIw-->SW IIIw-->Sawah 456,90

11 IIIw-->TG IIIw-->Tegalan 39,35

12 IVe-->KC IVe-->Kebun Campuran 182,22

13 IVe-->SW IVe-->Sawah 338,28

14 IVw-->TG IVw-->Tegalan 7,30

15 IVw-->KC IVw-->Kebun Campuran 127,61

16 IVw-->SW IVw-->Sawah 2.466,90

17 VIe-->KC VIe-->Kebun Campuran 148,34

18 VIe-->SW VIe-->Sawah 154,24

19 VIe-->TG VIe-->Tegalan 7,05

IIe-->KC IIe-->SW IIIc-->KC IIIc-->TG IIIc-->SW IIIe-->KC IIIe-->SW IIIe-->TG IIIw-->KC IIIw-->SW IIIw-->TG IVe-->KC IVe-->SW IVw-->KC IVw-->SW VIe-->KC VIe-->SW VIe-->TG IVw-->TG IIIc-->KC IIIc-->SW IIIc-->TG IIIe-->KC IIIe-->SW IIIe-->TG IIIw-->KC IIIw-->SW IIIw-->TG IVe-->KC IVe-->SW IVw-->KC IVw-->SW IVw-->TG VIe-->KC VIe-->SW VIe-->TG IIe-->KC IIe-->SW

®

0 1.5 3 6 9 12 Km Legenda Kec. Patokbeusi Kec. Kalijati Kec. Pabuaran Kec. Cipeundeuy Jawa Barat

Gambar 12. Sebaran spasial satuan lahan, titik responden, dan beberapa foto kondisi lapang

Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat 19 satuan lahan dari lokasi contoh. Satuan lahan dengan luas tertinggi adalah IIIe-->Sawah sebesar 2.726,49 ha. Satuan lahan tersebut dicirikan oleh tipe penggunaan lahan sawah dengan kemampuan lahan IIIe. Satuan lahan ini tersebar di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Pabuaran, Petokbeusi, dan Cipeundey. Persebaran terluas berada di Kecamatan Pabuaran diikuti dengan Patokbeusi dan Cipeundeuy. Hal ini disebabkan karena daerah ini merupakan daerah peralihan dari wilayah tengah yang bertopografi bergelombang ke wilayah utara yang bertopografi datar dengan jenis tanah penyusunnya adalah Podsolik sehingga menyebabkan daerah ini tergolong dalam kemampuan lahan IIIe dengan faktor pembatas berupa erosi yang agak tinggi. Topografi wilayah ini yang tergolong agak datar dan ketersediaan air yang cukup mudah diatur menyebabkan masyarakat setempat banyak memanfaatkan lahannya sebagai sawah, dengan tipe irigasi yang beragam antara lain teknis, setengah teknis, dan tadah hujan. Oleh sebab itu, satuan lahan tipe IIIe-->Sawah tersebar luas di daerah penelitian, terutama Kecamatan Pabuaran.

Satuan lahan dengan luas terkecil adalah VIe-->Tegalan (VIe-->TG), yaitu hanya sebesar 7,05 ha. Satuan lahan ini memiliki tipe lereng yang tergolong agak curam sehingga masyarakat setempat jarang memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan pertanian. Satuan lahan VIe-->TG hanya berada di Kecamatan Kalijati yang merupakan daerah bergelombang sampai berbukit.

Dokumen terkait