• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Penelitian

PT. Aneka Tambang Unit Bisnis Penambangan Emas Pongkor berada di Desa Bantar Karet Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Secara geografis Pongkor berada pada -06.37.22.6 LS dan 106.36.56.2 BT dengan ketinggian 318 km diatas permukaan laut. Curah hujan selama penelitian cukup tinggi yaitu mencapai 3302,5 mm/tahun dengan rata-rata kelembapan 84.17% dan temperatur rata-rata 25.5°C (BMG Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor 2008).

Pada bulan pertama setelah penanaman, tanaman Pueraria phaseoloides Benth, Centrosema pubescens Benth dan Calopogonium mucunoides Benth menunjukkan pertumbuhan yang hampir sama, namun pada bulan kedua dan seterusnya mulai terlihat perbedaan respon ketiga jenis tanaman tersebut.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Kesuburan Tanah

Rekapitulasi hasil sidik ragam untuk parameter kimia tanah tailing yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam kimia tanah tailing yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi

Parameter Pupuk Hayati

Teknologi Revegetasi

Interaksi Pupuk dan Teknologi

Derajat Keasaman Tanah Kadar Fosfor Tanah Kadar Pb Tanah tn ** - tn ** * tn ** -

Keterangan : * : berbeda nyata (P<0.05) ** : berbeda sangat nyata (P<0.01) tn : tidak berbeda nyata

- : tidak dianalisa

Pemberian pupuk hayati, teknologi revegetasi dan interaksi pupuk hayati dengan teknologi revegetasi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar fosfor tanah (P<0.01) tetapi tidak berpengaruh terhadap derajat keasaman

tanah, sementara teknologi revegetasi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar Pb tanah.

Derajat Keasaman (pH) Tanah

Derajat keasaman (pH) tanah disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan pupuk hayati, teknologi revegetasi dan interaksi antara pupuk hayati dengan teknologi revegetasi tidak berpengaruh pada pH tanah.

Tabel 3 Rataan derajat keasaman tanah (pH) tanah tailing yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (°)

Perlakuan T1 T2 T3 Rataan P1 6.80 6.90 7.00 6.90 P2 7.10 7.15 7.05 7.10 P3 7.05 7.05 6.90 7.00 P4 7.00 7.05 7.05 7.03 Rataan 6.99 7.04 7.00

Keterangan : P1 = Control, P2 = Mycofer, P3 =Mycofer+Rhizobium, P4 = Mycofer +

Rhizobium+ PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+asam humat, T3 =

Hydroseeding.

Semua perlakuan tidak berpengaruh pada pH tanah disebabkan bahwa pH tanah sudah cukup baik dan optimal untuk pertumbuhan tanaman. Pada pH seperti ini mineral makro nitrogen (N), fosfor(P) dan kalium dalam kondisi cukup dan tersedia namun ternyata tidak ideal untuk tanah tailing karena ternyata masih banyak unsur makro yang kurang yaitu N dan P.

Kadar Fosfor Tersedia Tanah

Kadar Fosfor (P) tersedia tanah yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi disajikan pada Tabel 4. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati, teknlogi revegetasi dan interaksi pupuk hayati dengan teknologi revegetasi memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap kadar fosfor tersedia tanah.

24

Tabel 4 Rataan kandungan fosfor (P) tanah yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (ppm)

Perlakuan T1 T2 T3 Rataan P1 9.10 I 28.80 E 37.30 C 25.07B P2 4.30 J 58.00 A 8.60 I 23.63B P3 20.20 G 8.20 I 18.90 H 15.76C P4 24.00 F 33.70 D 43.30 B 33.66A Rataan 14.40C 32.17A 27.02B

Keterangan : 1. P1 = Control, P2 = Mycofer, P3 =Mycofer+Rhizobium, P4 = Mycofer +

Rhizobium + PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+Asam Humat, T3 =

Hydroseeding.

2. Angka yang diikuti oleh superskrip huruf besar yang berbeda pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan beda sangat nyata (P<0.01) dengan Uji Duncan.

Hasil uji lanjut menunjukkan kandungan fosfor (P) tersedia ditanah tertinggi adalah pada perlakuan P2T2 yaitu menggunakan mycofer, arang sekam dan asam humat, sedangkan nilai terendah ditunjukkan pada perlakuan P2T1 (mycofer dan pupuk kandang). Tanah Tailing memiliki kandungan Ca yang tinggi dan pH basa dengan kejenuhan basa mencapai 100% (Setyaningsih 2007). Pada pH diatas netral, P kurang tersedia bagi tanaman karena diikat oleh Ca menjadi senyawa yang kurang tersedia dalam bentuk Ca-P. Asam humat merupakan bahan organik yang berasal dari batuan leonardite yang mengalami fermentasi kemudian diekstrak (Tan 1993).

Arang sekam padi adalah bahan organik dengan nisbah karbon dan nitrogen tinggi (Mariam 1986). Bahan organik dari asam humat dan arang sekam tersebut dapat mempengaruhi ketersediaan P melalui dekomposisi yang menghasilkan asam-asam organik dan CO2. Asam-asam organik tersebut dapat berupa asam malonat, asam oksalat dan asam tartat yang akan menghasilkan anion organik. Anion organik dari asam-asam tersebut dapat membentuk komplek dengan ion Al, Fe dan Ca bebas dalam larutan tanah. Dengan demikian, konsentrasi ion Al, Fe dan Ca bebas dalam larutan tanah akan berkurang sehingga P akan tersedia lebih banyak (Karti 2003). Bahan organik yang terdapat pada perlakuan pupuk kandang (T1) ternyata belum cukup untuk meningkatkan kelarutan P didalam tanah.

Konsentrasi Timbal (Pb) Tanah

Kadar Timbal (Pb) tanah yang diberi perlakuan teknologi revegetasi disajikan pada Gambar 2. Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan teknologi revegetasi memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar Pb tanah.

3.65 3.1 3.6 2.8 3 3.2 3.4 3.6 3.8 T1 T2 T3 Perlakuan K adar Pb ( ppm )

Gambar 2 Pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi Pb dalam tanah. T1 (TSA), T2 (asam humat+arang sekam), T3 (hydroseeding). Angka yang diikuti superskrip yang berbeda menunjukkan beda nyata (P<0.05) dengan uji Duncan

Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan yang paling baik dalam menurunkan Pb tanah adalah teknologi yang ke-2 (T2) yaitu menggunakan arang sekam dan asam humat berbeda nyata dengan T1 (pupuk kandang) dan T3 (hydroseeding). Salah satu karakteristik yang paling khusus dari bahan humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidroksida, mineral dan organik, terutama pencemar beracun untuk membentuk asosiasi (Jackson 1977). Dibandingkan pupuk kandang, arang sekam padi merupakan bahan organik dalam bentuk aktif dimana keberadaannya lebih mempengaruhi sifat fisik kimia dan biologi tanah (Soepardi 1983). Bahan organik dalam arang sekam mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi dan dapat membentuk komplek yang stabil dengan logam pada tanah yang terkontaminasi dan dapat melepaskan secara perlahan sebagai sumber pupuk untuk tanaman (Huang dan Schnifzer 1986). Teknologi hydroseeding (T3) pada dasarnya memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi karena mengandung asam humat,

b

a

26

kompos kotoran sapi dan ayam serta mulsa namun kurang efektif dalam menurunkan Pb tanah dikarenakan diduga teknologi ini tidak mengandung arang aktif yang mempunyai fungsi penjerapan (chelating agent).

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Rekapitulasi hasil sidik ragam untuk parameter pertumbuhan dan produksi leguminosa yang ditanam pada lahan tailing dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5 Rekapitulasi sidik ragam parameter pertumbuhan dan produksi Uji F Setiap Peubah

Peubah Pupuk Hayati Teknologi

Revegetasi Interaksi Pupuk dan Teknologi Pertambahan Panjang Penyebaran Tanaman P.phaseoloides C. Pubescens C. mucunoides tn tn tn tn tn * tn tn tn Jumlah Daun Trifoliate

P.phaseoloides C. Pubescens C. mucunoides tn tn tn tn tn tn tn tn * Biomasa Parsial P.phaseoloides C. Pubescens C. mucunoides tn ** tn ** ** tn * ** tn Biomasa Total tn tn tn Cover Area tn tn tn

Keterangan : * : berbeda nyata (P<0.05) ** : berbeda sangat nyata (P<0.01) tn : tidak berbeda nyata

Perlakuan pupuk hayati, teknologi revegetasi dan interaksi pupuk hayati dengan teknologi revegetasi tidak berpengaruh pada pertambahan panjang penyebaran tanaman P.phaseoloides dan C. Pubescens, jumlah daun tanaman P.phaseoloides dan C. Pubescens serta biomasa parsial tanaman C. mucunoides. Seluruh perlakuan baik faktor tunggal dan interaksi antar faktor juga tidak berpengaruh terhadap biomasa total dan cover area. Selanjutnya perlakuan teknologi revegetasi berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap biomasa parsial tanaman P.phaseoloides dan C. Pubescens dan berpengaruh nyata (P<0.05)

terhadap pertambahan panjang penyebaran tanaman C. mucunoides. Interaksi pupuk hayati dan teknologi revegetasi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap jumlah daun trifoliate tanaman C. mucunoides.

Pertambahan Panjang Penyebaran Tanaman

Rataan pertambahan panjang penyebaran masing-masing leguminosa P. phaseoloides, C. pubescens dan C. muconoides yang ditanam secara konsorsium pada tanah tailing disajikan pada Tabel 6. Perlakuan pupuk hayati, teknologi revegetasi dan interaksi pupuk hayati dengan teknologi revegetasi tidak berpengaruh terhadap panjang penyebaran tanaman P. phaseoloides dan C. pubescens tetapi perlakuan teknologi revegetasi berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap pertambahan panjang tanaman tanaman C. muconoides sedangkan perlakuan pupuk hayati dan interaksi pupuk hayati dengan teknologi revegetasi tidak berpengaruh terhadap pertambahan panjang penyebaran tanaman ini C. muconoides .

Seluruh perlakuan tidak berpengaruh terhadap pertambahan panjang penyebaran tanaman P. phaseoloides dan C. pubescens diduga karena kedua tanaman ini telah memenuhi kebutuhan Fosfat (P) didalam tubuhnya. Fosfat merupakan unsur hara penting yang berperan dalam pembelahan, perpanjangan dan differensiasi sel, sintesis protein, fotosintesis serta metabolisme energi. Unsur P sangat vital bagi pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif dan hasil tanaman (Buckman 1982). Fosfat merupakan komponen esensial ADP (Adenosine Di Phosphate) dan ATP (Adenosine Tri Phosphate), yang bersama-sama memainkan peranan penting dalam fotosintesis dan penyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman (Tan 1996).

Hasil uji lanjut terhadap pertambahan panjang penyebaran tanaman C. muconoides menunjukkan hasil terbaik terlihat pada kombinasi perlakuan P4 (mycofer+rhizobium dan PSB) dan T1 (pupuk kandang) tidak berbeda nyata dengan P2T1, P1T1. Secara umum tanaman ini hanya membutuhkan teknologi sederhana yaitu pupuk kandang (T1) untuk penyediaan hara bagi pertambahan panjang penyebarannya namun untuk hasil yang maksimal tanaman ini membutuhkan bantuan mikroorganisme pelarut fosfat (PSB).

28

Tabel 6 Rataan pertambahan panjang penyebaran tanaman Pueraria phaseoloides Benth, Centrosema pubescens Benth, dan Calopogonium mucunoides Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi pada tanah tailing (cm)

Jenis Legum Perlakuan T1 T2 T3 Rataan

P1 25.8 36.3 26.1 30.3 P2 34.8 35.5 38.2 36.2 P3 27.7 22.6 30.9 27.1 P4 33.8 28.2 27.6 29.9 Pueraria phaseoloides Benth Rataan 30.5 30.6 30.7 P1 39.4 34.1 33.3 35.6 P2 41.8 39.8 32.5 38.0 P3 36.3 21.2 25.6 27.7 P4 31.2 44.3 27.6 34.4 Centrosema pubescens Benth Rataan 37.2 34.8 29.8 P1 41.2 30.7 38.7 36.9 P2 43.9 32.4 36.4 37.6 P3 31.5 41.0 30.2 34.3 P4 55.2 25.8 39.8 40.3 Calopogonium mucunoides Benth Rataan 42.9 a 32.5 b 36.3 ab

Keterangan :1. P1 = Control, P2 = Mycover, P3 =Mycover+Rhizobium, P4 = Mycover+

Rhizobium + PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+ Asam Humat, T3 =

Hydroseeding.

2. Angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan beda nyata (P<0.05) dengan uji Duncan.

Pupuk kandang memberikan keuntungan antara lain memperbaiki struktur tanah, sumber hara bagi tanah, menambah kandungan humus atau bahan organik kedalam tanah, meningkatkan aktivitas jasad renik, meningkatkan kapasitas menahan air, mengurangi erosi dan pencucian serta meningkatkan KTK dalam tanah (Soepardi 1983). Bahan organik yang terkandung dalam pupuk kandang menghasilkan asam-asam organik yang dapat membantu melarutkan P sehinggga menjadi tersedia bagi tanaman. Mycofer membantu dalam penyerapan P dari dalam tanah ke tajuk tanaman.

Dalam aktifitasnya jasad renik pelarut P akan menghasilkan asam organik di antaranya asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat, oksalat dan glioksilat, malat, fumarat, tartarat dan ketobutirat (Rao 1982). Asam organik ini menyebabkan pH rendah, dan beberapa hidroksi berinteraksi dengan kalsium, besi kemudian akan melarutkan fosfat. Asam organik seperti asam sitrat dan asam sulfat berperan dalam meningkatkan kelarutan fosfat dalam batuan fosfat. Beberapa bakteri pelarut fosfat sangat efektif melarutkan kalsium fosfat tanpa menghasilkan asam organik (Ilmer dan Schinner 1992).

Rhizobium yang terdapat pada P4 membantu dalam penyediaan nitrogen (N) bagi pertumbuhannya. Menurut Setiadi (1989) ciri khas dari rhizobia adalah kemampuannya membentuk bintil akar pada akar leguminosa, rhizobia mampu mengubah N2 dari atmosfir menjadi amonia (NH3), sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Produksi bintil akar aktif mempengaruhi serapan nitrogen oleh tanaman. Unsur N yang ditambat secara biologis oleh bintil akar akan membantu dalam proses fotosintesis. Hasil proses fotosintesis ini akan ditranslokasikan ke seluruh jaringan tanaman dalam bentuk karbohidrat, protein dan vitamin yang selanjutnya digunakan untuk perkembangan dan pertumbuhan organ tanaman.

Mycofer membantu tanaman dalam meningkatkan serapan dan translokasi hara terutama unsur P kedalam tanaman legum karena adanya struktur hifa didalam akar tanaman dan tanah yang mampu meningkatkan luas areal untuk pertukaran hara dan air antara tanaman dan inang (Utama dan Yahya 2003).

Jumlah Daun Trifoliate

Jumlah daun trifoliate masing-masing leguminosa P. phaseoloides, C. pubescens dan C. muconoides yang ditanam secara konsorsium pada tanah tailing disajikan pada Tabel 7. Perlakuan pupuk hayati, teknologi revegetasi dan interaksi pupuk hayati dengan teknologi revegetasi tidak berpengaruh pada jumlah daun trifoliate tanaman P. phaseoloides, dan C. pubescens. Sedangkan pada tanaman C. muconoides interaksi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap jumlah daun trifoliate tetapi perlakuan faktor tunggal pupuk hayati dan teknologi revegetasi tidak memberikan pengaruh yang nyata.

30

Tabel 7 Rataan jumlah daun trifoliate tanaman Pueraria phaseoloides Benth, Centrosema pubescens Benth, dan Calopogonium mucunoides Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi pada tanah tailing (bh)

Jenis Legum Perlakuan T1 T2 T3 Rataan

P1 31. 38 25 31 P2 32 28 39 33 P3 30 26 26 27 P4 41 32 19 31 Pueraria phaseoloides Benth Rataan 35 31 27 P1 48 54 45 49 P2 42 33 42.2 39 P3 43 34 37 38 P4 46 33 33 38 Centrosema pubescens Benth Rataan 45 39 40 P1 67.8ab 58b 64ab 63 P2 101.9a 68ab 70ab 80 P3 45.7b 70ab 50b 55 P4 74.4ab 56b 77ab 69 Calopogonium mucunoides Benth Rataan 72.7 63 65

Keterangan : 1. P1 = Control, P2 = Mycover, P3 =Mycover+Rhizobium, P4 = Mycover +

Rhizobium + PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+Asam Humat, T3 =

Hydroseeding.

2. Angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan beda nyata (P<0.05) dengan uji Duncan.

Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan. Pengamatan daun dapat didasarkan atas fungsinya sebagai penerima cahaya dan alat yang berperan dalam proses fotosintesis. Semua perlakuan tidak berpengaruh pada jumlah daun P. phaseoloides, dan C. pubescens disebabkan tanaman sudah dapat memenuhi kebutuhan P di dalam tubuhnya. Sama halnya dengan pertambahan panjang tanaman, untuk pembentukan daun diperlukan unsur P karena sangat vital bagi pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif dan hasil tanaman (Buckman 1982).

Fosfat merupakan komponen esensial ADP (Adenosine Di Phosphate) dan ATP (Adenosine Tri Phosphate), yang bersama-sama memainkan peranan penting dalam fotosintesis dan penyerapan ion serta sebagai transportasi dalam tanaman (Tan 1996).

Hasil uji lanjut untuk tanaman C. muconoides menunjukkan jumlah flash tertinggi adalah pada kombinasi perlakuan perlakuan P2T1 (mycofer dan pupuk kandang) tidak berbeda dengan P4T3 (mycover, rhizobium, PSB dan teknologi hydroseeding). Secara umum boleh dikatakan bahwa tanaman C. muconoides cukup efisien dalam menggunakan bahan organik sebagai sumber hara. Meskipun pada P4T3 tersedia bahan organik yang cukup banyak namun reaksi tanaman ini tidak lebih baik dibandingkan jika diberikan teknologi sederhana saja. Pupuk kandang berperan dalam penyediaan bahan organik dalam tanah sehingga kebutuhan hara untuk fotosintesis terpenuhi. Pupuk kandang memberikan keuntungan antara lain memperbaiki struktur tanah, sumber hara bagi tanah, menambah kandungan humus atau bahan organik kedalam tanah, meningkatkan aktivitas jasad renik, meningkatkan kapasitas menahan air, mengurangi erosi dan pencucian serta meningkatkan KTK dalam tanah (Soepardi 1983). Mycofer memiliki peranan penting dalam penyerapan dan translokasi hara dari dalam tanah ke tanaman. Menurut Sieverding (1991) cendawan mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air.

Produksi Biomasa Parsial

Rataan berat segar tajuk P. phaseoloides, yang ditanam secara konsorsium pada tanah tailing disajikan pada Tabel 8. Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan teknologi revegetasi memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap biomasa tanaman P. phaseoloides dan interaksi antara perlakuan pupuk hayati dan tenologi revegetasi memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap biomasa tajuk. Sedangkan perlakuan pupuk hayati tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap biomasa tajuknya.

32

Tabel 8 Rataan berat segar tajuk Pueraria phaseoloides Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (g)

Perlakuan T1 T2 T3 Rataan P1 634 cd 1237 bcd 1768 ab 1213 P2 721 bcd 796 bcd 1266 bcd 928 P3 282 d 627 cd 2596 a 1169 P4 1074 bcd 619 cd 1393 bcd 1029 Rataan 678 D 820 B 1755 A

Keterangan : 1. P1 = Control, P2 = Mycofer, P3 =Mycofer+Rhizobium, P4 = Mycofer +

Rhizobium + PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+ Asam Humat, T3 =

Hydroseeding.

2. Angka yang diikuti superskrip huruf kecil yang berbeda pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan beda nyata (P<0.05) dengan uji Duncan. 3. Angka yang diikuti huruf besar berbeda pada kolom yang berbeda

menunjukkan beda sangat nyata (P<0.01) dengan uji Duncan.

Hasil uji lanjut untuk tanaman P. phaseoloides menunjukkan bahwa nilai berat tajuk terbaik didapatkan pada kombinasi perlakuan P3T3 yaitu menggunakan pupuk hayati mycofer ditambah Rhizobium dan teknologi hydroseeding yang terdiri atas asam humat, pupuk kandang ayam dan sapi fermentasi (kompos), mulsa serta perekat tidak berbeda nyata dengan P1T3 (tanpa pupuk hayati dan teknologi hydroseeding) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Tanaman Pueraria phaseoloides Benth menunjukkan kurang toleran terhadap kondisi lahan tailing sehingga memerlukan teknologi revegetasi yang komprehensif untuk memenuhi kebutuhannya akan hara. Tanaman ini juga membutuhkan bantuan rhizobium untuk membantu penyediaan nitrogen tetapi tidak membutuhkan mikroba pelarut fosfat karena kebutuhan fosfat (P) sudah terpenuhi bagi pertumbuhannya.

Lahan tailing mengandung logam berat Pb dan Cu yang tinggi. Dengan adanya asam humat maka membantu dalam penjerapan logam berat yang berbahaya bagi tanaman. Salah satu karakteristik yang paling khusus dari bahan humat adalah kemampuannya untuk menjerap ion logam, oksida, hidroksida, mineral dan organik, terutama pencemar beracun untuk membentuk asosiasi (Jackson 1977). Pemberian kompos berperan dalam penyediaan bahan organik pada lahan tailing. Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai sehingga dapat dimanfaatkan untuk

memperbaiki sifat-sifat tanah, disamping itu didalam kompos terkandung hara-hara mineral yang berfungsi untuk penyediaan makanan bagi tanaman. Hasil dekomposisi bahan organik menghasilkan senyawa-senyawa sederhana yang langsung dapat dimanfaatkan tanaman, serta membentuk senyawa komplek dengan logam berat yang disebut organo metallic complex. Pembentukan senyawa komplek ini dapat mengurangi sifat racun logam berat (Varloo 1993). Selain itu penambahan kompos meningkatkan jumlah ligan negatif yang berasal dari gugus karboksilat, sehingga kation akan dijerap oleh ligan negatif tersebut, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pH tanah. Selain itu ikatan ligan terhadap kation bersifat tidak permanen, sehingga mudah terjadi pertukaran kation, yang berakibat pada peningkatan nilai kapasitas tukar kation (KTK). Untuk kasus tailing ini, mekanisme yang meningkatkan KTK menjadi sangat penting karena nilai KTK di tanah tailing termasuk rendah.

Teknologi hydroseeding juga memanfaatkan mulsa jerami padi yang digunakan diatas permukaan tanah sehingga dapat mempertahankan kondisi tanah sebagaimana dibutuhkan tanaman. Pemulsaan bertujuan untuk mencegah kehilangan air melalui evaporasi, memperkecil proses dispersi, merangsang agregasi tanah, memperbaiki struktur tanah, mempertahankan kapasitas memegang air serta menekan aliran permukaan dan erosi (Sinukaban et al. 1991). Beberapa keuntungan dari praktek pemulsaan antara lain (1) melindungi agregat-agregat tanah dari daya rusak butir hujan, (2)meningkatkan penyerapan air oleh tanah, (3) mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan, (4) memelihara temperatur dan kelembapan tanah, (5) memelihara kandungan bahan organik tanah, (6) mengendalikan pertumbuhan gulma, (7) meningkatkan kegiatan biologis tanah (Purwowidodo 1983).

Lahan tailing mengandung nitrogen yang rendah. Unsur N merupakan salah satu unsur hara makro tanah yang dibutuhan oleh tanaman. Nitrogen didalam tanaman berperan sebagai penyusun semua protein (asam-asam amino dan enzim) dan klorofil, dalam koenzim dan asam-asam nukleat, serta hormon tumbuh seperti sitokinin dan auksin, dan bahan-bahan yang menyalurkan energi seperti klorofil, ADP dan ATP. Tanaman tidak dapat melakukan metabolismenya jika kekurangan unsur N untuk membentuk bahan-bahan penting tersebut.

34

Pengaplikasian mikroba penambat nitrogen Rhizobium dapat mengatasi permasalahan defisiensi N pada lahan tailing. Nitrogen tersedia berlimpah di udara dalam bentuk gas N2. Dalam bentuk ini tanaman tidak dapat memanfaatkannya, namun dengan adanya kerjasama dengan bakteri tanah, N2 gas tersebut dapat diubah menjadi bentuk amonium sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber nitrogen oleh tanaman yang dikenal sebagai proses fiksasi secara simbiotik (Laegreid et al. 1999). Fiksasi N2 secara biologi menyumbang kira-kira 70% dari semua nitrogen yang di fiksasi di bumi. Ciri khas dari rhizobia adalah kemampuannya membentuk bintil akar pada akar leguminosa Setiadi (1989), rhizobia mampu mengubah N2 dari atmosfir menjadi amonia (NH3), sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

Kehadiran mycofer membantu dalam hal penyerapan zat-zat hara dalam tanah. Mycofer merupakan salah satu pupuk hayati yang telah dihasilkan oleh Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, dengan mengutamakan kekuatan mikroba cendawan mikoriza arbuskula (CMA). Mycofer terdiri dari 4 jenis spora yang berbeda asal dan spesiesnya yaitu Glomus manihotis (Indo-1), Glomus etunicatum (NPI- 126), Gigaspora margarita dan Acaulospora tuberculata (Indo-2). Menurut Sieverding (1991) cendawan mikoriza arbuskula yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air.

Respons tanaman P. phaseoloides ini merupakan indikasi bahwa tanaman ini dapat berkembang lebih baik pada tanah yang sudah dibenahi, sehingga persyaratannya sesuai dengan kebutuhan tumbuh optimal.

Rataan berat segar tajuk dan hasil analisis ragam untuk tanaman C.Pubescens dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi serta interaksi perlakuan pupuk hayati dengan teknologi revegetasi terhadap berat segar tajuk tanaman C. pubescens.

Tabel 9 Rataan berat segar tajuk Centrosema pubescens Benth yang diberi perlakuan pupuk hayati dan teknologi revegetasi (g)

Perlakuan T1 T2 T3 Rataan P1 1098 BC 435 E 460 CDE 664B P2 2018 A 777 BCDE 1136 BC 1310A P3 534 CDE 303 E 1201 B 679B P4 1063 BCD 693 BCDE 713 BCDE 823AB Rataan 1178 A 552 B 877 B

Keterangan : 1. P1 = Control, P2 = Mycofer, P3 =Mycofer+Rhizobium, P4 = Mycofer +

Rhizobium + PSB, T1 = TSA, T2 = Arang Sekam+Asam Humat, T3 =

Hydroseeding.

2. Angka yang diikuti oleh huruf besar pada baris dan kolom yang berbeda menunjukkan beda sangat nyata (P<0.01) dengan Uji Duncan.

Untuk tanaman C.Pubescens hasil uji lanjut menunjukkan kombinasi perlakuan terbaik adalah P2T1 yang menggunakan mycofer dan pupuk kandang sapi sedangkan nilai terendah ditunjukkan oleh kombinasi perlakuan P1T2 dan P3T1. Selain tercemar logam berat lahan tailing memiliki KTK yang rendah akibat kandungan C organik yang rendah pula. Pupuk kandang merupakan bahan yang berasal dari kotoran padat dan cair hewan ternak yang bercampur dengan sisa-sisa makanan dan merupakan bahan organik, yang memiliki fungsi seperti kompos, namun tingkat ketersediaan unsur hara lebih baik karena proses mineralisasi terjadi lebih cepat dibandingkan kompos, sebagai akibat kayanya mikroba dalam pupuk kandang. Seperti halnya kompos, pupuk kandang juga memperbaiki struktur tanah, sumber hara bagi tanah, menambah kandungan humus atau bahan organik kedalam tanah, meningkatkan aktivitas jasad renik, meningkatkan kapasitas menahan air, mengurangi erosi dan pencucian serta meningkatkan KTK dalam tanah (Soepardi 1983). Bahan organik yang terkandung dalam pupuk kandang dapat membantu menjerap logam berat yang terdapat pada tailing. Penggunaan mycofer membantu tanaman dalam penyerapan

Dokumen terkait