• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komposisi Kimia Sluri Gas Bio

Hasil dari pengujian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan persyaratan baku mutu pupuk organikdapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Hasil Analisa Komposisi Sluri Gas Bio

No. Parameter Satuan Sluri gas bio SNI pupuk

organik

1. C-organik % 3,69 4,5

2. N-total % 0,24 -

3. C/N - 15,38 12-25

4. P % 0,035 -

Sumber : Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian, 2016

Uji laboratorium menunjukkan bahwa pada sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian memiliki C/N rasio 15,38 berarti sluri tersebut telah matang dan sudah memenuhi standar Permentan dan SNI. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2001) yang menyatakan bahwa pupuk organik yang baik adalah yang mengandug C/N rasio 12-15.

Rasio C/N akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara, jika C/N rasio berbanding terbalik dengan ketersediaan unsur hara, artinya bila C/N rasio tinggi maka kandungan unsur hara sedikit tersedia untuk tanaman, sedangkan jika C/N rendah maka ketersediaan unsur hara tinngi dan tanaman dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hasil analisis sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian bila dapat dikatagorikan cukup baik karena kandungan C-organik 3,69, N-total 0,24, C/N rasio 15,38. Sluri yang telah matang berwujud cair cenderung padat, berwarna coklat terang atau hijau dan cenderung gelap, sedikit atau tidak

mengeluarkan gelembung gas, tidak berbau dan tidak mengundang serangga. Sluricair maupun padat dikelompokkan sebagai pupuk organik karena seluruh bahan penyusunnya berasal dari bahan organik yaitu kotoran ternak yang telah berfermentasi. Hal ini jika dilihat dari kriteria penilaian unsur hara tanah yang dikatakan sedang jika C-organik 2,01-3,00%, N-total 0,21-0,50%, C/N rasio 11-15 (Harjowigeno,1987). Ini menjadikan sluri baik untuk menyuburkan lahan dan meningkatkan produksi tanaman. Kandungan lain dalam sluri asam amino, asam lemak, asam organik, asam humat, vitamin B-12, hormon auksin, sitokinin, antibiotik, nutrisi mikro (Fe, Cu, Zn, Mn, Mo) (TIM BIRU, 2010).

Produksi Bahan Segar

Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terhadap produksi bahan segar pastura campuran dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Produk bahan segar (ton/ha/thn) pastura campuran dengan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian

Pastura campuran

Dosis sluri gas bio (ton/ha/thn) rataan

0 20 30 40

R1 174,74 187,33 203,82 204,84 192,68a±14,40

R2 162,02 176,45 191,97 199,16 182,40b±16,56

Rataan 168,38c±8,98 181,89b±7,69 197,89a±8,37 202,00a±4,01

- RL1 = pastura campuran digitaria milianjana dan Stylosanthes guyanenesis,

- RL2= pastura campuran digitaria milianjana dan clitoria ternatea. - Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan

adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05)

Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan jenis pastura pemberian dan sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian memberikan pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap produksi bahan segar pada pastura campuran.Nilai rataanproduksi bahan segar pastura campuran Digitaria

milanjiana dan Stylosanthes guyanenesis(RL1) sebesar 192,68 ton/ha/thn memiliki produksi bahan segar tertinggi jika dibandingkan dengan pastura

Digitaria milanjiana danClitoria ternatea (RL2) sebesar 182,40 ton/ha/thn. Hal ini disebabkan karena tanaman memiliki perbedaan anatomi dan fisiologi tumbuh sendiri, sehingga memiliki panen yang berbeda. Rumput Digitaria milanjiana

merupakan tanaman tahunan yang bervariasi, berstolon, (kadang-kadang berizoma atau berumpun dengan batang berongga tegak). Tanaman rumput tahunan yang mermpunyai banyak stolon dan rizoma dan membentuk lapisan penutup tanah yang padat. Namun bila dilihat dari sifat adaptasi terhadap Stylosanthes guyanensis, rumput Digitaria milanjianalebih baik karena sifatnya yang batang berongga tegak dan memiliki banyak stolon, tumbuh sesuai dengan sifat

Stylosanthes guyanensisyang termasuk tanaman perdu sehingga Stylosanthes guyanensis tidak mendapat naungan yang berlebihan yang dapat menghambat pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasan (2012) yang menyatakan bahwa stylosanthes guyanensis sendiri dapat menghasilkan produksi 10 ton/ha bila ditanam dengan sistem monokultur. Tetapi jika rumput Digitaria milanjiana

yang berbatang tegak dengan Clitoria ternatea yang menjadi pasangan pastura campurannya dimana Clitoria ternatea yang memiliki sifat merambat. Clitoria ternatea yang menjalar pada rumput Digitaia milanjianamenyebabkan terjadi persaingan dalam penyerapan sinar matahari. Hal ini menyebabkan rumput

Digitaria milanjiana mendapatkan naungan yang lebih. Sanchez (1993) menyatakan bahwa namun peningkatan penanaman leguminosa pada polapertanaman campuran tersebut mengkaibatkanpenurunan produksi hijauan. Hal ini terjadi karenaproduksi hijauan yang dihasilkan oleh leguminosalebih

rendah dari produksi hijauan yang dihasilkanoleh rumput. Menurut Sanchez (1993), peningkatan produksi pertanaman campuranditentukan oleh proporsi hijauan yang dihasilkanoleh masing-masing.

Nilai rataan tertinggi produksi bahan segar pada tiap perlakuan pemberian dosis sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terdapat pada perlakuan dosis 40 ton/ha/tahun (P3) sebesar 201,933 ton/ha/thn dan produksi bahan segar terendah terdapat pada perlakuan kontrol atau tanpa pemberian pupuk sluri (P0) sebesar 168,368 ton/ha/thn. Jika dibandingkan antara tiap perlakuan yaitu dosis 30 ton/ha/thn (P2) sebesar 197,892 ton/ha/thn memiliki produksi bahan segar lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan dosis 20 ton/ha/thn (P1) yang sebesar 181,892 ton/ha/tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk sluri gas bio dengan input feses kambing dan tepung biji durian dapat meningkatkan produksi bahan segar pastura campuran. Hal ini disebabkan karena tanaman yang di pupuk dengan sluri yang merupakan pupuk organik mengandung cukup nutrisi sehingga penyerapan unsur hara semakin baik. Kualitas sluri sisa proses pembuatan gas bio lebih baik daripada kotoran ternak yang langsung dari kandang. Hal ini disebabkan proses fermentasi di dalam

biodigester terjadi prombakan anaerobik bahan organik menjadi gas bio dan asam organik yang mempunyai berat molekul rendah seperti asam asetat, asam butirat dan asam laktat. Peningkatan asam organik akan meningkatkan konsentrasi unsur N, P, dan K. Pemberian pupuk organik secara teratur lambat laun akan membentuk cadangan unsur hara dalam tanah. Dalam jangka waktu yang lama pupuk tersebut masih dapat memberikan hasil yang baik. Nirwanto (2010) menyatakan bahwa pupuk organik memiliki peranan yang sangat penting bagi

tanah karena dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan fisika, kimia dan biologi. Oleh karena itu pupuk yang diberikan pada tanah tersebut harus mempunyai unsur hara yang cukup agar mampu mendukung tanah dalam memenuhi kebutuhan tanaman.

Interaksi antara jenis pastura campuran dan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan tepung biji durian memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi bahan segar. Hal ini disebabkan tanaman memiliki sifat dan ciri tanaman yang berbeda tapi besarnya produksi tanaman juga dipengaruhi oleh tingkat efisiensi penggunaan cahaya yang telah diserap. Syahbuddin et al. (1998) bahwa setiap varietas memiliki respon yang berbeda.

Produksi Bahan Kering

Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terhadap produksi bahan kering pastura campuran dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Produksi bahan kering (ton/ha/thn) pastura campuran dengan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan tepung biji durian

Pastura campuran

Dosis sluri gas bio (ton/ha/thn) rataan

0 20 30 40

RL1 36,89 44,26 44,63 39,57 41,34a±3,75

RL2 29,75 32,88 37,47 47,77 36,97b±7,87

Rataan 33,32d±5,04 38,57c±8,04 41,05b±5,06 43,67a±5,79

- RL1 = pastura campuran digitaria milianjana dan Stylosanthes guyanenesis,

- RL2= pastura campuran digitaria milianjana dan clitoria ternatea. - Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan

adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05)

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis pastura campuran dan pemberian berbagai dosis sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian memberikan pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap produksi bahan Keterangan :

kering pastura campuran.Nilai rataan produksi bahan kering pastura campuran

Digitaria milanjianadan Stylosanthes guyanenesis(RL1) sebesar 41,34 ton/ha/thn memiliki produksi bahan kering lebih tinggi bila dibandingkan dengan pastura campuran Digitaria milanjiana dan Clitoria ternatea (RL2) yang sebesar 36,97 ton/ha/thn, walaupun produksi berat segar Digitaria milanjianadan Stylosanthes guyanenesis lebih tinggi bila dibandingkan Digitaria milanjiana dan Clitoria ternatea karena pada pastura campuran Digitaria milanjianadan Clitoria ternatea

lebih banyak mengandung kadar air. Dimana terjadi persaingan dalam penyerapan intensitas cahaya matahari, hal ini menyebabkan legum pada RL2 lebih banyak mendapatkan cahaya sehingga pertumbuhan legumClitoria ternatea memiliki pertumbuhan yang lebih dominan jika dibandingkan dengan pertumbuhan rumputDigitaria milanjiana. Hal ini menunjukkan bahwa Clitoria ternateamempunyai kandungan air yang lebih besar, berbeda dengan pastura campuran Digitaria milanjiana dan Stylosanthes guyanensis yang berimbang sehingga fotosintesisnya menghasilkan metabolisme yang baik dengan pembentukan bahan kering yang lebih tinggi. Unsur nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif, dengan pertumbuhan vegetatif yang aktif hasil fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan akar, batang dan daun sehingga berat kering naik.Rerumputanyang ditanam bersama dengan tanamanleguminosa dapat dibantu ketersediaan danpenyerapan nitrogennya dari nitrogen hasil fiksasirhizobium yang ada pada bintil akar leguminosa, selanjutnya Juhaeni etal. (1983) menyatakan dapat menjadi pemasokunsur nitrogen bagi tanaman rumput yangditanam bersamanya, sehingga hasil rumput padapertanaman campuran menjadi lebih tinggidibandingkan pada pertanaman monokultur

rumputsaja.Clement et al. (1983) menyatakan bahwa simbiosis legumdengan rhizobium yang mampu memfiksasi nitrogen dari udara, sehingga kebutuhan nitrogen bagi tanaman dapat terpenuhi. Bahkan nitrogen tersebuttidakhanya untuk tanaman legum inang, tetapi dapatjuga digunakan untuk tanaman yang lainnya yangditanam bersama tanaman legum.

Nilai rataan tertinggi produksi bahan kering pada tiap perlaukan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terdapat pada perlakuan dosis 40 ton/ha/tahun (P3) sebesar 43,67 ton/ha/thn sedangakan produksi bahan kering terendah terdapat pada perlakuan kontrol atau tanpa pemberian pupuk sluri (P0) sebesar 33,32 ton/ha/thn. Sedangkan bila dibandingkan antar tiap perlakuan yang menggunakan sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian seperti dosis 30 ton/ha/tahun (P2) sebesar 41,05 ton/ha/tahun memiliki produksi bahan kering lebih tinggi daripada perlakuan dosis 20 ton/ha/tahun (P1) yaitu sebesar 38,57 ton/ha/tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan tepung biji durian dapat meningkatkan produksi bahan kering pada pastura campuran. Meningkatnya produksi bahan kering dengan adanya pemupukan disebabkan karena perlakuan diberi pupuk dengan sluri dan tanahnya lebih subur sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.Pemupukan erat hubungannya dengan ketersediaan unsur hara yang optimum bagi tanaman akan menghasilkan proses metabolisme tanaman yang mampu mengubah nutirisi yang diserap sehingga terbentuk pertumbuhan dan perkembangan yang baik bagi tanaman. Pada pupuk sluri gas bio kandungan unsur bahwa nitrogennya lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang. Unsur nitrogen diperlukan untuk

pertumbuhan vegetatif, dengan pertumbuhan vegetatif yang aktif hasil fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan akar, batang dan daun sehingga berat kering naik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ifradi et al. (1998) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik akan meningkatkan produksi bahan kering, protein kasar dan menurunkan seratkasar.Hal ini sesuai dengan pernyataan Ifradi et al,

(2003) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik dapat meningkatkan produksi hijauan. Untuk meningkatkan kualitas nutrisi hijauan pakan ternak, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki sistem pemupukan.

Pada gambar 2 menunjukan bahwa terjadi interaksi antara perbedaan jenis pastura campuran dan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian memberikan pengaruh yang berbeda terhadap produksi bahan kering. Gambar menunjukan produksi bahan kering pada pastura campuran Digitaria milanjiana dan Stylosanthes guyanensis (RL1) mencapai titik optimum dengan dosis 20 ton/ha/thn dalam menghasilkan produksi bahan kering yang maksimal,

y = -0,016x2+ 0,722x + 36,79 y = 0,016x2- 0,197x + 29,85 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 0 10 20 30 40 50 RL1 RL2 Poly. (RL1) Poly. (RL2) R at aa n pr oduk si ba ha n k er ing ( ton/ ha /t hn)

Dosis sluri gas bio (ton/ha/thn)

Gambar 2. Interaksi antara perbedaan jenis pastura campuran dan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian.

sementara pada Digitaria milanjiana dan Clitoria ternatea (RL2) dengan pemberian dosis terus menerus maka produksi bahan kering semakin meningkat. Hal ini disebabkan sifat genetis yang berbeda antara pastura. Menurut Van Soest (1994)dimana pada umur yang sama perbedaan kualitas hijauan dapat dipengaruhioleh beberapa faktor antara lain: jenis (varietas), tanah, iklim dan manajemen.Setyamidjaja (1986) menyatakan bahwa untukmeningkatkan efisiensi pemupukan maka pupuk yang diberikan harus dalam jumlah yangmencukupi kebutuhan tanaman, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Lebih lanjutdinyatakan bahwa pemupukan terlalu banyak menyebabkan larutan tanah akan terlalupekat sehingga akan mengakibatkan keracunan pada tanaman dan sebaliknya bilapemupukan terlalu sedikit pengaruh pemupukan pada tanaman tidak terlalu nampak. Tata(1995) menyatakan bahwa pemupukan yang berlebihan tidak selalu meningkatkanpertumbuhan dan produksi tanaman.

Jumlah Anakan Rumput

Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terhadap jumlah anakan rumput pada pastura campuran dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Anakan Rumput (ruas/plot/panen) pastura campuran dengan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian

Pastura campuran

Dosis sluri gas bio (ton/ha/thn) rataan

0 20 30 40

R1 51,62 55,71 56,21 68,08 43,67a±6,09

R2 37,04 39,16 42,41 54,54 23,83b±4,16

Rataan 29,17c±12,96 32,17b±15,32 32,83b±11,54 40,83a±16,26

- RL1 = pastura campuran digitaria milianjana dan Stylosanthes guyanenesis,

- RL2= pastura campuran digitaria milianjana dan clitoria ternatea. - Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan

adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05) Keterangan :

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis pastura campuran dan pemberian berbagai dosis sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian memberikan pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap jumlah anakan rumput pada pastura campuran.Nilai rataan jumlah anakan rumput Digitaria milanjiana (RL1) sebesar 57,90 ruas/plot/panen memiliki jumlah anakan tertinggi dibandingkan dengan Digitaria milanjiana (RL2) sebesar 43,29 ruas/plot/panen. Hal ini disebabkan pada RL1 rumput Digitaria milanjianaseperti yang dinyatakan Susetyo (1980) bahwa rumput ini berdaun lebat dan halus, pada setiap buku pada stolonnya bisa tumbuh akar dan tangkai, tanaman ini cepat tumbuh, pemotongan pada umur 35-36 hari dapat menghasilkan produksi yang maksimum baik pada tanah kering maupun tanah basah. Dimana pada RL1 Digitaria milanjiana dapat mengimbangi pertumbuhan legum Stylosanthes guyanenesis sedangkan pada RL2 rumput Digitaria milanjiana tidak dapat mengimbangi pertumbuhan legum

Clitoria ternatea dimana pastura RL2 yang mendominasi pertumbuhan adalah legum sehingga mengalahkan pertumbuhan rumput, dimana sifat legum Clitoria ternatea yang menjalar mengakibatkan persaingan dalam penyerapan sinar matahri. Frekuensi pemotongan jika semakin lama waktu pemotongan maka jumlah anakan rumput semakin meningkat. Menurut pernyataan syakira (1996) bahwa frekuensi pemotongan yang pendek disamping menurunkan kuantitas juga menurunkan ketegangan tanaman, mengurangi perkembangan batang, akar serabut, menghambat perkembangan tunas sehingga berpengaruh terhadap produksi hijauan. Jumlah anakan dipengaruhi oleh unsur N. Unsur N membantu proses fotosintesis dengan menghasilkan klorofil yang diserap oleh tanaman, selain itu berfungsi juga untuk proses pembentukan protein. Fotosintat yang

dihasilkan digunakan untuk pembentukan anakan/tunas. Ferguson et al., (1999) menyatakan bahwa menambahkan fungsi nitrogen bagi tanaman adalah meningkatkan pertumbuhan tanaman, jumlah daun dan tunas.

Rataan tertinggi pada jumlah anakan pada pemberian dosis yang berbeda terdapat pada perlakuan dengan dosis 40 ton/ha/thn (P3) sebesar 40,83 ruas/plot/panen sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol atau tanpa pemberian pupuk sluri (P0) sebesar 29,17 ruas/plot/panen sedangkan jika dibandingkan antar perlakuan pemberian dosis yaitu dosis 30 ton/ha/thn (P2) sebesar 32,83 ruas/plot/panen memiliki jumlah anakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan pemberian dosis 20 ton/ha/thn (P1) sebesar 32,17 ruas/plot/panen. Hal ini pada dasarnya perlakuan pemberian pupuk sluri yang diberikan akan merubah sifat fisik tanah terutama struktur, selain itu pupuk yang diberikan juga menyebabkan peningkatan terhadap persediaan air yang sangat mutlak dibutuhkan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, maka dari itu pemberian pupuk sluri dengan dosis yang cukup akan menambah produksi jumlah anakan pada tanaman.Peningkatan jumlah anakan rumput yang signifikan disebabkan kemampuan rumput menyerap makanan yang lebih baik dan cepatnya pertambahan jumlah anakan rumput, pemberian pupuk sluri yang mengandung N, P, K dapat menghasilkan jumlah anakan yang merata, hal ini sesuai pernyataan Ifradi et al, (2003) bahwa pemanfaatan sluri keluaran gas bio dapat memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos.

Interaksi antara perbedaan jenis pastura dan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap junmlah anakan rumput. Hasil yang tidak nyata

menunjukan bahwa pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian tidak memberikan pengaruh terhadap jenis pastura tertentu secara spesifik.

Tinggi Tanaman Rumput dan Legum

Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terhadap tinggi tanaman pastura campuran dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9. Tinggi Tanaman Rumput (cm) pada pastura campuran dengan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian Pastura

campuran

Dosis sluri gas bio (ton/ha/thn) rataan

0 20 30 40

R1 98,44 104,18 101,19 106,47 102,57a±3,50

R2 85,65 81,55 88,08 85,44 85,18b±2,70

Rataan 92,05a±9,04 92,86a±16,00 94,64a±9,27 95,95a±14,86

Tabel 10. Tinggi Tanaman Legum (cm) pada pastura campuran dengan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian

Pastura campuran

Dosis sluri gas bio (ton/ha/thn) rataan

0 20 30 40

R1 27,13 28,68 29,62 30,16 28,90a±1,33

R2 25,19 25,91 23,73 26,55 25,35b±1,21

Rataan 26,16b±1,37 27b,29±1,95 26,68b±4,16 28,36a±2,55

- RL1 = pastura campuran digitaria milianjana dan Stylosanthes guyanenesis,

- RL2= pastura campuran digitaria milianjana dan clitoria ternatea. - Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan

adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05)

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis pastura campuran dan pemberian berbagai dosis sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian memberikan pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap tinggi tanaman pastura campuran. Nilai rataan tinggi tanaman rumput (RL1) sebesar 102,57 cm memiliki tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan (RL2) sebesar 85,18 cm. Keterangan :

Hal ini disebabkan fisiologi lebar daun merupakan salah satu ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui pertumbuhan tanaman rumput. Ukuran lebar daun pada tanaman rumput dari berbagai spesies tanaman yang ada sangat beragam. Ukuran lebar daun dari tanaman rumput ditentukan oleh laju kecepatan tumbuh dari tanaman dan dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, proses fotosintesis tanaman, sistim transportasi hara serta ketersediaan mikroorganisme tanah. Bogdan (1977) menyatakan bahwa rumput Digitaria milanjianamerupakan tanaman tahunan yang bervariasi, berstolon, batang berongga tegak tinggi mencapai 150 cm pada saat masak. Potensi tinggi tanaman dapat dicapai secara maksimal apabila semua faktor yang mendukung pertumbuhan tanaman dapat terpenuhi. Menurut Noggle dan Fritz (1983) pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan meningkatnya tinggi tanaman, panjang, lebar, dan luas daun, serta berat kering masing-masing organ yang meliputi akar, batang, daun dan buah; jumlah sel dan konsentrasi kandungan kimia tertentu, yaitu asam nukleat, nitrogen terlarut, lipid, karbohidrat dalam jaringan dan organ.

Nilai rataan tinggi tanaman legum (RL1) sebesar 28,9028 cm memiliki tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan (RL2) sebesar 25,3507 cm. Hal ini disebabkan pertumbuhan tanaman Stylosanthes guyanensis bersifat perennial kadang-kadang semi tegak hal ini sesuai dengan pernyataan Depatemen Pertanian (1988) bahwa Stylosanthes guyanensis termasuk jenis tanaman leguminosa berumur panjang yang tumbuh membentuk semak dengan ketinggian 50 cm, sementara pada Clitoria ternatea pertumbuhannya merambat. Dan pada uji Duncan juga diketahui bahwa legum Stylosanthes guyanensis pada petakan 1 (RL1) memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengak rumput

Clitoria ternatea pada petakan 2 (RL2) yang disebabkan karena penanaman jenis pastura berbeda mengakibatkan kemampuan pertumbuhan yang berbeda. Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi antara faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi sifat genetik yang berupa gen dan hormon. Sedangkan faktor luar terdiri atas unsur hara makro dan unsur hara mikro yang terdapat dalam tanah. Selain itu faktor intensitas cahaya juga sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman utamanya dalam proses fotosintesis tanaman.

Nilai rataan tertinggi pada tinggi tanaman rumput pada pemberian dosis yang berbeda terdapat pada perlakuan dengan dosis 40 ton/ha/thn (P3) sebesar 95,95 cm sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk (P0) sebesar 92,05cm sedangkan jika dibandingkan antar perlakuan pemberian dosis yaitu dosis 20 ton/ha/thn (P1) sebesar 92,86cm memiliki tinggi tanaman rumput lebih tinggi bila dibandingkan dengan pemberian dosis 30 ton/ha/thn (P2) sebesar 94,64 cm.

Rataan tertinggi pada tinggi tanaman legum pada pemberian dosis yang berbeda terdapat pada perlakuan dengan dosis 40 ton/ha/thn (P3) sebesar 28,36 cm sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk (P0) sebesar 26,16cm sedangkan jika dibandingkan antar perlakuan pemberian dosis yaitu dosis 20 ton/ha/thn (P1) sebesar 27,29 cm memiliki tinggi tanaman rumput lebih tinggi bila dibandingkan dengan pemberian dosis 30 ton/ha/thn (P2) sebesar 26,68 cm. Hal ini disebabkan oleh terpenuhinya unsur hara N, P, dan K pada pastura yang berasal dari pemberian pupuk sluri gas bio. Tanaman akan berproduksi maksimal jika diperhatikan kandungan unsur hara didalam tanah, jenis pupuk, dosis dan waktu pemupukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Suriadikarta et al., (2006) pupuk organik memiliki fungsi yang berperan penting seperti penyediaan hara makro dan mikro. Salah satu jenis pupuk organik yang berperan sebagai pupuk pada tanaman pakan adalah sluri.Pemberian pupuk sluri

Dokumen terkait