Lampiran 3. Analisis Ragam dan uji Duncan pengeruh pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terhadap ProduksiBahan Segar
The SAS System 09:33 Thursday, September 16, 2016 The GLM Procedure
Lampiran 4.Analisis Ragam dan uji Duncan pengeruh pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terhadap Produksi Bahan kering
Tests of Hypotheses Using the Type III MS for ulangan(pastura) as an Error Term Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F
The SAS System 11:57 Thursday, September 16, 2016 3 The GLM Procedure
Lampiran 5.Analisis Ragam dan uji Duncan pengeruh pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terhadap jumlah anakan rumput Digitaria milanjiana
The GLM Procedure
Duncan's Multiple Range Test for respon Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N pastura A 43.9167 12 1 B 23.8867 12 2 The GLM Procedure
Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 12 Error Mean Square 3.483733
Number of Means 2 3 4 Critical Range 2.348 2.458 2.524
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N pupuk A 40.940 6 3 B 32.833 6 2 B
Lampiran 6.Analisis Ragam dan uji Duncan pengeruh pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terhadap Tinggi Tanaman Rumput
The GLM Procedure
Lampiran 7.Analisis Ragam dan uji Duncan pengeruh pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terhadap Tinggi Tanaman Legum
The GLM Procedure
Lampiran 8.Analisis Ragam dan uji Duncan pengeruh pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terhadap Biomassa Akar
The SAS System 22:33 Thursday, September 28, 2016 1
Tests of Hypotheses Using the Type III MS for ulangan(pastura) as an Error Term
Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F
Duncan's Multiple Range Test for respon
NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Means with the same letter are not significantly different.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong,Kerja dan Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Adams, C.A.2000. Enzim Komponen Penting Dalam Pakan Bebas Antibiotika. Feed Mix Special.
Aries. 2005. Bio Sugih Tani
Aryanto. D, Polakitan. 2009. Uji Produksi Rumput Dwarf (Penisetum purpureum CV. Dwarf). Jurnal Ilmiah, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara, Jl. Kampus Pertanian Kalasey.
Ayub, S. P. 2004. Organik Cair. Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia. Jakarta.
Ayub, S. P. 2010. Meningkatkan Hasil Panen dengan Pupuk Organik. Agromedia. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2015. Produksi Buah-Buahan Menurut Jenis Tanaman.
Bogdan AV. 1977. Tropical Pastures and Fodder Plants. Series, Longman, London : Tropical Agriculture.
CIAT. 1983. Annual Report. Tropical PasturesProgram Centro Internacional de AgricultureTropical. Colombia.
Dhalika, T. Mansyur, H. Supratman, H. 2006. Imbangan Rumput Afrika (Cynodon Plectostachyus) dan Leguminosa Sentro (Centrosema Pubescans) dalam Sistem Pastura Campuran terhadap Produksi dan Kualitas Hijauan. Unpad press. Bandung.
Dinas Pertanian Prov. Sumatera Utara. 2001. Pertanian Dalam Angka Provinsi Sumatera Utara. 2001.nd Plant Growth 4 Ed. New Jersey. Prentice-hall, Inc, 626 p.
Donahue, R. L., R.W, Miller., J.C, Shickluna. 1977. An Introduction to Soil
Fanindi, A. B, Prawiradi. 2005. Karakterisasi Dan Pemanfaatan Rumput. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Fuskhah, E. Karno dan Kusmiyati, R. 2003. Efek Salinitas dan Pemberian Faktor Terhadap Aktivitas Enzim Nitrogenase Nodul Akar. Jurnal Pengembangan Peternakan.
Gardner FP,Pearce RB, and Mitcell RL. 1991. Phsyology of Crop Plants.
Diterjemahkan oleh H. Susilo.Jakarta. Universitas Indonesia Press.
Ginting, N. 2010. Pemanfaatan Limbah Pemotongan Hewan yang Berkelanjutan, Sekolah Pasca Sarjana USU. Medan.
Gomez SM, A, Kalamani. 2003. Butterfly pea (Clitoriaternatea): a nutritive multipurpose forage legume forthe tropics an overview. Pak J Nut. 2:374-379.
Hakim, N.M., A.M. Lubis., S.G. Nugroho. 1985. Dasar-dasar ilmu tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hardjowigeno, S., 1993. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Home, PM., WW, Stur.1999.Mengembangkan Teknologi Hijauan Makanan Ternak bersama Petani Kecil.ACIAR Proc 65: 70-76.
Ifradi, M., P. Elsi Fitriani. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Mulsa Jerami Padi Terhadap Produksi dan Nilai gizi rumput Raa pada tanah Podzolik Merah Kuning. Peternakan dan Lingkungan.
Juhaeni, S., M.E. Siregar. 1983. Pengaruh Pertanaman Campuran Kalopo dengan beberapa Rumput Terhadap Produksi Hijauan Makanan Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Kartadisastra, H. R. 2001. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta.
Lingga, P. Marsono.2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Rajawali Press. Jakarta.
Manglayang Agribusinnes Cooperative, 2005. Hijauan Pakan
Terna
Mansyur, N.P, Indrani., Susi Lawat. 2005. Peranan Leguminosa Tanaman Penutup Pada Sistem Pertanaman Campuran Jagung untuk Hijauan Pakan.
Marhaeniyanto, E. 2009. Integrasi Rumput dan Leguminosa. http://mrhaen03.com
Marlina, N.1999. Konversi Data Hasil Analisa Proksimat Kedalam Bahan Segar. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
May Sayroh, D. 2015. Pemanfaatan Gas Bio Campuran Kotoran Kambing dan Ampas Tebu Terhadap Produktivitas Pastura Campura. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Nasution, H.F. 1991. Pengaruh Interval dan Tinggi Pemotongan Terhadap Produksi Rumput Setaria. Fak. Pertanian. Medan
Ng, K. F. 1990. Forages Species for Rubber Plantations in Malaysia.Forages for Plantation Crops. Proceedings of Workshop, Sanur Beach, Bali. Indonesia.
Nometta. 2014. Kajian Penggunaan Beberapa Tingkatan Pemupukan Sludge Biogas Terhadap Produktivitas Hijauan Pastura Campuran Di Instalasi Silangit. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Pakpahan, Jojor Uli. 2005. Pengaruh Pemakaian Berbagai Jenis Mulsa dan Dosis Slurry Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Spinach Varietas Alrite. Skripsi FakultasPertanian. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.
Pratama, D. Susilo, B. Agung, W. 2014. Analisis Finansial Pengolahan Limbah Gas bio Menjadi Pellet Ikan dan Pupuk Organik Cair. Universitas Brawijaya Press. Malang.
Reksohadiprodjo, S., 1985. Produksi Biji Rumput dan Legume Makanan Ternak Tropik. BPFE, Yogyakarta.
Reksohadiprodjo S.1994.Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropika.Yogyakarta: BPFE.
Risza, S., 1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius. Yokyakarta.
Sanchez, P.A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tropika. Terjemahan Amir Hamzah. ITB. Bandung.
Sarief. 1985. Ilmu Tanah Pertanian.Pustaka Buana, Bandung.
Sembiring, A.P. 2014. Aplikasi Sluri Gas Bio Pod Kakao Terhadap Produktivitas Pastura Campuran. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Soedomo, R. 1985. Pruduksi Hijauan Makanan Ternak Tropik. Universitas Gajah Mada, Yogjakarta.
SNI Nomor 19 – 0428- 1989. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik
Suridikarta, D. A dan Simanungkalik, R.D.M. 2006. Pupuk Organik dan Hayati. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian dan Pengembangan Pertanian.
Susetyo S.1980. Padang Penggembalaan Pengelolaan Pastura dan padang Rumput. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Sutedjo, M.M. 1992. Pupuk dan Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara. Jakarta.
Suzuki, K., W, Takesi and Volum. 2001. Concentration and Critalization of Phosphate, Ammonium and Mineral in the Effluent of Biogas Digester in the Mekong Delta. Jerrean and Contho Universty Vietnam.
Tanti, M. Hidayati, A. Benito, A. dan Juanda, W. Analisis Kualitas Kompos dari SluriGas bio Feses Kerbau. Unpad Press. Bandung.
Tmannetje, L And R.M. JONES. 1992. PlantResources of South-east Asia. No. 4. Forage.Pudoc Sci. Wageningen.
TIM BIRU.2012.Pengaruh Pemberian Pupuk (Bio-Slurry Padat, NPK, atau Pupuk Campuran) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). UNRAM Press.Lombok.
Wahyono. 2009. Karakteristik Edible Film Berbahan Dasar Kulit Dan Pati Biji Durian (Durio Sp) Untuk Pengemasan Buah Strawberry. Skripsi UMS : hal 1-9.
BAHAN DAN METODE PENELTIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini akan
dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Agustus 2016.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu rumput Digitaria milanjianasebanyak 768
pols, Clitoria ternateasebanyak 192 tanaman, dan Stylosanthes
guianensissebanyak 192 tanaman. Lahan berukuran 1,2x1,2 m sebanyak 24 plot
dengan luas lahan 28,8 m, sluri hasil dari gas bio sebagai perlakuan, air untuk
menyiram tanaman.
Alat
Alat yang digunakan adalah gembor untuk menyiram tanaman, timbangan
untuk menimbang berat segar,oven untuk mengeringkan hijauan segar, penggaris
dan alat tulis untuk mencatat percepatan pertumbuhan dan amplop sebagai tempat
hijauan pada saat pemanenan selama penelitian
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Petak
Terbagi(split plot design) menggunakan 2 faktor dan 3 perlakuan.
Faktor pertama sebagai petak utama yaitu terdiri dari 2 jenis pastura
campuranyang terdiri atas :
Rl1 = Digitaria milanjiana + Stylosanthes guianensis
Faktor kedua sebagai anak petak yaitu dosis pemupukan yang berbeda setiap
perlakuan antara lain :
P0 = tanpa pupuk
P1 = pupuk sluri gas bio dengan dosis 20 ton/ha/tahun
P2 = pupuk sluri gas bio dengan dosis 30 ton/ha/tahun
P3 = pupuk sluri gas bio dengan dosis 40 ton/ha/tahun
Dimana setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Maka kombinasi setiap
perlakuan adalah:
RL1 RL2
Model linear yang akandigunakanadalah rancangan petak terbagi (split plot
ε i k= pengaruh acak untuk petak utama
βj = pengaruh faktor j pada taraf ke B
ε ij k= pengaruh acak untuk anak petak
(αβ) i j = pengaruh interaksi taraf ke i faktor A, dengan taraf ke j faktor B
Parameter Penelitian
Produksi Bahan Segar (ton/ha/thn)
Produksi bahan segar diperoleh dengan melakukan penimbangan daun
hijauan dalam keadaan segar tanpa dilakukan pengeringan pada pemanenan.
Sampel yang diambil adalah tanaman yang berada pada kuadran tengah tiap plot.
Kemudian hasil penimbangan dikonversikan kedalam satuan ton/ha/tahun.
Produksi Bahan Kering (ton/ha/thn)
Produksi bahan kering diperoleh dari produksi bahan segar rumput dan
legum setelah dilakukan penimbangan. Dari hasil penimbangan diambil sampel
sebanyak 200 gram selanjutnyasampel tersebut di ovenpada suhu 1050Cselama 8 jam, kemudian ditimbang berat kering hijauan legum tersebut. Produksi berat
segar dikonversikan ke dalam berat kering untuk mengetahui produksi berat
kering. Untuk menentukan persentase bahan kering dapat digunakan rumus :
% BK = Berat setelah pengeringan x 100 % Berat segar
Sumber : Marlina, 1999 Tinggi Tanaman
Diambil data 2 minggu sekali dengan cara mengukur tinggi tanaman
rumput mulai dari permukaan tanah sampai pada ujung tertinggi daun dengan cara
menguncupkan daun ke atas dan tanaman legum mulai dari permukaan tanah
Jumlah Anakan Rumpu Digitaria milanjiana
Dihitung saat tanaman menjelang panen dengan cara mengitung jumlah
anakan rumput yang muncul dari permukaan tanah dan ruas tanaman. Dicatat dan
didata tiap tanaman masing-masing perlakuan.
Biomassa Akar
Berat kering akar, diukur pada akhir percobaan dengan cara memotong
bagian akar. Produksi berat kering akar ditentukan dengan menimbang sampel
segar rumput dan masukkan ke dalam oven temperatur 70ºC selama 8 jam lalu
ditimbang. Perbedan hasil timbangan sebelum dan sesudah diovenkan lalu dibagi
dengan berat sampel segar merupakan kadar berat kering (Aryanto dan Polakitan,
2009).
Analisis Data
Data-data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
yang kemudian dilanjutkan dengan uji berjarak duncan menurut Steel dan Toorie
(1995). Uji lanjut digunakan ketika ditemukan adanya pengaruh nyata antar faktor
perlakuan adalah dengan melihat perbedaan antar anak petak dan interaksi antar
petak dengan petak utama.
Pelaksaan Penelitian
Persiapan Media Pertanaman
Persisapan lahan diawali dengan pembersihan lahan penelitian dari sisa
tanaman sebelumnya dan gulma yang terdapat pada lahan penelitian. Kemudian
dilakukan pencangkulan atau pembajakan lahan untuk membuat tanah menjadi
gembur dan homogen. Lalu lahan dibagi menjadi petak-petak kecil sebanyak 24
sepanjang 0,5 m yang dijadikan sebagai saluran air dan dimana jarak antar
tanaman yaitu dengan jarak 20 cm.
Pengambilan Sluri Gas Bio
Pengambilan sluri gas bio campuran feses kambing dan biji durian
menggunakan alat drum sebagai tempat sluri.
Diambil sluri gas bio dari outlet yang telah mengalami proses fermentasi selama 30 hari
Dibagi sluri menjadi 3 bagian dengan dosis 20 ton/ha/tahun, 30 ton/ha/tahun dan 40 ton/ha/tahun
Diaplikasikan sluri gas bio pada petakan pastura campuran sesuai perlakuan
Gambar 1. Pengambilan sluri gas bio campuran feses kambing dan biji durian
Pemupukan
Setelah lahan gembur dan bersih dari gulma, maka dilakukan pemupukan
dasar dengan pupuk kimia adalah urea adalah 100 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan
KCL 200 kg/ha, kemudian didiamkan selama 2 minggu. Selanjutnya dilakukan
penanaman dan pengulangan pemupukan selama sebulan sekali sampai ke 12
MST (Minggu Setelah Tanam). Adapun alasan pemberian dosis yang berbeda di
setiap perlakuan adalah untuk mengetahui apakah dengan peningkatan
penggunaan dosis 20 ton/ha, 30 ton/ha, 40 ton/ha dapat memberikan pengaruh
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi :
- Penyiraman tanaman yang dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari
menggunakan air secukupnya untuk mencegah kekeringan. Air juga berperan
dalam proses fotosintesis dan respirasi, sebagai penjaga turgor sel tanaman dan
pengatur mekanisme gerakan dalam tanaman, karena pentingnya air bagi
banyak proses di dalam tanah, maka kestabilan ketersediaan air dalam tanah
akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi akhirnya.
- Penyiangan gulma dilakukan 1 kali seminggu. Penyiangan dilakukan secara
manual dengan mencabuti tumbuhan liar yang tumbuh di dalam dan di luar
petakan tanaman selain tanaman utama, yang dikhawatirkan akan mengganggu
pertumbuhan tanaman utama dan menyulitkan dalam pengamatan parameter.
Pengambilan Data
- Data tinggi pastura campuran diambil setiap 2 minggu, sedangkan data jumlah
anakan dan biomassa akar diperoleh dengan pemanenan pada umur 30 hari
setelah dilakukan trimingtanpa membedakan antara rumput dan legum dengan
batas pemotongan 15 cm dari permukaan tanah kemudian dihitung.
- Data kandungan sluri dianalisa dilaboratorium. Untuk mengetahui kandungan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Kimia Sluri Gas Bio
Hasil dari pengujian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji
durian yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan persyaratan baku mutu
pupuk organikdapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Hasil Analisa Komposisi Sluri Gas Bio
No. Parameter Satuan Sluri gas bio SNI pupuk
organik
1. C-organik % 3,69 4,5
2. N-total % 0,24 -
3. C/N - 15,38 12-25
4. P % 0,035 -
Sumber : Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian, 2016
Uji laboratorium menunjukkan bahwa pada sluri gas bio dengan input
feses kambing dan biji durian memiliki C/N rasio 15,38 berarti sluri tersebut telah
matang dan sudah memenuhi standar Permentan dan SNI. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Novizan (2001) yang menyatakan bahwa pupuk organik yang baik
adalah yang mengandug C/N rasio 12-15.
Rasio C/N akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara, jika C/N rasio
berbanding terbalik dengan ketersediaan unsur hara, artinya bila C/N rasio tinggi
maka kandungan unsur hara sedikit tersedia untuk tanaman, sedangkan jika C/N
rendah maka ketersediaan unsur hara tinngi dan tanaman dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Hasil analisis sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian bila
dapat dikatagorikan cukup baik karena kandungan C-organik 3,69, N-total 0,24,
C/N rasio 15,38. Sluri yang telah matang berwujud cair cenderung padat,
mengeluarkan gelembung gas, tidak berbau dan tidak mengundang serangga.
Sluricair maupun padat dikelompokkan sebagai pupuk organik karena seluruh
bahan penyusunnya berasal dari bahan organik yaitu kotoran ternak yang telah
berfermentasi. Hal ini jika dilihat dari kriteria penilaian unsur hara tanah yang
dikatakan sedang jika C-organik 2,01-3,00%, N-total 0,21-0,50%, C/N rasio
11-15 (Harjowigeno,1987). Ini menjadikan sluri baik untuk menyuburkan lahan dan
meningkatkan produksi tanaman. Kandungan lain dalam sluri asam amino, asam
lemak, asam organik, asam humat, vitamin B-12, hormon auksin, sitokinin,
antibiotik, nutrisi mikro (Fe, Cu, Zn, Mn, Mo) (TIM BIRU, 2010).
Produksi Bahan Segar
Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kambing dan
biji durian terhadap produksi bahan segar pastura campuran dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Produk bahan segar (ton/ha/thn) pastura campuran dengan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian
Pastura campuran
Dosis sluri gas bio (ton/ha/thn) rataan
0 20 30 40
R1 174,74 187,33 203,82 204,84 192,68a±14,40
R2 162,02 176,45 191,97 199,16 182,40b±16,56
Rataan 168,38c±8,98 181,89b±7,69 197,89a±8,37 202,00a±4,01
- RL1 = pastura campuran digitaria milianjana dan Stylosanthes guyanenesis,
- RL2= pastura campuran digitaria milianjana dan clitoria ternatea. - Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05)
Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan jenis pastura pemberian
dan sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian memberikan
pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap produksi bahan segar pada pastura
campuran.Nilai rataanproduksi bahan segar pastura campuran Digitaria
milanjiana dan Stylosanthes guyanenesis(RL1) sebesar 192,68 ton/ha/thn
memiliki produksi bahan segar tertinggi jika dibandingkan dengan pastura
Digitaria milanjiana danClitoria ternatea (RL2) sebesar 182,40 ton/ha/thn. Hal
ini disebabkan karena tanaman memiliki perbedaan anatomi dan fisiologi tumbuh
sendiri, sehingga memiliki panen yang berbeda. Rumput Digitaria milanjiana
merupakan tanaman tahunan yang bervariasi, berstolon, (kadang-kadang berizoma
atau berumpun dengan batang berongga tegak). Tanaman rumput tahunan yang
mermpunyai banyak stolon dan rizoma dan membentuk lapisan penutup tanah
yang padat. Namun bila dilihat dari sifat adaptasi terhadap Stylosanthes
guyanensis, rumput Digitaria milanjianalebih baik karena sifatnya yang batang
berongga tegak dan memiliki banyak stolon, tumbuh sesuai dengan sifat
Stylosanthes guyanensisyang termasuk tanaman perdu sehingga Stylosanthes
guyanensis tidak mendapat naungan yang berlebihan yang dapat menghambat
pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasan (2012) yang menyatakan
bahwa stylosanthes guyanensis sendiri dapat menghasilkan produksi 10 ton/ha
bila ditanam dengan sistem monokultur. Tetapi jika rumput Digitaria milanjiana
yang berbatang tegak dengan Clitoria ternatea yang menjadi pasangan pastura
campurannya dimana Clitoria ternatea yang memiliki sifat merambat. Clitoria
ternatea yang menjalar pada rumput Digitaia milanjianamenyebabkan terjadi
persaingan dalam penyerapan sinar matahari. Hal ini menyebabkan rumput
Digitaria milanjiana mendapatkan naungan yang lebih. Sanchez (1993)
menyatakan bahwa namun peningkatan penanaman leguminosa pada
polapertanaman campuran tersebut mengkaibatkanpenurunan produksi hijauan.
rendah dari produksi hijauan yang dihasilkanoleh rumput. Menurut Sanchez
(1993), peningkatan produksi pertanaman campuranditentukan oleh proporsi
hijauan yang dihasilkanoleh masing-masing.
Nilai rataan tertinggi produksi bahan segar pada tiap perlakuan pemberian
dosis sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terdapat pada
perlakuan dosis 40 ton/ha/tahun (P3) sebesar 201,933 ton/ha/thn dan produksi
bahan segar terendah terdapat pada perlakuan kontrol atau tanpa pemberian pupuk
sluri (P0) sebesar 168,368 ton/ha/thn. Jika dibandingkan antara tiap perlakuan
yaitu dosis 30 ton/ha/thn (P2) sebesar 197,892 ton/ha/thn memiliki produksi
bahan segar lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan dosis 20 ton/ha/thn
(P1) yang sebesar 181,892 ton/ha/tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian pupuk sluri gas bio dengan input feses kambing dan tepung biji durian
dapat meningkatkan produksi bahan segar pastura campuran. Hal ini disebabkan
karena tanaman yang di pupuk dengan sluri yang merupakan pupuk organik
mengandung cukup nutrisi sehingga penyerapan unsur hara semakin baik.
Kualitas sluri sisa proses pembuatan gas bio lebih baik daripada kotoran ternak
yang langsung dari kandang. Hal ini disebabkan proses fermentasi di dalam
biodigester terjadi prombakan anaerobik bahan organik menjadi gas bio dan asam
organik yang mempunyai berat molekul rendah seperti asam asetat, asam butirat
dan asam laktat. Peningkatan asam organik akan meningkatkan konsentrasi unsur
N, P, dan K. Pemberian pupuk organik secara teratur lambat laun akan
membentuk cadangan unsur hara dalam tanah. Dalam jangka waktu yang lama
pupuk tersebut masih dapat memberikan hasil yang baik. Nirwanto (2010)
tanah karena dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah melalui
perbaikan fisika, kimia dan biologi. Oleh karena itu pupuk yang diberikan pada
tanah tersebut harus mempunyai unsur hara yang cukup agar mampu mendukung
tanah dalam memenuhi kebutuhan tanaman.
Interaksi antara jenis pastura campuran dan pemberian sluri gas bio
dengan input feses kambing dan tepung biji durian memberikan pengaruh yang
tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi bahan segar. Hal ini disebabkan tanaman
memiliki sifat dan ciri tanaman yang berbeda tapi besarnya produksi tanaman juga
dipengaruhi oleh tingkat efisiensi penggunaan cahaya yang telah diserap.
Syahbuddin et al. (1998) bahwa setiap varietas memiliki respon yang berbeda.
Produksi Bahan Kering
Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kambing dan
biji durian terhadap produksi bahan kering pastura campuran dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Produksi bahan kering (ton/ha/thn) pastura campuran dengan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan tepung biji durian
Pastura campuran
Dosis sluri gas bio (ton/ha/thn) rataan
0 20 30 40
RL1 36,89 44,26 44,63 39,57 41,34a±3,75
RL2 29,75 32,88 37,47 47,77 36,97b±7,87
Rataan 33,32d±5,04 38,57c±8,04 41,05b±5,06 43,67a±5,79
- RL1 = pastura campuran digitaria milianjana dan Stylosanthes guyanenesis,
- RL2= pastura campuran digitaria milianjana dan clitoria ternatea. - Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05)
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis pastura campuran
dan pemberian berbagai dosis sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji
durian memberikan pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap produksi bahan Keterangan :
kering pastura campuran.Nilai rataan produksi bahan kering pastura campuran
Digitaria milanjianadan Stylosanthes guyanenesis(RL1) sebesar 41,34 ton/ha/thn
memiliki produksi bahan kering lebih tinggi bila dibandingkan dengan pastura
campuran Digitaria milanjiana dan Clitoria ternatea (RL2) yang sebesar 36,97
ton/ha/thn, walaupun produksi berat segar Digitaria milanjianadan Stylosanthes
guyanenesis lebih tinggi bila dibandingkan Digitaria milanjiana dan Clitoria
ternatea karena pada pastura campuran Digitaria milanjianadan Clitoria ternatea
lebih banyak mengandung kadar air. Dimana terjadi persaingan dalam penyerapan
intensitas cahaya matahari, hal ini menyebabkan legum pada RL2 lebih banyak
mendapatkan cahaya sehingga pertumbuhan legumClitoria ternatea memiliki
pertumbuhan yang lebih dominan jika dibandingkan dengan pertumbuhan
rumputDigitaria milanjiana. Hal ini menunjukkan bahwa Clitoria
ternateamempunyai kandungan air yang lebih besar, berbeda dengan pastura
campuran Digitaria milanjiana dan Stylosanthes guyanensis yang berimbang
sehingga fotosintesisnya menghasilkan metabolisme yang baik dengan
pembentukan bahan kering yang lebih tinggi. Unsur nitrogen diperlukan untuk
pertumbuhan vegetatif, dengan pertumbuhan vegetatif yang aktif hasil fotosintesis
digunakan untuk pertumbuhan akar, batang dan daun sehingga berat kering
naik.Rerumputanyang ditanam bersama dengan tanamanleguminosa dapat dibantu
ketersediaan danpenyerapan nitrogennya dari nitrogen hasil fiksasirhizobium yang
ada pada bintil akar leguminosa, selanjutnya Juhaeni etal. (1983) menyatakan
dapat menjadi pemasokunsur nitrogen bagi tanaman rumput
yangditanam bersamanya, sehingga hasil rumput padapertanaman campuran
rumputsaja.Clement et al. (1983) menyatakan bahwa simbiosis legumdengan
rhizobium yang mampu memfiksasi nitrogen dari udara, sehingga kebutuhan
nitrogen bagi tanaman dapat terpenuhi. Bahkan nitrogen tersebuttidakhanya untuk
tanaman legum inang, tetapi dapatjuga digunakan untuk tanaman yang lainnya
yangditanam bersama tanaman legum.
Nilai rataan tertinggi produksi bahan kering pada tiap perlaukan
pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian terdapat pada
perlakuan dosis 40 ton/ha/tahun (P3) sebesar 43,67 ton/ha/thn sedangakan
produksi bahan kering terendah terdapat pada perlakuan kontrol atau tanpa
pemberian pupuk sluri (P0) sebesar 33,32 ton/ha/thn. Sedangkan bila
dibandingkan antar tiap perlakuan yang menggunakan sluri gas bio dengan input
feses kambing dan biji durian seperti dosis 30 ton/ha/tahun (P2) sebesar 41,05
ton/ha/tahun memiliki produksi bahan kering lebih tinggi daripada perlakuan
dosis 20 ton/ha/tahun (P1) yaitu sebesar 38,57 ton/ha/tahun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan
tepung biji durian dapat meningkatkan produksi bahan kering pada pastura
campuran. Meningkatnya produksi bahan kering dengan adanya pemupukan
disebabkan karena perlakuan diberi pupuk dengan sluri dan tanahnya lebih subur
sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.Pemupukan erat
hubungannya dengan ketersediaan unsur hara yang optimum bagi tanaman akan
menghasilkan proses metabolisme tanaman yang mampu mengubah nutirisi yang
diserap sehingga terbentuk pertumbuhan dan perkembangan yang baik bagi
tanaman. Pada pupuk sluri gas bio kandungan unsur bahwa nitrogennya lebih
pertumbuhan vegetatif, dengan pertumbuhan vegetatif yang aktif hasil fotosintesis
digunakan untuk pertumbuhan akar, batang dan daun sehingga berat kering naik.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ifradi et al. (1998) yang menyatakan bahwa
pemberian pupuk organik akan meningkatkan produksi bahan kering, protein
kasar dan menurunkan seratkasar.Hal ini sesuai dengan pernyataan Ifradi et al,
(2003) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik dapat meningkatkan
produksi hijauan. Untuk meningkatkan kualitas nutrisi hijauan pakan ternak, salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki sistem pemupukan.
Pada gambar 2 menunjukan bahwa terjadi interaksi antara perbedaan jenis
pastura campuran dan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan
biji durian memberikan pengaruh yang berbeda terhadap produksi bahan kering.
Gambar menunjukan produksi bahan kering pada pastura campuran Digitaria
milanjiana dan Stylosanthes guyanensis (RL1) mencapai titik optimum dengan
dosis 20 ton/ha/thn dalam menghasilkan produksi bahan kering yang maksimal,
y = -0,016x2+ 0,722x + 36,79
sementara pada Digitaria milanjiana dan Clitoria ternatea (RL2) dengan
pemberian dosis terus menerus maka produksi bahan kering semakin meningkat.
Hal ini disebabkan sifat genetis yang berbeda antara pastura. Menurut Van Soest
(1994)dimana pada umur yang sama perbedaan kualitas hijauan dapat
dipengaruhioleh beberapa faktor antara lain: jenis (varietas), tanah, iklim dan
manajemen.Setyamidjaja (1986) menyatakan bahwa untukmeningkatkan efisiensi
pemupukan maka pupuk yang diberikan harus dalam jumlah yangmencukupi
kebutuhan tanaman, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Lebih
lanjutdinyatakan bahwa pemupukan terlalu banyak menyebabkan larutan tanah
akan terlalupekat sehingga akan mengakibatkan keracunan pada tanaman dan
sebaliknya bilapemupukan terlalu sedikit pengaruh pemupukan pada tanaman
tidak terlalu nampak. Tata(1995) menyatakan bahwa pemupukan yang berlebihan
tidak selalu meningkatkanpertumbuhan dan produksi tanaman.
Jumlah Anakan Rumput
Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kambing dan
biji durian terhadap jumlah anakan rumput pada pastura campuran dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Anakan Rumput (ruas/plot/panen) pastura campuran dengan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian
Pastura campuran
Dosis sluri gas bio (ton/ha/thn) rataan
0 20 30 40
R1 51,62 55,71 56,21 68,08 43,67a±6,09
R2 37,04 39,16 42,41 54,54 23,83b±4,16
Rataan 29,17c±12,96 32,17b±15,32 32,83b±11,54 40,83a±16,26
- RL1 = pastura campuran digitaria milianjana dan Stylosanthes guyanenesis,
- RL2= pastura campuran digitaria milianjana dan clitoria ternatea. - Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis pastura campuran
dan pemberian berbagai dosis sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji
durian memberikan pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap jumlah anakan
rumput pada pastura campuran.Nilai rataan jumlah anakan rumput Digitaria
milanjiana (RL1) sebesar 57,90 ruas/plot/panen memiliki jumlah anakan tertinggi
dibandingkan dengan Digitaria milanjiana (RL2) sebesar 43,29 ruas/plot/panen.
Hal ini disebabkan pada RL1 rumput Digitaria milanjianaseperti yang dinyatakan
Susetyo (1980) bahwa rumput ini berdaun lebat dan halus, pada setiap buku pada
stolonnya bisa tumbuh akar dan tangkai, tanaman ini cepat tumbuh, pemotongan
pada umur 35-36 hari dapat menghasilkan produksi yang maksimum baik pada
tanah kering maupun tanah basah. Dimana pada RL1 Digitaria milanjiana dapat
mengimbangi pertumbuhan legum Stylosanthes guyanenesis sedangkan pada RL2
rumput Digitaria milanjiana tidak dapat mengimbangi pertumbuhan legum
Clitoria ternatea dimana pastura RL2 yang mendominasi pertumbuhan adalah
legum sehingga mengalahkan pertumbuhan rumput, dimana sifat legum Clitoria
ternatea yang menjalar mengakibatkan persaingan dalam penyerapan sinar
matahri. Frekuensi pemotongan jika semakin lama waktu pemotongan maka
jumlah anakan rumput semakin meningkat. Menurut pernyataan syakira (1996)
bahwa frekuensi pemotongan yang pendek disamping menurunkan kuantitas juga
menurunkan ketegangan tanaman, mengurangi perkembangan batang, akar
serabut, menghambat perkembangan tunas sehingga berpengaruh terhadap
produksi hijauan. Jumlah anakan dipengaruhi oleh unsur N. Unsur N membantu
proses fotosintesis dengan menghasilkan klorofil yang diserap oleh tanaman,
dihasilkan digunakan untuk pembentukan anakan/tunas. Ferguson et al., (1999)
menyatakan bahwa menambahkan fungsi nitrogen bagi tanaman adalah
meningkatkan pertumbuhan tanaman, jumlah daun dan tunas.
Rataan tertinggi pada jumlah anakan pada pemberian dosis yang berbeda
terdapat pada perlakuan dengan dosis 40 ton/ha/thn (P3) sebesar 40,83
ruas/plot/panen sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan kontrol atau
tanpa pemberian pupuk sluri (P0) sebesar 29,17 ruas/plot/panen sedangkan jika
dibandingkan antar perlakuan pemberian dosis yaitu dosis 30 ton/ha/thn (P2)
sebesar 32,83 ruas/plot/panen memiliki jumlah anakan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan pemberian dosis 20 ton/ha/thn (P1) sebesar 32,17
ruas/plot/panen. Hal ini pada dasarnya perlakuan pemberian pupuk sluri yang
diberikan akan merubah sifat fisik tanah terutama struktur, selain itu pupuk yang
diberikan juga menyebabkan peningkatan terhadap persediaan air yang sangat
mutlak dibutuhkan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, maka dari itu
pemberian pupuk sluri dengan dosis yang cukup akan menambah produksi jumlah
anakan pada tanaman.Peningkatan jumlah anakan rumput yang signifikan
disebabkan kemampuan rumput menyerap makanan yang lebih baik dan cepatnya
pertambahan jumlah anakan rumput, pemberian pupuk sluri yang mengandung N,
P, K dapat menghasilkan jumlah anakan yang merata, hal ini sesuai pernyataan
Ifradi et al, (2003) bahwa pemanfaatan sluri keluaran gas bio dapat memberikan
keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos.
Interaksi antara perbedaan jenis pastura dan pemberian sluri gas bio
dengan input feses kambing dan biji durian memberikan pengaruh yang tidak
menunjukan bahwa pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji
durian tidak memberikan pengaruh terhadap jenis pastura tertentu secara spesifik.
Tinggi Tanaman Rumput dan Legum
Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kambing dan
biji durian terhadap tinggi tanaman pastura campuran dapat dilihat pada Tabel 9
dan Tabel 10.
Tabel 9. Tinggi Tanaman Rumput (cm) pada pastura campuran dengan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian
Pastura campuran
Dosis sluri gas bio (ton/ha/thn) rataan
0 20 30 40
R1 98,44 104,18 101,19 106,47 102,57a±3,50
R2 85,65 81,55 88,08 85,44 85,18b±2,70
Rataan 92,05a±9,04 92,86a±16,00 94,64a±9,27 95,95a±14,86
Tabel 10. Tinggi Tanaman Legum (cm) pada pastura campuran dengan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian
Pastura campuran
Dosis sluri gas bio (ton/ha/thn) rataan
0 20 30 40
R1 27,13 28,68 29,62 30,16 28,90a±1,33
R2 25,19 25,91 23,73 26,55 25,35b±1,21
Rataan 26,16b±1,37 27b,29±1,95 26,68b±4,16 28,36a±2,55
- RL1 = pastura campuran digitaria milianjana dan Stylosanthes guyanenesis,
- RL2= pastura campuran digitaria milianjana dan clitoria ternatea. - Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05)
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis pastura campuran
dan pemberian berbagai dosis sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji
durian memberikan pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap tinggi tanaman
pastura campuran. Nilai rataan tinggi tanaman rumput (RL1) sebesar 102,57 cm
Hal ini disebabkan fisiologi lebar daun merupakan salah satu ukuran yang dapat
dipakai untuk mengetahui pertumbuhan tanaman rumput. Ukuran lebar daun pada
tanaman rumput dari berbagai spesies tanaman yang ada sangat beragam. Ukuran
lebar daun dari tanaman rumput ditentukan oleh laju kecepatan tumbuh dari
tanaman dan dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, proses fotosintesis
tanaman, sistim transportasi hara serta ketersediaan mikroorganisme tanah.
Bogdan (1977) menyatakan bahwa rumput Digitaria milanjianamerupakan
tanaman tahunan yang bervariasi, berstolon, batang berongga tegak tinggi
mencapai 150 cm pada saat masak. Potensi tinggi tanaman dapat dicapai secara
maksimal apabila semua faktor yang mendukung pertumbuhan tanaman dapat
terpenuhi. Menurut Noggle dan Fritz (1983) pertumbuhan dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya tinggi tanaman, panjang, lebar, dan luas daun, serta berat
kering masing-masing organ yang meliputi akar, batang, daun dan buah; jumlah
sel dan konsentrasi kandungan kimia tertentu, yaitu asam nukleat, nitrogen
terlarut, lipid, karbohidrat dalam jaringan dan organ.
Nilai rataan tinggi tanaman legum (RL1) sebesar 28,9028 cm memiliki
tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan (RL2) sebesar 25,3507 cm. Hal ini
disebabkan pertumbuhan tanaman Stylosanthes guyanensis bersifat perennial
kadang-kadang semi tegak hal ini sesuai dengan pernyataan Depatemen Pertanian
(1988) bahwa Stylosanthes guyanensis termasuk jenis tanaman leguminosa
berumur panjang yang tumbuh membentuk semak dengan ketinggian 50 cm,
sementara pada Clitoria ternatea pertumbuhannya merambat. Dan pada uji
Duncan juga diketahui bahwa legum Stylosanthes guyanensis pada petakan 1
Clitoria ternatea pada petakan 2 (RL2) yang disebabkan karena penanaman jenis
pastura berbeda mengakibatkan kemampuan pertumbuhan yang berbeda.
Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi antara faktor dalam dan faktor
luar. Faktor dalam meliputi sifat genetik yang berupa gen dan hormon. Sedangkan
faktor luar terdiri atas unsur hara makro dan unsur hara mikro yang terdapat dalam
tanah. Selain itu faktor intensitas cahaya juga sangat berperan dalam proses
pertumbuhan tanaman utamanya dalam proses fotosintesis tanaman.
Nilai rataan tertinggi pada tinggi tanaman rumput pada pemberian dosis
yang berbeda terdapat pada perlakuan dengan dosis 40 ton/ha/thn (P3) sebesar
95,95 cm sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk (P0)
sebesar 92,05cm sedangkan jika dibandingkan antar perlakuan pemberian dosis
yaitu dosis 20 ton/ha/thn (P1) sebesar 92,86cm memiliki tinggi tanaman rumput
lebih tinggi bila dibandingkan dengan pemberian dosis 30 ton/ha/thn (P2) sebesar
94,64 cm.
Rataan tertinggi pada tinggi tanaman legum pada pemberian dosis yang
berbeda terdapat pada perlakuan dengan dosis 40 ton/ha/thn (P3) sebesar 28,36
cm sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk (P0) sebesar
26,16cm sedangkan jika dibandingkan antar perlakuan pemberian dosis yaitu
dosis 20 ton/ha/thn (P1) sebesar 27,29 cm memiliki tinggi tanaman rumput lebih
tinggi bila dibandingkan dengan pemberian dosis 30 ton/ha/thn (P2) sebesar
26,68 cm. Hal ini disebabkan oleh terpenuhinya unsur hara N, P, dan K pada
pastura yang berasal dari pemberian pupuk sluri gas bio. Tanaman akan
berproduksi maksimal jika diperhatikan kandungan unsur hara didalam tanah,
Suriadikarta et al., (2006) pupuk organik memiliki fungsi yang berperan penting
seperti penyediaan hara makro dan mikro. Salah satu jenis pupuk organik yang
berperan sebagai pupuk pada tanaman pakan adalah sluri.Pemberian pupuk sluri
cenderung menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan
pupuk kotoran ayammaupun pupuk kotoran sapi.Hardjowigeno (1993)
mengemukakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan pada setiap usaha
pemupukan adalah tanaman yang akan dipupuk, jenis tanah, jenis pupuk, dosis,
waktu pemupukan dan cara pemupukan yang tepat agar sebagian besar dari pupuk
yang diberikan dapat diserap akar tanaman. Hal ini disebabkan adanya proses
fermentasi pada limbahbiogas yang mengubah zat makanan menjadi tersedia bagi
tanaman yang mempermudahpenyerapan unsur hara pada tanaman sehingga
mempercepat pertumbuhan dan produksitanaman. Visilind et al. (1990),
menyatakan bahwa lumpur keluaran gas bio yang berasaldari instalasi gas bio
sangat baik untuk dijadikan sebagai pupuk karena mengandungberbagai macam
mineral yang dibutuhkan oleh tanaman, antara lain: P, Mg, Ca, K, Cu,dan Zn,
sebagaimana juga diutarakan oleh Suzuki et al. (2001). Hal ini sejalan
denganSutedjo, (1992) yang menyatakan limbah biogas dapat memperbaiki
pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman karena mengandung berbagai
unsur hara yangdibutuhkan oleh tanaman.
Interaksi antara jenis pastura campuran dan pemberian sluri gas bio
dengan input feses kambing dan tepung biji durian memberikan pengaruh yang
tidak nyata (P>0,05) terhadap tinggi tanaman pastura. Hasil yang tidak nyata
menunjukan bahwa pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji
Biomassa Akar
Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kambing dan
biji durian terhadap biomassa akar pastura campuran dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Biomassa Akar (g) pastura campuran dengan pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian
Pastura campuran
Dosis sluri gas bio (ton/ha/thn) rataan
0 20 30 40
R1 52,60 70,06 62,37 69,10 63,53a±8,05
R2 34,16 31,33 32,33 36,16 33,51b±2,12
Rataan 43,38±13,03c 50,70ab±27,38 47,38b±21,20 52,63a±23,29
- RL1 = pastura campuran digitaria milianjana dan Stylosanthes guyanenesis,
- RL2= pastura campuran digitaria milianjana dan clitoria ternatea. - Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan
adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05)
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis pastura campuran
dan pemberian berbagai dosis sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji
durian memberikan pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap biomassa akar.
Nilai rataan biomassa akar (RL1) sebesar 63,53 g memiliki berat massa tertinggi
dibandingkan dengan (RL2) sebesar 33,51 g. Hal ini disebabkan karena pada
pastura campuran rumput Digitaria Milianjana dan Stylosanthes guyanenesis
memiliki kemampuan simbiosis mutualisme yang lebih baik bila dibandingkan
dengan pastura campuran antara Digitaria milianjana dan Clitoria ternatea
karena dalam pastura campuran salah satu aspek yang ingin dilihat adalah akar
dari legum memiliki rhizobium yang mamapu memfiksasi N. Sehingga
penyerapan unsur N selain berasal dari lingkungan (tanah dan pupuk) dapat
berasal dari rhizobium yang mampu memfiksasi N. Unsur N juga berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan akar.Biomassa akar meningkat sesuai
pertumbuhan tanaman, pertumbuhan akar meningkat dengan meningkatnya
adanya bakteri ini menyebabkan terbentuknya nodul/bintil akar yang mampu
memfiksasi nitrogen bebas dari udara sehingga dapat mensuplai kebutuhan
tanaman akan unsur N tersedia.Leguminosa merupakan tanaman yangmempunyai
kemampuan untuk menghasilkan bahan organik tinggi dan dapat membantu
meningkatkan kesuburan tanah.Kemampuan memfiksasi nitrogen dari udara
olehleguminosa dapat membantu meningkatkansuplai hara terutama nitrogen bagi
tanaman yang disampingnya.Manfaat lain dari tanaman legum adalah
meningkatkan bahan organik dalam tanah, memperbaiki kesuburan tanah serta
sifat kimia, fisika, dan biologi tanah.Selanjutnya akar berfungsi menyerap air dan
nutrisii dari tanah–tanah disekitar tanaman, sistem akar yang baik adalah kunci
untuk menghasilkan tanaman yang baik, rasio akar dan pucuk adalah suatu
metode pengukuran yang membantu untuk mendata tingkat kesuburan tanah
(Baluska et al., 1995).
Rataan tertinggi pada biomassa akar pada pemberian dosis yang berbeda
terdapat pada perlakuan dengan dosis 40 ton/ha/thn (P3) sebesar 52.632 g
sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan tanpa pupuk (P0) sebesar
43.378 g sedangkan jika dibandingkan antar perlakuan pemberian dosis yaitu
dosis 20 ton/ha/thn (P1) sebesar 50.695 g dan perlakuan dosis 30 ton/ha/thn (P2)
sebesar 47,38 g. Perlakuan P3 memiliki biomassa akar tertinggi disebabkan
karena dosis yang diberikan juga berpengaruh terhadap jumlah kandungan unsur
hara dalam pupuk. Perlakuan P3 yang memiliki dosis pupuk tertinggi sehingga
kandungan unsur haranya juga lebih baik bila dibandingan dengan perlakuan dosis
lainnya. Pemberian sluri gas bio lebih cepat terdegredasi sehingga lebih bnayak
terbentuknya bintil akar yang cenderung lebih banyak sehingga meningkatkan
fiksasi nitrogen dengan meningkatnya fiksasi nitrogen akan meningkatkan
pertumbuhan dan produksi. Selain itu unsur N dalam pupuk berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutedjo
(1995) dan Gardner et al (1991) yang menyatakan bahwa unsur N dapat berperan
dalam pertumbuhan dan perkembangan akar, perluasaan daun dan pertumbuhan
akar.
Interaksi antara jenis pastura campuran dan pemberian sluri gas bio
dengan input feses kambing dan tepung biji durian memberikan pengaruh yang
tidak nyata (P>0,05) terhadap biomassa akar. Hasil yang tidak nyata menunjukan
bahwa pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian tidak
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
- Jenis pastura campuran antara Digitaria milanjiana dan Stylosanthes
guyanensis memiliki produksi bahan segar, produksi bahan kering, jumlah
anakan rumput, tinggi tanaman rumput, tinggi tanaman legum dan biomassa
akar lebih tinggi bila dibandingkan dengan pastura campuran Digitaria
milanjiana dan Clitoria ternatea.
- Pemberian sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian dapat
meningkatkan produksi bahan segar, produksi bahan kering, jumlah anakan
rumput, tinggi tanaman rumput, tinggi tanaman legum dan biomassa akar.
- Interaksi antar perbedaan jenis pastura campuran dan pemberian sluri gas bio
dengan input feses kambing dan biji durian memberikan pengaruh yang nyata
(P<0,05) terhadap produksi bahan kering.
- Pemberian dosis sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian
dengan dosis 30 ton/ha/thn meningkatkan produktivitas pastura campuran
yang lebih baik bila dibandingkan dengan pemberian tanpa pupuk sluri gas
bio.
Saran
Untuk meningkatkan produktivitas pastura campuran dapat menggunakan
sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian dengan dosis 30
ton/ha/thn. Hal ini dikarenakan dari hasil sidik ragam pada dosis 30 ton/ha/thn
dan 40 ton/ha/thn yang tidak berbeda nyata dan kedua dosis ini lah yang terbaik
dari keseluruhan dosis. Jadi untuk efisiensi penggunaan pupuk dan jika dilihat dari
TINJAUAN PUSTAKA
Sluri Gas Bio
Pemanfaatan limbah peternakan antara lain dengan mengolah limbah
menjadi gas bio. Gas bio merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida
(CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti
kotoran hewan, kotoran manusia, dan tumbuhan) oleh bakteri metanogenik. Untuk
menghasilkan gas bio, bahan organik yang dibutuhkan ditampung dalam
biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob (tanpa
oksigen), gas bio terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah biodigester terisi penuh, dan
mencapai puncak pada hari ke 20-25. Gas bio yang dihasilkan sebagian besar
terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2), dan gas
lainnya dalam jumlah kecil (Sembiring, 2014).
Limbah gas bio adalah bahan keluaran dari sisa proses pembuatan gas bio.
Limbah tersebut dapat dijadikan pupuk organik, walaupun bentuknya berupa
lumpur (sluri). Pemanfaatan lumpur keluaran gas bio ini sebagai pupuk dapat
memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan
kompos. Sisa keluaran gas bio ini berbentuk lumpur dan telah mengalami
fermentasi anaerob sehingga bisa langsung digunakan untuk memupuk tanaman
(Pratama et al., 2014).
Proses fermentasi pada limbah gas bio yang mengubah zat makanan
menjadi tersedia bagi tanaman yang mempermudahpenyerapan unsur hara pada
tanaman sehingga mempercepat pertumbuhan dan produksitanaman. Visilind et
al. (1990), menyatakan bahwa lumpur keluaran (sluri) yang berasaldari instalasi
macam mineral yang dibutuhkan oleh tanaman, antara lain: P, Mg, Ca, K, Cu,dan
Zn, sebagaimana juga diutarakan oleh Suzuki et al. (2001).
Kualitas slurisisa proses pembuatan gas bio lebih baik daripada kotoran
ternak yang langsung dari kandang. Hal ini disebabkan proses fermentasi di dalam
biodigester terjadi perombakan anaerobik bahan organik menjadi gas bio dan
asam organik yang mempunyai berat molekul rendah sepeti asam asetat, asam
butirat dan asam laktat. Peningkatan asam organik akan meningkatkan konsentrasi
unsur N, P dan K. Dengan keadaan seperti ini, sluri gas bio sudah menjadi pupuk
organik cair (Ayub, 2004).
Dalam reaktor biogas dihasilkan limbah cair yang mengandung nitrogen
dan senyawa organik lain yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk yaitu 1 liter
limbah cair gas bio setara dengan 20 gr urea yang dilarutkan dalam 1 liter air
(Suwandi dan Nurtika, 1987).
Sluriadalah produk akhir pengolahan limbah berbahan kotoran ternak yang
berbentuk padat dan cair yang sangat bermanfaat sebagai sumber nutrisi untuk
tanaman. Pupuk Slurijuga mengandung mikroba “pro-biotik” yang bermanfaat
untuk meningkatkan kesuburan dan kesehatan lahan pertanian sehingga
diharapkan akan berdampak pada peningkatan kualias dan kuantitas panen (TIM
Tabel 1. Data penelitian pemanfaatan sluri gas bio terhadap pastura campuran
Produksi durian di Indonesia cukup melimpah. Badan Pusat Statistik (2015),
menunjukkan bahwa produksi durian meningkat setiap tahun. Seiring dengan
meningkatnya luas daerah panen durian yaitu dari 24.031 ha pada tahun 1999
menjadi 53.770 ha pada tahun 2003, maka terjadi peningkatan produksi durian di
Indonesia dari 194.359 ton pada tahun 1999 menjadi 741.841 ton pada tahun 2002
(Wahyono, 2009).
Biji durian bentuknya cukup besar bila dibandingkan dengan biji
buah-buah lain dengan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 67 %.
Tabel 2. Komposisi kimia biji durian
No. Komposisi Satuan Jumlah
1. Karbohidrat (%) 67,40
2. Protein (%) 6,43
3. Lemak Kasar (%) 1,48
4. Gula (%) 4,89
5. Serat Kasar (%) 6,16
6. Kalsium (%) 0,92
7. Fosfor (%) 0,89
8. Air (%) 11,84
9. Energi Bruto (kkal/kg) 3775,00
Sumber : (Dinas Pertanian Prov. Sumatera Utara, 2001).
Fermentasi
Fermentasi didefinisikan sebagai pemecahan karbohidrat dan asam amino
secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah
dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat, sedangkan asam amino
dapat difermentasikan oleh beberapa janis bakteri tertentu (Adams, 2000).
Selama proses fermentasi, bermacam–macam perubahan komposisi kimia.
Kandungan asam amino, karbohidrat, pH, aroma serta perubahan nilai gizi yang
mencakup terjadinya peningkatan protein dan penurunan serat kasar. Semuanya
mengalami perubahan akibat aktivitas dan perkembangbiakan mikroorganisme
selama fermentasi. Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh
enzim– enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa
dan hemiselulosa menjadi gula sederhana (Adams, 2000).
Hijauan Pakan Ternak
Hijaun pakan merupakan bahan pakan ternak ruminansia yang digunakan
oleh ternak untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi,
yang baik sangat menentukan produktivitas ternak ruminansia (Dhalika et al.,
2006).
Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia,
termasuk Indonesia karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing,
dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya baik
kualitas, kuantitas, maupun kontinuitasnya masih sangat terbatas
(Reksohadiprodjo, 1985).
Pertanaman Campuran Rumput dan Leguminosa
Pertanaman campuran merupakan sistem penanaman dua atau lebih jenis
tanaman dalam sebidang lahan pada musim tanam yang sama. Dengan demikian
penanaman secara campuran dimungkinkan terjadi persaingan atau saling
mempengaruhi antara komponen pertanaman yang berlangsung selama periode
pertumbuhan tanaman yang mampu mempengaruhi hasil kedua atau lebih
tanaman tersebut (Gardner et al., 1991) menyatakan bahwa pada pertanaman
campuran leguminosa memberi sumbangan N pada rumput selama
pertumbuhannya. Beberapa syarat perlu diperhatikan sebagai tanaman campuran,
yaitu dapat menimbun N, tanaman tahunan yang berumur pendek, spesies-spesies
yang permanen, tanaman yang tumbuh rapat, rendah dan lambat berbunga.
Disamping itu menurut (Marhaeniyanto, 2009) bahwa tanaman
leguminosa di daerah tropis tumbuh lebih lambat daripada tanaman rumput, agar
bisa tumbuh dengan baik, maka penanaman rumput dan leguminosa dibuat dalam
jalur beselang-seling. Beberapa keuntungan penanaman campuran rumput dan
leguminosa : 1) Memperbaiki unsur Nitrogen dalam tanah, karena kemampuan
ruminansia, karena kandungan protein dan mineral lebih tinggi, 3) Daerah tropis
yang lembab akan membatasi pertumbuhan rumput, namun dengan percampuran
rumput dan leguminosa, leguminosa dapat memperbaiki pertumbuhan rumput,
karena akarnya bisa lebih dalam, 4) Tanaman campuran rumput dan leguminosa
mampu meningkatkan kapasitas tampung sehingga satuan ternak per hektar lebih
banyak dan total kenaikan berat badan lebih tinggi (Yuniar, 2013).
Deskripsi Tanaman Rumput dan Legum
Digitaria milanjianadanStylosanthes guianensis
Rumput berumur yang berstolon dan tumbuh rendah dengan daun yang
lembut. Paling cocok unuk daerah dengan musim kemarau pendek. Mempunyai
kemampuan beradaptasi yang mirip dengan Brachiaria decumbens
(Home and Stur, 1999). Pemotongan pada umur 35-36 hari dapat menghasilkan
prduksi yang maksimum baik pada tanah kering maupun tanah basah. Pemberian
pupuk N yang maksimum 100-1800 kg N/ha, pupuk P dan K yang maksimum
0-33 kg/ha dan 66 kg/ha. Digitaria milanjiana dapat berinteraksi baik dengan
leguminosa Centrosema, Desmodium, dan Calopogoniu (Reksohadiprodjo, 1994).
Rumput ini berdaun lebat dan halus, pada setiap buku pada stolonnya bisa
tumbuh akar dan tangkai. Tanaman ini baik untuk penganan karena cepat tumbuh
dan disukai terak karena palatabel (Susetyo, 1980).
Stylosanthes tumbuh dan beradaptasi pada lokasi-lokasi yang panas namun
beriklim lembab, dan tidak toleran terhadap kekeringan dan suhu dingin.
Tumbuhan ini tumbuh pada berbagai tipe tanah, tapi umumnya dapat beradaptasi
dengan baik pada tanah-tanah asam dan miskin hara yang mengandung kadar Al
perkebunan dan juga sebagai tanaman yang ditanam pertama kali pada sistem
perladangan berpindah. Stylosanthes termasuk tumbuhan pionir yang cepat
tumbuh dan banyak memproduksi biomassa. Penanaman Stylosanthes telah
berhasil melindungi tanah bekas laharan dari pengaruh hujan dan aliran
permukaan (Manglayang Agribusinnes Cooperative, 2005).
Stylosanthes guainensis merupakan tanaman legum parenial, tingginya
dapat mencapai 1,2 m. Daunnya panjang 0,5-4,5 cm dan lebar 0,2-2 cm, bunganya
berwarna kuning sampai orange, benihnya berwarna coklat (bervariasi dari kuning
sampai agak kehitaman). Tanaman ini leih dikenal dengan nama stylo yang
digunakan untuk tanaman pakan pada lahan pastura (penggembalaan maupun
potongan), sebagai penutup tanah (mencegah erosi), pupuk hijau dan diolah
menjadi hay atau pellet. Stylo dapat tumbuh pada drainase yang baik, dan pada
tekstur tanah pasir sampai liat (seperti tanah tropis latosol, liat, tanah berpasir).
Stylo dapat memanfaatkan P pada tanah dengan kandungan P yang rendah,
namun dapat dengan baik merespon pemberian P, K, S, Ca, dan Cu pada taraf
yang rendah (FAO,2009).
Kandungan protein kasarnya tidak terlalu tinggi berkisar 12-18% dari
BK.Stylosanthes juga mengandung oxalat sekitar 1.72% dimana oxalat yang larut
air cukuprendah yaitu 0.15%. Palatabilitasnya bervariasi, tapi umumnya hijauan
mudakurang disukai ternak. Kecernaan BK-nya bervariasi 40% pada hijauan tua
danbisa mencapai 70% pada hijauan yang masih muda (Soedomo, 1985).
Dari uraian diatas, maka kedua tanaman tersebut sangat cocok untuk
produksi rumput dapat meningkat karena leguminosa mampu menyediakan atau
memberikan nilai makanan yang lebih baik terutama protein, pospor, dan kalsium
Digitaria milanjiana dan Clitoria ternatea
Komposisi zat makanan rumput Digitaria milanjiana PK sekitar 8-12%,
dan rata-rata kecernaan BK pada umur 4-8 minggu sekitar 64-67%. Kecernaan
BK pad
dan Ca 0,84% (Bogdan, 1977).
Clitoria ternatea sangat cocok tumbuh bersamarumput-rumputan yang
tinggi seperti rumputGajah, rumput Raja,Andropogon pertusus, sorghum dan lain
sebagainya. Hasil beratkering Clitoria ternatea di Zambia mencapai 3.330kg BK
ha-1 pada tahun pertama pertumbuhandari bulan Maret sampai dengan Juni.
Produksiberat kering dapat mencapai 13.350 kg BK/ha/tahun apabila budidaya
Clitoria ternatea dilaksanakandi lahan dengan irigasi yang baik bahkan ton.
Produksinya dapatmencapai 30. Kandungan protein kasarmencapai 10.5% sampai
dengan 25.5% dari berat kering. Clitoriaternatea memiliki sifat-sifat agronomis
berakar dalam, panjang, sebagai leguminosa memanjat, daunnya memiliki 5 liflet,
dan bunganya biru pekat. Kemampuannya beradaptasi pada pH 5.5-8.9 sangat
baik dan mampu hidup baik pada tanah berkapur(Gomez dan Kalamani, 2003).
Kembang telang beradaptasi dengan baikpada kisaran tanah berpasir,
lempung, dan liat yang berat. Tahan terhadapkekeringan (curah hujan 500-900
mm), tahanterhadap salinitas dan mampu berkompetisidengan baik terhadap
gulma. Sebagai tanamanpenutup tanah, kembang telang (C. ternatea)mampu
baikbersama rumput-rumputan yang tinggi sepertirumput Guinea dan rumput
Gajah(Tmannetje dan Jones, 1992).
Pemanfaatan bunga telang sebagai cover crop dan pakan ternak banyak
dilakukan di Australia dan Brasil. Clitoria ternatea mampu memberikan hasil
hijauan keringtertinggi, dan sangat responsif terhadap penggunaan pupuk organik.
Kebutuhan Unsur Hara bagi Tanaman
Kebutuhan unsur hara untuk daerah tropis adalah unsur hara makro adalah
unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak (konsentrasi 1000 mg/kg bahan
kering). Unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah
sedikit (konsentrasi kurang dari atau sama dengan 100 mg/kg bahan kering).
Unsur hara makro dibutuhkan tanaman dan terdapat dalam jumlah yang lebih
besar, dibandingkan dengan unsur hara mikro bahwa batas perbedaan unsur hara
makro dan mikro adalah 0,02 % per mg bahan kering (Sutedjo, 2002).
Nitrogen (N) merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman
yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan
bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Fosfor (P)
terdapat dalam bentuk phitin, nuklein dan fosfatide, sedangkan kalium bukanlah
elemen yang langsung pembentuk bahan organik. Fungsi N bagi tanaman antara
lain : meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun,
meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas
tanaman penghasil daun-daunan, meningkatkan mikroorganisme di dalam tanah.
Fungsi P bagi tanaman adalah mempercepat pertumbuhan akar semai,
mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman
meningkatkan produksi biji-bijian, sedangkan kalium berperan membantu:
pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan batang dan bagian kayu dari
tanaman, meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit, meningkatkan
kualitas biji/buah.
Proses Penyerapan Unsur Hara
Tanamandapatmenyerapunsurharamelaluiakarataumelaluidaun.Unsur C
dan O diambiltanamandariudarasebagai CO2melaui stomata daundalam proses
fotosintesis.Unsur H diambildari air tanah (H2O)
olehakartanaman.Dalamjumlahsedikit air
jugadiseraptanamanmelaluidaun.Penelitiandenganunsurradio
aktifmenunjukkanbahwahanyaunsur H dari air yang digunakantanaman,
sedangoksigendalam air tersebutdibebaskansebagai gas (Donahue et al., 1977).
Beberapa mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanaman :
(a). Pseudomonas untuk melarutkan fosfat oleh tanaman menjadi bentuk yang
dapat hara tanah, (c). Rhizobium untuk mengikat nitrogen bebas dari udara,
(d). Lactobacillus membantu proses fermentasi bahan organik menjadi
senyawa-senyawa asam laktat yang dapat diserap tanaman (Ayub, 2010).
Peran Pupuk Organik dalam Kesuburan Tanah
Kebutuhan tanah merupakan kemampuan tanah memproduksi unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung dan produksinya. Tingkat
kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh bahan organik yang terdapat di dalam
fisik, biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. Menurut
Marsono(2001) beberapa kelebihan pupuk organik antara lain: (1) Mengubah
strukturtanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan tanaman juga semakin
baik. Saatpupuk dimasukkan ke dalam tanah, bahan organik pada pupuk akan
dirombakoleh mikroorganisme pengurai menjadi senyawa organik sederhana yang
mengisiruang pori tanah sehingga tanah menjadi gembur. (2)Meningkatkan daya
serap dan daya pegang tanah terhadap air sehingga tersediabagi tanaman. Hal ini
karena bahan organik mampu menyerap air dua kali lebihbesar dari bobotnya.
Dengan demikian pupuk organik sangat berperan dalammengatasi kekeringan air
pada musim kering. (3) Memperbaiki kehidupanorganisme tanah. Bahan organik
dalam pupuk ini merupakan bahan makananutama bagi organisme dalam tanah,
seperti cacing, semut, dan mikroorganismetanah. Semakin baik kehidupan dalam
tanah ini semakin baik pula pengaruhnyaterhadap pertumbuhan tanaman dan
tanah itu sendiri.
Pemupukan
Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau
disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang
diperlukan tanaman. Pengertian lain dari pupuk adalah suatu bahan yang
diberikan sehingga dapat mengubah keadaan fisik, kimiawi, dan hayati dari tanah
sehingga sesuai dengan tuntutan tanaman (Sarief, 1985). Pupuk merupakan suatu
bahan yang diberikan ke dalam tanah untuk menaikan produktivitas tanah dalam
keadaan lingkungan yang baik. Karena pada lingkungan yang tidak sesuai efek
Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah,menaikkan
bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan
sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.Sedangkan pemberian pupuk urea
dapat merangsang pertumbuhansecara keseluruhan khususnya cabang, batang,
daun, dan berperanpenting dalam pembentukan hijau daun (Lingga dan Marsono,
2008).
Hardjowigeno (1993) mengemukakan bahwa hal-hal yang perlu
diperhatikan pada setiap usaha pemupukan adalah tanaman yang akan dipupuk,
jenis tanah, jenis pupuk, dosis, waktu pemupukan dan cara pemupukan yang tepat
agar sebagian besar dari pupuk yang diberikan dapat diserap akar tanaman.
Banyak faktor yang mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pemupukan
untuk pertumbuhan yang sehat dan berproduksi tinggi, tanaman membutuhkan
unsur hara yang seimbang dan cukup tersedia di dalam tanah. Jika terjadi
kekurangan hara maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan mengalami
defisiensi hara tertentu (Risza, 1994).
Tabel 3. Kandungan zat hara beberapa feses dan urin pada berbagai ternak Nama
Faktor rasio C/N sangat menentukan besarnya produksi gas metana
asam-asamorganik, sedangkan kebutuhan N (Nitrogen) dapat dipenuhi dari
protein,amoniak dan nitrat. Apabila C/N tinggi berarti kadar C sangat berlebihan,
yangberakibat mikrobia yang menggunakan bahan tersebut kekurangan unsur N
untukmetabolisme berlangsung lambat. Lambatnya perkembangan jumlah
mikrobia,berakibat menurunnya produksi gas metana pada digester. Sebaliknya
apabilabahan organik mempunyai C/N rendah, misalnya pemberian pakan
yangmengandung protein tinggi atau penambahan urea maka unsur karbon
habissetelah fermentasi, sehingga sisa nitrogen yang ada pada bahan akan
hilangsebagai gas amoniak (NH3). Perbandingan rasio C/N substrat yang ideal
untukproses dekomposisi anaerob pembentukan gas metana berkisar antara 25
sampai35 dengan perbandingan terbaik adalah 30. Jika dilihat dari segi
pengolahan limbah, prosesanaerob juga memberikan beberapa keuntungan yaitu
menurunkan nilai COD dan BOD, total solid, volatile solid, nitrogen nitrat, dan
nitrogen organik.
Persyaratanpupuk organik yang siap digunakan yaitumemiliki
karakteristik, tidak berbau, berwarnacoklat gelap hingga hitam, dan bertekstur
remah.Salah satu cara yang dapat dilakuakan agarslurigas bio dapat dimanfaatkan
sebagai pupukorganik dengan kualitas yang baik yaitumengolahnya melalui
pengomposan (Tanti et al., 2013).
Tabel 4. Persyaratan teknis minimal pupuk organik
No. Parameter Satuan Kandungan
Padat Cair
1 C-organik % >12 4,5
2 C/N ratio % 12-25 -
3 Ph 4 – 8 4 – 8
4
P2O5 % <5 <5
5 K2O % <5 <5