• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen PEMBUATAN TABLET EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Halaman 49-54)

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Tumbuhan yang digunakan diidentifikasi di Laboratorium Herbarium Medanense, Universitas Sumatera Utara. Hasil identifikasi tumbuhan yang dikirim adalah daun jamu biji dari famili Myrtaceae dan kunyit dari famili Zingiberaceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Halaman 52-53.

4.2 Hasil Uji Karakterisasi Simplisia 4.2.1 Hasil pemeriksaan makroskopik

Hasil pemeriksaan makroskopik daun jambu biji yaitu bewarna hijau kecoklatan, daun yang menggulung, tidak memiliki bau yang khas, memiliki rasa kelat. Pemeriksaan makroskopik rimpang kunyit berupa irisan-irisan berbentuk bundar yang agak melengkung, bewarna kuning kecoklatan, diameter kira-kira 2-3 cm memiliki bau yang khas.

4.2.2 Hasil pemeriksaan mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia daun jambu biji terdapat rambut penutup yang kaku dan bentuknya seperti pedang, dan terdapat kristal kalsium oksalat yang berbentuk prisma dan berkas pembuluh. Sedangkan hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia rimpang kunyit terdapat jaringan parenkim yang berisi butiran pati, rambut penutup dan berkas pembuluh. Gambar pemeriksaan mikroskpik dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.2.3 Hasil uji karakterisasi

4.2.3.1 Hasil uji karakterisasi simplisia

Hasil uji karakterisasi simplisia daun jambu biji dan rimpang kunyit dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Hasil uji karakterisasi simplisia daun jambu biji

Karakterstik Hasil Pemeriksaan (%) Depkes RI, 2008 (%)

Kadar air 6,66 < 10

Kadar sari larut air 36,98 >18,2

Kadar sari larut etanol 20,32 >15

Kadar abu total 4,34 < 9

Kadar abu tidak larut asam 0,77 <0,8

Tabel 4.2 Hasil uji karakterisasi simplisia rimpang kunyit

Karakterstik Hasil Pemeriksaan (%) Depkes RI, 2008 (%)

Kadar air 9,6 < 12 dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.

Tabel 4.3 Hasil uji karakterisasi ekstrak daun jambu biji

Karakterstik Hasil Pemeriksaan (%) Depkes RI, 2008 (%)

Kadar air 5,9 < 10

Kadar abu total < 0,8

Kadar abu tidak larut asam < 0,2

Tabel 4.4 Hasil uji karakterisasi ekstrak rimpang kunyit

Karakterstik Hasil Pemeriksaan (%) Depkes RI, 2008 (%)

Kadar air 6,66 < 10

lebih dari 10% baiksimpisa maupun ekstrak, sedangkan hasil penetapan kadar air simplisa rimpang kunyit yaitu 9,6% sedangkan ekstrak rimpang kunyit yaitu 6,66

% dan memenuhi persyaratan dari Farmakope Herbal Indonesia yaitu tidak lebih dari 12% untuk simplisia dan tidak lebih dari 10% untuk ekstrak. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan bahan menjadi rusak ketika disimpan karena adanya pertumbuhan mikroba dan hidrolisis senyawa kimia.

Penetapan kadar sari larut air simplisia daun jambu biji adalah 36,98%

nilai tersebut sesuai dengan kriteria mutu yang ditentukan tidak kurang dari 18,2% dan penetapan kadar sari larut eatanol adalah 20,32% nilai tersebut sesuai dengan kriteria mutu yang ditentukan tidak kurang dari 15%. Sedangkan penetapan kadar sari larut air simplisia rimpang kunyit yaitu 15,3% dan penetapan kadar sari larut eatanol yaitu 15,3% nilai tersebut juga memenuhi syarat yaitu tidak kurang dari 11,5% dan tidak kurang dari 11.4%.

Penetapan kadar sari yang larut dalam air dan etanol dilakukan untuk mengetahui adanya zat berkhasiat yang dapat terlarut dalam pelarut yang digunakan. Semakin tinggi kadar yang dihasilkan berarti semakin tinggi kandungan zat berkhasiatnya (Gaman dan Sherington, 1992). Senyawa- senyawa yang dapat larut dalam air adalah glikosida, gula, gom, protein, enzim, zat warna dan asam organik. Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam etanol adalah glikosida, antrakinon, steroid terikat, klorofil, dan dalam jumlah sedikit yang larut yaitu lemak dan saponin (Depkes RI, 1986).

Penetapan kadar abu total untuk mengetahui kadar zat anorganik yang terdapat pada ekstrak, sedangkan penetapan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kadar zat anorganik yang tidak larut dalam asam (Depkes RI, 1978).

Hasil kadar abu total simplisia daun jambu biji yaitu 4,34% sedangkan ekstrak daun jambu biji adalah 0,147% nilai tersebut sesuai dangan persyaratan yaitu tidak lebih dari 9% dan tidak lebih dari 0,8%. Hasil kadar abu total simplisia rimpang kunyit yaitu 1,1% seddangkan untuk ekstrak adalah 0,32% nilai tersebut sesuai dangan persyaratan yaitu tidak lebih dari8,2% dan tidak lebih dari 0,4%. Hasil kadar abu ekstrak tidak larut dalam asam simplisia daun jambu biji yaitu 0,77% dan ektrak adalah 0,08% nilai tersebut sesuai dangan persyaratan. dan Hasil kadar abu ekstrak tidak larut asam simplisia rimpang kunyit yaitu 0,89%

sedangkan untuk ekstrak yaitu 0,05% nilai tersebut sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan.

4.3 Hasil Ekstraksi

Hasil penyarian 900 g serbuk simplisia daun jambu biji dan 600 g rimpang kunyit dengan pelarut etanol 80% menggunakan proses 2 kali penyarian, diperoleh ekstrak cair yang kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator, diperoleh ekstrak daun jambu biji kental sebanyak 143,2 g dan ekstrak rimpang kunyit kental sebanyak 79,2 g dengan persen rendemen 15,91%

dan 13,2%. Ekstrak inilah yang digunakan sebagai bahan formulasi sediaan tablet.

4.4 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia terhadap simplisia daun jambu biji dan rimpang dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan 4.6

Tabel 4.5 Hasil skrining fitokimia daun jambu biji

Tabel 4.6 Hasil skrining fitokimia rimpang kunyit

Golongan senyawa kimia Hasil yang terkandung pada ekstrak daun jambu biji dan rimpang kunyit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa daun jambu biji memiliki golongan senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid, dan glikosida sedangkan rimpang kunyit memiliki golongan senyawa alkaloid, tanin, steroid, triterpenoid, flavonoid, glikosida.

4.5 Hasil Uji Preformulasi 4.5.1 Hasil waktu alir granul

Hasil uji waktu alir granul dari 4 formula dengan metode granulasi basah dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil uji waktu alir granul dari 4 formula

Formula Uji preformulasi

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa uji waktu alir granul memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari 10 detik. Apabila waktu yang diperlukan oleh 100 g granul untuk mengalir keluar dari corong lebih dari 10 detik, akan mengalami kesulitan waktu penabletan (Lestari dan Natalia, 2007) .

Gambar 4.1 Histogram Waktu Alir Granul Dari 4 Formula

Uji waktu alir granul dari setiap formula berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi pengikat yang digunakan, pada formula F2 waktu alir granul lebih cepat dibandingkan dengan waktu alir granul pada formula F1, F3, F4.

Ukuran granul pada formula F2 lebih besar dibandingkan dengan formula F1, F3, dan F4. Hasil pengujian distribusi partikel bahwa granul yang dihasilkan oleh formula menggunakan gelatin lebih baik dibandingkan formula menggunakan mucilage amili, CMC Na dan PVP. Ukuran partikel granul makin kecil akan memperbesar gaya kohesinya sehingga granul akan menggumpal dan menghambat kecepatan alirannya (Banker dan Anderson, 1986).

Kecepatan alir dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, kondisi permukaan, kelembapan granul dan penambahan bahan pelicin. Analitik granul mempunyai sifat alir yang baik maka pengisian pada ruang kempa menjadi konstan sehingga dihasilkan tablet yang mempunyai bobot seragam (Parrot, 1971).

2,38

Dalam dokumen PEMBUATAN TABLET EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Halaman 49-54)

Dokumen terkait