• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.6.1. Peta Sebaran Kebakaran Di Kota Surakarta

Peta sebaran kebakaran memunculkan lokasi kebakaran berdasarkan historis kebakaran per tahun. Peta ini memiliki atribut tentang lokasi kebakaran beserta keterangan- keterangan umum kebakaran yang terjadi berupa korban, alamat, tanggal dan waktu kejadian, pemicu kebakaran, material yang terbakar, luasan area kebakaran serta fungsi sarana / prasarana kebakaran.

Historis kebakaran dapat menjadi petunjuk untuk penelusuran pola kebakaran untuk menentukan daerah rawan kebakaran. Selain itu, historis kebakaran juga dapat menjadi tolak ukur penilaian keberhasilan pencegahan kebakaran. Peta sebaran kebakaran di kota Surakarta dapat dilihat pada lampiran B

4.6.2. Peta Klasifikasi Kebakaran Berdasarkan Peraturan Daerah Jakarta No 8 Tahun 2008.

Peraturan Daerah DKI Jakarta no 8 tahun 2008 tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran membagi kebakaran menjadi dua klasifikasi yaitu berdasarkan jenis sarana/ prasarana terbakar dan berdasarkan tingkat potensi bahayanya.

Berdasarkan jenis sarana/prasarana yang terbakar, kebakaran di kota Surakarta terklasifikasikan menjadi 4 kriteria yaitu:

1. Bangunan gedung, termasuk ke dalam kriteria ini berupa: ruko, usaha rumah tangga, mall, kantor, pasar, pabrik, rumah sakit, percetakan dan gereja.

2. Bangunan non gedung/bukan gedung, termasuk ke dalam kriteria ini berupa: warung hik, kios tambal ban semi permanen, tempat pembuangan sampah, trafo PLN, area parkir dan lahan tidur.

3. Bangunan perumahan berupa gedung dengan fungsi sebagai tempat tinggal. 4. Kendaraan bermotor pribadi

Sedangkan berdasarkan tingkat potensi bahayanya, kebakaran di kota Surakarta terklasifikasikan menjadi 4 kriteria yaitu:

1. Kebakaran ringan berupa kendaraan bermotor pribadi, perumahan tertata, bangunan non gedung, rumah sakit, kios, kantor 1 lantai dan gereja.

2. Kebakaran sedang 1 berupa ruko, rumah makan dan usaha rumah tangga. 3. Kebakaran sedang 2 berupa mall, area parkir, bengkel mobil dan percetakan.

4. Kebakaran sedang 3 berupa perumahan tidak tertata, pabrik, pasar mebel dan kantor 2 lantai.

Peta klasifikasi berdasarkan sarana/prasarana yang terbakar dan potensi bahaya kebakaran dapat dilihat pada lampiran B. Sedangkan statistik klasifikasi berdasarkan berdasarkan PerDa DKI Jakarta no 8 tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Statistik fungsi sarana/ prasarana terbakar tahun 2008-2009 Jenis sarana /prasarana terbakar Jumlah

kejadian

Persentase (%) 1. Bangunan gedung

2. Bangunan perumahan 3. Bangunan non gedung 4. Kendaraan bermotor pribadi 5. Kendaraan bermotor umum 6. Kendaraan bermotor khusus

11 21 21 8 0 0 18.03 34.43 34.43 13.11 0 0

Total sarana/ prasarana terbakar 61 100

Sumber: pengolahan data sendiri.

Tabel 4.6. Statistik tingkat potensi bahaya kebakaran tahun 2008-2009. Tingkat bahaya kebakaran Jumlah kejadian Persentase (%) 1. Ringan 2. Sedang 1 3. Sedang 2 4. Sedang 3 5. Berat 1 6. Berat 2 41 4 7 9 0 0 67.21 6.56 11.48 14.75 0 0 Total kebakaran 61 100

Klasifikasi ini menunjukkan bahwa sarana / prasarana terbakar paling banyak adalah perumahan dan bangunan non gedung sedangkan menurut tingkat potensi bahayanya, kebakaran di kota Surakarta umumnya berpotensi bahaya ringan.

4.6.3. Peta Klasifikasi Penyebab Kebakaran

Penilaian klasifikasi Penyebab kebakaran dilakukan berdasarkan pemicu kebakaran yang terjadi. Penyebab kebakaran diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu :

1. Kelalaian : yang termasuk dalam kategori ini adalah kecerobohan, kebiasaan buruk dalam menggunakan api, meremehkan api kecil, kehilangan kendali atas penggunaan api.

2. Korsleting listrik : yang termasuk dalam kategori ini adalah kebakaran yang disebabkan oleh api yang berasal dari korsleting listrik baik pada bangunan, kendaraan, dan sarana / prasarana lain.

3. Unsur kesengajaan : yang termasuk dalam kategori ini adalah kebakaran yang sengaja dibuat oleh perorangan ataupun berkelompok.

4. Kecelakaan : yang termasuk dalam kategori ini adalah kebakaran karena kecelakaan kerja dan ketidak-sengajaan.

Penyebab kebakaran merupakan informasi penting dalam mitigasi bencana kebakaran. pada dasarnya tindakan pencegahan bencana adalah mengeliminasi hal-hal yang bisa menjadi penyebab kebakaran kebakaran tak akan terjadi jika tak ada pemicu/ penyebabnya.

Pemahaman akan penyebab kebakaran akan membantu peneliti untuk melakukan mitigasi bencana kebakaran.

Hasil klasifikasi kebakaran berdasarkan penyebabnya dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 4.7. statistik penyebab kebakaran tahun 2008-2009

Jenis penyebab kebakaran Jumlah kejadian Persentase (%) 1. Kelalaian 2. Korsleting listrik 3. unsur kesengajaan 4. kecelakaan 20 23 5 13 32.79 37.70 8.20 21.31 Total kejadian 61 100.00

Sumber: pengolahan data sendiri.

Hasil analisa menunjukkan bahwa penyebab terbesar kebakaran di kota Surakarta adalah korsleting listrik.

4.6.4. Peta Rawan Kebakaran

Peta rawan kebakaran merupakan peta yang menunjukkan tingkat kerawanan suatu wilayah terhadap resiko kebakaran berdasarkan densitas kebakaran yang terjadi. Sedangkan densitas kebakaran adalah tingkat kerapatan kebakaran pada suatu wilayah. Densitas berbanding lurus dengan jumlah kejadian kebakaran pada suatu wilayah tertentu.

Prinsip pemetaan ini adalah membuat perimeter area pencarian sejauh radius 1000 meter mengitari lokasi kebakaran. tiap perimeter yang berpotongan akan meningkatkan tingkat kerawanan daerah tersebut maka Semakin banyak kejadian kebakaran pada suatu daerah/wilayah maka daerah / wilayah tersebut semakin rawan terhadap bencana kebakaran. Peta tingkat kerawanan kebakaran dapat dilihat pada lampiran B.

Berdasarkan hasil analisa, didapatkan sepuluh wilayah area paling rawan kebakaran, yaitu :

1. Wilayah Karangasem 2. Wilayah Bumi

3. Wilayah Manahan, Purwosari dan Mangkubumen 4. Wilayah Serengan

5. Wilayah Jayengan dan Kratonan

6. Wilayah Mangkubumen, Timuran dan Sriwedari 7. Wilayah Kestalan dan Setabelan

8. Wilayah Kampung Baru, Kedunglumbu dan Kauman

9. Wilayah Gilingan, Tegalharjo, Kepatihan Wetan, Purwodinigratan dan Jebres

10. Wilayah Jebres, Jagalan dan Pucang Sawit.

Pada umumnya, wilayah-wilayah kebakaran yang terjadi merupakan wilayah yang mengalami peningkatan / perkembangan potensi baik potensi perdagangan, jasa, perumahan maupun perindustrian.

Fenomena ini menunjukkan bahwa potensi kota Surakarta memiliki keterkaitan dengan peningkatan resiko kebakaran di kota Surakarta. sedangkan jika ditinjau dari segi historisnya, ada beberapa perbedaan pada pola kebakaran pada tahun 2008 dan 2009.

Kebakaran pada tahun 2008 dan tahun 2009 memiliki pola menyebar tetapi pola kebakaran pada tahun 2009 mengalami pergeseran mendekati tengah wilayah kota Surakarta.

Keterkaitan antara potensi kota Surakarta dengan perubahan pola kebakaran selama 2 tahun ini memperlihatkan bahwa ada beberapa kelurahan memiliki resiko terbesar yaitu: kelurahan Karangasem, Bumi, Purwosari, Kampung baru,

Kedunglumbu, Kauman, Purwodiningratan, Mangkubumen, Kestalan dan Setabelan.

4.7. Pendapat Masyarakat Tentang Kinerja Pelayanan Pemadam

Dokumen terkait