• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Fisik Habitat Daun Sang di Kawasan Sekundur

Daun Sang yang ditemukan berukuran raksasa dengan panjang daun sekitar 2−2,5 m dengan diameter daun mencapai 80-90 cm dengan jumlah tangkai pada satu individu ada sekitar 10-14 tangkai daun. Pada tangkai daun terdapat duri-duri dan bentuk daun yang berbentuk berlian pada ujung daunnya.

(a) (b) Gambar 6. (a) Daun Sang Gajah, (b) Daun Sang Minyak

Perbedaan antara Daun Sang Minyak dengan Daun Sang Gajah adalah ukuran Daun Sang Gajah lebih raksasa dibandingkan dengan Daun Sang Minyak dan bentuk Daun Sang Gajah yang berbentuk lanset sedangkan Daun Sang Minyak berbentuk seperti berlian pada ujung daunnya.

Daun Sang yang sedang berbunga dan berbuah sangat sulit ditemukan. Namun, di Kawasan Sekundur Besar ditemukan Daun Sang yang sedang berbunga dan berbuah. Buah Daun Sang yang ditemukan adalah buah yang sudah kering, bentuknya bulat dan bergerigi pada kulitnya dan telah berbiji. Buah yang ditemukan dengan ukuran berdiameter 1,5 cm dengan biji berdiameter 0,5 cm.

Bunga Daun Sang menempel pada tandan. Daun Sang berbunga tersebut telah menjadi bakal buah yang ukurannya cukup kecil (Gambar 7).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 7. (a) mayang Daun Sang, (b) bakal buah, (c) buah Daun Sang, (d) bentuk batang Daun Sang Minyak.

Menurut Dephut (2011) Perkembangan jenis ini lebih banyak berasal dari dari anakan dari pada bijinya yang tertutup oleh kulit tebal yang berbentuk bulat dan bergigi. Berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar hutan, hal tersebut disebabkan Daun Sang memiliki musim atau waktu tertentu untuk berbunga dan berbuah. Penyebaran Daun Sang secara alamiah dilakukan oleh hewan-hewan pemencar biji seperti Gajah, Tupai, Monyet, dan sejenisnya. Hewan-pewan pemakan buah dan biji mempengaruhi terhadap keberadaan dan kepunahan Daun Sang. Hewan pemakan biji ada yang memakan habis biji seperti Tikus Hutan dan sejenisnya dan adapula yang menelan biji seperti Gajah dan Monyet atau

sejenisnya sehingga secara alamiah hewan tersebut memencarkan biji. Berdasarkan pengamatan Priatna (2001), secara umum Daun Sang tergolong jenis Palem yang pertumbuhannya lambat, Johanneteijsmannia altifrons biasa berbunga pada bulan Januari. Pada umumnya biji atau buahnya berukuran cukup besar (diameter 4-6 cm).

Sebaran Daun Sang berdasarkan Ketinggian Tempat

Menurut Dewi dkk. (2007) menjelaskan bahwa ketinggian tempat (elevasi) merupakan faktor topografi yang berpengaruh terhadap keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwa. Ketinggian di wilayah TNGL sangat bervariasi berkisar antara 0-3.381 mdpl. Penentuan kriteria kesesuaian bagi ketinggian tempat didasarkan pada hasil pengukuran di lapangan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh, kawasan Sekundur memiliki ketinggian tempat berkisar pada ketinggian 20-110 mdpl. Ketinggian tempat Daun Sang dapat dilihat pada peta (Gambar 12) dan lebih detail dapat dilihat pada Tabel 3 yang menyajikan sebaran Daun Sang dengan 4 (empat) klasifikasi ketinggian tempat.

Tabel 3. Jenis dan jumlah Daun Sang (Johannesteijsmannia spp.) yang ditemukan dengan berbagai ketinggian

No. Ketinggian (mdpl) ∑ Sekundur Kecil ∑ Sekundur Besar Jenis

1. 0-20 - - Daun Sang Minyak

2. 20-40 1 2 Daun Sang Minyak

3. 40-60 145 25 Daun Sang Minyak

4. 60-110 316 290 Daun Sang Minyak

Daun Sang Gajah

∑ 462 317 779

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa Daun Sang paling banyak ditemukan pada ketinggian 60−110 mdpl. Daun Sang yang ditemukan ada 2 jenis

yaitu Daun Sang Gajah (Johannesteijsmannia lanceolata) dan Daun Sang Minyak (Johannesteijsmannia altifrons). Namun, berdasarkan informasi masyarakat Dusun Aras Napal, mereka mengenal 2 (dua) jenis Daun Sang yaitu Daun Sang Minyak dan Daun Sang Gajah. Sampai saat ini belum ada riset yang menjelaskan mengenai taksonomi Daun Sang, sehingga sampai saat ini jenis yang dikenal hanya Johannesteijsmannia altifrons saja.

Pada topografi dengan ketinggian tempat 20−40 mdpl, Daun Sang ditemukan sebanyak ditemukan berjumlah 1 titik (0,22%) di Sekundur Kecil dan 2 titik (0,63%) pada Sekundur Besar. Pada topografi dengan ketinggian tempat 40−60 mdpl, Daun Sang ditemukan sebanyak ditemukan berjumlah 145 titik (31,38%) di Sekundur Kecil dan 25 titik (7,89%) pada Sekundur Besar. Pada topografi dengan ketinggian tempat 60−110 mdpl, Daun Sang ditemukan sebanyak ditemukan berjumlah 316 titik (68,4%) di Sekundur Kecil dan 290 titik (91,48%) pada Sekundur Besar dari keseluruhan jumlah Daun Sang.

Berdasarkan pengamatan semakin tinggi suatu ketinggian tempat di Sekundur, maka semakin banyak Daun Sang yang ditemukan di kawasan tersebut namun, ketingggian tempat di Sekundur Kecil hanya mencapai 90 mdpl sedangkan di Sekundur Besar mencapai ketinggian 110 mdpl. Hal ini sesuai dengan pernyataan Qomar dkk. (2005) yang menyatakan bahwa Salo (Johannesteijsmannia altifrons) telah ditemukan pada ketinggian 85-175 mdpl dan sebagian besar didistribusikan pada ketinggian ≥ 110 mdpl dan tersebar pada lereng yang sangat curam dengan kemiringan > 60%.

Berdasarkan uraian di atas, maka kriteria kesesuaian bagi ketinggian tempat adalah sebagai berikut:

• Ketinggian < 40 m dpl : kesesuaian rendah

• Ketinggian 40 – 60 m dpl : kesesuaian sedang

• Ketinggian 60 − 110 m dpl : kesesuaian tinggi

Sekundur Kecil

Jalur transek yang dibuat pada Kawasan Sekundur Kecil sepanjang 5000 meter. Jalur yang dibuat memiliki lebar 20 m (10 meter ke kanan dan 10 meter ke kiri). Daun Sang yang ditemukan hampir sepanjang jalur dan penyebarannya cukup rapat (Gambar 10). Sepanjang jalur di Sekundur Kecil, melewati punggung bukit, lembah dan sungai. Hal ini juga dapat dilihat pada peta (Gambar 12) dimana jalur track pada Sekundur Kecil melewati Sungai Sei Betung.

Sepanjang transek, ketinggian punggungan yang paling tinggi pada Sekundur Kecil adalah 90 mdpl dan yang paling rendah adalah 40 mdpl. Pada panjang jalur ± 200 m, mulai tampak Daun Sang pada jalur. Daun Sang membentuk kelompok dimana jarak antar satu Daun Sang dengan yang lain berdekatan dengan jarak antar Daun Sang minimal 1 m dan ditemukan pada lahan yang miring. Daun Sang yang ditemukan juga berukuran raksasa dan belum berbuah dan belum berbunga.

Pada kawasan ini sangat banyak ditemukan Daun Sang. Daun Sang yang ditemukan tidak pernah terdapat di lahan yang datar, semua Daun Sang yang ditemukan terdapat pada lahan yang miring (lereng bukit) yang cukup curam. Daun Sang pada kawasan hutan Sekundur Kecil diperoleh sebanyak 462 titik, hampir seluruhnya adalah Daun Sang Minyak. Daun Sang ke-1 hingga ke-462 ditemukan dengan kondisi atau lingkungan yang hampir sama yaitu terdapat pada lahan miring yang curam dan membentuk kelompok.

Sekundur Besar

Jalur Transek pada Sekundur Besar sepanjang 9000 meter. Lebar jalur adalah 20 meter, dimana data sebaran yang diambil adalah pertengahan jalur dengan 10 m ke kanan, dan 10 m ke kiri. Lebih dari 10 m ke kanan dan ke kiri, data sebaran Daun Sang tidak diambil. Hal tersebut sama dengan metode yang dilakukan di Sekundur Kecil.

Jalur transek yang dibuat pada Kawasan Sekundur Besar sepanjang 9000 meter. Jalur yang dibuat memiliki lebar 20 m (10 meter ke kanan dan 10 meter ke kiri). Daun Sang yang ditemukan hampir sepanjang jalur dan penyebarannya cukup rapat (Gambar 11). Sepanjang jalur di Sekundur Besar, melewati punggung bukit, lembah dan sungai. Hal ini juga dapat dilihat pada peta (Gambar 12) dimana jalur track pada Sekundur Besar melewati Sungai dan punggung bukit. Sepanjang transek, ketinggian tempat yang paling tinggi pada Sekundur Besar adalah 110 mdpl dan yang paling rendah adalah 40 mdpl. Daun Sang ditemukan setelah ± 600 m dari batas pinggiran memasuki Kawasan Sekundur. Daun Sang membentuk kelompok dimana jarak antar satu Daun Sang dengan yang lain berdekatan dengan jarak antar Daun Sang minimal 1 m dan ditemukan pada lahan yang miring (Gambar 11).

Daun Sang yang ditemukan juga berukuran raksasa dan ada yang belum berbuah dan belum berbunga, namun ada juga Daun Sang yang sedang berbunga dan berbuah. Kondisi Daun Sang yang di temukan pada kawasan ini, hampir sama dengan kondisi Daun Sang yang ditemukan di Sekundur Kecil yaitu seluruh Daun Sang ditemukan terdapat pada lahan yang miring. Daun Sang yang ditemukan tidak pernah terdapat di lahan yang datar, semua Daun Sang yang ditemukan

terdapat pada lahan yang miring (lereng bukit) yang cukup curam. Daun Sang pada kawasan hutan Sekundur Besar diperoleh sebanyak 317 titik, hampir seluruhnya adalah Daun Sang Minyak. Daun Sang ke-1 hingga ke-317 ditemukan dengan kondisi atau lingkungan yang hampir sama yaitu terdapat pada lahan miring yang curam dan membentuk kelompok.

Kemiringan Lereng

Diseluruh wilayah Resort Sei Betung, kemiringan lereng sangat bervariasi. Hasil klasifikasi dan identifikasi peta kelerengan resort Sei Betung menunjukkan bahwa kawasan Sekundur memiliki kelerengan ≥ 45 % yaitu sangat curam.

Sebaran Daun Sang berdasarkan Kemiringan Lereng

Pengambilan data Sebaran Daun Sang berdasarkan kelerengan menggunakan alat Clinometer yang berfungsi mengukur kemiringan lereng. Alat diarahkan pada daerah dimana terdapat Daun Sang kemudian diamati persentase dari kemiringan lereng tersebut (lihat Gambar 7).

(a) (b)

Gambar 8. (a) Pengukuran lemiringan lahan di lapangan, (b) kondisi Daun Sang tumbuh di lahan miring.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa Daun Sang yang ditemukan di Sekundur pada umumnya terdapat di kawasan yang miring

(lereng bukit) yang curam hingga sangat curam dengan rata-rata kemiringan lereng ≥ 45% dan berkelompok (Gambar 13). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Indriani dkk. (2009) melaporkan berdasarkan hasil penelitiannya di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, diketahui bahwa individu Daun Sang (Salo) ditemukan tumbuh di daerah lereng bukit dan tidak ditemukan di punggung bukit.

Daun Sang tidak ditemukan di kelerengan datar (0−8%). Daun Sang ditemukan pada kelerengan landai (8−15%), sedang (15−25%), curam

(25%−45%) dan sangat curam (≥45%). Pada kelerengan “Landai” dan “Sedang” (kelerengan ≤ 15%) Daun Sang dapat ditemukan, namun hanya beberapa saja. Pada kawasan dengan kelerengan curam Daun Sang jarang ditemukan dan pada kelerengan sangat curam Daun Sang banyak ditemukan. Qomar dkk. (2005) menambahkan bahwa Salo (Johannesteijsmannia altifrons) telah ditemukan dan tersebar pada lereng yang sangat curam dengan kemiringan > 60%.

Berdasarkan hal tersebut, maka kriteria kesesuaian untuk tingkat kemiringan lereng adalah sebagai berikut:

• Kelerengan > 45 % : kesesuaian tinggi

• Kelerengan 15 – 45 % : kesesuaian sedang

• Kelerengan 0 – 15 % : kesesuaian rendah

Penutupan Lahan

Hasil klasifikasi peta tutupan lahan Taman Nasional Gunung Leuser pada tahun 2009 menunjukkan bahwa kawasan hutan Sekundur terdapat 3 jenis penutupan lahan yaitu belukar, hutan sekunder dan sungai. Daun Sang yang ditemukan di Sekundur, tumbuh di bawah naungan beberapa jenis pohon, diantaranya adalah jenis Damar, Meranti Merah, Meranti Batu, Kruing, Bayur

Batu, Bayur Biasa, Cempedak Hutan, Cengal Batu, Cengal Kuning, Damar Durian, Damar Kriting, Damar Laut, Geseng Batu, Geseng Tanduk, Kerodak, Mayang Batu, Mayang Merah, Meranti Bunga, Meranti Gembung, Meranti Kulit Buaya, Meranti Kuning, Meranti Pasir, Pete, Redas, Tampu Besi, Tampu Licin, Tampu Tapak Kuda, dan Tempinis. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan pernyataan Yuniati (2011) yang menyatakan bahwa pada Resort Sei Betung Hutan Sekundur Taman Nasional Gunung Leuser, ditemui Daun Sang hidup di bawah naungan pohon Damar (Shorea multiflora), Meranti Batu (Shorea dasyphylla) dan Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq).

Pada kawasan Sekundur Kecil, sebahagian besar penutupan lahannya adalah hutan sekunder (Gambar 12). Kerapatan vegetasinya cukup rendah dan sebahagian besar naungan pepohonan adalah terdiri dari jenis Damar, Pada kawasan Sekundur Besar, sebahagian besar penutupan lahannya (Gambar 12) adalah belukar, namun pada kawasan lainnya selain belukar kawasannya bervegetasi cukup rapat. Banyak anakan, pancang, tiang dari jenis-jenis damar yang ada di kawasan tersebut dan sebahagian kecil adalah tegakan pohon pada kawasan tersebut. Jenis-jenis daripada vegetasi yang dominan di Sekundur besar adalah jenis Damar (Shorea multiflora), dan jenis Meranti seperti : Meranti Batu (Shorea dasyphylla) dan Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq), dsb.

Pada kawasan Sekundur Besar yang arealnya adalah belukar dari jenis pakis-pakisan, sama sekali tidak ditemukan Daun Sang pada areal tersebut. Pada areal ini jarang sekali terdapat naungan dan kawasan ini cukup terbuka karena cahaya matahari menerpa langsung. Hal tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan Daun Sang, yang tumbuh dan berkembang

secara optimal di bawah naungan. Dalam Dephut (2011) dijelaskan bahwa Daun Sang adalah termasuk tumbuhan yang tidak tahan kena sinar matahari langsung dan lebih sering hidup dibawah naungan pepohonan. Hidup berkelompok dan penyebarannya sangat terbatas.

Gambar 9. Kawasan Sekundur Besar yang ditumbuhi pakis-pakisan

Pemetaan Sebaran Daun Sang

Untuk memetakan sebaran Daun Sang membutuhkan informasi-informasi dalam bentuk data spasial yang memakai lokasi dengan letak koordinat dari Daun Sang tersebut, yang kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografis) dengan perangkat lunak Arc View. Menurut CIFOR (2011) menyatakan bahwa informasi spasial memakai lokasi dalam suatu sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya. Karenanya SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Aplikasi SIG menjawab beberapa pertanyaan seperti: lokasi, kondisi, trend, pola, dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Sehingga dalam hal ini, dapat dilihat dari hasilnya yang berbentuk peta

sebaran (Gambar 12 ) dapat diketahui bagaimana pola sebaran tumbuhan tersebut dan pada ketinggian berapa terdapat Daun Sang.

Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa kelerengan lokasi penelitian yaitu sangat curam. Sebagian besar wilayahnya memiliki tingkat kemiringan adalah

≥ 45% dilihat dari keterangan kelerengan pada gambar 12 yang merupakan hasil

dari gabungan (overlay) peta-peta seperti peta kawasan resort Sei Betung, peta tutupan lahan, peta kelerengan, peta sungai dan peta kontur yang di-overlay. Pada pengambilan data di lapangan, kelerengan pada Sekundur bervariasi yaitu kelerengan pada kawasan tersebut memiliki kategori landai, sedang, curam dan sangat curam. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, memang sebagian besar wilayahnya memiliki tingkat kemiringan adalah ≥ 45%. Hal ini didukung oleh data sekunder (peta kelerengan) yang ada. Pada wilayah yang curam dan sangat curam tersebut, cukup banyak ditemukan Daun Sang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis Daun Sang yang dominan ditemukan di Sekundur adalah Daun Sang Minyak (Johannesteijsmannia altifrons).

2. Daun Sang dominan ditemukan pada lahan yang miring (berlereng). 3. Daun Sang tersebar cenderung membentuk kelompok.

4. Habitat dengan kesesuaian tinggi untuk tingkat kemiringan lereng (kelerengan) di hutan Sekundur adalah > 45% (sangat curam).

5. Habitat dengan kesesuaian tinggi untuk tingkat ketinggian tempat di hutan Sekundur adalah 60−110 m dpl.

Saran

Penelitian ini dapat menjadi salah satu informasi untuk mendukung pengembangan potensi lebih lanjut Daun Sang di Kawasan Sekundur, TNGL. Sehingga, perlu juga adanya penelitian lanjutan yang menganalisis tentang potensi Daun Sang untuk dibudidayakan di tempat dengan kesesuaian lahan dan ekologis tinggi.

Dokumen terkait