Waktu dan Tempat
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober - Februari 2012 dan lokasi penelitian adalah Kawasan Hutan Sekundur di TNGL (Taman Nasional Gunung Leuser) pada Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : peta kawasan SPTN VI resort Sei Betung, peta kawasan TNGL, peta sungai Sei Betung, peta Kontur SUMUT, peta tutupan lahan SUMUT, peta kelerengen SUMUT dan tally sheet. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Perangkat komputer dengan
aplikasi Arc View 3.3, Global Positioning System (GPS), Clinometer, kamera digital, kompas, pita ukur, tali rafia, dan alat tulis.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa : 1. Data Primer
Data primer merupakan data dikumpulkan langsung di lapangan. Data ini diperoleh dengan mengambil titik sampel uji lapangan (ground check) yang akan digunakan untuk titik sebaran Daun Sang.
Data-data yang diambil adalah:
a. Koordinat Daun Sang : sebaran Daun Sang dengan menggunakan GPS b. Ketinggian Tempat : pengukuran ketinggian tempat diukur dengan
menggunakan GPS.
c. Kemiringan lereng : pengukuran kemiringan lereng dengan menggunakan Clinometer.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang telah ada sebelumnya, yaitu data yang dikeluarkan oleh instansi terkait, berupa hasil penelitian sebelumnya maupun literatur pendukung lainnya. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Sekunder
No. Jenis Data Sumber Skala
1. Peta Kawasan BBTNGL 1: 100.000
2. Peta Kontur BBTNGL 1: 100.000
3. Peta Sungai BBTNGL 1: 100.000 4. Peta Tutupan Lahan Dinas Kehutanan Prov. SUMUT 1: 100.000 5. Peta Kelerengan Dinas Kehutanan Prov. SUMUT 1 : 100.000
Teknik Pengambilan Data
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
Purposive Sampling berdasarkan terdapatnya Daun Sang pada kawasan Sekundur. Menurut Fauzi (2009) Purposive Sampling adalah yang dipilih secara cermat dengan mengambil orang atau objek penelitian yang selektif dan mempunyai ciri- ciri spesifik.
Untuk menentukan sebaran populasi Daun Sang dan pengamatannya dilakukan dengan metode jalur (transek), yang penempatannya pada berbagai ketinggian yaitu metode Belt transect. Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, danelevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topografi, dari tepi laut kepedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek yang umum digunakan adalah 10-20 meter, dengan jarak antar transek pada intensitas yang dikehendaki. Pada penelitian ini Jalur (transek) yang dibuat mempunyai lebar berukuran 20 m (10 meter kanan-kiri) dan dengan panjang jalur 9000 meter dan Sekundur Kecil 5000 meter.
Pengambilan data sebaran Daun Sang diambil dengan metode sensus, dimana seluruh individu dalam transek diambil secara keseluruhan. Pada kawasan lebih dari 10 meter kanan-kiri jalur, titik sebaran Daun Sang tidak diambil (Gambar 13). Penempatan jalur adalah pada daerah dimana terdapat Daun Sang. Populasi yang diidentifikasi bersifat homogen yaitu hanya mengidentifikasi Daun Sang. Pencarian dilakukan dengan menelusuri jalan-jalan setapak yang ada
di kawasan penelitian. Penelusuran diarahkan ke daerah-daerah yang telah diketahui keberadaan Daun Sang kemudian, dibuat jalur. Jalur untuk pengambilan koordinat Daun Sang yang diambil seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5.
10 m ke kanan 10 m ke kiri
Gambar 4. Ilustrasi Jalur (Transek) pengamatan
Pengklasifikasian kemiringan lapangan (kelerengan) sebaran Daun Sang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Kelas Lereng
Kelas Lereng Kelerengan (%) Kategori
1 2 3 4 5 0 – 8 8 - 15 15 - 25 25 - 45 ≥ 45 Datar Landai Sedang Curam Sangat Curam Sumber : SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/1980
Prosedur Penelitian
Input data ke Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pada tahap input data didalam SIG merupakan tahap awal yang menyangkut semua aspek yang diperlukan dalam hal transfer dari semua jenis peta dan data hasil pengamatan di lapangan berupa titik koordinat sebaran Daun Sang.
Terdapat tiga file utama yang harus ada untuk dapat dibaca oleh perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) tersebut, yaitu:
b. File berekstensi .shx c. File berekstensi .dbf
File dengan ekstensi . shp (shapefile) merupakan file yang menyimpan fitur-fitur geometri seperti titik, garis dan polygon. File yang berekstensi file .shx
adalah file yang menyimpan informasi indeks dari suatu fitur geografi dan file
berekstensi .dbf (dbase file) adalah file yang menyimpan informasi basis data dari setiap fitur geografi. Ketika satu file ditampilkan dalam perangkat lunak tersebut, informasi basis data akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Penggabungan Data Sebaran Titik Daun Sang dengan Peta
Data sebaran titik koordinat dalam bentuk koordinat dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan sistem informasi geografis dengan perangkat lunak Arc View 3.3 dengan beberapa tahapan yaitu (Nuarsa, 2005) :
1. Data titik dalam bentuk koordinat sang ditabulasi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun dengan Spreadsheet Microsoft Excel
2. Data sebaran sang disimpan dalam bentuk file berekstensi dbf (dbase file)
3. Data dalam bentuk dbf dibuka dalam Arc View dengan menggunakan
toolbar view pada perangkat tersebut dengan menggunakan Add Event Theme
4. Data yang telah dimasukkan dalam menu tersebut kemudian degabungkan dengan informasi yang telah ada dengan menggunakan Extention GeoProcessing Wizard Spasial Join pada sistem yang telah ada.
5. Peta sebaran tumbuhan yang telah terbentuk kemudian digabungkan dengan peta Kawasan Sei Betung, peta Sungai Sei Betung, peta Kontur
melalui teknik tumpangtindih (overlay) antara seri titik koordinat dan track sehingga diperoleh sebaran tanaman pada suatu daerah.
Adapun prosedur detail pembuatan peta sebaran :
1. Data yang diambil dari lapangan yang tersimpan di GPS kemudian diolah dengan menggunakan perangkat computer.
2. Data dimasukkan dalam bentuk Microsoft Excel.
3. Diblok kemudian data disimpan dalam bentuk Dbf (hanya terdapat pada
Microsoft 2003).
4. Setelah selesai melakukan input data GPS tadi, langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah merubah format file dbf menjadi data berbentuk shp
(shapefile), caranya adalah dengan memilih theme kemudian pilih convert to shapefile. Untuk mengubah data dari GPS (dengan merek Garmin) ke dalam bentuk shp secara singkat, dapat menggunakan aplikasi program Garmin, yang hanya mendownload data yang diperlukan baik dalam bentuk waypoint ataupun track, kemudian data tersebut disimpan dalam bentuk shp.
4. Dibuka program Arc View 3.3, maka akan muncul tampilan pembuka kemudian klik Cancel.
5. Pada jendela Untitled, pilih Views. Pada tampilan, pilih Add Theme dan buka peta dan data yang akan dioverlaykan.
6. Kemudian penggabungan Attribute peta Sekundur dan titik sebaran Daun Sang dengan teknik penumpangtindihan (overlay).
Analisis Data
Pengolahan data spasial dilakukan dengan menggunakan software
Arc View 3.3. Bagan alur proses pengelolaan data spasial disajikan pada Gambar 6.
Gambar 5. Bagan alur pengolahan data spasial Overlay
Titik koordinat sebaran Daun Sang
Peta sebaran Daun Sang File (Excel) File (dbf) File (shp) 1. Peta Kawasan 2. Peta Kelerengan 3. Peta Sungai 4. Peta Tutupan Lahan 5. Peta Kontur