• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Pengamatan Perubahan Warna Ikan

Perlakuan memberi pengaruh terhadap perubahan warna dari ikan koi. Peningkatan warna yang dihasilkan berbeda-beda di setiap perlakuan. Nilai perubahan warna ikan koi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Perubahan Warna Ikan Koi dari Masing-Masing Perlakuan Perlakuan Ulangan Pengamatan (Hari Ke-)

0 10 20 30 Kontrol 1 2,36 2,48 2,72 2,72 2 2,48 2,52 2,68 2,88 3 2,32 2,44 2,56 2,64 Jumlah 7,16 7,44 7,96 8,24 Rata-rata 2,39 2,48 2.65 2,75 Perubahan 0 0,09 0,17 0,10 Wortel 1 2,44 2,64 2,76 3,04 2 2,24 2,44 2,84 3,04 3 2,32 2,56 2,76 2,96 Jumlah 7,00 7,64 8,36 9,04 Rata-rata 2,33 2,55 2,79 3,01 Perubahan 0 0,22 0,24 0,22 Spirulina 1 2,36 2,76 2,84 3,04 2 2,52 2,88 2,96 3,12 3 2,28 2,56 2,72 3,12 Jumlah 7,16 8,20 8,52 9,28 Rata-rata 2,39 2,73 2,84 3,09 Perubahan 0 0,34 0,11 0,25 Astaxanthin 1 2,44 2,72 3,16 3,44 2 2,28 2,52 2,92 3,24 3 2,36 2,84 3,12 3,32 Jumlah 7,08 8,08 9,20 10.00 Rata-rata 2,36 2,69 3,07 3,33 Perubahan 0 0,33 0,38 0,26

Perubahan warna yang paling besar dengan nilai 0,97 terdapat pada perlakuan astaxanthin, selanjutnya perubahan warna berturut-turut dengan nilai

0,71 pada perlakuan spirulina dan 0,68 pada perlakuan wortel serta perubahan warna yang paling kecil dengan nilai 0,36 terdapat pada perlakuan kontrol. Tingkat perubahan warna ikan koi dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Histogram Tingkat Perubahan Warna Ikan Koi

Pertumbuhan Panjang dan Berat Ikan

Selama penelitian ikan koi mengalami pertumbuhan baik ukuran panjang maupun bertambahnya berat. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh nutrisi yang terdapat pada pakan yang dikonsumsi ikan. Nilai pertumbuhan panjang dan berat ikan koi dapat dilihat pada Tabel 6.

Pertumbuhan yang paling baik terdapat pada perlakuan spirulina dengan nilai panjang 0,98 cm dan berat 1,65 g, selanjutnya perlakuan kontrol dengan nilai panjang 0,95 cm dan berat 1,45 g serta perlakuan wortel dengan nilai panjang 0,93 cm dan berat 1,45 g. Sedangkan pertumbuhan yang paling lambat terdapat pada perlakuan astaxanthin dengan nilai panjang 0,85 cm dan berat 1,37 g. Pertumbuhan panjang dan berat ikan koi dapat dilihat pada Gambar 7.

0,36 0,68 0,71 0,97 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

Kontrol Wortel Spirulina Astaxanthin

Kontrol Wortel Spirulina Astaxanthin Dosis Perlakuan 0 3% 3% 3% P eruba h an W arn a

Tabel 6. Nilai Pertumbuhan Panjang dan Berat Ikan Koi

Perlakuan Ulangan Pengukuran Awal Pengukuran Akhir Panjang (cm) Berat (g) Panjang (cm) Berat (g) Kontrol 1 9,5 7,8 10,25 9,2 2 9,3 7,7 10,1 9,3 3 8,85 7,5 10,15 8,85 Jumlah 27,65 23,00 30,50 27,35 Rata-rata 9,27 7,67 10,17 9,17 Perubahan 0 0 0,95 1,45 Wortel 1 9,9 9,05 10,7 10,35 2 9,4 7,75 10,45 9,15 3 9,6 8,4 10,55 10,05 Jumlah 28,90 25,20 31,70 29,55 Rata-rata 9,63 8,40 10,57 9,85 Perubahan 0 0 0,93 1,45 Spirulina 1 9,85 8,95 10,7 10,45 2 9,4 8,9 10,5 10,65 3 9,1 7,3 10,1 9,0 Jumlah 28,35 25,15 31,30 30,10 Rata-rata 9,45 8,38 10,43 10.03 Perubahan 0 0 0,98 1,65 Astaxanthin 1 9,8 8,3 10,75 9,85 2 10,15 8,7 10,75 10,0 3 9,4 9,1 10,4 10,35 Jumlah 29,35 26.10 31,90 30,20 Rata-rata 9,78 8,70 10,63 10,07 Perubahan 0 0 0,85 1,37 0,95 0.93 0,98 0,85 1,45 1,45 1,65 1,37 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8

Kontrol Wortel Spirulina Astaxanthin

Panjang (cm) Berat (g) Jenis Perlakuan P ert u m buh an

Kualitas Air

Selama penelitian berlangsung kualitas air yang digunakan tetap dalam kondisi optimal karena tetap dikontrol. Hasil pengamatan parameter kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Parameter Kualitas Air

Perlakuan Parameter Kualitas Air

Suhu (oC) DO (mg/l) pH

Kontrol 26,50 - 27,80 5,6 - 7,1 6,7 - 7,2

Wortel 26,30 - 27,90 5,7 - 7,1 6,6 - 7,2

Spirulina 26,50 - 27,90 5,6 - 7,0 6,6 - 7,2

Pembahasan

Pengamatan Perubahan Warna Ikan

Warna yang timbul pada tubuh ikan koi disebabkan adanya pigmen dalam tubuhnya serta pakan yang mengandung pigmen warna sebagai pemicu perubahan warna. Menurut Yahyadi, dkk. (2004) bahwa pewarnaan pada ikan pada dasarnya berhubungan dengan pigmen pada kulit. Secara fisiologis ikan akan mengubah pigmen yang diperoleh dari makanannya, sehingga menghasilkan variasi warna (Evan, 1993).

Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan warna ikan koi, disebabkan oleh adanya perlakuan yang diberikan pada masing-masing ikan. Wayan, dkk. (2010) menyatakan bahwa penambahan sumber peningkat warna dalam pakan akan mendorong peningkatan pigmen warna pada tubuh ikan, atau minimal mampu mempertahankan pigmen warna pada tubuhnya selama masa pemeliharaan.

Dari pengamatan menunjukkan terjadi perubahan warna ikan koi pada masing-masing perlakuan. Perubahan warna ikan koi tertinggi terjadi pada perlakuan astaxanthin, kemudian diikuti perlakuan spirulina, wortel dan terendah pada perlakuan kontrol. Nilai perubahan warna ikan koi setiap hari pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data Perubahan Warna Ikan Koi Setiap Pengamatan Pengamatan

(Hari Ke-)

Perlakuan

Kontrol Wortel Spirulina Astaxanthin

0 0 0 0 0 10 0,09 0,22 0,34 0,33 20 0,17 0,24 0,11 0,38 30 0,10 0,22 0,25 0,26 Perubahan Total 0,36 0,68 0,71 0,97

Menurut Amin, dkk (2012), terjadinya peningkatan warna yang berbeda-beda dalam tiap perlakuan disebabkan karena ikan memiliki tingkat penyerapan berbeda terhadap jenis pigmen warna dan dosis diberikan. Dari paparan Amin tersebut terbukti bahwa hasil perubahan warna tidak sama karena bahan warna yang digunakan berbeda sedangkan dosis tiap pelakuan sama yaitu 3%. Walaupun terdapat perbedaan warna dari bahan baku namun belum diketahui pengaruh dosis terhadap perubahan warna, untuk itu dianjurkan penelitian lebih lanjut tentang pemakaian dosis yang tepat untuk setiap bahan baku.

Menurut Satyani dan Sugito (1997), perubahan warna ikan tergantung pada jumlah komposisi bahan warna dalam bahan pakan. Untuk memperoleh penampilan warna terbaik pada ikan, diperlukan dosis sumber pigmen warna yang tepat, tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan. Jadi, pemberian bahan warna dengan dosis tepat, akan memperjelas pola warna dari tubuh ikan.

Perubahan warna paling kecil terjadi pada kontrol yaitu perlakuan tanpa menambahkan bahan warna dalam pakan. Hal ini dikarenakan tubuh ikan tidak mampu mensintesis karotenoid tanpa adanya tambahan dari luar. Sesuai pendapat Maulid (2011) menyatakan bahwa hewan akuatik tidak dapat mensintesis karotenoid dalam tubuhnya dan oleh karena itu harus mendapatkan pigmen pemicu dari luar berupa pakan.

Namun, berubahnya warna ikan koi di perlakuan kontrol (Lampiran 5) dipengaruhi oleh adanya terkandung karoten pada pakan yang diberikan. Menurut Gunawan (2005), terjadinya peningkatan warna pada perlakuan kontrol diduga karena di dalam pakan terdapat bahan karoten lain yaitu tepung ikan yang

mengandung β-karoten secara tidak langsung mempengaruhi perubahan warna pada ikan.

Berdasarkan hari pengamatan, perubahan warna ikan koi pada perlakuan kontrol hari ke-0 sampai hari ke-10 meningkat 0,09. Pada hari ke-20 warna mengalami peningkatan terbaik dengan nilai 0,17 serta pada hari ke-30 meningkat 0,10, di sini terlihat bahwa ada penurunan warna ikan dari hari 20 ke hari ke-30. Hal ini diduga karoten yang ada di pakan hanya mampu meningkatkan warna ikan secara maksimal pada hari ke-20 dan hari-hari selanjutnya akan cenderung menurun.

Nilai peningkatan warna total ikan pada perlakuan kontrol sebesar 0,36 lebih kecil dari hasil perlakuan lainnya. Ini membuktikan bahwa ikan koi membutuhkan tambahan karoten dari luar untuk merangsang kecemerlangan warnanya. Menurut Khairyah, dkk. (2010) bahwa ikan tidak dapat membuat sendiri pigmen warna oleh karenanya harus disuplai dari makanan yang dimakan. Karena itu, jika ikan diberi makan yang tidak mengandung pigmen warna sesuai dibutuhkan, maka ikan tersebut akan kehilangan warnanya.

Dengan menambahkan tepung wortel pada pakan di salah satu perlakuan, maka mampu meningkatkan warna total ikan koi sebesar 0,68. Menurut Ikawati (2005), wortel memiliki kandungan karotenoid yang tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami. Utami, dkk (2013), peningkatan warna ini sangat dimungkinkan sebagai akibat akumulasi beta karoten pada kulit ikan.

Perubahan warna harian ikan koi pada perlakuan wortel umumnya meningkat. Pada hari ke-0 sampai hari ke-10 peningkatan warna sebesar 0,22.

Peningkatan warna di hari berikutnya hingga hari ke-20 terus meningkat sebesar 0,24. Namun, hari ke-30 tidak memberikan nilai peningkatan yang lebih besar, melainkan sama dengan peningkatan di hari ke-10. Diduga hal ini terjadi karena kandungan karoten sudah banyak di dalam tubuh namun lingkungan tidak dapat mengakumulasi ataupun merangsang untuk merubah warna.

Ikan koi dengan penambahan tepung wortel pada pakan, mampu memicu pigmen warna merah dan warna hitam dalam tubuh ikan sehingga membuatnya semakin terang (Lampiran 6). Sunarno (2012), wortel kaya beta karoten sehingga bisa menaikkan warna merah seperti spirulina. Sholichin, dkk (2012), warna pada ikan disebabkan adanya sel kromatofor, yaitu eritrifora menghasilkan warna merah dan oranye, xanthofora menghasilkan warna kuning, melanofora menghasilkan warna hitam, leukofora menghasilkan warna putih dan iridofora dapat memantulkan refleksi cahaya.

Tepung wortel sebagai pakan tambahan bertujuan untuk menghasilkan warna ikan koi sebagai ikan hias yang mempunyai penampilan warna menjadi lebih menarik. Dari pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa warna ikan dengan pemberian tepung wortel lebih cerah dan menimbulkan pigmen merah serta pigmen hitam. Dari seluruh perlakuan hanya perlakuan pemberian wortel yang dapat menimbulkan warna hitam.

Pinandoyo (2005) menyatakan bahwa usaha ikan hias tidak cukup hanya bertumpu pada upaya untuk memacu produksi ikan hias, akan tetapi perlu diiringi dengan langkah-langkah efisien tentang penampilan keindahan warna. Dengan adanya perbaikan kualitas pakan terutama nutrisi dan kandungan sumber bahan baku potensial sebagai penghasil pigmen seperti wortel.

Bahan warna perlakuan yang ditambahkan pada pakan telah membuat warna ikan koi lebih cemerlang. Seperti halnya juga penambahan spirulina dapat meningkatkan perubahan warna ikan. Menurut Twigg (2013) bahwa ganggang mengandung zat khusus yang disebut karoten, mampu membantu membuat warna lebih cemerlang dan banyak di makanan ikan koi seperti spirulina untuk memperkuat warna ikan.

Menurut Sunarno (2012), kandungan beta karoten pada spirulina akan masuk dalam metabolisme ikan lalu diserap tubuh untuk kemudian mempercerah pigmen. Spirulina meningkatkan warna merah pada ikan. Jadi beta karoten spirulina diberikan melalui pakan untuk kemudian diserap oleh tubuh ikan dan dimanfaatkan sehingga warnanya semakin terang.

Berkaitan dengan perubahan warna ikan yang tidak stabil pada perlakuan spirulina disebabkan karena ukuran ikan masih kecil. Pada hari ke-10 warna ikan meningkat sebesar 0,34, hari ke-20 hanya sebesar 0,11 serta hari ke-30 meningkat sebesar 0,25. Utomo, dkk (2006) menyatakan kebutuhan karotenoid pada ikan muda relatif lebih sedikit karena perubahan warna tubuhnya belum tetap. Kadar yang lebih rendah sudah mencukupi kebutuhan ikan koi akan karotenoid dalam spirulina.

Selain karena ukuran ikan masih kecil, ketidakstabilan perubahan warna juga disebabkan ikan membutuhkan waktu lebih lama untuk mensintesis pigmen warna yang semakin banyak. Sesuai Fitriani (2005), ikan membutuhkan waktu lebih lama untuk memecah bahan karotenoid menjadi pigmen warna apabila jumlah pigmen yang terdapat dalam pakan semakin banyak. Kurniawati, dkk (2012), hormon ikan memiliki batas kemampuan dalam bekerja untuk merubah

warna. Pemberian sumber pigmen yang berlebih dapat menurunkan kerja hormon, sehingga tidak menyebabkan perubahan warna.

Namun demikian, penambahan spirulina pada pakan ikan koi telah mampu meningkatkan warna total ikan sebesar 0,71. Peningkatan warna ini didapatkan dari pengamatan selama 30 hari. Sejak hari pertama perlakuan diberikan tambahan spirulina sebanyak 3% dari berat pakan ikan sampai hari ke-30. Sehingga peningkatan warnanya lebih besar dari nilai perlakuan wortel dan kontrol. Perubahan warna ikan koi dengan perlakuan spirulina terlampir (Lampiran 7).

Peningkatan warna total ikan koi paling baik dari semua perlakuan terdapat pada penambahan astaxanthin dalam pakan sebesar 0,97. Menurut Naguib (2000) bahwaastaxanthin merupakan antioksidan paling kuat yang pernah ditemuka n di alam. Munifah dan Thamrin (2008) menyatakan astaxanthin merupakan salah satu senyawa aktif yang memiliki kandungan 10 kali lipat dibandingkan senyawa aktif lain untuk perubahan warna ikan.

Perubahan warna ikan koi merupakan akibat dari pemberian astaxanthin pada pakan secara optimal, karena astaxanthin mengandung karotenoid yang dapat meningkatkan warna dari ikan. Menurut Satyani dan Sugito (1997), astaxanthin merupakan salah satu senyawa dari kelompok pigmen karotenoid yang dapat digunakan sebagai suplemen pakan untuk peningkatan warna ikan hias.

Nilai perubahan harian terhadap pengamatan warna ikan koi perlakuan astaxanthin terus bertambah. Dari hari ke-0 samapi hari ke-10 warna ikan meningkat sebesar 0,33. Pada hari ke-20 warna ikan meningkat dengan cukup

tinggi sebesar 0,38. Kemudian pada hari ke-30, peningkatan warna ikan tidak sebaik pada hari-hari sebelumnya yaitu meningkat sebesar 0,26. Hal ini terjadi karena peningkatan warna ikan maksimal terjadi pada minggu ke-2 hingga minggu ke-3 selama perlakuan.

Ikan koi menyerap senyawa astaxanthin dari pakan untuk kemudian meningkatkan warna merah pada ikan koi (Lampiran 8). Menurut Subamia, dkk. (2010) bahwa secara umum, ikan akan menyerap astaxanthin dari pakan dan menggunakannya langsung sebagai sel pigmen warna merah. Namun, dapat pula beberapa ikan mengubah astaxanthin ini menjadi pigmen dasar lutein yang kuning atau zeaxanthin yang oranye tergantung kebutuhannya.

Pada pengamatan hari ke-10, nilai perubahan warna ikan uji rata-rata meningkat. Pada pengamatan hari ke-20, terjadi perubahan warna ikan tertinggi daripada pengamatan hari lainnya. Menurut Lesmana (2002), pemberian suplemen selama 2 minggu akan menunjukkan hasil warna ikan hias sudah mulai meningkat. Pemberian suplemen selama 3 minggu warna ikan menunjukkan hasil yang maksimal. Lebih dari waktu tersebut umumnya warna akan stabil dikarenakan adanya peningkatan karotenoid dalam sel pigmen ikan.

Jadi, dari hasil pengamatan harian dan peningkatan warna total ikan selama penelitian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan warna ikan terbaik umumnya terjadi pada hari ke-20 sejak perlakuan. Untuk meningkatkan kecerahan warna ikan lebih sempurna sebaiknya ikan diberikan penambahan bahan warna pada pakan agar memicu perkembangan sel pigmen yang di dalam tubuh ikan.

Penambahan bahan warna sebaiknya dilakukan 20 hari sebelum ikan dijual ke pembeli agar warna ikan kelihatan cerah maksimal. Perlakuan lewat dari hari

ke-20 hanya akan menstabilkan warna dan tidak meningkatkannya lagi. Sehingga perlakuan tersebut kurang efisien untuk diteruskan serta bahan yang digunakan tidak memberi pengaruh terhadap peningkatan warna ikan.

Jika dilihat dari hasil pengamatan perubahan warna dari masing-masing perlakuan tidak sama, perubahan terjadi baik di kontrol maupun di perlakuan. Walaupun terjadi perubahan namun belum diketahui perubahan yang terbaik dari masing perlakuan. Untuk mengetahui perubahan warna dari masing-masing perlakuan di lakukan uji statistik ANOVA.

Hasil analisis ANOVA menunjukkan penambahan bahan warna berbeda pada pakan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap perubahan warna ikan koi (p>0,01). Analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan astaxanthin memberikan respon paling baik terhadap perubahan warna tubuh ikan koi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Berdasarkan uji lanjutan BNT (Lampiran 10), menunjukkan bahwa perlakuan wortel terhadap kontrol beda sangat nyata. Perlakuan spirulina terhadap kontrol beda sangat nyata. Perlakuan astaxanthin terhadap kontrol beda sangat nyata. Perlakuan astaxanthin terhadap wortel beda sangat nyata. Perlakuan astaxanthin terhadap spirulina beda sangat nyata. Namun, perlakuan spirulina terhadap wortel tidak berbeda nyata.

Dari hasil analisis diketahui bahwa untuk meningkatkan warna ikan koi dapat diberikan perlakuan astaxanthin maupun wortel, maupun spirulina, ketiga perlakuan ini memberi efek warna yang lebih bagus dari kontrol. Namun perlu penelitian lebih lanjut tentang dosis optimal dari masing-masing perlakuan.

Pertumbuhan

Menurut Liviawaty dan Eddy (1990) bahwa pakan atau makanan merupakan unsur penting dalam budidaya ikan. Jadi ikan koi memerlukan nutrisi yang terkandung dalam pakan kemudian diserap dalam tubuh dan digunakan untuk pertumbuhannya.

Selama penelitian ikan koi mengalami pertumbuhan baik ukuran panjang maupun bertambahnya berat. Pertumbuhan ini dipengaruhi nutrisi pada pakan yang dikonsumsi ikan. Sesuai pendapat Cahyono (2000), pakan yang baik adalah memiliki komposisi zat gizi lengkap. Keseimbangan pakan salah satunya dilihat dari kandungan nutrisinya yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin (Redaksi Penebar Swadaya, 2008).

Adapun jenis pakan yang diberikan pada ikan koi selama penelitian adalah pakan buatan (pelet) jenis Takari. Pakan jenis ini memiliki kandungan nutrisi yang baik serta butirannya berukuran kecil cocok untuk bukaan mulut ikan. Menurut Daelami (2000), untuk memperoleh derajat efisiensi pakan lebih tinggi, bentuk dan sifat pakan buatan harus disesuaikan dengan cara dan kebiasaan makan dari masing-masing jenis ikan serta ukuran ikan.

Pertambahan Panjang Ikan

Dari hasil pengukuran menunjukkan adanya pertambahan panjang tubuh ikan koi pada masing-masing perlakuan. Data pertambahan panjang ikan koi setiap pengukuran dapat dilihat pada Tabel 9.

Ukuran ikan dapat bertambah panjang karena ada nutrisi pendukung pertumbuhan pada pakan yang diberikan. Nutrisi tersebut dimanfaatkan ikan

untuk proses pencernaan, membantu metabolisme dan bertumbuh. Sholichin dkk. (2012), pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi setelah energi yang tersedia digunakan untuk metabolisme standar yaitu untuk pencernaan serta beraktivitas.

Tabel 9. Data Pertambahan Panjang (cm) Ikan Koi Pengukuran

(Hari Ke-)

Perlakuan

Kontrol Wortel Spirulina Astaxanthin

0 9,27 9,63 9,45 9,78 10 9,50 9,92 9,68 10,07 20 9,83 10,18 10,10 10,27 30 10,17 10,57 10,43 10,63 Pertambahan Panjang Total 0,95 0,93 0,98 0,85

Diketahui bahwa ikan koi selama penelitian mengalami pertambahan panjang. Pengukuran pada hari ke-0 sebagai ukuran awal ikan terus bertambah pada hari-hari berikutnya hingga mencapai hari ke-30. Nilai pertambahan panjang ikan tidak selamanya sama di setiap hari pengamatan dan perlakuan. Grafik pertambahan panjang harian ikan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik Pertambahan Panjang Harian Ikan Koi

8,5 9 9,5 10 10,5 11 0 10 20 30 Kontrol Wortel Spirulina Astaxanthin

Pengukuran Hari Ke-

P ert am b aha n P anj ang ( cm )

Diperoleh hasil pertambahan panjang ikan koi paling baik terdapat pada perlakuan spirulina dengan nilai 0,98 cm. Hal ini disebabkan nutrisi ikan terpenuhi serta pakan yang diberikan mudah dicerna. Penambahan spirulina juga membuat ikan jadi tertarik mengkonsumsi pakan karena spirulina merupakan jenis mikro alga. Menurut Fretes, dkk (2012) alga hijau-biru spirulina merupakan sumber fikobili protein khususnya fikosianin, yang dapat mencapai 17-20% dari berat kering spirulina.

Selain itu pertambahan panjang pada perlakuan spirulina juga diduga akibat tumbuhnya zooplanton sebagai konsumer utama dari alga. Jadi di dalam wadah penelitian, ikan akan memakan alga spirulina dan zooplakton, sehingga kebutuhan nutrisi ikan terpenuhi. Menurut Fulks dan Main dalam Sari dan Manan (2012), fitoplankton dan zooplankton sangat dibutuhkan dalam kegiatan budidaya yang bersifat komersil, seperti pada jenis ikan (larva dan dewasa), bivalvia dan moluska.

Pertambahan panjang pada perlakuan kontrol diperoleh 0,95 cm. Pertumbuhan ini dipengaruhi pakan bernutrisi lengkap. Pakan pelet (Takari) merupakan resep istimewa yang mengandung nilai nutrisi cukup untuk pertumbuhan bagi ikan. Komposisi Takari meliputi tepung ikan, tepung udang, tepung kedelai, vitamin, mineral, pencerah warna, anti oksidan dan lainnya (PT.Central Proteinaprima Tbk, 2014).

Pada perlakuan wortel, ukuran pertambahan ikan koi diperoleh sepanjang 0,93 cm. Hal ini disebabkan pemberian pakan bernutrisi dalam kadar yang cukup. Tingkatan pertambahan panjang harian ikan cenderung stabil dan terus bertambah. Menurut Effendy (1993), salah satu faktor yang menunjang keberhasilan

pemeliharaan ikan adalah penyediaan makanan secara cukup dan kontinu, terutama makanan yang dapat diberikan untuk berbagai tingkatan umur serta ukuran ikan.

Pertumbuhan paling lambat terdapat pada perlakuan astaxanthin dengan panjang 0,85 cm. Diduga karena unsur nutriennya rendah serta ikan lebih memanfaatkan astaxanthin sebagai zat yang mengaktifkan peningkatan warna dari pada pertumbuhannya. Sehingga penyerapan terhadap nutrisi pakan lebih lambat. Menurut Prayogo, dkk. (2012) bahwa ikan hias yang diberi pakan sumber karoten hanyalah untuk memanfaatkan zat warna tersebut sebagai meningkatkan warna tubuhnya dan bukan untuk pertumbuhan.

Pertumbuhan Berat Ikan

Selama penelitian ikan mengalami pertumbuhan berat pada masing-masing perlakuan. Data pertumbuhan berat ikan koi setiap pengukuran dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Data Pertumbuhan Berat (g) Ikan Koi Pengukuran

(Hari Ke-)

Perlakuan

Kontrol Wortel Spirulina Astaxanthin

0 7,67 8,40 8,38 8,70 10 8,17 8,83 8,83 9,13 20 8,65 9,35 9,42 9,60 30 9,17 9,85 10,03 10,07 Pertumbuhan Berat Total 1,45 1,45 1,65 1,37

Berat ikan dapat bertambah karena ada nutrisi pendukung pertumbuhan pada pakan yang diberikan. Nutrisi tersebut dimanfaatkan ikan untuk pembentukan jaringan tubuh dan meningkatkan biomasa tubuh. Menurut Cahyono

(2000), zat protein digunakan hewan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan tubuh, penambahan protein tubuh dan pengganti jaringan yang rusak.

Tingkat pertumbuhan berat harian ikan koi umumnya terus bertambah dari hari ke-0 sampai hari ke-30. Peningkatan pertumbuhan berat ikan juga berbeda-beda setiap perlakuan, tetapi berbanding lurus dengan pertambahan panjang. Pertambahan berat harian ikan disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Pertumbuhan Berat Harian Ikan Koi

Pertumbuhan berat total ikan terbaik terdapat pada perlakuan spirulina seberat 1,65 g. Diduga disebabkan ikan pada perlakuan spirulina lebih cepat beradaptasi, juga nutrisi serta kesesuaian pakan memadai. Pakan yang diberikan mudah dicerna ikan karena disesuaikan dengan ukuran serta bukaan mulut ikan. Menurut Daelami (2000), benih ikan juga perlu diberi pakan tambahan agar dapat dicapai pertumbuhan dan proses kelangsungan hidup yang sebaik mungkin.

Nilai yang diperoleh dari pertumbuhan berat total pada kontrol dan perlakuan wortel sama 1,45 g. Diduga ikan yang diberi perlakuan wortel

0 2 4 6 8 10 12 0 10 20 30 Kontrol Wortel Spirulina Astaxanthin

Pengukuran Hari Ke-

P ert u m buh an Be ra t (g)

memiliki tingkat penyerapan serta pemanfaatan nutrisi hampir sama dengan ikan kontrol. Selain itu, pertambahan berat dipengaruhi efisiensi pemberian pakan. Menurut Alex (2009), tips memberi makan ikan koi adalah lebih baik memberi makan dalam jumlah sedikit tetapi dalam frekuensi yang sering dibandingkan memberi makanan dalam jumlah banyak dalam frekuensi yang sedikit.

Pada perlakuan astaxanthin, ikan koi mengalami pertumbuhan berat paling lambat dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Didapatkan nilai pertumbuhan berat total sebesar 1,37 g. Hal ini diduga karena sifat ikan koi yang terus bergerak aktif dalam akuarium sehingga kebutuhan akan nutrisi lebih banyak. Menurut Susanto (2002), di dalam air ikan koi mampu mengenali pakannya dan bahkan mengaduk-aduk dasar kolam atau pematang kolam untuk mencari makanan.

Perbedaan pertumbuhan yang dialami ikan disebabkan oleh kemampuan ikan dalam menyerap nutrisi dari pakan. Rata-rata pertambahan panjang ikan selama pengamatan pada kisaran 0,85-0,98 cm. Sedangkan rata-rata pertumbuhan berat pada kisaran 1,37-1,65 g. Menurut Prayogo, dkk. (2012), perubahan pertumbuhan kedua parameter tersebut berbanding lurus, semakin bertambah panjang tubuh semakin bertambah pula berat tubuh ikan.

Dari hasil perlakuan terhadap pertumbuhan ikan koi diketahui bahwa pertumbuhan terbaik terjadi pada perlakuan spirulina dan pertumbuhan paling lambat pada perlakuan astaxanthin. Untuk kegiatan pendederan sebaiknya digunakan campuran spirulina pada pakan demi menunjang pertumbuhannya. Ketika ukuran ikan sudah mencapai ukuran yang dapat diperjualbelikan sebaiknya digunakan astaxanthin untuk meningkatkan warna ikan tersebut.

Dokumen terkait