• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biologi Ikan Koi

Ikan koi termasuk keluarga Cyprinidae, masih sekerabat dengan ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan maskoki (Cyprinus auratus). Hal ini bisa dibuktikan dari sosoknya yang memang mirip yaitu pipih. Hanya saja, penampilan koi lebih cantik karena ditunjang oleh beragam warna yang sangat menawan. Warna tubuhnya sendiri sangat variatif mulai dari hitam, putih, merah, kuning, silver hingga keemasan (Redaksi Penebar Swadaya, 2008).

Ikan ini terletak dalam sistem taksonomi ilmiah. Sebagaimana diakses pada Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Subordo : Cyprinoidea Famili : Cyprinidae Subfamili : Cyprininae Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio

Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 316 Masehi. Ikan koi dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi. Pemuliaan yang dilakukan

bertahun-tahun menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar penilaian ikan koi. Nishikigoi adalah nama Jepang untuk ikan koi (Alex, 2009).

Sejak dihasilkannya varietas pertama berwarna merah dan biru cerah, hingga kini telah tercipta puluhan varietas ikan koi yang cantik dan memikat. Jenis yang paling banyak dikenal antara lain kohaku, showa sanke, taisho sanke, asagi, beko, shusui, ogon, tancho dan kinginrin. Ikan koi paling tepat dipajang di kolam taman sehingga dapat dinikmati keelokan seluruh tubuhnya. Jika dalam akuarium, hanya tubuh bagian samping saja yang dapat dinikmati, padahal kecantikan ikan koi justru pada bagian atas tubuhnya (Daelami, 2000).

Ikan koi mempunyai badan yang berbentuk torpedo dengan alat gerak berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi ikan koi adalah sebuah sirip punggung (dorsal fin), sebuah sirip anus (anal fin), sebuah sirip ekor (caudal fin), sepasang sirip dada (pectoral fin) dan sepasang sirip perut (ventral fin). Sirip-sirip tersebut sangat penting bagi ikan koi untuk berpindah tempat (Prasetya, dkk., 2013). Selain itu, menurut Susanto (2000), dari pertengahan kepala hingga batang ekor terdapat gurat sisi (linear lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara.

Tubuh ikan koi tertutup selaput yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama terletak di luar dikenal sebagai lapisan epidermis, sedang lapisan dalam disebut endodermis. Epidermis terdiri dari sel-sel getah yang menghasilkan lendir (mucus) pada permukaan badan ikan. Lapisan endodermis tediri dari serat-serat yang penuh dengan sel. Pangkal sisik dan urat-urat darah terdapat pada lapisan ini, juga sel warna (Susanto, 2000).

Berdasarkan pada pola warna, sisik dan lain-lain, ikan koi terbagi menjadi beberapa jenis. Trubus No. 508 (2012), menyatakan beberapa jenis ikan koi adalah sebagai berikut:

1. Kohaku 7. Doitsu 13. Gin rin

2. Sanke 8. Showa 14. Hikarimuji mono

3. Koromo 9. Hikari Utsuri 15. Usturi

4. Kawarimono 10. Chagoi 16. Tancho

5. Kage 11. Hikarimoyo 17. Bekko

6. Asagi 12. Goshiki

Ikan koi banyak sekali jenisnya tergantung warna dan coraknya selain itu juga terdiri dari berbagai kualitas. Untuk ikan koi yang mempunyai penampilan sempurna masuk dalam kualitas A, berikutnya kualitas B, C dan yang paling rendah masuk kelas kropyokan. Tingkatan kualitas ikan koi dapat dilihat dalam Tabel 1. Harganya juga tergantung kualitas, ikan koi yang masuk kualitas A biasanya sangat mahal bahkan mencapai puluhan juta (Effendy, 1993).

Tabel 1. Tingkatan Kualitas Ikan Koi No. Tingkatan

Kualitas Keterangan

1. A Pola warna sangat tajam, kontras, bentuk tubuh bagus 2. B Pola warna tajam dan kontras, bentuk tubuh bagus 3. C Pola warna kurang tajam dan kurang kontras 4. Kropyokan Pola warna jelek

Sumber : Effendy, 1993

Kohaku merupakan jenis ikan koi yang paling banyak diinginkan. Kohaku yang berkualitas bisa sangat berharga dan tampak menonjol dalam kolam. Varietas ini memiliki dua warna dan termasuk dalam jenis ikan koi nonmetalik. Ikan koi ini mempunyai warna dasar putih dengan bercak merah (Hi) di bagian

punggung. Spesimen kohaku yang baik mempunyai pola tertentu, yaitu tepian yang jelas dan warna dasar putih bersih tanpa cela yang sering disebut putih “salju”. Perbedaan warna merah dan putih inilah yang membuat kohaku begitu berharga. Kohaku dapat dilihat pada Gambar 2 (Twigg, 2013).

Gambar 2. Ikan Koi Jenis Kohaku

Ikan koi hidup di perairan air tawar di daerah beriklim sedang. Koi dapat hidup pada suhu air 8-30o C sehingga bisa dipelihara di daerah dataran tinggi atau rendah (150-600 m dpl). Namun demikian, idealnya koi hidup di perairan dengan suhu 25-30o C. Koi termasuk ikan yang tidak tahan goncangan perubahan suhu drastis. Penurunan 5o C dalam tempo singkat dapat menyebabkan ikan stress, bahkan berujung pada kematian. Pada suhu rendah 7o C, koi akan bergerak dengan lambat dan cenderung berada di dasar air. Meskipun termasuk hewan air tawar, tetapi koi masih bisa bertahan di perairan payau dengan kadar garam 20-30 ppm. Ukuran kualitas air pada budidaya ikan koi dapat dilihat pada Tabel 2 (Redaksi Penebar Swadaya, 2008).

Tabel 2. Ukuran Ideal Kualitas Air Bagi Ikan Koi No Parameter Ukuran 1. Klorin < 0,05 ppm 2. Oksigen Terlarut > 5 ppm 3. Amonia < 0,1 ppm 4. Nitrit < 0,2 ppm 5. Nitrat < 50 ppm 6. pH 6,5-9 7. Alkalinitas 50-170 ppm 8. Kekerasan 75-150 ppm 9. Salinitas 0,1-0,3%

10. Fosfat Munculnya alga

11. Tembaga < 0,1 ppm

Sumber : Redaksi Penebar Swadaya, 2008

Makanan dan Kebiasaan Makan

Pakan atau makanan merupakan unsur penting dalam budidaya ikan. Ada dua jenis pakan berdasarkan pembuatannya, yaitu pakan alami dan buatan. Pakan alami adalah organisme hidup, baik hewan maupun tumbuhan yang dapat dikonsumsi oleh ikan. Sedangkan, pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatannya, yang didasarkan pada kebutuhan nutrien ikan, kualitas bahan baku dan nilai ekonomisnya (Liviawaty dan Eddy, 1990).

Pakan alami mempunyai beberapa keuntungan karena nilai gizinya baik terutama kandungan proteinnya tinggi, mudah dimangsa dan dicerna karena pakan alami ini bergerak aktif, ukurannya relatif kecil serta elastis, mudah dikulturkan dan murah harganya. Meskipun telah diberi pakan alami, benih ikan juga perlu diberi pakan tambahan agar dapat dicapai pertumbuhan dan proses kelangsungan hidup yang sebaik mungkin. Untuk memperoleh derajat efisiensi pakan lebih

tinggi, bentuk dan sifat pakan buatan harus disesuaikan dengan cara dan kebiasaan makan dari masing-masing jenis ikan serta ukuran ikan (Daelami, 2000).

Keseimbangan pakan salah satunya dilihat dari kandungan nutrisinya yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin. Protein sangat berguna untuk membentuk jaringan tubuh. Lemak merupakan sumber energi utama dan membentuk membran. Karbohidrat merupakan sumber energi siap pakai yang harus segera dimanfaatkan. Mineral membantu proses metabolisme tubuh, termasuk ikut berperan dalam pembentukan struktur tulang, osmoregulasi, membangun saraf dan membantu peredaran darah. Vitamin merupakan unsur esensial untuk metabolisme dan pertumbuhan secara normal (Redaksi Penebar Swadaya, 2008).

Pakan yang baik adalah memiliki komposisi zat gizi lengkap. Zat makanan terpenting yang diperlukan ikan untuk pertumbuhan adalah zat protein. Pertumbuhan ikan akan dapat dipercepat dengan pemberian pakan yang mengandung protein tinggi (30 – 40 %) karena protein merupakan bagian terbesar dari daging ikan. Zat protein digunakan hewan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan tubuh, penambahan protein tubuh dan pengganti jaringan yang rusak (Cahyono, 2000).

Agar ikan hias tetap sehat, nutrisi dalam pakannya harus cukup dan lengkap. Bila pakan utamanya berupa pakan buatan, sesekali bisa diberi pakan hidup. Bila ikan yang dipelihara merupakan jenis karnivora, usahakan pakan hidup yang diberikan bervariasi. Hal ini untuk menghindari ikan kekurangan gizi karena tiap jenis pakan memiliki kandungan nutrisi yang berbeda-beda. Selain itu, agar ikan tidak mengalami kebosanan (Lesmana, 2009).

Pelet tersedia dalam berbagai ukuran untuk menyesuaikan dengan ukuran mulut ikan. Pakan buatan ikan koi mengandung berbagai macam bahan mentah yang dicampur untuk menghasilkan makanan seimbang. Pelet harus mengandung kualitas dan kuantitas yang tepat dalam berbagai kandungan gizi yakni protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Twigg, 2013).

Selain itu, tips memberi makan ikan koi adalah lebih baik memberi makan dalam jumlah sedikit tetapi dalam frekuensi yang sering dibandingkan memberi makanan dalam jumlah banyak dalam frekuensi yang sedikit. Frekuensi pemberian pakan dapat dilihat dalam Tabel 3. Karena ikan koi jika perutnya sudah penuh, makanan akan langsung dikeluarkan sebagai kotoran. Karena itu yang perlu dipertimbangkan agar jangan sampai overfeeding (Alex, 2009).

Ikan tidak dapat membuat sendiri pigmen warna oleh karenanya harus disuplai dari makanan yang dimakan. Karena itu, jika ikan diberi makan yang tidak mengandung pigmen warna yang dibutuhkan, maka ikan tersebut akan kehilangan warnanya (Khairyah, dkk., 2010). Bila ikan memiliki bakat warna yang bagus, pemberian pakan tepat dan sesuai mampu memaksimalkan warna. Pakan ikan koi idealnya memenuhi unsur yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, melancarkan pencernaan, mencerahkan warna dan memacu pertumbuhan (Wisnu, 2012).

Pakan buatan bagi ikan hias memiliki banyak jenis dan merk dagang. Salah satu diantaranya adalah jenis Takari. Takari merupakan resep istimewa yang mengandung nilai nutrisi cukup untuk pertumbuhan yang sehat bagi ikan. Komposisi Takari meliputi tepung ikan, tepung udang, tepung kedelai, vitamin, mineral, pencerah warna, anti oksidan dan lainnya. Adapun kandungan nutrisi

Takari ialah protein 30%, Lemak 3%, Serat 4%, Abu 12%, Kadar Air 12%, Vitamin A, D3, E, B1, B6, B12, Niacin, Biotin, Panthotenic, Choline dan lainnya (PT.Central Proteinaprima Tbk, 2014).

Tabel 3. Frekuensi Pemberian Pakan dan Tipe Pakan Ikan Koi Temperatur

Air (oC)

Frekuensi

Pemberian Pakan Tipe Pakan

< 10 Jangan memberi makan ikan koi

Suhu pada 10 oC lebih dari satu bulan mungkin memerlukan pakan tambahan protein rendah dan karbohidrat tinggi. Untuk ikan koi yang hidup di daerah bermusim dingin.

10-13

2-3 kali seminggu atau jika ikan koi lapar

Karbohidrat tinggi, rendah protein.

15

4-5 kali seminggu atau jika ikan koi lapar

Protein rendah (25%) pakan pelet, karbohidrat tinggi, sayuran dan buah. 15-18 Sekali dalam satu

hari

Kadar dan jumlah protein ditingkatkan menjadi (35%), sayuran dan buah. 18-22 Satu atau dua kali

sehari

35% protein pelet, tambahkan buah, sayuran dan plankton sebagai variasi. 22-26 3-4 kali dalam

sehari

Pelet dengan protein tinggi (35%-40%), color enhancers. Tambahkan plankton, sayuran dan buah-buahan. Sumber : Alex, 2009

Sebagai hewan omnivora, ikan koi memakan segala seperti manusia. Di dalam air ikan koi mampu mengenali pakannya dan bahkan mengaduk-aduk dasar kolam atau pematang kolam untuk mencari makanan. Karena koi mempunyai organ penciuman yang sangat tajam berupa dua pasang sungut yang terletak dipinggir mulut (Susanto, 2002).

Menurut Effendy (1993), salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pemeliharaan ikan adalah penyediaan makanan secara cukup dan kontinu,

terutama makanan yang dapat diberikan untuk berbagai tingkatan umur serta ukuran ikan.

Warna pada Ikan

Zat warna menurut asalnya terdiri dari zat warna alami dan zat warna sintetik. Zat warna alami (pigmen) adalah zat warna yang secara alami terdapat dalam tanaman maupun hewan. Zat warna alami dapat dikelompokkan sebagai warna hijau, kuning dan merah (Winarti, dkk., 2008).

Pewarnaan pada ikan pada dasarnya berhubungan dengan pigmen pada kulit. Ada dua macam sel khusus yang memberikan warna terhadap ikan, kromatofor dan iridosit. Kromatofor terletak pada dermis kulit yaitu sisi luar dan diantara sisik serta mengandung butiran pigmen sebagai sumber warna sebenarnya. Kromatofor ini dapat bergerak dalam sitoplasma atau menumpuk pada permukaan kulit. Iridosit dapat disebut sebagai sel cermin, karena mengandung materi pemantul yang memantulkan warna dari luar tubuh ikan (Yahyadi, dkk., 2004).

Warna merupakan salah satu alasan ikan hias diminati oleh masyarakat, sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan cara memberi pakan yang mengandung pigmen warna. Warna pada ikan disebabkan adanya sel kromatofor yang terdapat pada kulit bagian dermis. Sel ini diklasifikasikan menjadi lima kategori warna dasar, yaitu eritrifora menghasilkan warna merah dan oranye, xanthofora menghasilkan warna kuning, melanofora menghasilkan warna hitam, leukofora menghasilkan warna putih dan iridofora yang dapat memantulkan refleksi cahaya (Sholichin, dkk., 2012).

Berbagai warna-warni indah pada ikan pada dasarnya dihasilkan oleh sel-sel pigmen yang terletak pada kulit ikan. Mekanisme pergerakan butiran pigmen pada ikan dikendalikan oleh hormon-hormon tertentu sebagai akibat reaksi terhadap kondisi lingkungan ikan yang bersangkutan. Oleh karena itu, ikan bisa tampak berbeda pada kondisi lingkungan berbeda. Pola warna dasar ikan sepenuhnya ditentukan oleh faktor genetik ikan bersangkutan. Tampilan warna ikan selain ditentukan oleh jumlah dan konsentrasi sel-sel warna, juga ditentukan oleh kedalaman letak sel tersebut dalam lapisan kulit (Khairyah, dkk., 2010).

Bahan aktif tertentu yang ditambahkan pada makanan dapat membuat warna ikan koi lebih cemerlang. Ikan koi yang dipelihara atau diternakkan pada kolam lumpur yang banyak mengandung ganggang menunjukkan warna dan kualitas kulit yang baik. Ganggang mengandung zat khusus disebut karoten, mampu membantu membuat warna lebih cemerlang serta banyak makanan ikan koi mengandung ganggang seperti spirulina untuk memperkuat warna ikan (Twigg, 2013).

Komponen utama pembentuk warna merah dan kuning pada ikan hias adalah senyawa karotenoid. Hewan akuatik tidak dapat mensintesis karotenoid dalam tubuhnya dan oleh karena itu harus mendapatkan pigmen ini dari pakan (Maulid, 2011).

Astaxanthin

Karotenoid dalam bentuk anorganik yang biasa digunakan pada pembuatan pakan ikan adalah astaxanthin. Astaxanthin merupakan salah satu senyawa dari kelompok pigmen karotenoid yang dapat digunakan sebagai

suplemen pakan untuk peningkatan warna ikan hias. Ada dua kelompok karoten yaitu bersifat nutrien aktif seperti alpa, beta dan gamma karoten serta non nutrien aktif seperti astaxanthin dan kataxanthin (Subamia, dkk., 2010).

Menurut Gupta dan Jha (2006), astaxanthin merupakan pigmen alami dan dikenal sebagai karotenoid yang memiliki warna merah. Secara alami terdapat pada tanaman serta beberapa organisme fotosintesis seperti alga dan beberapa tipe dari jamur, bakteri, pada kulit, cangkang dan kerangka luar hewan air seperti moluska, krustase dan ikan. Namun, jenis karotenoid yang paling efektif dan dominan untuk pewarnaan pada ikan adalah karotenoid dari kelas xantofil jenis astaxanthin.

Astaxanthin adalah pigmen karotenoid golongan xantofil yang dikenal sebagai antioksidan biologis yang baik. Astaxanthin bisa ditemukan pada mikroalga yang hidup di perairan seluruh dunia serta pada hewan laut seperti salmon segar, udang dan lobster. Astaxanthin digunakan sebagai sumber pigmentasi yang memberikan warna merah muda pada organisme-organisme tersebut (Fretes, dkk., 2012).

Menurut Abdullah (2012), kulit udang, lobster dan kepiting mengandung astaxanthin. Senyawa itu mampu meningkatkan kecerahan warna pada berbagai produk seperti kulit ikan. Sedangkan menurut Amin, dkk (2012), astaxanthin dapat diperoleh dari berbagai organisme laut, meliputi tumbuhan mikroskopik yang dikenal sebagai mikroalga serta didapat dari beberapa jenis ikan seperti salmon, tuna dan trout, juga terdapat pada sekelompok krustasea.

Selain diperoleh dari sumber-sumber alami, astaxanthin juga diproduksi secara sintetis yang sudah diperjualbelikan dalam bentuk bubuk. Astaxanthin

sintetis diperoleh dengan cara mengekstrak bahan-bahan, seperti: alga renik Haematococus pluvialis dikenal mempunyai kandungan astaxanthin yang tinggi. Selain itu, astaxanthin dapat pula diperoleh melalui proses fermentasi sebangsa kamir Xanthophyllomyces dendrorhous atau dengan cara mengekstrak dari udang-udangan krill Antartik (Euphausia superba) (McCoy, 1999).

Menurut Naguib (2000), astaxanthin merupakan antioksidan paling kuat yang pernah ditemukan di alam. Astaxanthin memiliki aktifitas antioksidan 10 kali lebih kuat dari kelompok karoten berupa kanthaxanthin, lutein dan zeaxanthin. Di dalam astaxanthin terkandung karoten yang penting, yaitu berupa: α-karoten, β-karoten, likopen, lutein, zeaxanthin dan β-cryptoxanthin. Kandungan dalam tepung astaxanthin dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Tepung Astaxanthin

No. Komponen Kimia Tepung Astaxanthin (100 g)

1. Air 0.00 2. Protein 0.03 3. Lemak 22.0 4. Karbohidrat 78.0 5. Sodium 0.17 6. Energi 510 kal Sumber : Oryza, 2010

Menurut Munifah dan Thamrin (2008), astaxanthin atau (3,3’-dihydroxy-β,β’-karoten-4,4’-dione) merupakan salah satu senyawa aktif yang memiliki kandungan 10 kali lipat dibandingkan antioksidan dari beta-karoten yang ditemukan pada wortel, 100 kali lipat dari Vitamin E dan 1.000 kali lipat lebih kuat dari Coenzyme Q10 (CoQ10). Astaxanthin dapat dilihat pada Gambar 3.

Timbulnya warna ikan secara alami disebabkan tersedianya karotenoid dari makanan alami, sedangkan sumber karotenoid bagi ikan yang dipelihara secara artifisial berasal dari pakan buatan yang jumlahnya sedikit. Karotenoid

tidak dapat disintesa di dalam tubuh hewan sehingga harus ditambahkan ke dalam pakan (Fuji, 1993). Ikan hias air tawar yang diberi pakan astaxanthin dapat membuat warnanya menjadi lebih berkilau atau cemerlang (Sasson, 1991).

Gambar 3. Astaxanthin

Penggunaan karotenoid sebagai sumber pembentuk pigmen warna pada ikan akan lebih efektif jika bahan tersebut berada dalam tubuh makhluk hidup. Pemberian karotenoid dan xantofil yang berasal dari pakan hidup dapat meningkatkan kualitas warna pada ikan. Secara umum, ikan akan menyerap astaxanthin dari pakan dan menggunakannya langsung sebagai sel pigmen warna merah. Namun, dapat pula beberapa ikan mengubah astaxanthin ini menjadi pigmen dasar lutein yang kuning atau zeaxanthin yang oranye tergantung kebutuhannya (Subamia, dkk., 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Sari dkk. (2012), bahwa penambahan tepung kepala udang sebagai sumber karotenoid astaxanthin dalam pakan pada persentase 10% merupakan jumlah optimal untuk memberikan intensitas warna terbaik pada ikan koi.

Wortel

Wortel merupakan salah satu jenis tanaman penghasil karoten yang dapat mempercantik warna ikan hias yang tidak memerlukan biaya besar. Wortel kaya akan beta karoten sehingga bisa menaikkan warna merah seperti spirulina (Sunarno, 2012).

Dalam sistem taksonomi, tanaman wortel diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledon Ordo : Umbelliferales Famili : Umbelliferae Genus : Daucus

Spesies : Daucus carota L. (Pohan, 2008).

Warna oranye tua pada wortel menandakan kandungan beta karoten yang tinggi. Makin jingga warna wortel, makin tinggi kadar beta karotennya. Kadar beta karoten yang terkandung dalam wortel lebih banyak dibanding kangkung, caisim dan bayam. Secara kimia, karoten adalah terpena, disintesis secara biokimia dari delapan satuan isoprena. Dia ada dalam dua bentuk utama yang diberi karakter Yunani: alfa-karoten (α-karoten) dan beta-karoten (β-karoten). Gamma, delta, dan epsilon (γ, δ d an ε-karoten) juga ada. Tepung wortel dapat dilihat pada Gambar 4 (Khairyah, dkk., 2010).

Wortel mengandung senyawa karotenoid dalam jumlah besar, berkisar antara 6000-54.800 pg/100 g. Karotenoid adalah pigmen berwarna kuning, oranye dan oranye kemerahan yang terlarut dalam lipida meliputi kelompok hidrokarbon

yang disebut karoten dan derivat oksigenasinya xantofil. Dengan kandungan karotenoid yang tinggi, wortel dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna pangan alami (Ikawati, 2005).

Gambar 4. Tepung Wortel

Spirulina

Spirulina merupakan makhluk hidup autotrof berwarna kehijauan, kebiruan dengan sel berkolom membentuk filamen terpilin menyerupai spiral (helix) sehingga disebut juga alga biru hijau berfilamen. Bentuk tubuh spirulina yang menyerupai benang merupakan rangkaian sel berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen spirulina hidup berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas (Hariyati, 2008).

Alga hijau-biru spirulina merupakan sumber fikobili protein khususnya fikosianin, yang dapat mencapai 17-20% dari berat kering spirulina. Nama spirulina adalah nama umum suplemen makanan dan hewan yang dihasilkan terutama dari dua spesies spirulina yaitu Spirulina platensis dan Spirulina maxima. Spirulina juga mengakumulasi β-karoten lebih dari 0,8-1,0% berat keringnya (Fretes, dkk., 2012).

Sumber pigmen alami dapat diperoleh dari Spirulina platensis. Komposisi pigmen yang terkandung dalam spirulina adalah phycocyanin, chlorophyll-a dan carotene. Kandungan karoten yang tersusun adalah xantofil (37%), β-karoten (28%) dan zeaxanthin (17%) (Kurniawati,dkk., 2012).

Kandungan beta karoten pada spirulina akan masuk dalam metabolisme ikan lalu diserap tubuh untuk kemudian mempercerah pigmen. Spirulina meningkatkan warna merah pada ikan (Sunarno, 2012). Selain itu, spirulina terutama mencerahkan warna kuning, merah dan jingga. Tumbuhan bersel satu itu sangat cocok untuk ikan koi yang dipelihara dalam kolam tanpa lumut atau plankton sebagai sumber nutrisi (Anggawati, 2012).

Spirulina menghasilkan berbagai senyawa bioaktif yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti karotenoid (Suharyanto, 2011). Karotenoid merupakan pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman serta beberapa organisme fotosintesis seperti alga dan beberapa tipe dari jamur serta bakteri. Fungsi penting dari karotenoid diantaranya sebagai pembentuk pigmen jingga yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan misalnya menambah kecerahan warna pada ikan koi, kandungan karotenoid pada spirulina juga dapat menjadi antioksidan dan dijadikan sebagai food supplement (Layam dan Chandra, 2007).

Saat ini, banyak hobiis ikan hias yang memanfaatkan spirulina sebagai suplemen tambahan untuk mendongkrak warna merah pada tubuh ikan hias peliharaannya, khususnya pada jenis ikan koi. Hal ini karena selain mengandung protein yang tinggi, spirulina juga mengandung pigmen astaxanthin, zeaxanthin dan beta karoten. Spirulina dapat dilihat pada Gambar 5 (Lesmana, 2009).

Pakan ikan koi yang beredar di Indonesia umumnya memiliki varian khusus untuk mencerahkan warna, kandungan utamanya adalah spirulina. Spirulina dalam pakan ikan koi berkualitas foodgrade, sehingga tidak berbahaya bagi ikan (Sribudiono, 2012).

Gambar 5. Alga Hijau Spirulina

Berdasarkan hasil penelitian Barus (2014), bahwa penambahan spirulina pada pakan sebanyak 3% menghasilkan tingkat perubahan intensitas warna paling tinggi pada ikan maskoki dan lebih efektif dibandingkan dengan dosis spirulina yang lain.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan/atau mengawetkannya.

Budidaya perikanan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia sangat beragam sesuai dengan lokasi dan lingkungan yang mendukung kelangsungan kegiatan budidaya diantaranya perikanan laut, perikanan payau dan perikanan tawar. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingginya permintaan konsumen terhadap

Dokumen terkait