• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Penelitian

Sapi yang dipelihara selama penelitian berasal dari peternakan di daerah Cijeruk, Bogor. Tipe kandang pemeliharaan merupakan tipe individu dengan atap model monitor. Lokasi penelitian tepatnya berada di Bogor. Luas bangunan kandang 400 m2 dengan tinggi kandang ± 7 meter yang dilengkapi dengan kantor dan gudang penyimpanan bahan pakan. Jumlah kandang individu sebanyak 24 untuk sapi dewasa dan 12 untuk pedet. Ukuran kandang untuk pedet 1 x 1 m2. Di sekitar kandang ditanami beberapa jenis rumput gajah dan jagung. Suhu kandang berfluktuasi, maksimal mencapai 32 0C pada siang hari sedangkan suhu minimum mencapai 20 0

C. Ransum yang diberikan berdasarkan pada budidaya sapi potong berskala kecil, dengan imbangan rumput lebih banyak daripada konsentrat. Sapi penelitian diberikan rumput dan konsentrat dengan rasio 70:30. Total bahan kering ransum yang diberikan pada sapi penelitian yaitu sebesar 2,9% dari bobot badan. Kebutuhan bahan kering pada sapi jantan dengan bobot badan 200 kg dan pertambahan bobot badan 750 gram adalah 2,7% (Kearl, 1982).

Keragaman bobot badan sapi penelitian terjadi disebabkan oleh kemampuan sapi dalam memetabolisasi makanan. Adaptasi pakan dilakukan pada awal pemeliharaan dengan pemberian hijauan yang tinggi. Respon sapi terhadap hijauan tinggi cukup baik, dilihat dari kemampuan adaptasinya terhadap pakan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jacob dan Munandar (1991), sapi potong lokal tahan terhadap kondisi lingkungan yang buruk, salah satunya adalah pemberian pakan dengan komposisi hijauan yang tinggi, hanya saja untuk meningkatkan produktivitas sapi lokal diperlukan tambahan konsentrat.

Rumput lapang yang diberikan berasal dari rumput yang ada di sekitar tempat penelitian. Rumput tersebut didapatkan dengan cara cut and carry. Rumput yang diarit dibawa ke kandang lalu dilayukan sehari sebelum diberikan ke ternak. Rumput yang diberikan terlebih dahulu ditimbang, lalu diletakkan di depan tempat pakan. Begitu juga dengan konsentrat, sebelum diberikan ke ternak, ditimbang lalu dimasukkan ke dalam plastik. Rataan konsumsi bahan segar harian sapi selama pemeliharaan sebanyak 19 kg hijauan dan 2,3 kg konsentrat atau setara dengan 6,18 kg konsumsi bahan kering. Total konsumsi bahan kering tersebut terdiri dari 1,34

22 kg/ek/hr konsumsi protein kasar, 0,31 kg/ek/hr konsumsi lemak kasar, dan 3,00 kg/ek/hr konsumsi serat kasar.

Komposisi Tubuh

Penggunaan metode Urea Space dalam menduga komposisi tubuh sapi lokal dengan ransum berbasis hijauan tinggi menghasilkan rataan kandungan air, lemak, dan protein tubuh berturut-turut 60,47%, 15,90%, dan 14,44% (Tabel 3). Total komposisi tubuh sebanyak 90,81% dari seluruh tubuh. Sisanya berupa mineral, sebagian kecil vitamin, dan karbohidrat serta komponen lainnya yang ada di dalam tubuh, seperti feses, urine, dan benda asing lainnya yang terdapat di dalam saluran pencernaan. Komposisi tubuh yang dimiliki oleh ternak dewasa berkisar 60% air tubuh, 20% lemak tubuh, dan 16% protein tubuh (Pond et al., 2005). Sedangkan menurut Anggorodi (1994), persentase kadar air tubuh akan menurun bila dibandingkan dengan umur hewan pada permulaan kehidupan. Variasi umur tertentu terutama disebabkan oleh keadaan gizi makanan. Ternak yang terlalu gemuk mempunyai kandungan 42% air tubuh dan 41% lemak, dibandingkan dengan ternak yang kurus dengan kandungan 57% air dan 18% lemak tubuh (Tillman et al., 1991). Persentase lemak pada umumnya akan bertambah seiring bertambahnya umur, dan sangat berubah-ubah tergantung dari kadar bahan makanan yang dikonsumsi. Hasil komposisi tubuh sapi penelitian yang diukur dengan menggunakan metode urea

space diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Komposisi Tubuh dengan Metode Urea Space

Parameter Rataan Standar Deviasi

Urea Space (ml) 38,87 3,48646

Air Tubuh (%) 60,47 0,00022

Lemak Tubuh (%) 14,44 0,00013

Protein Tubuh (%) 15,90 0,00044

Pengukuran komposisi tubuh sapi potong lokal PO dengan rataan bobot badan 189 kg yang diberi pakan hijauan dan konsentrat (50:50) menghasilkan 50,5% air, 30,5% lemak, dan 12,5% protein tubuh (Fransisca, 2009). Sementara itu, sapi lokal dengan rataan bobot badan 297 kg yang diberi pakan jerami terfermentasi ad

23 kandungan 46,92%-47,06% air, 12,16%-12,26% protein, dan 35,39%-36,81% lemak tubuh (Mulyadi et al., 2009). Penelitian komposisi tubuh sapi pejantan PO juga dilakukan oleh Purnomoadi et al. (2008). Menurut peneliti ini, komposisi tubuh dengan rataan bobot badan 133,5-228 kg dan diberi pakan berupa hijauan rumput gajah ad libitum dengan 2% konsentrat dari bobot badan menghasilkan sekitar 51,22% air, 30,38% lemak, dan 21,54% protein tubuh. Hasil pengukuran komposisi tubuh ternak menunjukkan sebagian besar terdiri dari air, hal ini sesuai dengan pernyataan Sutardi (1980).

Metode urea space yang pertama diaplikasikan adalah pada ternak pedaging golongan B. taurus. Hasil menunjukkan bahwa kandungan lemak dan protein lebih tinggi daripada sapi lokal yang tergolong B. indicus. Komposisi tubuh dari sapi persilangan Hereford x Angus adalah 54,7% air tubuh dan 25,1% lemak tubuh (Bartle et al., 1987). Nilai ini tidak jauh berbeda dengan bangsa Angus yang mengandung 53,5% air, 26,0% lemak, dan 16,5% protein tubuh (Hammond et al., 1988). Hasil persilangan bangsa sapi Hereford x Sussex lepas sapih diketahui mengandung komposisi tubuh lebih tinggi yaitu sebesar 61,8 % air, 19,8% lemak, dan 17,4% protein tubuh (Kock dan Preston, 1979). Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutardi (1980) bahwa umur ternak mempengaruhi komposisi air tubuhnya. Selain pada sapi pedaging, pengukuran dengan metode US ini juga dilakukan pada sapi perah pejantan, sapi potong lokal, dan beberapa hewan lainnya, seperti domba, babi, kerbau, dan monyet. Komposisi air tubuh sapi perah pejantan (Holstein steer) lebih tinggi daripada sapi pedaging, yaitu 66,1% air, 10,1% lemak, dan 5,1% protein tubuh (Hammond et al., 1990). Hal ini sesuai dengan pernyataan Bond et al. (1972) bahwa produksi lemak sapi daging paling tinggi dan sapi tipe perah paling rendah. Pembentukan lemak tubuh dalam sapi pedaging diperoleh dari pakan konsentrat yang diberikan dalam jumlah banyak. Menurut McDonald et al. (2002), konsentrat dalam tubuh akan didegradasi oleh mikroorganisme dan menghasilkan asam lemak propionat yang digunakan sebagai sumber energi dalam bentuk glukosa. Asam lemak propionat merupakan prekursor pembentukan glukosa dalam tubuh melalui jalur glukoneogenesis. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi tubuh selain umur dan bobot badan adalah bangsa, pakan, jenis kelamin, dan waktu pengukuran.

24 Bangsa sapi yang berbeda-beda akan memiliki respon yang berbeda pula dalam memetabolisme makanan. Hal ini disebabkan oleh adanya gen yang mempengaruhi tubuh dalam merespon zat makanan. Contohnya, pada sapi-sapi Eropa (sub tropis) tergolong sapi kelas berat berbeda dengan sapi Asia (tropis). Komposisi tubuh sapi jantan Simmental dengan pakan konsentrat untuk penggemukan memiliki 59,4% kadar air, 22,4% lemak, dan 17,2% protein tubuh (Kock dan Preston, 1979). Komposisi lipid di dalam darah atau jumlah kolesterol dalam serum sapi dari berbagai bangsa memiliki interaksi genetik yang berbeda, hal ini dapat mempengaruhi proses penyimpanan lemak tubuh (Pond et al., 2005).

Komposisi ransum yang diberikan dapat mempengaruhi komposisi tubuh. Ransum yang mengandung energi tinggi akan disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Kemampuan tubuh dalam menyimpan glikogen adalah terbatas, sehingga sisanya akan disimpan dalam bentuk lemak. Begitu juga dengan lemak dan protein. Protein yang berlebih akan digunakan sebagai energi atau diubah menjadi lemak (Anggorodi, 1994). Kandungan lemak dan protein dalam ransum secara otomatis akan mempengaruhi komposisi tubuh. Kandungan lemak dalam tubuh yang tinggi akan mempengaruhi kandungan lemak karkas. Kualitas karkas sangat dipengaruhi oleh kandungan lemak dan proteinnya. Protein yang tercerna akan diserap oleh usus dan sebagian dibawa oleh darah menuju jaringan tubuh yang memerlukan.

Dilihat dari komposisi nutrisi (Tabel 2) dengan pemberian konsentrat (30%) dan hijauan (70%) pada sapi penelitian, mengkontribusi 1,34 kg konsumsi protein kasar per ekor per hari. Jumlah protein pakan yang diberikan menghasilkan 15,90% protein tubuh. Sumber protein didapatkan dari bungkil kedelai dan urea. Keseluruhan protein dimanfaatkan oleh tubuh sapi penelitian sebagai pembentuk jaringan tubuh. Kontribusi konsumsi lemak kasar sebesar 0,31 kg perekor perhari menghasilkan 14,44% lemak tubuh. Sumber lemak tubuh berasal dari bahan pakan seperti bungkil kelapa, onggok, pollard dan dedak yang merupakan prekursor lemak tubuh. Kandungan nutrisi ransum mempengaruhi komposisi tubuh sapi penelitian.

Komposisi tubuh sapi keturunan Hereford x Angus memiliki kandungan 25,1% lemak tubuh dengan susunan ransum 63% jagung halus, 10% gandum, 17% silase jagung, 5% alfalfa, dan 5% suplemen lainnya (Bartle et al., 1987). Sementara, lemak tubuh sapi bangsa Angus memiliki kandungan 26% lemak dengan susunan

25 ransum 25% alfalfa dan 75% jagung giling, dengan sedikit suplemen kacang kedelai (Rule et al., 1986). Dapat dikatakan bahwa bangsa Angus dengan pakan berenergi tinggi memiliki kandungan lemak tubuh yang lebih tinggi daripada sapi keturunan hasil persilangan Angus dengan Hereford. Sapi lokal PO yang diberi ransum dengan kadar 15% protein dari bahan kering memiliki kandungan 27% lemak tubuh (Purnomoadi et al., 2008).

Waktu pengukuran juga sangat menentukan nilai dari kandungan urea dalam tubuh yang akan dijadikan dasar dalam menilai komposisi tubuh. Pada percobaan Kock dan Preston (1979) pada menit ke-6, 9, 12, 15, dan 18 menghasilkan air tubuh berturut-turut 62%, 68%, 76%, 72%, dan 68%. Selanjutnya Kock dan Preston (1979) menyimpulkan bahwa menit ke-12 merupakan waktu terbaik dalam menilai komposisi tubuh, karena US memiliki koefisien korelasi sangat erat terhadap lemak pada rusuk dan berat karkas yang diukur dari sampel plasma setelah diinjeksi urea. Pada penelitian ini, pengambilan darah yang kedua dilakukan pada menit ke-18, hal ini dilakukan karena adanya kesulitan dalam penanganan sapi tersebut.

Hubungan Persen Air Tubuh dengan Lemak Tubuh

Lemak tubuh adalah komponen dengan kadar paling bervariasi dibanding komponen lainnya. Rataan kadar air tubuh sapi lokal hasil penelitian adalah 60,47% dan kadar lemak 14,44%, hal ini mengindikasikan bahwa sapi penelitian belum mengalami perlemakan tubuh karena pengaruh umur yang masih muda (tahap pertumbuhan). Hasil penelitian dengan analisis ragam menunjukkan bahwa kadar air tubuh dapat menduga lemak tubuh. Pada Tabel 4 dapat dilihat adanya hubungan sangat erat antara persentase air tubuh (AT) dengan persentase lemak tubuh (YLT) yang memiliki korelasi negatif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam persamaan regresi linear adalah YLT = 139,8 - 2,073 AT dengan koefisien korelasi (r) sebesar -0,997. Nilai negatif pada koefisien korelasi dari persamaan AT terhadap LT mengartikan bahwa semakin meningkat air tubuh akan menurunkan lemak tubuh (Gambar 2). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka air tubuh dapat dijadikan sebagai penduga lemak tubuh. Koefisien korelasi dan regresi Sapi PO yang diukur dengan Urea Space tertera pada Tabel 4.

26 Tabel 4. Koefisien Korelasi dan Regresi Sapi PO yang Diukur dengan US

Koefisien Nilai

Korelasi Persamaan Regresi Koefisien Determinasi (R)

LT terhadap AT -0,997** YLT = 139,8-2,073 AT 99,3

PT terhadap AT 0,991** YPT = -21,52+0,6187 AT 98,1

LT terhadap PT -0,987** YLT = 65,4-3,206 PT 97,2

TLT terhadap BB 1** YTLT = -0,00929+0,144 BB 100

TPT terhadap BB 1** YTPT = -0,00834+0,159 BB 100

Keterangan : LT = Lemak Tubuh (%) PT = Protein Tubuh (%) AT = Air Tubuh (%)

TLT = Total Lemak Tubuh (kg) TPT = Total Protein Tubuh (kg) BB = Bobot Badan (kg)

Gambar 2. Korelasi Air Tubuh dengan Lemak Tubuh

Sementara itu kenaikan total lemak tubuh (kg) sapi penelitian sangat nyata berpola linear (P<0,01; r = 1) seiring dengan meningkatnya bobot badan sapi (BB) dengan persamaan YTLT = -0,00929 + 0,144 BB (Gambar 3). Dari persamaan tersebut dapat dinyatakan bahwa semakin meningkatnya bobot badan akan meningkatkan total lemak tubuh. Berdasarkan keeratan hubungan ini maka bobot badan dapat dijadikan sebagai penduga lemak tubuh. Hubungan korelasi bobot badan terhadap total lemak tubuh ditunjukkan pada Gambar 3.

Air Tubuh (%) YLT= 139,8-2,073 AT; r = -0,997 60.4740 60.4735 60.4730 60.4725 60.4720 14.446 14.445 14.444 14.443 14.442 14.441 14.440 Le mak Tubuh ( % )

27 Gambar 3. Korelasi Bobot Badan dengan Total Lemak Tubuh

Sutardi (1980) menyatakan bahwa kadar air tubuh berhubungan erat dengan umur. Kadar air tubuh akan menurun jika umur bertambah, sedangkan kadar lemak cenderung meningkat, sehingga dapat dinyatakan bahwa kadar air mempunyai hubungan yang negatif dengan kadar lemak. Jika hewan bertambah gemuk pada umur tua, maka kadar lemak bertambah dan kadar air berkurang. Hal ini juga dinyatakan oleh Parakkasi (1999) bahwa peningkatan lemak tubuh terjadi pada umur 12 bulan dari 30% menjadi 40% pada umur 18 bulan. Velazco et al. (1997) menambahkan peningkatan lemak tubuh berturut-turut pada umur sembilan hingga 12 bulan sebesar 18,2%-24,56%.

Anggorodi (1994) menyatakan bahwa kisaran lemak tubuh dipengaruhi oleh umur dan bobot badan ternak. Menurut Nugroho (2008), umur sapi dapat diprediksi dari perubahan giginya. Pergantian gigi seri pertama menandakan sapi berumur 1,5-2 tahun. Sapi pada umur tersebut dan belum dewasa kelamin, tubuhnya masih menggunakan zat makanan sebagai energi yang diperlukan saat bertumbuh dan menyempurnakan jaringan-jaringan di dalamnya (otot). Pada ternak yang sudah memasuki tahap produksi dan melewati masa pubertas, maka tubuh memanfaatkan makanan untuk produksi, pada tahap ini lemak bergerak cepat (Tillman et al., 1991). Proses pertumbuhan akan terus meningkat sampai ukuran dewasa tubuhnya tercapai (Lawrie, 1995).

Hasil penelitian menyatakan bahwa total lemak tubuh mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya bobot badan. Hal ini didukung dengan pernyataan Parakkasi (1999), bahwa komposisi tubuh ternak mengalami perubahan seiring dengan meningkatnya bobot badan yang juga meningkatkan total lemak tubuh. Selain umur dan bobot badan yang mempengaruhi perubahan lemak tubuh, faktor

280 260 240 220 200 180 160 40.0 37.5 35.0 32.5 30.0 27.5 25.0 Tota l Lema k Tubuh ( kg) YTLT = -0,00929 + 0,144 BB; r = 1 Bobot Badan (kg)

28 pakan juga memberikan respon perubahan yang besar. Ransum yang mengandung serat kasar tinggi dan lemak kasar rendah akan berdampak pada komposisi lemak tubuh yang rendah pada sapi. Jumlah lemak dan distribusinya di dalam tubuh akan mempengaruhi komposisi lemak karkas (Parakkasi, 1999).

Hubungan Persen Air Tubuh dengan Protein Tubuh

Pemberian ransum dengan hijauan tinggi memberikan gambaran komposisi protein tubuh sapi PO penelitian (15,90%) berada di atas persentase protein hasil penelitian lain yaitu, 12-13% (Anggorodi, 1994). Sapi penelitian memiliki kadar protein sebesar 15,90%, mengindikasikan bahwa sapi mengalami pertumbuhan jaringan otot. Dapat dinyatakan bahwa sapi penelitian masih berada dalam tahap pertumbuhan. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa kandungan air tubuh ternyata memiliki keeratan hubungan dengan protein tubuh yang dinyatakan dengan koefisien korelasi (r) = 0,991. Nilai ini menyatakan bahwa semakin tinggi air tubuh maka protein tubuh meningkat. Kenaikan persentase protein tubuh (YPT) sangat nyata (P<0,01) berpola linear sejalan dengan peningkatan air tubuh (AT) dan dapat diukur dengan persamaan YPT= -21,52 + 0,6187 AT, dengan koefisien determinasi R2 = 98,1% (Gambar 4). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka air tubuh dapat dijadikan sebagai penduga protein tubuh.

Gambar 4. Korelasi Air Tubuh dengan Protein Tubuh

Kenaikan total protein tubuh (kg) sangat nyata berpola linear (P<0,01; r = 1), sejalan dengan peningkatan bobot badan (kg) sapi penelitian dengan persamaan YTPT = -0,00834 + 0,159 BB. Berdasarkan keeratan hubungan ini. maka bobot badan dapat dijadikan sebagai penduga total protein tubuh sapi PO. Korelasi antara bobot badan dengan protein tubuh diperlihatkan pada Gambar 5.

60.4740 60.4735 60.4730 60.4725 60.4720 15.8968 15.8966 15.8964 15.8962 15.8960 15.8958 15.8956 15.8954 15.8952 15.8950 Air Tubuh (%) P rote in Tubuh (% ) YPT = -21,52 + 0,6187 AT; r = 0,991

29 Tota l P rote in Tubuh (kg) 280 260 240 220 200 180 160 45 40 35 30 25

Gambar 5. Korelasi Bobot Badan dengan Total Protein Tubuh

Perubahan protein tubuh mengalami penurunan seiring bertambahnya umur (Purnomoadi et al., 2008). Sapi PO berumur enam bulan mempunyai kadar protein tubuh sekitar 13,66% dan menurun hingga 12,98% pada umur 20 bulan. Nilai protein ini lebih rendah daripada hasil penelitian Velazco et al. (1997) yang menemukan kadar protein tubuh sapi Holstein sebesar 20,7% pada umur tiga bulan, 20% pada umur enam bulan, 18,3% pada umur sembilan bulan, dan 16,9% pada umur 12 bulan. Hal ini dapat dinyatakan bahwa bangsa sapi dapat mempengaruhi kadar protein tubuh. Pond et al. (2005) menambahkan bahwa protein tubuh menurun tiga persen dari 19% pada saat lahir menjadi 16% pada saat dewasa. Persentase protein tubuh relatif konstan, namun hal ini tidak selalu bisa digunakan pada semua ternak (Sutardi, 1980). Menurut Sutardi (1980), kadar protein tubuh sapi kurus dapat mencapai 19%, sesuai dengan pendapat Berg dan Butterfield (1976) bahwa persentase protein tubuh sapi potong adalah 12,4%-20,6%. Protein tubuh meningkat sejalan dengan meningkatnya air tubuh. Secara fisiologi air tubuh sangat diperlukan untuk memetabolisme protein (Anggorodi, 1999). Protein tubuh tersebar ke setiap jaringan-jaringan tubuh, sedangkan lemak sebagian besar terdapat di jaringan lemak bawah kulit, dinding alat pencernaan, dan terdapat pula di urat-urat daging.

Menurut Neuman dan Lusby (1986), kenaikan kandungan protein tubuh sapi jantan terjadi seiring dengan semakin meningkatnya bobot badan pada golongan sapi

B. taurus. Tillman et al. (1991) menyatakan bahwa kebutuhan sapi potong akan

protein semakin naik seiring kenaikan bobot badannya. Jadi, dapat dinyatakan bahwa semakin besar bobot badan suatu ternak maka semakin besar pula kebutuhannya

Bobot Badan (kg)

30 akan protein. Riis (1983) juga menambahkan bahwa total protein tubuh pada ternak yang sedang tumbuh meningkat seiring bertambahnya bobot badan. Penelitian ini sudah dicobakan pada ternak sapi, domba, babi, dan ayam.

Berdasarkan kemiringan garis dari persamaan persentase lemak dan protein tubuh dengan air tubuh, tampak bahwa pertambahan jaringan protein tubuh sapi penelitian lebih lambat daripada penurunan lemak tubuh. Keadaan tersebut mengindikasikan bahwa selama pengamatan, sapi mengalami peningkatan protein tubuh (tahap pertumbuhan). Hal ini sesuai dengan pernyataan Tillman et al. (1991) bahwa sapi muda (belum dewasa kelamin) memanfaatkan nutrisi dalam tubuhnya untuk mencukupi kebutuhan protein pada tahap pertumbuhan. Sebaliknya, jika sapi memasuki tahap penggemukan (sudah dewasa kelamin), nutrisi akan disalurkan secara cepat untuk meningkatkan lemak tubuh. Protein tubuh terdiri atas protein otot, jaringan ikat, hati, plasma, saluran pencernaan, dan bagian lainnya.

Hubungan Lemak dengan Protein Tubuh

Hasil penelitian komposisi tubuh sapi potong PO menunjukkan adanya hubungan nyata yang sangat erat (P<0,01, r = -0,987) dan berpola linear antara lemak tubuh dengan protein tubuh. Keeratan hubungan ini memiliki korelasi negatif yaitu, semakin bertambahnya persentase protein tubuh maka akan menurunkan persentase lemak tubuh. Hubungan lemak dengan protein tubuh memiliki kesamaan hubungan antara lemak dengan air tubuh (korelasi negatif). Gambar 2 dan 4 memperlihatkan, meningkatnya air tubuh seiring dengan menurunnya lemak tubuh dan meningkatnya protein tubuh. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada saat kadar protein tubuh meningkat maka kadar lemak tubuh menurun, karena protein berkorelasi positif terhadap air tubuh, sementara air tubuh berkorelasi negatif terhadap lemak tubuh.

Hubungan antara persentase lemak (YLT) dengan persentase protein tubuh (PT) diregresikan secara linear dengan persamaan YLT = 65,40 - 3,206 PT,dengan koefisien determinasi (R2) = 97,2% (Gambar 6). Berdasarkan kemiringan garis dari persamaan total lemak dan protein tubuh terhadap bobot badan, tampak bahwa pertumbuhan protein tubuh sapi penelitian sedikit lebih cepat daripada lemak tubuh.

31 Gambar 6. Korelasi Lemak Tubuh dengan Protein Tubuh

Keadaan tersebut mengindikasikan bahwa selama satu bulan pengamatan, sapi mengalami peningkatan protein tubuh. Hasil ini didukung dengan pernyataan Tillman et al. (1991), bahwa ternak muda memanfaatkan protein pakan untuk mencukupi kebutuhan hidup dan produksinya yang berupa pertumbuhan kerangka dan organ-organ lain. Komposisi tubuh ternak akan selalu berubah tiap waktu. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi keadaan ini adalah genetik, umur, bobot badan, status fisiologi, kualitas pakan yang diberikan, dan waktu pengukuran.

15.89 65 15.89 64 15.89 63 15.89 62 15.89 61 15.89 60 15.89 59 15.89 58 15.89 57 15.89 56 14.4440 14.4435 14.4430 14.4425 14.4420 Protein Tubuh (%) Le mak T ubuh ( % ) YLT = 65,40-3,206 PT; r = -0,987

32

Dokumen terkait