• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Tanaman di Jalur Hijau

Jalur hijau pada tiap jalan memiliki panjang dan lebar yang berbeda-beda ukurannya. Panjang jalan penelitian berkisar antara 0,8 km hingga 3 km.Sedangkan lebar jalan berkisar antara 12 m hingga 26 m. Data panjang dan data lebar jalan diperoleh dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Pada jalur hijau ,ukuran panjang jalur hijau terhadap panjang jalan untuk penelitian dominan sama, namun untuk bagian yang median memiliki panjang yang berbeda dengan panjang jalur penelitian. Sementara untuk lebar jalur hijau berkisar 1 m baik pada tepi maupun pada median jalan. Berdasarkan data tersebut maka dapat diperoleh luas jalur penelitian.Sampel jalur yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sampel jalur hijau penelitian pada jalan arteri sekunder Kota Medan

No. Kecamatan Jalur Hijau Posisi Panjang (m) Lebar (m) Luas (m2) Luas (Ha) 1. Medan Baru Jl. Setia Budi Tepi

Median 1500 1500 4 1 13500 1,35

2. Medan Kota Jl. Ahmad Yani

Tepi 800 3 2400 0,24

3. Medan Kota Jl. Pemuda Median 600 2 1200 0,12 4. Medan Timur Jl. Gaharu Tepi

Median 800 400 3 2 8400 0,84 5. Medan Polonia Jl. Dr. Mansyur Tepi median 2000 1200 3 2 14400 1,44

6. Medan Petisah Jl. Kapten Muslim Tepi Median 1600 1600 4 1 14400 1,44

7. Medan Timur Jl.Amir Hamzah Tepi Median 1600 1600 4 1 14400 1,44

8. Medan Barat Jl. Adam Malik Tepi Median 540 320 3 1 6000 0,6

Total 74700 7,47 Sumber : Hasil perhitungan (2013)

Lebar jalur hijau merupakan penjumlahan lebar jakur hijau tepi (baik kiri maupun kanan) dan lebar jalur median, dimana lebar jalur hijau biasanya sama baik median ataupun tepi.

Luasan jalur hijau di kota Medan berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Dinas Pertamanan Kota Medan, Perda Kota medan No. 13 Tahun 2011 tentang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031, dan

software Google Earthmaka diperoleh luasan jalur hijau terutama pada jalan arteri

dan kolektor adalah 235,04 Ha. Sedangkan luas jalur penelitian sebesar 7,47 Ha, sehingga intensitas samplingnya untuk penelitian adalah sebesar 3,18%.

Berdasarkan hasil di atas, maka dapat diketahui persentase luas jalur hijau jalan dibandingkan dengan luas jalan yang ada di kota Medan yaitu 5,35%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau masih bisa di kembangkan lagi potensinya dengan memnfaatkan luas garis sempadan bangunan.Garis sempadan bangunan merupakan garis batas luar pengaman yang ditetapkan dalam mendirikan bangunan dan atau pagar yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan, tepi luar kepala jembatan, tepi sungai, tepi saluran, kaki tanggul, tepi situ yang tidak diperbolehkannya untuk mendirikan bangunan. Dengan lebar GSB yang cukup besar maka akan semakin tinggi potensi pengembangan jalur untuk di tanami tanaman.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 8 jalur hijau dari berbagai jalan arteri sekunder Kota Medan, maka dapat diketahui jenis apa saja tanaman yang ditanami oleh Dinas Pertamanan Kota Medan sebagai salah satu upaya dalam menyerap emisi dan polusi dari kendaraan bermotor. Jenis tanaman

32

yang dijadikan sampel adalah jenis tanaman pohon dan palem-paleman.Terdapat 13 jenis tanaman yang terdapat pada sampel jalur hijau penelitian.Jenis yang ditanam merupakan jenis yang memiliki daya tumbuh yang cepat, memiliki nilai keindahan bagi pengendara serta yang memberi rasa aman dan nyaman pada pengendara maupun pejalan kaki dan pohon yang berdiri kokoh.Jenis tanaman yang terdapat pada sampel jalur penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis tanaman yang diperoleh pada jalur hijau penelitian di Kota Medan No Jenis

(Nama Lokal)

Nama Latin Famili Jumlah

Total

Persentase (%)

1 Angsana* Pterocarpus indicus 1252 60,57

2 Akasia Acacia auriculiformis fabaceae 5 0,24

3 Cemara Kipas Thuja occidentalis 8 0,39

4 Glodokan Polyathia longilofia 11 0,53

5 Kerai Payung Filicium decipiens 4 0,19

6 Jati Tectona grandis 5 0,25

7 Mahoni Switenia macrophylla Meliaceae 400 19,35 8 Mangga** Mangifera indica Anacardiaceae 3 0,14

9 Mindi Melia azedarach 7 0,35

10 Nangka Artocarpus heterophyllus 4 0,19

11 Palem Raja Oreodoxa regia Aracaceae 354 17,12 12 Sengon Paraseriantes falcataria fabaceae 10 0,49

13 Trembesi Samanea saman Fabaceae 4 0,19

Total 2.067 100,00

Keterangan:* Jenis dengan jumlah terbanyak **jenis dengan jumlah terkecil

Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sampel jalur hijau pada jalan arteri sekunder Kota Medan, diketahui bahwa jenis pohon Angsana(Pterocarpus indicus) memiliki total jumlah individu yang ditanam yaitu sebanyak 1251 individu atau sekitar 60,57% dari total individu yang terdapat pada jalur hijau penelitian. Jenis kedua yang terbanyak ditanami adalah jenis Mahoni(Swetenia macrophulla)sebanyak 400 individu atau sekitar 19,35% dan jenis ketiga yang terbanyak ditanami adalah jenis Palem Raja(Oreodoxa regia) yaitu sebanyak 354 individu atau sekitar 17,12%. Sedangkan untuk jenis yang

paling sedikit ditanami adalah mangga (Mangifera indica) berjumlah 3 individu atau sekitar 0,14%.

Palem raja (Oreodoxa regia), Angsana (Pterocarpus indicus), dan Mahoni

(Switenia macrophylla) merupakan jenis yang paling banyak ditanam pada jalur

hijau penelitian. Hal ini dikarenakan ketiga pohon ini pohon yang cocok untuk ditanam dan memiliki banyak manfaat pada jalur hijau. Seperti pohon Mahoni

(Switenia macrophylla ), pohon ini cocok dijadikan sebagai pohon peneduh jalan

karena mampu tumbuh hingga puluhan tahun, tidak mudah terkena hama penyakit, tidak mudah tumbang dengan struktur kayu yang kuat, tumbuh lurus ke atas dengan tajuk tinggi di atas batas ketinggian kendaraan. Menurut Dahlan (2007), mahoni(Switenia macrophylla)memiliki daya serap yang cukup tinggi yaitu 295,73 kg CO2/pohon/tahun.

Begitu juga dengan pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yang merupakan salah satu jenis yang cepat tumbuh, sebagai penyerap polusi yang baik, berfungsi juga sebagai peneduh dan pemecah angin.Palem raja (Oreodoxa

regia) sebagai jenis yang paling banyak ditanam memiliki fungsi sebagai

pengarah pandang pada jalan.Terlebih dengan jenis pohon yang tumbuh tegak lurus ke atas tanpa memiliki ranting, sehingga aman bagi kendaraan bermotor yang tinggi serta jenis yang tidak mudah tumbang.

Jenis yang ditanam di jalur hijau Kota Medan termasuk ke dalam jenis yang memiliki kriteria tanaman tepi jalan dan kriteria tanaman daerah tikungan atau persimpangan menurut Direktorat Jenderal Bina Mrga (1996).Jenis tanaman di Kota Medan memiliki fungsi sebagai pohon peneduh, penyerap polusi udara, penyerap kebisingan, pemecah angin, pembatas pandang, pengarah pandangan

34

dan pembentuk pandangan.Jenis tanaman yang memiliki fungsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis tanaman dan fungsinya pada jalur hijau

Fungsi tanaman menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996)

Jenis Tanaman pada jalur hijau Kota Medan

Tepi Jalan

1. Peneduh Kerai Payung(Filicium decipiens) Tanjung (Mimuspos elengi) Angsana (Pterocarpus indicus) 2. Penyerap Polusi Udara Angsana (Pterocarpus indicus)

Akasia ( Accacia mangium) 3. Penyerap Kebisingan Kerai Payung(Filicium decipiens)

Tanjung (Mimuspos elengi) 4. Pemecah Angin Cemara (Casuarina eq uisetifolia)

Angsana (Pterocarpus indicus) Kerai Payung(Filicium decipiens) 5. Pembatas Pandang Bambu (Bambusa sp)

Cemara (Casuarina eq uisetifolia) Median

1. Penahan Silau Kendaraan Bougenvil (Bougenville sp)

Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis) Nusa indah (Mussaenda sp)

Tikungan/Persimpangan

1. Pengarah Pandang Cemara (Casuarina eq uisetifolia) Mahoni (Switenia mahagoni) Palem Raja (Oreodoxa regia) 2. Pembentuk Pandangan Cemara (Casuarina eq uisetifolia)

Palem Raja (Oreodoxa regia) Bambu (Bambusa sp)

Glodokan (Polyalthea longifolia)

Pada dasarnya tanaman yang ditanam di jalur hijau memiliki persyaratan tertentu sehingga tidak sembarangan dalam menanam tanaman di jalur hijau baik pada tepi jalan, media ataupun tikungan. Persyaratan utama dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan yaitu perakaran tidak merusak konstruksi jalan, mudah

dalam perawatan, batang atau percabangan tidak mudah patah, daun tidak mudah rontok dan juga mempertimbangkan faktor keamanan, keselamatan dan kenyamanan pengendara maupun pengguna jalan (Direktorat Jenderal Bina Marga (1996).Tanaman jalan sebaiknya tahan terhadap hembusan angin lemah sampai sedang, ukuran buah tidak besar, teduh, serasah sedikit, tidak terlalu gelap, mampu menyerap polusi dan emisi kendaraan bermotor serta debu dan memiliki nilai estetika (Dahlan, 2004).

Hasil yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa terdapat jalur hijau yang memiliki tanaman pada tepi dan median jalan.Tetapi ada juga jalan yang hanya memiliki tanaman pada tepi jalan saja.Pada jalur median jalan berfungsi sebagai pengarah jalan, pembentuk pandangan dan penahan silau lampu kendaraan.Sedangkan pada tepi jalan, tanaman berfungsi sebagai penyerap polusi, peneduh, peredam kebisingan dan pemecah angin.

Komposisi jenis dan Kerapatan Tanaman

Jenis tanaman, diameter tanaman dan jumlah tanaman telah diketahui pada tiap jalur penelitian.Sehingga berdasarkan data-data yang diperoleh, yang berupa jumlah jenis tanaman per jalur dan luas jalur, dapat diketahui bagaimana komposisi jenis tanaman dan kerapatan tanaman per jalur hijau di Kota Medan.

Data komposisi jenis digunakan untuk mengetahui jenis-jenis apa saja yang ada pada suatu jalur dengan luasan tertentu. Semakin banyak jenis tanaman di areal tersebut, maka komposisi jenis penyusun jalurnya pun akan semakin banyak juga. Sedangkan semakin sedikit jenis penyusun di areal tersebut, maka komposisi jenis penyusunnya juga akan semakin sedikit juga. Data kerapatan tanaman dibutuhkan untuk mengetahui tingkat kerapatan tanaman tanaman yang

36

satu dengan tanaman yang lainnya.Semakin banyak individu tanaman pada satu jalur maka semakin rapat tanaman pada jalur tersebut. Namun bila semakin sedikit jumlah individu tanaman pada luasan jalur tertentu maka akan semakin jarang tingkat kerapatan tanaman pada jalur hijau tersebut. Hasil perhitungan komposisi jenis dan kerapatan tanaman serta kategorinya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi jenis dan kerapatan serta kategorinya per jalur hijau

No Kecamatan Jalur Hijau Komposisi Jenis (%)

Kategori Kerapatan (ind/ha)

Kategori

1. Medan Baru Jl. Setia Budi 3,26 Sangat sedikit

230,57 Sangat rapat 2. Medan Kota Jl. Ahmad

Yani

5,17 Sangat sedikit

21,4 Sangat jarang 3. Medan Kota Jl. Pemuda 0,62 Sangat

sedikit

65,15 Rapat 4. Medan Timur Jl. Gaharu 2,94 Sangat

sedikit 70,78 Rapat 5. Medan Polonia Jl. Dr. Mansyur 6,67 Sangat sedikit 75 Sangat rapat 6. Medan Petisah Jl. Kapten

Muslim

4,16 Sangat sedikit

211,76 Sangat rapat 7. Medan Timur Jl.Amir

Hamzah

4,89 Sangat sedikit

223,43 Sangat rapat 8. Medan Barat Jl. Adam Malik 25 Sedikit 65,53 Rapat

Rata-Rata 6,58 203.26

Komposisi jenis tanaman yang ada tiap jalur termasuk kategori sangat sedikit hingga sedikit yaitu rata-rata 6,58%. Sedangkan kerapatan tanaman per jalur termasuk kategori agak jarang sampai sangat rapat.Walaupun kategori sangat rapat merupakan kategori yang sangat mendominasi pada jalur hijau penelitian tersebut. Rata-rata kerapatan individu/ha adalah 203 ind/ha yang merupakan termasuk dalam kategori sangat rapat.

Kerapatan tanaman tiap jalur berbeda-beda sebab hal ini dipengaruhi oleh jumlah tanaman dan luas areal.Sekelompok pepohonan yang ditanam dengan kerapatan tinggi merupakan perlindungan karena dapat mengurangi suhu udara yang panas dan terik pada siang hari.Menurut Lakitan (2002) pada malam hari

tanaman berfungsi sebagai penahan panas, sehingga suhu di bawah tajuknya menjadi lebih hangat dibandingkan suhu udara di atas permukaan tanah tanpa vegetasi atau tanah terbuka.

Pada jalur hijau penelitian, kerapatan tanaman berkisar antara agak jarang hingga sangat rapat. Jalur dengan tingkat kerapatan sangat jarang terdapat pada jalur hijau jalan Ahmad yani Kecamatan Medan Barat dengan nilai 21,25 ind/ha. Jalur dengan tingkat kerapatan rapat terdapat pada jalur hijau jalan Gaharu Kecamatan Medan Timur dengan nilai 70,78 ind/Ha. Pada kedua jalur ini jumlah tanaman yang ada sangat sedikit dibandingkan jalur lain dan jarak antar tanamannya sangat berjarak sehingga kerapatannya masih berkisar antara agak jarang dan rapat.

Sedangkan pada jalur hijau lainnya, kerapatan tanamannya termasuk kategori sangat rapat. Jalur hijau dengan tingkat kerapatan paling tinggi adalah pada jalur hijau jalan Setia budi Kecamatan Medan Selayang dengan nilai 230,57 ind/Ha. Banyaknya jalur dengan kategori sangat rapat dikarenakan beberapa hal, antara lain jalur tersebut memiliki luasan yang kecil namun dengan jumlah tanaman yang banyak sehingga kerapatan tanamannya sangat rapat. Selain itu ada juga jalur hijau yang memang luasannya besar dan kerapatan tanamannya termasuk dalam kategori sangat rapat.Contohnya pada jalur hijau jalan Kapten Muslim Kecamatan Medan Helvetia yang memang jalur hijau ini memiliki tiga baris tanaman pada kedua tepi dan mediannya sehingga kerapatan tanamannya tergolong sangat rapat.

Berbagai jenis pohon menggambarkan nilai kerapatan pohon. Semakin tinggi kerapatan pohon maka akan dapat mengurangi energi radiasi matahari.

38

Karena pohon menyerap panas dari sinar matahari. Sehingga akan memberikan udara sejuk di bawah tajuk pohon. Dan juga sebaliknya semakin rendah tingkat kerapatan pohon maka akan sedikit mengurangi energi radiasi matahari. Keberadaan pohon akan memberikan iklim mikro yang sejuk bagi masyarakat kota.

Biomassa, Simpanan Karbon dan Serapan CO2

Setiap jenis tanaman memiliki nilai titik pohon di jalur hijauyang berbeda-beda.Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada penelitian ini dilakukan penghitungan biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 pada berbagai jalur hijau di jalan arteri sekunder kota Medan. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 di berbagai jalur hijau

Kecamatan Jalur Luas Jalur

(Ha) Biomassa (Ton/Ha) Karbon (Ton /Ha) Serapan CO2 (Ton /Ha) Medan Baru Jl. Setia Budi 1,35 115,14 54,12 198,62 Medan Kota Jl. Ahmad Yani 0,24 7,62 3,58 13,15

Medan Kota** Jl. Pemuda 0,12 6,62 3,05 11,17

Medan Timur Jl. Gaharu 0,84 93,51 43,01 157,86 Medan Polonia Jl. Dr. Mansyur 1,44 108,19 49,77 182,64 Medan Timur Jl. Amir Hamzah 1,44 27,5 12,87 45,82 Medan Petisah * Jl. Kapten Muslim 1,44 219,67 103,21 378,81 Medan Barat Jl. Adam Malik 0,6 94,54 44,43 163,07

Total 672,79 314,04 1150,14

Rata-rata 84,10 39,25 143,77 Keterangan: * jalur dengan nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 terbesar.

** Jalur dengan nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 terkecil. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 tertinggi terdapat pada jalur hijau jalan Kapten Muslim Kecamatan Medan Petisah yaitu nilai biomassanya sebesar 219,67 Ton/Ha, nilai simpanan karbonnya sebesar TonC/Ha,

dan nilai serapan CO2nya sebesar 378,81 TonCO2/Ha. Nilai biomassa yang tinggi maka akan diikuti dengan nilai simpanan karbon dan nilai serapan CO2 yang tinggi juga. Sedangkan nilai biomassa, simpanan karbon, serapan CO2 terendah terdapat pada jalan pemuda Kecamatan Medan Maimun dengan nilai berturut-turut yaitu 6,62 Ton/Ha, 3,05 TonC/Ha dan 11,17 TonCO2/Ha.

Faktor yang mempengaruhi nilai titik pohon di jalur hijauadalah diameter tanaman, banyaknya jumlah tanaman dan nilai berat jenis tanaman tersebut.Semakin besar diameter suatu tanaman maka semakin besar juga niali biomassanya.Nilai berat jenis tanaman yang tinggi juga sangat berpengaruh terhadap nilai biomassa yang besar dan juga semakin banyak jumlah tanamannya maka semakin besar juga nilai biomassanya.

Sesuai dengan pernyataan Adinugroho (2011) yang menyatakan bahwa rata-rata cadangan karbon tidak hanya dipengaruhi oleh satu parameter saja, tetapi juga dipengaruhi oleh diameter tanaman, keanekaragaman jenis tanaman, kerapatan individu yang secara bersama-sama parameter tersebut memberikan kontribusi dalam besarnya nilai cadangan karbon suatu tegakan. Semakin besar diameter pohon yang didukung dengan jumlah yang banyak maka potensi cadangan karbonnya semakin besar.

Selain hal tersebut menurut pernyataan Maulana (2009) bahwa tingginya nilai potensi simpanan karbon lebih dipengaruhi oleh faktor diameter dan berat jenis vegetasinya. Tipe hutan dengan sebaran komposisi berat jenis yang tinggi maka akan cenderung mempunyai nilai simpanan karbon yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebaran jenis pohon yang banyak tapi memiliki diameter yang cenderung yang lebih kecil. Pengukuran biomassa suatu tanaman

40

memberikan inormasi yang penting dalam memberikan informasi dalam pendugaan simpanan karbon dan serapan CO2

Peta sebaran titik pohon

Setelah diperoleh nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 per jalur hijau penelitian, maka dibuatlah peta sebaran titik pohonyang dibuat berdasarkan titik tanaman yang diambil dari lapangan.Peta Penyebaran titik pohon dapat dilihat dari gambar 3.

Gambar 3.Peta titik sebaran jalur hijau di delapan titik.

Dari peta diatas maka di buatlah peta yang menunjukan nilai biomassa dari tiap jalur, simpanan karbon yang terdapat dari tiap jalur hijau, dan besarnya

M eda n P ol oni a Meda n Petisah Med an T im u r M eda n K o ta M eda n B aru M ed an B ar at

PETA TITIK SEBARAN JALUR HIJAU,

KETERANGAN

SUMBER

DIBUAT OLEH Janri Surya D. Marbun

NIM 111201140

Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara

Mei -2016

Dinas Tata Ruang da n Tata Bangun an Kota Medan , 2015

serapan karbon yang di tampung oleh jalur hijau. Peta dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar 4.Peta Nilai biomassa di delapan jalur hijau.

Bila kita melihat peta Pada jalur hijau jalan maka kita dapat melihat kerapatan dan besaran jalur hijau yang terdapat pada delapan jalur hijau yang ditelit.Besarnya biomassa tidak hanya dipengaruhi oleh banyaknya pohon di suatu area tersebut namun juga dipengaruhi oleh jenis tanaman, diameter tanaman dan kondisi tanaman tersebut. Bila kita melihat penyebaran pohon dai tiap jalur pada lampiran 5. Maka kita akan semakin melihat kerapatan dan gerombolan tanaman

PETA NILAI BIOMASSA JALUR HIJAU

KETERANGAN

Sumber

Dibuat Oleh Janri Surya D. Marbun

NIM 111201140

Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara

Mei -2016

Dinas Tata Ruang da n Tata Bangun an Kota Medan , 2015 SKALA 1:63689 M eda n P ol oni a Meda n Petisah Med an T im u r M eda n K o ta M eda n B aru M ed an B ar at

42

serta pemanfaatan bagian kiri, kanan, dan median jalan. Jumlah simpanan karbon dan daya serap karbon berbanding lurus dengan nilai biomassa yaitu semakin besar nilai biomassa maka semakin besar juga nilai simpanan karbon dan daya serap karbonnya.Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 5 dan gambar 6.

Gambar 5.Peta Simpanan karbon di delapan jalur hijau.

PETA SIMPANAN KARBON JALUR HIJAU

Keterangan

Sumber

DIBUAT OLEH Janri Surya D. Marbun

NIM 111201140

Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara

Mei -2016

Dinas Tata Ruang da n Tata Bangun an Kota Medan , 2015 SKALA 1:63689 M eda n P ol oni a Meda n Petisah Med an T im u r M eda n K o ta M eda n B aru M ed an B ar at

Gambar 8.Peta daya serap CO2 di delapan jalur hijau..

Setelah melihat dari 8 jalur hijau pada peta maka dapat kita simpulkan bahwa jalur hijau di jalan arteri sekunder di kota medan sudah sesuai dengan peruntukan dari jenis tanaman yang di tanam di jalur hijau yaitu jenis yang paling

sering di tanam dijalur hijau ialah Angsana (Pterocarpus

indicus),Mahoni(Swetenia Macrophylla), dan Palem Raja (oreodoxa regia). Hal

PETA DAYA SERAP CO2 JALUR HIJAU

Keterangan

Sumber

Dibuat Oleh Janri Surya D. Marbun

NIM 111201140

Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara

Mei -2016

Dinas Tata Ruang da n Tata Bangun an Kota Medan , 2015 SKALA 1:63689 M eda n P ol oni a Meda n Petisah Med an T im u r M eda n K o ta M eda n B aru M ed an B ar at

44

ini sesuai dengan fungsi tanaman pada jalur hijau menurut Jenderal Bina Marga yang terdapat pada tabel.5.

Pemanfaatan jalur hijau di kota medan masih sangat minim dilihat dari tidak dimanfaatkannya setiap ruang terbuka hijau pada setiap jalur hijau yang diamati sehingga kerapatan dari jalur hijau hanya 4 jalur yang dikatakan baik masuk dalam kategori sangat rapat, namun ada beberapa jalur hijau yang masuk kategori jarang. Hal ini disebabkan adanya GSB yang tidak sesuai dengan peraturan sehingga tidak bisa dimanfaatkan sebagai jalur hijau khususnya jalur di bagian tepi jalan. Padahal berdasarkan pernyataan fakuara (1987) bahwa jalur hijau di perkotaan sangat dibutuhkan karena proses fotosintesis yang menangkap cahaya matahari oleh klorofil yang kemudian akan diubah menjadi energy kimia dimana menghasilkan oksigen dan karbonhidrat, sehingga dalm menguranggi karbondioksida dibutuhkan kemaksimalan pemanfaatan jalur hijau di jalan-jalan yang padat pemukiman dan padatnya arus lalulintas yang terdapat di jalan tersebut.

Dokumen terkait