Lampiran 1. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 per jalur hijau
1. Jalur Setia Budi Kecamatan Medan Selayang
No Jenis Jumlah
(Pterocarpus indicus) 311 23,5 152.564,7 113.0109 53,1151 194,9325
3
2. Jalur Ahmad Yani Kecamatan Medan Barat
No Jenis Jumlah
3. Jalur Pemuda Kecamatan Maimun
49
4. Jalur DR.Mansyur Kecamatan Medan Baru
No Jenis Jumlah
(Pterocarpus indicus) 284 28,47 219.518 152,443 71,65 262,95
2
5. Jalur Gaharu Kecamatan Medan Timur
No Jenis Jumlah
6. Jalur Kapten Muslim Kecamatan Medan Helvetia
No Jenis Jumlah
(Swetenia Macrophylla) 209 23,33 54.032,83 25,02 11,76 43,15
2
Palem Raja (Oreodoxa
regia) 64 17,44 2.327,19 1,59 0,75 1,13
7. Jalur Amir Hamzah Kecamatan Medan Sunggal
No Jenis Jumlah
3
(Acacia auriculiformis) 5 27,8 1.271,6 0,88 0,41 1,52
Total 144 316.252,9 219,67 103,21 378,81
8. Jalur Adam Malik Kecamatan Medan Barat
51
Lampiran II. Foto Jenis Tanaman
Angsana (Pterocarpus
indicus) Mahoni (Switenia macrophylla)
Trembesi (Samanea saman) Mindi (Melia azedarach)
53
Lampiran III. Berat jenis tanaman
No. Jenis Famili BJ
Kayu
Sumber
1. Akasia (Acacia mangium) Fabaceae 0,25 Balai Industri Ambon (1987) 2. Alpukat (Persea Americana) Lauraceae 0,6 ICRAF
3. Angsana (Pterocarpus indicus) Fabaceae 0,65 Atlas Kayu Jilid II
4. Asam Jawa (Tamarindus indica) Fabaceae 0,92 Oey Joen Seng 1964 dalam Sumarni dan Muslich (2006) 5. Beringin (Ficus benjamina) Moraceae 0,35 Oey Joen Seng 1964 dalam
Sumarni dan Muslich (2006) 6. Cemara Kipas (Thuja occidentalis) Casuarinaceae 0,31 Edward F. Gilman dan
Dennis G. Watson (1994) 7. Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) Casuarinaceae 1,0 James A. Duke (1983) 8. Dadap (Erythrina crystagalii) Fabaceae 0,25 Satyarini K (2003) 9. Flamboyan (Delonix regia) Fabaceae 0,8 ICRAF
10. Glodokan (Polyathia longifolia) Annonaceae 0,8 Oey Joen Seng 11. Jambu Biji (Psidium guava) Myrtaceae 0,75 ICRAF
12. Jati Putih (Gmelina arborea) Verbenaceae 0,4 Martawijaya dan Barlay (1995)
13. Karet (Ficus elastica) Moraceae 0,75 ICRAF
14. Kepuh (Sterculia foetida) Sterculiaceae 0,64 Oey Joen Seng (1964) dalam Haryani PDS (2000)
15. Ketapang (Terminalia catappa) Combretaceae 0,63 Manual Kehutanan (1992) 16. Kupu-Kupu (Bauhinia blakena) Fabaceae 0,64 Gaby L. Gonzalo (2009) 17. Lengkeng (Dimocarpus longan) Sapindaceae 0,71 Gaby L. Gonzalo (2009) 18. Mahoni (Switenia macrophylla) Meliaceae 0,64 Atlas Kayu Jilid I 19. Mahoni (Switenia mahagony) Meliaceae 0,64 Atlas Kayu Jilid I 20. Mangga (Mangifera indica) Anacardiaceae 0,67 ICRAF
21. Melinjo (Gnetum gnemon) Gnetaceae 0,63 Martawijaya (1979) 22. Mengkudu (Morinda citrifolia) Rubiaceae 0,67 ICRAF
23. Mindi (Melia azedarach) Meliaceae 0,53 Atlas Kayu Jilid II 24. Nangka (Artocarpus heterophyllus) Moraceae 0,63 Isrianto (1979) 25. Palem Raja (Oreodoxa regia) Arecaceae - -
26. Petai Cina (Leucaena leucocephala) Fabaceae 0,5 ICRAF
27. Pulai (Alstonia scholaris) Apocynaceae 0,38 Atlas Kayu Jilid I 28. Saga (Adenanthera pavoninna) Fabaceae 0,85 Saida Rasnovi (2006) 29. Sirsak (Annona muricata) Annonaceae 0,4 ICRAF
Lampiran 1V. Kriteria tanaman dengan fungsi serta persyaratannya berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Marga (1996)
Fungsi Persyaratan Contoh Bentuk dan Jenis
Jalur Tepi
1. Peneduh -Ditempatkan pada jalur tanaman
( minimal 1,5 m)
- Percabangan 2 m di atas tanah.
- Bentuk percabangan batang
tidak merunduk. - Bermassa daun padat.
- Ditanam secara berbaris. Kerai Payung (Filicium decipiens) Tanjung
(Mimusops elengi) Angsana
(Pterocarpus indicus) 2. Penyerap Polusi Udara Terdiri dari pohon, perdu/
semak.
- Memiliki ketahanan tinggi terhadap
pengaruh udara. - Jarak tanam rapat. - Bermassa daun padat.
- Angsana
(Ptherocarphus indicus) - Akasia daun besar (Accasia mangium) - Oleander
(Nerium oleander) - Bogenvil (Bougenvilleasp) - Teh-tehan pangkas (Acalypha sp) 3. Penyerap Kebisingan - Terdiri dari pohon, perdu
/semak.
- Membentuk massa. - Bermassa daun rapat. - Berbagai bentuk tajuk.
- Tanjung (Mimusops elengi) - Kiara payung (Filicium decipiens) - Teh-tehan pangkas (Acalypha sp) - Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis) - Bogenvil
55
4. Pemecah Angin - Tanaman tinggi, Perdu / semak. - Bermassa daun padat - Ditanam berbaris atau membentuk massa. - Jarak tanam rapat <3m.
- Cemara
(Cassuarina-equisetifolia). - Angsana
(Ptherocarphus indicus) - Tanjung
(Mimusops elengi) - Kerai Payung (Filicium decipiens) - Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) 5. Pembatas Pandang - Tanaman tinggi,
perdu/semak
- Bermassa daun padat - Ditanam berbaris atau membentuk massa - Jarak tanam rapat
- Bambu (Bambusa sp) - Cemara
(Cassuarina equisetifolia) - Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) - Oleander
(Nerium oleander) Pada Median
6. Penahan silau lampu kendaraan
- Tanaman perdu/semak - Ditanam rapat. - ketinggian 1,5 m - Bermassa daun padat
- Bogenvil (Bogenvillea sp) - Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) - Oleander
(Netrium oleander) - Nusa Indah (Mussaenda sp)
7. Pengarah Pandang - Tanaman perdu atau pohon ketinggian > 2 m. - Ditanam secara massal atau berbaris.
- Jarak tanam rapat. - Untuk tanaman perdu/semak digunakan tanaman yang memiliki warna daun hijau muda agar dapat dilihat pada malam hari. - Kembang Merak (Caesalphinia pulcherima) - Kol Banda (pisonia alba)
2. Pembentuk Pandangan - Tanaman Tinggi > 3m. - Membentuk massa. - Pada bagian tertentu dibuat terbuka - Diutamakan tajuk Conical & Columnar
- Cemara
(Cassuarina equisetifolia) - Glodokan Tiang (Polyalthea Sp) - Bambu (Bambusa sp) -Gldokan
57
Lampiran V.Peta sebaran titik per jalur hijau
Gambar 1.Peta sebaran titik pohon di jalan Ahmad Yani.
PETA SEBARAN TITIK POHON JALUR HIJAU
Keterangan
Sumber
Dibuat Oleh Janri Surya D. Marbun
NIM 111201140
Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara
Mei -2016
Dinas Tata Ruang da n Tata Bangun an Kota Medan , 2015
Gambar 2. Peta sebaran titik pohon di jalan Pemuda
PETA SEBARAN TITIK POHON JALUR HIJAU
Keterangan
Sumber
Dibuat Oleh
Janri Surya D. Marbun NIM 111201140
Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara
Mei -2016
Dinas Tata Ruang da n Tata Bangun an Kota Medan , 2015
59
Gambar 3.Peta sebaran titik pohon di jalan Kapten Muslim.
PETA SEBARAN TITIK POHON JALUR HIJAU
Keterangan
Sumber
Dibuat Oleh Janri Surya D. Marbun
NIM 111201140
Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara
Mei -2016
Dinas Tata Ruang da n Tata Bangun an Kota Medan , 2015
SKALA 1:12174
Medan Petisah
M
ed
an
B
ar
Gambar 4.Peta sebaran titik pohon di jalan Setia Budi.
PETA SEBARAN TITIK POHON JALUR HIJAU Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara
Mei -2016
61
Gambar 5.Peta sebaran titik pohon di jalan Amir Hamzah. SKALA 1:18782
PETA SEBARAN TITIK POHON JALUR HIJAU
Keterangan
Sumber
Dibuat Oleh Janri Surya D. Marbun
NIM 111201140
Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara
Mei -2016
Dinas Tata Ruang da n Tata Bangun an Kota Medan , 2015
Medan Petisah
M
ed
an
B
ar
Gambar 6.Peta sebaran titik pohon di jalan Adam Malik.
PETA SEBARAN TITIK POHON JALUR HIJAU
Keterangan
Sumber
Dibuat Oleh Janri Surya D. Marbun
NIM 111201140
Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara
Mei -2016
Dinas Tata Ruang da n Tata Bangun an Kota Medan , 2015
SKALA 1:5847
Med
an
T
im
u
r
M
ed
an
B
ar
63
Gambar 7.Peta sebaran titik pohon di jalan Gaharu.
PETA SEBARAN TITIK POHON JALUR HIJAU
Keterangan
Sumber
Dibuat Oleh Janri Surya D. Marbun
NIM 111201140
Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara
Mei -2016
Dinas Tata Ruang da n Tata Bangun an Kota Medan , 2015
SKALA 1:11215
Medan Perjuangan
Med
an
T
im
u
r
M
eda
n K
ot
Gambar .Peta sebaran titik pohon di jalan Dr.Mansyur.
PETA SEBARAN TITIK POHON JALUR HIJAU
Keterangan
Sumber
Dibuat Oleh Janri Surya D. Marbun
NIM 111201140
Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara
Mei -2016
Dinas Tata Ruang da n Tata Bangun an Kota Medan , 2015
SKALA 1:17323
M
eda
n P
ol
o
ni
a
M
ed
an
B
ar
65
Lampiran VI. Contoh perhitungan nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2
Diketahui:
Jenis Tanaman Diameter
(cm)
Biomassa (Kg/individu) Angsana (Pterocarpus indicus) 38 1.175,082 Angsana (Pterocarpus indicus) 86 9.278,903 Angsana (Pterocarpus indicus) 56 3.134,233 Angsana (Pterocarpus indicus) 54 2.858,721 Angsana (Pterocarpus indicus) 76 6.786,939 Total 23.233,88 Masukkan ke rumus:
Y = exp(-2,134 + 2,530 Ln(D))
Biomassa = exp(-2,134 + 2,530 Ln(38)) = 1.175,082 kg/individu
Jenis yang sama dalam satu jalur, nilai biomassanya ditotalkan sehingga diperoleh total biomassanya adalah 23.233,88 kg biomassa/luasan jalur.
Diubah satuannya menjadi ton/luas jalur dengan mengalikan 10-3 diperoleh hasil 23,23388 ton/luas jalur
Luas jalur = 1,24 Ha
Maka diubah nilainya menjadi 23,23388 ton/1,24 Ha sehingga menjadi 18,737 Ton/Ha
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus simpanan karbon Simpanan karbon = 0,46 x Total Biomassa
= 0,46 x 18,737 Ton/Ha = 8,61902 Ton C/Ha
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus serapan CO2
Serapan CO2 = Simpanan Karbon x Ar/Mr CO2 atau setara 3,67
= 8,61902 Ton/Ha x 3,67 = 31,632 Ton CO2/Ha
Maka, diperoleh nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 satu jenis
tanaman per jalur hijau penelitian.
No. Indeks Komposisi Vegetasi Kategori
No. Indeks Kerapatan Vegetasi Kategori
1. ≥ 86,0 Sangat Rapat Sumber : Setyowati (2010)
Lampiran VIII. Sampel Jalan penelitian yang terpilih berdasarkan jalan arteri sekunder
Kota Medan
No. Kecamatan Jalur Hijau Panjang
46
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah dan Khairuddin. 2009. Gas Rumah Kaca dan Pemanasan Global. Jurnal Biocelebes. Vol 3 No.1:1-3, Juni 2009.
Adinugroho, W.C. 2010. Pendugaan Cadangan Karbon dalam Rangka Pemanfaatan Fungsi Hutan Sebagai Penyerap Karbon. Hutan dan
Konservasi Alam Vol III No. 1 : 103-117.
Anggraeni, M. 2005. Green Belt dan Hubungannya dengan Kualitas Hidup Masyarakat di Perkotaan. Makalah Biologi Lingkungan, Program Studi Ilmu Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 2, Mei 2009: 113 – 120 Lingkungan, Prog. Pascasarjana Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta
Arief, A. 2005.Hutan dan Kehutanan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Medan.2011.Kota Medan Dalam Angka 2011. Brown, S,. 1976. Methods Biomass and Biomass change Of Tropical Forest. A
Primer FAO.Forestry Paper.USA. 134. 10-13.
Dahlan EN.2004. Membagun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota.IPB Press. Bogor.
Fakuara Y. 1987. Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gusmailina. 1995. Pengukuran Kadar CO2 Udara di dalam Tegakan Beberapa Jenis Hutan Tanaman di Cikole dan Ciwidey, Jawa Barat [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Makalah Lokakarya.PENGEMBANGAN SISTEM RTH DI PERKOTAAN Dalam rangkaian acara Hari Bakti Pekerjaan Umum ke 60.Jakarta. Diakses dari:RTH.co.id.
Pemerintah Kota Medan [Pemko Medan].2011. Selayang Pandang Kota Medan. Diakses dari: Pemko Medan.go.id.
Peraturan Daerah Kota MedanNo.13 tahun 2011.Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan 2011-2031.
Peraturan Menteri Kehutanan. No. 03/MENHUT-V/2004.Tentang Pedoman Pembuatan Tanaman Penghijau Kota Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
Setiawan, A., B. Irawan, dan M. Kamal.2005.Keanekaragaman Jenis Pohon Pelindung dan Penyimpan Karbon Jalur Hijau Kota Bandar Lampung. URL:www.unila.ac.id
Setyowati, A. 2010.Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre-ICRAF, SEA
Regional Office, University of Brawijaya.UniBraw. Indonesia.
24
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilakuakan di 8 jalur arteri sekunder kota medan yang terdiri dari 6 kecamatan yaitu Kecamatan: Medan Baru;Medan Barat; Medan Kota; Medan Petisah, Medan Polonia, dan Medan Timur. Peta Lokasi dapat di lihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Lokasi penelitian
PETA KOTA MEDAN DALAM PEMBAGIAN TIAP KECAMATAN
Keterangan
Sumber
Dibuat Oleh
Janri Surya D. Marbun NIM 111201140
Fakultas Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara
Mei -2016
Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan , 2015
SKALA 1:136066
Helvetia Medan
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada berbagai Jalan Arteri Sekunder Kota Medan yaitu jalan T. Amir Hamzah; jalan Kapten Muslim; jalan Pemuda; jalan Setia Budi; jalan Dr. Mansur; jalan Adam malik; jalan Gaharu; jalan Ahmad Yani. Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember sampai dengan April 2015. Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
C. Alat Peneitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System (GPS), PC (Personal Computer), ArcView GIS 3.3, pita ukur, clinometers, penggaris, kamera digital, dan alat tulis.Peta Administrasi Kota Medan dan peta usulan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Medan.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini meliputi pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan, serta menganalisis sesuai kebutuhan. Tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari lapangan berupa data jenis vegetasi, diameter, tinggi dan titik koordinat dengan menggunakan metode sensus. Metode Sensus adalah cara pengumpulan data dimana seluruh elemen populasi diselidiki. Data yang diperoleh sebenarnya atau parameter. Metode sensus dilakukan terhadap semua jenis vegetasi untuk mengetahui jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Jalur Hijau tersebut dengan menggunakan parameter diameter dan tinggi.
Dalam pengambilan data jenis tanaman yang dilakukan dengan cara sensus pada jalur yang telah ditetapkan, maka yang harus dilakukan adalah:
26
(berdiameter < 10 cm dan tinggi > 1,5 m) hingga tingkat pohon. Sedangkan untuk palem hanya yang berdiameter > 20 cm yang diambil datanya.
2. Setelah ditentukan jalur yang diambil sebagai sampel penelitian maka diambil data tanaman pada jalur tersebut yaitu nama jenis tanaman, diameter tanaman dan dokumentasi tanaman.
3. Lalu dicatat dan dimasukkan dalam tally sheet yang disediakan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau berasal dari instansi-instansi terkait, jurnal-jurnal penelitian sebelumnya, skripsi, prosiding, artikel ilmiah dan literatur pendukung lainnya.
Data-data yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Primer dan Data Sekunder yang digunakan dalam Penelitian
Nama Data Jenis Data Alat Sumber Tahun
Titik koordinat vegetasi Primer GPS - 2014
Diameter vegetasi Primer Pita Ukur - 2014
Tinggi vegetasi Primer Klinometer - 2014
Peta Administrasi Kota
Medan
Sekunder - Balai Pemantapan Kawasan
Hutan (BPKH)
2014
Peta Usulan RTRWK
Kota Medan
Sekunder - BAPPEDA Kota Medan 2014
Model Alometrik Sekunder - Jurnal, Literatur, Skripsi 2014
2. Perhitungan Nilai Biomassa dan Karbon Tersimpan
Perhitungan nilai biomassa dan karbon tersimpan dilakukan secara bertahap yaitu dilakukan perhitungan nilai biomassa dan kemudian dilakukan perhitungan karbon tersimpan diatas permukaannya. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
beberapa jenis vegetasi berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Model Alometrik Spesifik dan Umum dari Jenis Vegetasi Pohon maupun
Vegetasi Bukan Pohon
Jenis Tanaman Model Alometrik Sumber
Acacia auriculiformis logV=-4,155+2,605 log D Siswanto : 2008 Acacia crassicarpa BBA=0,027 D2,891 Rahmat : 2007 Acacia mangium logV=-3,321+1,99 log D Krisnawati : 1997 Agathis lorantifolia logV=3,824+2,447 log D Siswanto : 2008 Alstonia spp V=0,000081 D2,06 H0,662 Ermawati : 1995 Altingia exelsa V=0,000257 D2,2563 Siswanto : 1996
Bambu Y= 3225,8+1703,4DBH Kumar : 2005
Eucalyptus spp V=0,00006598 D2,5056 Direktorat Inventarisasi Hutan: 1990
Gmelina arborea V=0,0000669 D1,952 H0,794 Wahjono : 1995
Dipterocarpaceae V= 0,0002134 D2,4613 Direktorat Inventarisasi Hutan: 1991
Dipterocarpus cornutus V=0,000417 D2,21 Priyanto : 1997 Dryobalanops lanceolata V=0,0000893 D2,619 Siswanto : 1996 Dryobalanops spp V=0,000661 D2,1 Priyanto : 1997 Jati (Tectona grandis) Y=0,153DBH Frangi dan Lugo : 1985 Mahoni (Switenia mahogany) Y=0,048 D Adinugroho dan Sidiyasa
: 2006
Mahoni (Switenia macrophylla)
Bt=0,9029 (D2.H)0,6840 Frangi dan Lugo : 1985
Manilkara kauki V=0,00122 D1,7445 Direktorat Inventarisasi Hutan: 1990
Palem (AGB)est=4,5+7,7xH Frangi dan Lugo : 1985
Paraserianthes falcataria V=0,00011 D2,5414 Bustomi dan Imanuddin : 2004
Perdu (AGB)=0,0002 H2,4071 Berry : 2008
Pinus merkusii V=0,0000305 D1,642 H1,356 Soemarna : 1972 Pisang (AGB)est=0,03 D2,13 Arifin : 2001
Pohon di Sumatera B=0,066 D2,59 Ketterings : 2000
Pohon bercabang Y=0,11 p D2,62 Kettering : 2001
Shorea spp V=0,000372 D2,25 Priyanto : 1997
28
Shorea sumatrana V=0,0001546 D2,4664 Soemarna dan Siswanto : 1986
Keterangan : Y= biomassa pohon (kg/ind); Bt=biomassa total (kg/ind); (AGB)est= biomassa pohon Pohon bagian atas tanah (kg/ind); V= volume pohon(cm3);DBH (diameter setinggi dada) atau kurang lebih 1,3 m dari permukaan tanah; B= biomassa total (kg/ind); H=Tinggi total vegetasi (m); D= diameter batang (cm) setinggi 1,3m; p= berat jenis kayu (gr/cm3); BBA = Biomassa di atas permukaan tanah(kg)
Sumber :Model Alometrik dalam Pendugaan Biomassa Pohon : 2012.
3. Pembuatan Peta sebaran titik pohon di kota Medan
Pembuatan Peta sebaran titik pohon dikota Medan dilakukan dengan memasukkan titik-titik yang diambil dengan menggunakan GPS ke dalam sotware
DNR GARMIN yang datanya diubah dalam bentuk .shp setelah itu diolah lagi pada
software ArcView GIS 3.3 dan didapat Peta sebaran titik pohon di Jalan Arteri Sekunder kota Medan. Proses pengolahan data titik koordinat di lapangan adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan data di lapangan berupa data titik koordinat pada Jalur Hijau dengan menggunakan alat yaitu GPS.
2. Setelah diperoleh data titik koordinat maka untuk proses pengolahan data tahap awal dilakukan dengan memasukkan data GPS ke PC dengan menggunakan sotware DNR Garmin.
3. Diubah file tersebut dengan menggunakn software DNR Garmin menjadi file berbentuk .shp yang kemudian dapat diolah dengan menggunakan software ArcView GIS 3.3.
Perhitungan nilai Biomassa
dan Karbon Tersimpan
nilai Biomassa (Ton/ha) dan
karbon tersimpan
(ton/ha) data dalam GPS
berupa titik-titik pengambilan
dilokasi
Pengunaan Aplikasi DNR
Garmin
masukkan data ke komputer dalam bentuk *Shp Arcview
GIS 3.3
Peta sebaran titik pohon
Gambar 2.Bagan Alur Pengerjaan Penelitian Pendugaan Karbon Tersimpan pada
Berbagai Jalur Hijau di Kota Medan.
Jalur Hijau
Inventarisasi
jenis Tanaman Titik
Koordinat
pengukuran
30
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Tanaman di Jalur Hijau
Jalur hijau pada tiap jalan memiliki panjang dan lebar yang berbeda-beda
ukurannya. Panjang jalan penelitian berkisar antara 0,8 km hingga 3
km.Sedangkan lebar jalan berkisar antara 12 m hingga 26 m. Data panjang dan
data lebar jalan diperoleh dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan.
Pada jalur hijau ,ukuran panjang jalur hijau terhadap panjang jalan untuk
penelitian dominan sama, namun untuk bagian yang median memiliki panjang
yang berbeda dengan panjang jalur penelitian. Sementara untuk lebar jalur hijau
berkisar 1 m baik pada tepi maupun pada median jalan. Berdasarkan data tersebut
maka dapat diperoleh luas jalur penelitian.Sampel jalur yang digunakan dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sampel jalur hijau penelitian pada jalan arteri sekunder Kota Medan
Total 74700 7,47 Sumber : Hasil perhitungan (2013)
Lebar jalur hijau merupakan penjumlahan lebar jakur hijau tepi (baik kiri
maupun kanan) dan lebar jalur median, dimana lebar jalur hijau biasanya sama
baik median ataupun tepi.
Luasan jalur hijau di kota Medan berdasarkan hasil perhitungan dengan
bantuan Dinas Pertamanan Kota Medan, Perda Kota medan No. 13 Tahun 2011
tentang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031, dan
software Google Earthmaka diperoleh luasan jalur hijau terutama pada jalan arteri
dan kolektor adalah 235,04 Ha. Sedangkan luas jalur penelitian sebesar 7,47 Ha,
sehingga intensitas samplingnya untuk penelitian adalah sebesar 3,18%.
Berdasarkan hasil di atas, maka dapat diketahui persentase luas jalur hijau
jalan dibandingkan dengan luas jalan yang ada di kota Medan yaitu 5,35%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau masih bisa di kembangkan lagi
potensinya dengan memnfaatkan luas garis sempadan bangunan.Garis sempadan
bangunan merupakan garis batas luar pengaman yang ditetapkan dalam
mendirikan bangunan dan atau pagar yang ditarik pada jarak tertentu sejajar
dengan as jalan, tepi luar kepala jembatan, tepi sungai, tepi saluran, kaki tanggul,
tepi situ yang tidak diperbolehkannya untuk mendirikan bangunan. Dengan lebar
GSB yang cukup besar maka akan semakin tinggi potensi pengembangan jalur
untuk di tanami tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 8 jalur hijau dari
berbagai jalan arteri sekunder Kota Medan, maka dapat diketahui jenis apa saja
tanaman yang ditanami oleh Dinas Pertamanan Kota Medan sebagai salah satu
32
yang dijadikan sampel adalah jenis tanaman pohon dan palem-paleman.Terdapat
13 jenis tanaman yang terdapat pada sampel jalur hijau penelitian.Jenis yang
ditanam merupakan jenis yang memiliki daya tumbuh yang cepat, memiliki nilai
keindahan bagi pengendara serta yang memberi rasa aman dan nyaman pada
pengendara maupun pejalan kaki dan pohon yang berdiri kokoh.Jenis tanaman
yang terdapat pada sampel jalur penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis tanaman yang diperoleh pada jalur hijau penelitian di Kota Medan No Jenis
(Nama Lokal)
Nama Latin Famili Jumlah
Total
Persentase (%)
1 Angsana* Pterocarpus indicus 1252 60,57
2 Akasia Acacia auriculiformis fabaceae 5 0,24
3 Cemara Kipas Thuja occidentalis 8 0,39
4 Glodokan Polyathia longilofia 11 0,53
5 Kerai Payung Filicium decipiens 4 0,19
6 Jati Tectona grandis 5 0,25
7 Mahoni Switenia macrophylla Meliaceae 400 19,35 8 Mangga** Mangifera indica Anacardiaceae 3 0,14
9 Mindi Melia azedarach 7 0,35
10 Nangka Artocarpus heterophyllus 4 0,19
11 Palem Raja Oreodoxa regia Aracaceae 354 17,12 12 Sengon Paraseriantes falcataria fabaceae 10 0,49
13 Trembesi Samanea saman Fabaceae 4 0,19
Total 2.067 100,00
Keterangan:* Jenis dengan jumlah terbanyak **jenis dengan jumlah terkecil
Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sampel jalur hijau pada
jalan arteri sekunder Kota Medan, diketahui bahwa jenis pohon
Angsana(Pterocarpus indicus) memiliki total jumlah individu yang ditanam yaitu
sebanyak 1251 individu atau sekitar 60,57% dari total individu yang terdapat pada
jalur hijau penelitian. Jenis kedua yang terbanyak ditanami adalah jenis
Mahoni(Swetenia macrophulla)sebanyak 400 individu atau sekitar 19,35% dan
jenis ketiga yang terbanyak ditanami adalah jenis Palem Raja(Oreodoxa regia)
paling sedikit ditanami adalah mangga (Mangifera indica) berjumlah 3 individu
atau sekitar 0,14%.
Palem raja (Oreodoxa regia), Angsana (Pterocarpus indicus), dan Mahoni
(Switenia macrophylla) merupakan jenis yang paling banyak ditanam pada jalur
hijau penelitian. Hal ini dikarenakan ketiga pohon ini pohon yang cocok untuk
ditanam dan memiliki banyak manfaat pada jalur hijau. Seperti pohon Mahoni
(Switenia macrophylla ), pohon ini cocok dijadikan sebagai pohon peneduh jalan
karena mampu tumbuh hingga puluhan tahun, tidak mudah terkena hama
penyakit, tidak mudah tumbang dengan struktur kayu yang kuat, tumbuh lurus ke
atas dengan tajuk tinggi di atas batas ketinggian kendaraan. Menurut Dahlan
(2007), mahoni(Switenia macrophylla)memiliki daya serap yang cukup tinggi
yaitu 295,73 kg CO2/pohon/tahun.
Begitu juga dengan pohon Angsana (Pterocarpus indicus) yang
merupakan salah satu jenis yang cepat tumbuh, sebagai penyerap polusi yang
baik, berfungsi juga sebagai peneduh dan pemecah angin.Palem raja (Oreodoxa
regia) sebagai jenis yang paling banyak ditanam memiliki fungsi sebagai
pengarah pandang pada jalan.Terlebih dengan jenis pohon yang tumbuh tegak
lurus ke atas tanpa memiliki ranting, sehingga aman bagi kendaraan bermotor
yang tinggi serta jenis yang tidak mudah tumbang.
Jenis yang ditanam di jalur hijau Kota Medan termasuk ke dalam jenis
yang memiliki kriteria tanaman tepi jalan dan kriteria tanaman daerah tikungan
atau persimpangan menurut Direktorat Jenderal Bina Mrga (1996).Jenis tanaman
di Kota Medan memiliki fungsi sebagai pohon peneduh, penyerap polusi udara,
34
dan pembentuk pandangan.Jenis tanaman yang memiliki fungsi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis tanaman dan fungsinya pada jalur hijau
Fungsi tanaman menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996)
Jenis Tanaman pada jalur hijau Kota Medan
Tepi Jalan
1. Peneduh Kerai Payung(Filicium decipiens) Tanjung (Mimuspos elengi) Angsana (Pterocarpus indicus) 2. Penyerap Polusi Udara Angsana (Pterocarpus indicus)
Akasia ( Accacia mangium) 3. Penyerap Kebisingan Kerai Payung(Filicium decipiens)
Tanjung (Mimuspos elengi) 4. Pemecah Angin Cemara (Casuarina eq uisetifolia)
Angsana (Pterocarpus indicus) Kerai Payung(Filicium decipiens) 5. Pembatas Pandang Bambu (Bambusa sp)
Cemara (Casuarina eq uisetifolia) Median
1. Penahan Silau Kendaraan Bougenvil (Bougenville sp)
Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis) Nusa indah (Mussaenda sp)
Tikungan/Persimpangan
1. Pengarah Pandang Cemara (Casuarina eq uisetifolia) Mahoni (Switenia mahagoni) Palem Raja (Oreodoxa regia) 2. Pembentuk Pandangan Cemara (Casuarina eq uisetifolia)
Palem Raja (Oreodoxa regia) Bambu (Bambusa sp)
Glodokan (Polyalthea longifolia)
Pada dasarnya tanaman yang ditanam di jalur hijau memiliki persyaratan
tertentu sehingga tidak sembarangan dalam menanam tanaman di jalur hijau baik
pada tepi jalan, media ataupun tikungan. Persyaratan utama dalam memilih jenis
dalam perawatan, batang atau percabangan tidak mudah patah, daun tidak mudah
rontok dan juga mempertimbangkan faktor keamanan, keselamatan dan
kenyamanan pengendara maupun pengguna jalan (Direktorat Jenderal Bina Marga
(1996).Tanaman jalan sebaiknya tahan terhadap hembusan angin lemah sampai
sedang, ukuran buah tidak besar, teduh, serasah sedikit, tidak terlalu gelap,
mampu menyerap polusi dan emisi kendaraan bermotor serta debu dan memiliki
nilai estetika (Dahlan, 2004).
Hasil yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa terdapat jalur hijau
yang memiliki tanaman pada tepi dan median jalan.Tetapi ada juga jalan yang
hanya memiliki tanaman pada tepi jalan saja.Pada jalur median jalan berfungsi
sebagai pengarah jalan, pembentuk pandangan dan penahan silau lampu
kendaraan.Sedangkan pada tepi jalan, tanaman berfungsi sebagai penyerap polusi,
peneduh, peredam kebisingan dan pemecah angin.
Komposisi jenis dan Kerapatan Tanaman
Jenis tanaman, diameter tanaman dan jumlah tanaman telah diketahui pada
tiap jalur penelitian.Sehingga berdasarkan data-data yang diperoleh, yang berupa
jumlah jenis tanaman per jalur dan luas jalur, dapat diketahui bagaimana
komposisi jenis tanaman dan kerapatan tanaman per jalur hijau di Kota Medan.
Data komposisi jenis digunakan untuk mengetahui jenis-jenis apa saja
yang ada pada suatu jalur dengan luasan tertentu. Semakin banyak jenis tanaman
di areal tersebut, maka komposisi jenis penyusun jalurnya pun akan semakin
banyak juga. Sedangkan semakin sedikit jenis penyusun di areal tersebut, maka
komposisi jenis penyusunnya juga akan semakin sedikit juga. Data kerapatan
36
satu dengan tanaman yang lainnya.Semakin banyak individu tanaman pada satu
jalur maka semakin rapat tanaman pada jalur tersebut. Namun bila semakin sedikit
jumlah individu tanaman pada luasan jalur tertentu maka akan semakin jarang
tingkat kerapatan tanaman pada jalur hijau tersebut. Hasil perhitungan komposisi
jenis dan kerapatan tanaman serta kategorinya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi jenis dan kerapatan serta kategorinya per jalur hijau
No Kecamatan Jalur Hijau Komposisi Jenis (%)
Kategori Kerapatan (ind/ha)
Kategori
1. Medan Baru Jl. Setia Budi 3,26 Sangat sedikit
230,57 Sangat rapat
2. Medan Kota Jl. Ahmad
211,76 Sangat rapat
7. Medan Timur Jl.Amir Hamzah
4,89 Sangat sedikit
223,43 Sangat rapat
8. Medan Barat Jl. Adam Malik 25 Sedikit 65,53 Rapat
Rata-Rata 6,58 203.26
Komposisi jenis tanaman yang ada tiap jalur termasuk kategori sangat
sedikit hingga sedikit yaitu rata-rata 6,58%. Sedangkan kerapatan tanaman per
jalur termasuk kategori agak jarang sampai sangat rapat.Walaupun kategori sangat
rapat merupakan kategori yang sangat mendominasi pada jalur hijau penelitian
tersebut. Rata-rata kerapatan individu/ha adalah 203 ind/ha yang merupakan
termasuk dalam kategori sangat rapat.
Kerapatan tanaman tiap jalur berbeda-beda sebab hal ini dipengaruhi oleh
jumlah tanaman dan luas areal.Sekelompok pepohonan yang ditanam dengan
kerapatan tinggi merupakan perlindungan karena dapat mengurangi suhu udara
tanaman berfungsi sebagai penahan panas, sehingga suhu di bawah tajuknya
menjadi lebih hangat dibandingkan suhu udara di atas permukaan tanah tanpa
vegetasi atau tanah terbuka.
Pada jalur hijau penelitian, kerapatan tanaman berkisar antara agak jarang
hingga sangat rapat. Jalur dengan tingkat kerapatan sangat jarang terdapat pada
jalur hijau jalan Ahmad yani Kecamatan Medan Barat dengan nilai 21,25 ind/ha.
Jalur dengan tingkat kerapatan rapat terdapat pada jalur hijau jalan Gaharu
Kecamatan Medan Timur dengan nilai 70,78 ind/Ha. Pada kedua jalur ini jumlah
tanaman yang ada sangat sedikit dibandingkan jalur lain dan jarak antar
tanamannya sangat berjarak sehingga kerapatannya masih berkisar antara agak
jarang dan rapat.
Sedangkan pada jalur hijau lainnya, kerapatan tanamannya termasuk
kategori sangat rapat. Jalur hijau dengan tingkat kerapatan paling tinggi adalah
pada jalur hijau jalan Setia budi Kecamatan Medan Selayang dengan nilai 230,57
ind/Ha. Banyaknya jalur dengan kategori sangat rapat dikarenakan beberapa hal,
antara lain jalur tersebut memiliki luasan yang kecil namun dengan jumlah
tanaman yang banyak sehingga kerapatan tanamannya sangat rapat. Selain itu ada
juga jalur hijau yang memang luasannya besar dan kerapatan tanamannya
termasuk dalam kategori sangat rapat.Contohnya pada jalur hijau jalan Kapten
Muslim Kecamatan Medan Helvetia yang memang jalur hijau ini memiliki tiga
baris tanaman pada kedua tepi dan mediannya sehingga kerapatan tanamannya
tergolong sangat rapat.
Berbagai jenis pohon menggambarkan nilai kerapatan pohon. Semakin
38
Karena pohon menyerap panas dari sinar matahari. Sehingga akan memberikan
udara sejuk di bawah tajuk pohon. Dan juga sebaliknya semakin rendah tingkat
kerapatan pohon maka akan sedikit mengurangi energi radiasi matahari.
Keberadaan pohon akan memberikan iklim mikro yang sejuk bagi masyarakat
kota.
Biomassa, Simpanan Karbon dan Serapan CO2
Setiap jenis tanaman memiliki nilai titik pohon di jalur hijauyang
berbeda-beda.Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada penelitian ini dilakukan
penghitungan biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 pada berbagai jalur
hijau di jalan arteri sekunder kota Medan. Nilai biomassa, simpanan karbon dan
serapan CO2dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 di berbagai jalur hijau
Kecamatan Jalur Luas Jalur
(Ha) Keterangan: * jalur dengan nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 terbesar.
** Jalur dengan nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 terkecil.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil
bahwa nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 tertinggi terdapat pada
jalur hijau jalan Kapten Muslim Kecamatan Medan Petisah yaitu nilai
dan nilai serapan CO2nya sebesar 378,81 TonCO2/Ha. Nilai biomassa yang tinggi
maka akan diikuti dengan nilai simpanan karbon dan nilai serapan CO2 yang
tinggi juga. Sedangkan nilai biomassa, simpanan karbon, serapan CO2 terendah
terdapat pada jalan pemuda Kecamatan Medan Maimun dengan nilai
berturut-turut yaitu 6,62 Ton/Ha, 3,05 TonC/Ha dan 11,17 TonCO2/Ha.
Faktor yang mempengaruhi nilai titik pohon di jalur hijauadalah diameter
tanaman, banyaknya jumlah tanaman dan nilai berat jenis tanaman
tersebut.Semakin besar diameter suatu tanaman maka semakin besar juga niali
biomassanya.Nilai berat jenis tanaman yang tinggi juga sangat berpengaruh
terhadap nilai biomassa yang besar dan juga semakin banyak jumlah tanamannya
maka semakin besar juga nilai biomassanya.
Sesuai dengan pernyataan Adinugroho (2011) yang menyatakan bahwa
rata-rata cadangan karbon tidak hanya dipengaruhi oleh satu parameter saja, tetapi
juga dipengaruhi oleh diameter tanaman, keanekaragaman jenis tanaman,
kerapatan individu yang secara bersama-sama parameter tersebut memberikan
kontribusi dalam besarnya nilai cadangan karbon suatu tegakan. Semakin besar
diameter pohon yang didukung dengan jumlah yang banyak maka potensi
cadangan karbonnya semakin besar.
Selain hal tersebut menurut pernyataan Maulana (2009) bahwa tingginya
nilai potensi simpanan karbon lebih dipengaruhi oleh faktor diameter dan berat
jenis vegetasinya. Tipe hutan dengan sebaran komposisi berat jenis yang tinggi
maka akan cenderung mempunyai nilai simpanan karbon yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sebaran jenis pohon yang banyak tapi memiliki diameter
40
memberikan inormasi yang penting dalam memberikan informasi dalam
pendugaan simpanan karbon dan serapan CO2
Peta sebaran titik pohon
Setelah diperoleh nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 per
jalur hijau penelitian, maka dibuatlah peta sebaran titik pohonyang dibuat
berdasarkan titik tanaman yang diambil dari lapangan.Peta Penyebaran titik pohon
dapat dilihat dari gambar 3.
Gambar 3.Peta titik sebaran jalur hijau di delapan titik.
Dari peta diatas maka di buatlah peta yang menunjukan nilai biomassa dari tiap jalur, simpanan karbon yang terdapat dari tiap jalur hijau, dan besarnya
M
PETA TITIK SEBARAN JALUR HIJAU,
KETERANGAN Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara
Mei -2016
Dinas Tata Ruang da n Tata Bangun an Kota Medan , 2015
serapan karbon yang di tampung oleh jalur hijau. Peta dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 4.Peta Nilai biomassa di delapan jalur hijau.
Bila kita melihat peta Pada jalur hijau jalan maka kita dapat melihat kerapatan dan besaran jalur hijau yang terdapat pada delapan jalur hijau yang ditelit.Besarnya biomassa tidak hanya dipengaruhi oleh banyaknya pohon di suatu area tersebut namun juga dipengaruhi oleh jenis tanaman, diameter tanaman dan kondisi tanaman tersebut. Bila kita melihat penyebaran pohon dai tiap jalur pada lampiran 5. Maka kita akan semakin melihat kerapatan dan gerombolan tanaman
PETA NILAI BIOMASSA JALUR HIJAU
KETERANGAN Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara
Mei -2016
42
serta pemanfaatan bagian kiri, kanan, dan median jalan. Jumlah simpanan karbon dan daya serap karbon berbanding lurus dengan nilai biomassa yaitu semakin besar nilai biomassa maka semakin besar juga nilai simpanan karbon dan daya serap karbonnya.Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 5 dan gambar 6.
Gambar 5.Peta Simpanan karbon di delapan jalur hijau.
PETA SIMPANAN KARBON JALUR HIJAU
Keterangan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara
Mei -2016
Gambar 8.Peta daya serap CO2 di delapan jalur hijau..
Setelah melihat dari 8 jalur hijau pada peta maka dapat kita simpulkan bahwa jalur hijau di jalan arteri sekunder di kota medan sudah sesuai dengan peruntukan dari jenis tanaman yang di tanam di jalur hijau yaitu jenis yang paling
sering di tanam dijalur hijau ialah Angsana (Pterocarpus
indicus),Mahoni(Swetenia Macrophylla), dan Palem Raja (oreodoxa regia). Hal
PETA DAYA SERAP CO2 JALUR HIJAU
Keterangan Jurusan Manajemen Hutan Universitas Sumatera Utara
Mei -2016
44
ini sesuai dengan fungsi tanaman pada jalur hijau menurut Jenderal Bina Marga yang terdapat pada tabel.5.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemilihan jenis tanaman di jalur hijau sudah sesuai untuk peruntukannya
yaitu sebagai peneduh, penyerap polusi, penyerap kebisingan, dan
pemecah angin
2. Pemanfaatan jalur hijau belum dilakukan secara maksimal karena
dibeberapa jalur hijau yang diteliti masih memiliki kerapatan yang sangat
jarang yaitu daerah Ahmad yani, dan adanya jalur hijau yang hanya
ditanami bagian mediannya saja.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjuta untuk menghitung simpanan karbon di
daerah yang belum diteliti agar diketahui jumlah keseluruhan cadangan karbon
dan luasan jalur hijau di kota medan sehingga diketahui apakah proporsi jalur
16
TINJAUAN PUSTAKA
Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka
(open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan
vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak
langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,
kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi (a)
bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH non
alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga,
pemakaman, berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasi-fikasi menjadi (a)
bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor,
linear), berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi
menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan perindustrian, (c) RTH
kawasan permukiman, (d) RTH kawasan per-tanian, dan (e) RTH
kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah. Status
kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang
berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh peme-rintah
(pusat, daerah), dan (b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi
pada lahan-lahan milik privat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05
tahun 2008).
Menurut Peraturan Daerah Kota Medan No.13 tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan bahwa ruang terbuka hijau adalah area
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami meupun yang
sengaja di tanam, sedangkan ruang terbuka non hijau yang disingkat RNTH
adalah ruang terbuka diwilayah perkotaan yang tidak termaksud dalam kategori
RTH, berupa lahan yang diperkeras dan badan air.
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai
berikut:
• ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat;
• proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang
terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka
hijau privat;
• apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah
memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku,
maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
• Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan
ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan
ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat
meningkatkan nilai estetika kota.
Berdasarkan peraturan Daerah Kota Medan No. 13 tahun 2011 tentang
rencana tata ruang Wilayah Kota Medan 2011-2031 pasal 38 ayat 1 hingga 11
menyatakan bahwa kawasan RTH ditetapkan seluas minimum 30,85% yang
meliputi:
a. RTH kawasan wisata
18
c. RTH taman kota
d. RTH Tempat pemakaman umum
e. RTH jalur hijau jalan
f. RTH jalur pejalan kaki
g. RTH atap bangunan
h. Lapangan olahraga.
Hutan Kota
Menurut Dahlan (2004) berbagai kegiatan di perkotaan baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak seperti kendaraan bermotor, rumah tangga,
hotel, industri, dan kegiatan lainnya membutuhkan energi penggerak dan pemanas
yang sebagian diperoleh dari pembakaran bahan bakar fosil seperti solar, minyak
tanah dan batu bara. Proses pembakaran akan menghasilkan gas CO2. Keberadaan
gas CO2 di perkotaan akhir-akhir ini mengalami peningkatan konsentrasi di udara
ambien yang sangat berarti.Bahaya paling utama dari peningkatan CO2 di udara
adalah terjadinya peningkatan suhu udara bumi secara global melalui efek rumah
kaca.
Ogawa (1991) dalam Gusmalina (1995) melaporkan bahwa konsentrasi
CO2 selama 250 tahun terakhir (sejak tahun 1974) naik dari 280 ppm sampai 350
ppm, dan diperkirakan dalam 100 tahun mendatang (sekitar tahun 2090) terjadi
kenaikan konsentrasi CO2 dua kali lipat akan mengakibatkan peningkatan suhu
permukaan bumi yang pada akhirnya akan mengakibatkan mencairkan es
sehingga meningkatkan volume air laut. Penambahan volume ini berkisar antara
50-80 cm. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di khatulistiwa tidak
Pengaruh itu akan dirasakan di daerah delta yang rendah, daerah pasang surut,
kota-kota yang permukaan tanahnya rendah serta yang terletak di pinggiran
Hutan kota merupakan penyerap CO2 yang cukup penting. Tanaman
hutan kota baik di dalam maupun di luar kota akan menyerap gas CO2 melalui
fotosintesis. Fotosintesis adalah suatu proses penangkapan energi sinar matahari
oleh klorofil dan kemudian diubah menjadi energi kimia (Fakuara 1987). Proses
utama dari fotosintesis adalah terbentuknya karbohidrat yang merupakan energi
bagi proses-proses fisiologis tanaman. Selain itu dihasilkannya O2 yang sangat
diperlukan oleh seluruh makhluk hidup di dunia pernapasan.
Menurut Brown (1976) jumlah karbon yang ditambat melalui proses
fotosintesis tiap tahunnya diperkirakan berkisar antara 70-120 trilyun ton dan
diperkirakan sekitar duapertiga dari produktuvitas ini terjadi di daratan, dan
sepertiga terjadi di laut dan samudera. Dengan demikian keberadaan tumbuhan di
wilayah perkotaan sangat diperlukan dalam menyerap gas CO2 dan mengatasi
efek rumah kaca.
Jalur Hijau Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk
bagi
bawah permukaa
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Jalur hijau, adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap
20
ruang pengawasan jalan (RUWASJA).Sering disebut jalur hijau karena dominasi
elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.
Pohon peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan
tinggi, jalur hijau di tepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam kota
atau di luar kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai hutan kota guna
diperoleh manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Tanaman yang
ditanam pada daerah di bawah jalur kawat listrik dan telepon diusahakan yang
rendah saja, atau boleh saja dengan tanaman yang dapat menjulang tinggi, namun
pada batas ketinggian tertentu harus diberikan pemangkasan.Jalur hijau di tepi
jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman
yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis
diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari
badan jalan.Sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan
tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh
kendaraan bermotor.
Permen PU No.5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan dapat menjadi acuan
kita dalam memilih jenis tanaman yang sesuai bagi jalur hijau jalan.Sebagai
COntoh Tanaman yang akan dipilih sebagai tanaman untuk penyerap polusi udara
harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
a) terdiri dari pohon, perdu/semak;
b) memiliki kegunaan untuk menyerap udara;
c) jarak tanam rapat;
e) sitem perakaran masuk kedalam tanah tidak
f) merusak konstruksi jalan dan bangunan
g) fase anakan tumbuh cepat tetapi tumbuh lambat
h) pada fase dewasa
i) ukuran dewasa sesuai ruang yang tersedia
j) batang/ percabangan tidak mudah patah
k) daun tidak mudah gugur/rontok
Jenis tanamanHutan Kota
Dalam memilih jenis tanaman untuk pembangunan hutan kota, direkomendasikan dipilih jenis tanaman pohon hutan, serta disesuaikan dengan bentuk dan tipe penghijauan kota. Secara umum, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih pohon untuk penghijauan kota antara lain :
a. Mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak mudah tumbang dan tidak mudah menggugurkan ranting dan daun.
b. Mampu tumbuh di tempat terbuka di berbagai jenis tanah c. Pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap gangguan fisik d. Tidak memerlukan perawatan yang intensif
e. Berumur panjang
f. Tahan terhadap kekurangan air
g. Pohon-pohon langka dan unggulan setempat
h. Pohon-pohon penghasil bunga/buah/biji yang bernilai ekonomis
i. Pohon-pohon yang teduh, indah, penghasil buah yang disenangi burung, kupu-kupu dan sebagainya
j. Pohon-pohon yang mempunyai evapotranspirasi rendah untuk daerah yang bermasalah dengan menipisnya air tanah dan intrusi air laut.
k. Pohon-pohon yang dapat berfungsi mengurangi abrasi untuk daerah pantai. (Permenhut 2004).
Berdasarkan literature dari Setiawan et.alBeberapa jenis tanaman yang dianjurkan sebagai tanaman untuk jalur hijau ialah:
22
Fungsi Eucalyptus,selain sebagai penyaringan panas sinar matahari di
jalan keberadaan pohon ini juga sangat bermanfaat untuk menjaga keseimbangan
kadar oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2), mengurangi polutan, dan meredam
kebisingan. Selain itu, berfungsi juga untuk menambah nilai estetika dan keasrian
kota sehingga berdampak positif terhadap kualitas lingkungan dan kehidupan
masyarakat.
Pohon Angsana:
Pohon dan vegetasi memberikan keindahan dan manfaat bagi penduduk
kota. Pohon-pohon di sepanjang jalan dan di taman, di sekitar rumah dan bisnis
dan di daerah alam di seluruh kota memberikan peningkatan kualitas udara dan
air, penghematan dari penurunan pemanasan dan pendinginan biaya dan
peningkatan nilai properti dijual kembali. Penghijauan Perkotaan memberikan
kesempatan untuk rekreasi dan membuat lingkungan lebih menyenangkan.Hutan
kota dengan perakaran tanaman dan serasah mampu menyerap kelebihan air pada
musim hujan sehingga dapat mencegah terjadinya banjir dan menjaga kestabilan
air tanah, khususnya pada musim kemarau. Hujan yang mengandung H2SO4 atau
HNO3 apabila jatuh di permukaan daun akan mengalami reaksi.
Pohon Mahoni
Phon ini sering kita jumpai di pinggir jalan raya protokol,pemerintah
sering mempergunakan pohon ini sebagai tempat pemberhentian mobil.Fungsi
alami dari pohon ini :Menurut Ir Sobirin, dewan Pakar DPKLTS (Dewan
Pemerhati Kehutanan dan lingkungan Tatar Sunda), Pohon adalah makhluk hidup
yang tidak bisa berjalan tetapi memberikan peran yang signifikan bagi mahluk
1. Menghasilkan oksigen 1,2 kg/pohon/hari
2. Membuat teduh/ sejuk, menyerap panas 8x lebih banyak
3. Menjaga kelembaban, menguapkan ¾ air hujan ke atmosfir
4. Menyerap debu
5. Mengundang burung
6. .Membuat keindahan.
Hasil-Hasil Penelitian yang Terkait
Berdasarkan hasil penelitian BPKH Wilayah XI Jawa-Madura yang
bekerja sama dengan Forest Governance and Multistakeholder Forestry
Programme (MFP II) tahun 2009 diperoleh kesimpulan bahwa perkalian antara
diameter batang setinggi dada kuadrat dan tinggi total pohon (D2.H) merupakan prediktor yang sangat baik untuk menaksir kandungan biomassa di atas
permukaan tanah, terutama untuk jenis-jenis pohon yang tumbuh di hutan rakyat.
Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) yang masih di atas 84% variasi kandungan biomassa pohon yang dapat diteliti dapat dijelaskan oleh
variabel diameter batang setinggi dada dan tinggi total pohon.
Hasil penelitian Combalicer et al (2011) pada penghitungan karbon di
Filiphina memperoleh hasil bahwa dari ketiga jenis tanaman yang dihitung
biomassa total permukaanya, yaitu jenis Acacia mangium, Acacia auriculiformis,
dan Pterocarpus indicus, nilai biomassa dan karbonnya lebih tinggi pada tegakan
umur 20 tahun daripada tegakan berumur 10 tahun. Nilai biomassa dan karbon
12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global merupakan isu pokok yang membawa dampak
terjadinya perubahan iklim yang mempengaruhi kehidupan di bumi.Pemanasan
global terjadi karena peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di lapisan
atmosfer bumi. Atmosfer lebih banyak menerima dibandingkan melepaskan
karbon, akibat dari pembakaran bahan bakar fosil, kendaraan bermotor dan mesin
industri, sehinggan karbon terakumulasi (IPCC, 2001).Dampak dari pemanasan
global ini adalah perubahan iklim global yang diakibatkan ketidakstabilan
atmosfir dilapisan bawah terutama yang dekat dengan permukaan bumi.(Susandi
et.al, 2008)
Green belt merupakan faktor pengontrol tingkat polusi.Kualitas hidup
manusia ditentukan dari segala aspek kehidupan, salah satu aspek terpenting
adalah kesehatan masyarakat.Kesehatan masyarakat perkotaan ditentukan oleh
kondisi lingkungan yang bersih dan bebas pencemaran, baik pencemaran air,
tanah, dan udara. Manfaat dari adanya tajuk vegetasi di green belt area adalah
menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi
udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan kota.green belt merupakan unsure
signifikan bagi suatu sistem perkotaan sebagai kontrol polusi dan menjaga
kualitas hidup masyarakat perkotaan. Jika luasan green belt semakin besar maka
kontrol polusi meningkat sehingga kualitas hidup masyarakat
meningkat.Sedangkan penurunan luasan green belt menyebabkan polusi udara
Green belt sebagai salah satu bentuk hutan kota memiliki fungsi menjaga
kelangsungan hidup bumi,yakni sebagai media yang memiliki kemampuan
mengurangi zat pencemar udara termasuk Karbon Dioksida (CO2) yang melayang
di udara dan penghasil Oksigen (O2). Disamping itu hutan memiliki fungsi dan
peran sebagai penyerap panas sehingga dapat mendinginkan bumi dan hutan kota
yang di dalamnya terdapat berbagai macam vegetasi pada saat berfotesitesis
memerlukan sinar matahari dan Karbon Dioksida (CO2) serta unsur-unsur lainnya
sehingga dengan demikian keberadaan hutan kota dapat mengurangi konsentrasi
CO2 di udara dan dapat menurunkan suhu
Green belt sebagai salah satu bentuk hutan kota memiliki fungsi menjaga
kelangsungan hidup bumi,yakni sebagai media yang memiliki kemampuan
mengurangi zat pencemar udara termasuk Karbon Dioksida (CO2) yang melayang
di udara dan penghasil Oksigen (O2). Disamping itu hutan memiliki fungsi dan
peran sebagai penyerap panas sehingga dapat mendinginkan bumi dan hutan kota
yang di dalamnya terdapat berbagai macam vegetasi pada saat berfotesitesis
memerlukan sinar matahari dan Karbon Dioksida (CO2) serta unsur-unsur lainnya
sehingga dengan demikian keberadaan hutan kota dapat mengurangi konsentrasi
CO2 di udara dan dapat menurunkan suhu. Kemampuan vegetasi untuk menyerap
atau menangkap zat-zat pencemar yang terdapat di udara dipengaruhi oleh jenis,
umur, lebar dan karakteristik daun vegetasi tersebut, vegetasi menyerap zat
pencemar di udara berupa gas buang melalui stomata dan akan mengikat
butir-butir partikel di daun. Tingkat kepadatan dan keteduhan vegetasi pada hutan kota
memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap keadaan suhu dan
14
Berdasarkan hasil sensus penduduk kota medan pada tahun 2010
berjumlah 2.109.339 jiwa yang terdiri dari 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659
perempuan. Jumlah penduduk tersebut merupakan penduduk tetap yang tinggal di
kota medan, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan lebih dari 500.000 jiwa.
Dengan Luasan kota medan seluas 265,10 km2 maka kepadatan kota medan mencapai 9.843 jiwa/km2. Perkembangan kota Medan menjadi kota metropolitan dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang sangat pesat akan
mengakibatkan penurunan kualitas udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan
bermotor,sehingga keadaan ini merupakan salah satu masalah yang perlu
ditangani(Pemko Medan,2011)
Sesuai dengan peraturan daerah (Perda) Kota Medan No.13 tahun 2011,
ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok,
yang pengunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Selain itu, adanya ruang
terbuka hijau di kawasan perkotaan merupakan sesuatu yang harus ada dalam tata
ruang kota yaitu dengan luasan sekitar 30,58% dari luas total wilayah kota Medan.
Salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang cukup efektif dalam
mengurangi emisi karbon terkhususnya emisi dari kendaraan bermotor dan sisa
industry ialah dengan jalur hijau disekitar jalan lalu lintas dan disekeliling jalan
kawasan industry. Jalur hijau dianggap memiliki kelebihan dalam menyerap CO2
daripada dalam bentuk taman karena bentuk dari jalur hijau memanjang dan
langsung besinggungan dengan sumber emisi terkhususnya emisi kendaraan
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan perhitungan dan
pemetaan terhadap biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 tanaman jalur
hijau di Kota Medan..salah satu cara untuk mengetahui simpanan karbon dan
serapan CO2dengan menghitung diameter, tinggi dan luas tajuknya serta spesies
dari tanaman tersebut di beberapa jalur hijau di kota medan, Sumatera Utara.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jenis-jenis tanaman yang ada dijalur hijau di beberapa jalan kota
medan.
2. Menghitung nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 pada jenis
tanaman dan jalur hijau jalan kota medan.
3. Memetakan penyebaran dan kerapatan jalur hijau di beberapa jalan Kota
Medan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam hal:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Kota Medan terkhususnya pihak
pertamanan untuk menanam jenis yang lebih baik dalam penyerapan karbon di
jalur hijau Kota Medan.
2. Sebagai salah satu bahan referansi bagi pihak yang membutuhkan dan menjadi
sumber informasi untuk mengetahui sebaran jalur hijau dan simpanan karbon
3
ABSTRAK
JANRI SURYA DHARMA MARBUN: Pendugaan potensi simpanan Karbon tanaman di beberapa Jalur Hijau Kota Medan bagian selatan. Dibawah bimbingan SITI LATIFAH dan PINDI PATANA.
Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang cukup efektif dalam menyerap emisi karbon dan gas polutan di sekitar jalan raya dalam kota. Tanaman yang ditanam dalam jalur hijau mempunyai kemampuan dalam menyerap emisi karbon.Karena itu perlu dilakukannya perhitungan terhadap karbon tersimpan pada berbagai jalur hijau di jalan arteri sekunder Kota Medan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung potensi karbon tersimpan pada berbagai jalur hijau di jalan arteri sekunder Kota Medan.Pengambilan sampel jalur dan sampel tanaman dilakukan dengan metode
purposive sampling dan metode sensus.Perhitungan data dilakukan dengan
menggunakan model alometrik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 jenis tanaman pada jalur hijau penelitian dengan jenis yang paling mendominasi adalah Angsana
(Pterocarpus indicus).Nilai karbon tersimpan yang tertinggi berdasarkan jenis
tanaman terdapat pada tanaman Angsana (Pterocarpus indicus) dengan total nilai karbon tersimpan di 8 jalur yaitu 672,79 Ton C/Ha atau rata-rata 84,10 Ton C/Ha. Nilai simpanan karbon tertinggi berdasarkan jalur hijau penelitian terdapat pada jalur Amir Hamzah, Kecamatan Medan Timur dengan nilai 219,,67 Ton C/Ha.
ABSTRACT
JANRI SURYA DHARMA MARBUN: : Estimation of Carbon Stored in Different Green Line south of Medan City. Under the Academic Supervision of SITI LATIFAH and PINDI PATANA.
Green Open Space is one of the green open spaces are quite effective in absorbing carbon emissions and pollutant gases around the highway in the city. Plants were grown in a green belt has the ability to absorb carbon emissions. Because it is necessary to do the calculation of the carbon stored in various green belt in the secondary arterial roads Medan city. The purpose of this research was to calculate the potential carbon is stored in various green belt in the secondary arterial roads Medan. Sampling lines and plant samples was conducted using purposive sampling and census methods. Calculation data using allometric models.
The results showed that there are 8 types of plants on the green belt of research of the kind that most dominating is Angsana (Pterocarpus indicus). The highest value of carbon stored by type of plant found in plant Angsana (Pterocarpus indicus) with a total value of carbon stored in the 8 green belt, namely 672,79 Ton C/Ha, or an average of 84,10 Ton C/Ha. The highest value of carbon stored by the green belt of research there is on the path to Amir Hamzah, Kecamatan Medan Timur dengan nilai 219,,67 Ton C/Ha..
1
PENDUGAAN POTENSI SIMPANAN KARBON TANAMAN DI
BEBERAPA JALUR HIJAU KOTA MEDAN BAGIAN
SELATAN
Janri S.D. Marbun SKRIPSI
111201140
Manajemen Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENDUGAAN POTENSI SIMPANAN KARBON TANAMAN DI
BEBERAPA JALUR HIJAU KOTA MEDAN BAGIAN
SELATAN
Janri S.D. Marbun SKRIPSI
111201140 /
Manajemen Hutan
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan
Unuversitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
ABSTRAK
JANRI SURYA DHARMA MARBUN: Pendugaan potensi simpanan Karbon tanaman di beberapa Jalur Hijau Kota Medan bagian selatan. Dibawah bimbingan SITI LATIFAH dan PINDI PATANA.
Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang cukup efektif dalam menyerap emisi karbon dan gas polutan di sekitar jalan raya dalam kota. Tanaman yang ditanam dalam jalur hijau mempunyai kemampuan dalam menyerap emisi karbon.Karena itu perlu dilakukannya perhitungan terhadap karbon tersimpan pada berbagai jalur hijau di jalan arteri sekunder Kota Medan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung potensi karbon tersimpan pada berbagai jalur hijau di jalan arteri sekunder Kota Medan.Pengambilan sampel jalur dan sampel tanaman dilakukan dengan metode
purposive sampling dan metode sensus.Perhitungan data dilakukan dengan
menggunakan model alometrik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 jenis tanaman pada jalur hijau penelitian dengan jenis yang paling mendominasi adalah Angsana
(Pterocarpus indicus).Nilai karbon tersimpan yang tertinggi berdasarkan jenis
tanaman terdapat pada tanaman Angsana (Pterocarpus indicus) dengan total nilai karbon tersimpan di 8 jalur yaitu 672,79 Ton C/Ha atau rata-rata 84,10 Ton C/Ha. Nilai simpanan karbon tertinggi berdasarkan jalur hijau penelitian terdapat pada jalur Amir Hamzah, Kecamatan Medan Timur dengan nilai 219,,67 Ton C/Ha.
ABSTRACT
JANRI SURYA DHARMA MARBUN: : Estimation of Carbon Stored in Different Green Line south of Medan City. Under the Academic Supervision of SITI LATIFAH and PINDI PATANA.
Green Open Space is one of the green open spaces are quite effective in absorbing carbon emissions and pollutant gases around the highway in the city. Plants were grown in a green belt has the ability to absorb carbon emissions. Because it is necessary to do the calculation of the carbon stored in various green belt in the secondary arterial roads Medan city. The purpose of this research was to calculate the potential carbon is stored in various green belt in the secondary arterial roads Medan. Sampling lines and plant samples was conducted using purposive sampling and census methods. Calculation data using allometric models.
The results showed that there are 8 types of plants on the green belt of research of the kind that most dominating is Angsana (Pterocarpus indicus). The highest value of carbon stored by type of plant found in plant Angsana (Pterocarpus indicus) with a total value of carbon stored in the 8 green belt, namely 672,79 Ton C/Ha, or an average of 84,10 Ton C/Ha. The highest value of carbon stored by the green belt of research there is on the path to Amir Hamzah, Kecamatan Medan Timur dengan nilai 219,,67 Ton C/Ha..
5
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Onanganjang pada tanggal 7 Januari 1993 dari ayah
Hamzah Marbun dan Ibu Merry simarmata.Penulis merupakan anak ketiga dari
Lima bersaudara.
Pendidikan formal penulis dimulai dari SDS Wahidin Bagansiapi-api pada
tahun 1999 – 2005, kemudian dilanjutkan di SMPS Wahidin Bagansiapi-api pada
tahun 2005 – 2008, lalu dilanjutkan di SMA Negeri 1 Bangko Bagansiapi-api
pada tahun 2008 – 2011. Pada Tahun 2011, penulis diterima di program studi
Manajemen Hutan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur
Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis telah melaksanakan Praktek
Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2013 di Taman Hutan Raya
Bukit Barisan dan Hutan Pendidikan USU Tongkoh, Kabupaten Karo, Provinsi
Sumatera Utara. Kemudian pada tahun 2015, penulis melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Toba Pulp Lestari Estate Aerraja Parmonangan selama satu
bulan.
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Sumatera Utara, penulis
mengikuti beberapa organisasi dan komunitas seperti Himpunan Mahasiswa Sylva
(HIMAS) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Fakultas