• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka

(open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan

vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman, berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasi-fikasi menjadi (a) bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor,

linear), berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi

menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan perindustrian, (c) RTH kawasan permukiman, (d) RTH kawasan per-tanian, dan (e) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah. Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh peme-rintah (pusat, daerah), dan (b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 tahun 2008).

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan No.13 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan bahwa ruang terbuka hijau adalah area memanjang aatau jalur dan atau mengelompok, yang pengunaannya lebih bersifat

terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami meupun yang sengaja di tanam, sedangkan ruang terbuka non hijau yang disingkat RNTH adalah ruang terbuka diwilayah perkotaan yang tidak termaksud dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras dan badan air.

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:

ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat; proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang

terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat;

apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah

memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.

Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan

ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.

Berdasarkan peraturan Daerah Kota Medan No. 13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang Wilayah Kota Medan 2011-2031 pasal 38 ayat 1 hingga 11 menyatakan bahwa kawasan RTH ditetapkan seluas minimum 30,85% yang meliputi:

a. RTH kawasan wisata b. RTH hutan kota

18

c. RTH taman kota

d. RTH Tempat pemakaman umum e. RTH jalur hijau jalan

f. RTH jalur pejalan kaki g. RTH atap bangunan h. Lapangan olahraga. Hutan Kota

Menurut Dahlan (2004) berbagai kegiatan di perkotaan baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak seperti kendaraan bermotor, rumah tangga, hotel, industri, dan kegiatan lainnya membutuhkan energi penggerak dan pemanas yang sebagian diperoleh dari pembakaran bahan bakar fosil seperti solar, minyak tanah dan batu bara. Proses pembakaran akan menghasilkan gas CO2. Keberadaan gas CO2 di perkotaan akhir-akhir ini mengalami peningkatan konsentrasi di udara ambien yang sangat berarti.Bahaya paling utama dari peningkatan CO2 di udara adalah terjadinya peningkatan suhu udara bumi secara global melalui efek rumah kaca.

Ogawa (1991) dalam Gusmalina (1995) melaporkan bahwa konsentrasi CO2 selama 250 tahun terakhir (sejak tahun 1974) naik dari 280 ppm sampai 350 ppm, dan diperkirakan dalam 100 tahun mendatang (sekitar tahun 2090) terjadi kenaikan konsentrasi CO2 dua kali lipat akan mengakibatkan peningkatan suhu permukaan bumi yang pada akhirnya akan mengakibatkan mencairkan es sehingga meningkatkan volume air laut. Penambahan volume ini berkisar antara 50-80 cm. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di khatulistiwa tidak akan terlepas dari pengaruh pemanasan global dan perubahan iklim tersebut.

Pengaruh itu akan dirasakan di daerah delta yang rendah, daerah pasang surut, kota-kota yang permukaan tanahnya rendah serta yang terletak di pinggiran

Hutan kota merupakan penyerap CO2 yang cukup penting. Tanaman hutan kota baik di dalam maupun di luar kota akan menyerap gas CO2 melalui fotosintesis. Fotosintesis adalah suatu proses penangkapan energi sinar matahari oleh klorofil dan kemudian diubah menjadi energi kimia (Fakuara 1987). Proses utama dari fotosintesis adalah terbentuknya karbohidrat yang merupakan energi bagi proses-proses fisiologis tanaman. Selain itu dihasilkannya O2 yang sangat diperlukan oleh seluruh makhluk hidup di dunia pernapasan.

Menurut Brown (1976) jumlah karbon yang ditambat melalui proses fotosintesis tiap tahunnya diperkirakan berkisar antara 70-120 trilyun ton dan diperkirakan sekitar duapertiga dari produktuvitas ini terjadi di daratan, dan sepertiga terjadi di laut dan samudera. Dengan demikian keberadaan tumbuhan di wilayah perkotaan sangat diperlukan dalam menyerap gas CO2 dan mengatasi efek rumah kaca.

Jalur Hijau Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagi bawah permukaa kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Jalur hijau, adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam

20

ruang pengawasan jalan (RUWASJA).Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.

Pohon peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan tinggi, jalur hijau di tepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam kota atau di luar kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai hutan kota guna diperoleh manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Tanaman yang ditanam pada daerah di bawah jalur kawat listrik dan telepon diusahakan yang rendah saja, atau boleh saja dengan tanaman yang dapat menjulang tinggi, namun pada batas ketinggian tertentu harus diberikan pemangkasan.Jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan.Sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.

Permen PU No.5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan dapat menjadi acuan kita dalam memilih jenis tanaman yang sesuai bagi jalur hijau jalan.Sebagai COntoh Tanaman yang akan dipilih sebagai tanaman untuk penyerap polusi udara harus mempunyai kriteria sebagai berikut:

a) terdiri dari pohon, perdu/semak;

b) memiliki kegunaan untuk menyerap udara; c) jarak tanam rapat;

e) sitem perakaran masuk kedalam tanah tidak f) merusak konstruksi jalan dan bangunan

g) fase anakan tumbuh cepat tetapi tumbuh lambat h) pada fase dewasa

i) ukuran dewasa sesuai ruang yang tersedia j) batang/ percabangan tidak mudah patah k) daun tidak mudah gugur/rontok

Jenis tanamanHutan Kota

Dalam memilih jenis tanaman untuk pembangunan hutan kota, direkomendasikan dipilih jenis tanaman pohon hutan, serta disesuaikan dengan bentuk dan tipe penghijauan kota. Secara umum, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih pohon untuk penghijauan kota antara lain :

a. Mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak mudah tumbang dan tidak mudah menggugurkan ranting dan daun.

b. Mampu tumbuh di tempat terbuka di berbagai jenis tanah c. Pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap gangguan fisik d. Tidak memerlukan perawatan yang intensif

e. Berumur panjang

f. Tahan terhadap kekurangan air

g. Pohon-pohon langka dan unggulan setempat

h. Pohon-pohon penghasil bunga/buah/biji yang bernilai ekonomis

i. Pohon-pohon yang teduh, indah, penghasil buah yang disenangi burung, kupu-kupu dan sebagainya

j. Pohon-pohon yang mempunyai evapotranspirasi rendah untuk daerah yang bermasalah dengan menipisnya air tanah dan intrusi air laut.

k. Pohon-pohon yang dapat berfungsi mengurangi abrasi untuk daerah pantai. (Permenhut 2004).

Berdasarkan literature dari Setiawan et.alBeberapa jenis tanaman yang dianjurkan sebagai tanaman untuk jalur hijau ialah:

22

Fungsi Eucalyptus,selain sebagai penyaringan panas sinar matahari di jalan keberadaan pohon ini juga sangat bermanfaat untuk menjaga keseimbangan kadar oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2), mengurangi polutan, dan meredam kebisingan. Selain itu, berfungsi juga untuk menambah nilai estetika dan keasrian kota sehingga berdampak positif terhadap kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat.

Pohon Angsana:

Pohon dan vegetasi memberikan keindahan dan manfaat bagi penduduk kota. Pohon-pohon di sepanjang jalan dan di taman, di sekitar rumah dan bisnis dan di daerah alam di seluruh kota memberikan peningkatan kualitas udara dan air, penghematan dari penurunan pemanasan dan pendinginan biaya dan peningkatan nilai properti dijual kembali. Penghijauan Perkotaan memberikan kesempatan untuk rekreasi dan membuat lingkungan lebih menyenangkan.Hutan kota dengan perakaran tanaman dan serasah mampu menyerap kelebihan air pada musim hujan sehingga dapat mencegah terjadinya banjir dan menjaga kestabilan air tanah, khususnya pada musim kemarau. Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila jatuh di permukaan daun akan mengalami reaksi.

Pohon Mahoni

Phon ini sering kita jumpai di pinggir jalan raya protokol,pemerintah sering mempergunakan pohon ini sebagai tempat pemberhentian mobil.Fungsi alami dari pohon ini :Menurut Ir Sobirin, dewan Pakar DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan dan lingkungan Tatar Sunda), Pohon adalah makhluk hidup yang tidak bisa berjalan tetapi memberikan peran yang signifikan bagi mahluk yang berjalan, beberapa fungsi pohon di atas tanah diantaranya adalah:

1. Menghasilkan oksigen 1,2 kg/pohon/hari

2. Membuat teduh/ sejuk, menyerap panas 8x lebih banyak 3. Menjaga kelembaban, menguapkan ¾ air hujan ke atmosfir 4. Menyerap debu

5. Mengundang burung 6. .Membuat keindahan.

Hasil-Hasil Penelitian yang Terkait

Berdasarkan hasil penelitian BPKH Wilayah XI Jawa-Madura yang bekerja sama dengan Forest Governance and Multistakeholder Forestry

Programme (MFP II) tahun 2009 diperoleh kesimpulan bahwa perkalian antara

diameter batang setinggi dada kuadrat dan tinggi total pohon (D2.H) merupakan prediktor yang sangat baik untuk menaksir kandungan biomassa di atas permukaan tanah, terutama untuk jenis-jenis pohon yang tumbuh di hutan rakyat. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) yang masih di atas 84% variasi kandungan biomassa pohon yang dapat diteliti dapat dijelaskan oleh variabel diameter batang setinggi dada dan tinggi total pohon.

Hasil penelitian Combalicer et al (2011) pada penghitungan karbon di Filiphina memperoleh hasil bahwa dari ketiga jenis tanaman yang dihitung biomassa total permukaanya, yaitu jenis Acacia mangium, Acacia auriculiformis,

dan Pterocarpus indicus, nilai biomassa dan karbonnya lebih tinggi pada tegakan

umur 20 tahun daripada tegakan berumur 10 tahun. Nilai biomassa dan karbon pada tegakan berumur 10 tahun adalah 91,80 Ton/Ha dan 42,10 Ton/H.

12

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanasan global merupakan isu pokok yang membawa dampak terjadinya perubahan iklim yang mempengaruhi kehidupan di bumi.Pemanasan global terjadi karena peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di lapisan atmosfer bumi. Atmosfer lebih banyak menerima dibandingkan melepaskan karbon, akibat dari pembakaran bahan bakar fosil, kendaraan bermotor dan mesin industri, sehinggan karbon terakumulasi (IPCC, 2001).Dampak dari pemanasan global ini adalah perubahan iklim global yang diakibatkan ketidakstabilan atmosfir dilapisan bawah terutama yang dekat dengan permukaan bumi.(Susandi

et.al, 2008)

Green belt merupakan faktor pengontrol tingkat polusi.Kualitas hidup

manusia ditentukan dari segala aspek kehidupan, salah satu aspek terpenting adalah kesehatan masyarakat.Kesehatan masyarakat perkotaan ditentukan oleh kondisi lingkungan yang bersih dan bebas pencemaran, baik pencemaran air, tanah, dan udara. Manfaat dari adanya tajuk vegetasi di green belt area adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan kota.green belt merupakan unsure signifikan bagi suatu sistem perkotaan sebagai kontrol polusi dan menjaga kualitas hidup masyarakat perkotaan. Jika luasan green belt semakin besar maka kontrol polusi meningkat sehingga kualitas hidup masyarakat meningkat.Sedangkan penurunan luasan green belt menyebabkan polusi udara meningkat dan menurunkan kualitas hidup masyarakat perkotaan.

Green belt sebagai salah satu bentuk hutan kota memiliki fungsi menjaga kelangsungan hidup bumi,yakni sebagai media yang memiliki kemampuan mengurangi zat pencemar udara termasuk Karbon Dioksida (CO2) yang melayang di udara dan penghasil Oksigen (O2). Disamping itu hutan memiliki fungsi dan peran sebagai penyerap panas sehingga dapat mendinginkan bumi dan hutan kota yang di dalamnya terdapat berbagai macam vegetasi pada saat berfotesitesis memerlukan sinar matahari dan Karbon Dioksida (CO2) serta unsur-unsur lainnya sehingga dengan demikian keberadaan hutan kota dapat mengurangi konsentrasi CO2 di udara dan dapat menurunkan suhu

Green belt sebagai salah satu bentuk hutan kota memiliki fungsi menjaga

kelangsungan hidup bumi,yakni sebagai media yang memiliki kemampuan mengurangi zat pencemar udara termasuk Karbon Dioksida (CO2) yang melayang di udara dan penghasil Oksigen (O2). Disamping itu hutan memiliki fungsi dan peran sebagai penyerap panas sehingga dapat mendinginkan bumi dan hutan kota yang di dalamnya terdapat berbagai macam vegetasi pada saat berfotesitesis memerlukan sinar matahari dan Karbon Dioksida (CO2) serta unsur-unsur lainnya sehingga dengan demikian keberadaan hutan kota dapat mengurangi konsentrasi CO2 di udara dan dapat menurunkan suhu. Kemampuan vegetasi untuk menyerap atau menangkap zat-zat pencemar yang terdapat di udara dipengaruhi oleh jenis, umur, lebar dan karakteristik daun vegetasi tersebut, vegetasi menyerap zat pencemar di udara berupa gas buang melalui stomata dan akan mengikat butir-butir partikel di daun. Tingkat kepadatan dan keteduhan vegetasi pada hutan kota memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap keadaan suhu dan iklim mikro kota tersebut (Anggraeni,2005).

14

Berdasarkan hasil sensus penduduk kota medan pada tahun 2010 berjumlah 2.109.339 jiwa yang terdiri dari 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Jumlah penduduk tersebut merupakan penduduk tetap yang tinggal di kota medan, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan lebih dari 500.000 jiwa. Dengan Luasan kota medan seluas 265,10 km2 maka kepadatan kota medan mencapai 9.843 jiwa/km2. Perkembangan kota Medan menjadi kota metropolitan dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang sangat pesat akan mengakibatkan penurunan kualitas udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor,sehingga keadaan ini merupakan salah satu masalah yang perlu ditangani(Pemko Medan,2011)

Sesuai dengan peraturan daerah (Perda) Kota Medan No.13 tahun 2011, ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang pengunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Selain itu, adanya ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan merupakan sesuatu yang harus ada dalam tata ruang kota yaitu dengan luasan sekitar 30,58% dari luas total wilayah kota Medan. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang cukup efektif dalam mengurangi emisi karbon terkhususnya emisi dari kendaraan bermotor dan sisa industry ialah dengan jalur hijau disekitar jalan lalu lintas dan disekeliling jalan kawasan industry. Jalur hijau dianggap memiliki kelebihan dalam menyerap CO2 daripada dalam bentuk taman karena bentuk dari jalur hijau memanjang dan langsung besinggungan dengan sumber emisi terkhususnya emisi kendaraan bermotor.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan perhitungan dan pemetaan terhadap biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 tanaman jalur hijau di Kota Medan..salah satu cara untuk mengetahui simpanan karbon dan serapan CO2dengan menghitung diameter, tinggi dan luas tajuknya serta spesies dari tanaman tersebut di beberapa jalur hijau di kota medan, Sumatera Utara. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jenis-jenis tanaman yang ada dijalur hijau di beberapa jalan kota medan.

2. Menghitung nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 pada jenis tanaman dan jalur hijau jalan kota medan.

3. Memetakan penyebaran dan kerapatan jalur hijau di beberapa jalan Kota Medan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam hal:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Kota Medan terkhususnya pihak pertamanan untuk menanam jenis yang lebih baik dalam penyerapan karbon di jalur hijau Kota Medan.

2. Sebagai salah satu bahan referansi bagi pihak yang membutuhkan dan menjadi sumber informasi untuk mengetahui sebaran jalur hijau dan simpanan karbon di kota medan.

3

ABSTRAK

JANRI SURYA DHARMA MARBUN: Pendugaan potensi simpanan Karbon tanaman di beberapa Jalur Hijau Kota Medan bagian selatan. Dibawah bimbingan SITI LATIFAH dan PINDI PATANA.

Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang cukup efektif dalam menyerap emisi karbon dan gas polutan di sekitar jalan raya dalam kota. Tanaman yang ditanam dalam jalur hijau mempunyai kemampuan dalam menyerap emisi karbon.Karena itu perlu dilakukannya perhitungan terhadap karbon tersimpan pada berbagai jalur hijau di jalan arteri sekunder Kota Medan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung potensi karbon tersimpan pada berbagai jalur hijau di jalan arteri sekunder Kota Medan.Pengambilan sampel jalur dan sampel tanaman dilakukan dengan metode

purposive sampling dan metode sensus.Perhitungan data dilakukan dengan

menggunakan model alometrik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 jenis tanaman pada jalur hijau penelitian dengan jenis yang paling mendominasi adalah Angsana

(Pterocarpus indicus).Nilai karbon tersimpan yang tertinggi berdasarkan jenis

tanaman terdapat pada tanaman Angsana (Pterocarpus indicus) dengan total nilai karbon tersimpan di 8 jalur yaitu 672,79 Ton C/Ha atau rata-rata 84,10 Ton C/Ha. Nilai simpanan karbon tertinggi berdasarkan jalur hijau penelitian terdapat pada jalur Amir Hamzah, Kecamatan Medan Timur dengan nilai 219,,67 Ton C/Ha.

ABSTRACT

JANRI SURYA DHARMA MARBUN: : Estimation of Carbon Stored in Different Green Line south of Medan City. Under the Academic Supervision of SITI LATIFAH and PINDI PATANA.

Green Open Space is one of the green open spaces are quite effective in absorbing carbon emissions and pollutant gases around the highway in the city. Plants were grown in a green belt has the ability to absorb carbon emissions. Because it is necessary to do the calculation of the carbon stored in various green belt in the secondary arterial roads Medan city. The purpose of this research was to calculate the potential carbon is stored in various green belt in the secondary arterial roads Medan. Sampling lines and plant samples was conducted using purposive sampling and census methods. Calculation data using allometric models.

The results showed that there are 8 types of plants on the green belt of research of the kind that most dominating is Angsana (Pterocarpus indicus). The highest value of carbon stored by type of plant found in plant Angsana (Pterocarpus indicus) with a total value of carbon stored in the 8 green belt, namely 672,79 Ton C/Ha, or an average of 84,10 Ton C/Ha. The highest value of carbon stored by the green belt of research there is on the path to Amir Hamzah, Kecamatan Medan Timur dengan nilai 219,,67 Ton C/Ha..

1

PENDUGAAN POTENSI SIMPANAN KARBON TANAMAN DI

Dokumen terkait