• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Singkat Rumah Sakit

RS BM merupakan rumah sakit swasta yang didirikan dan mulai beroperasi sejak tanggal 25 Mei 2005. RS BM merupakan rumah sakit swasta terlengkap di daerah Cicurug Kabupaten Sukabumi. RS ini merupakan bagian dari PT. Medikarya Utama dengan direktur utama Bapak Supriadi Setiawan dan direktur rumah sakit dr. Rahmini Sabariah. RS BM sudah melakukan kerjasama dengan PT. Jamsostek Sukabumi sejak 2008. Selain itu rumah sakit juga telah melakukan kerjasama dengan lebih dari 20 perusahaan asuransi untuk dapat memudahkan pasien dalam mendapatkan pelayanan.

Visi dan Misi RS

Rumah Sakit Bhakti Medicare memiliki visi yaitu “Menjadi Rumah Sakit Terpercaya Keluarga anda”. Visi ini tertuang dalam slogan yang dijunjung RS BM yaitu “Melayani dengan Sepenuh Hati”. Misi rumah sakit adalah :

- Menyediakan jasa layanan kesehatan rawat jalan - Menyediakan jasa layanan kesehatan rawat inap

- Menyediakan penunjang medis dengan tenaga kerja yang profesional

- Memberikan pelayanan kesehatan yang dapat menciptakan rasa aman (secure) dan nyaman (convenience) pada seluruh pasien tanpa membedakan kelas, suku, ras dan agama.

Fasilitas Rumah Sakit

RS BM memiliki fasilitas medik dan penunjang medik yang lengkap dengan didukung oleh dokter-dokter umum dan spesialis yang kompeten di bidangnya. Untuk fasilitas rawat inap, RS BM menyediakan jenis ruangan seperti :

- Ruang rawat inap (VIP, Kelas Utama, Kelas I, Kelas II dan Kelas III) - HCU (High Care Unit)

Jumlah tempat tidur yang dimiliki dari fasilitas rawat inap RS BM dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis ruangan dan jumlah tempat tidur RS BM

Jenis Ruangan Jumlah Tempat Tidur (buah)

VK 3

HCU 2

OK 1

Ferma 5

Rawat Inap Kelas I 5

Rawat Inap Kelas II 10

Rawat Inap Kelas III 10

Rawat Inap Kelas Utama 3

Ruang VIP 1

Ruang Ibu 3

Ruang Anak 3

TOTAL 45

Sumber : Wawancara Bagian Pemasaran RS BM, tahun 2013

Kondisi Keuangan RS BM

Kinerja sebuah perusahaan harus dapat diukur dan diketahui baik dalam hal finansial dan non finansial. Kondisi finansial dari sebuah perusahaan juga dapat menggambarkan dari kesehatan keuangannya yang bisa dilihat dari laporan keuangan yang pada umumnya berupa laporan laba rugi dan neraca. RS BM yang memiliki dualitas fungsi, yaitu berorientasi sosial dan profit perlu untuk mengetahui kinerja dan kondisi keuangannya. Dalam penelitian ini, kondisi keuangan RS BM dilihat melalui laporan laba rugi dan neraca tahun 2008-2012.

Analisis Rasio Keuangan RS BM

Perkembangan sebuah perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya dapat tercermin melalui kondisi keuangan yang berasal dari laporan keuangan. Analisis yang dapat dilakukan untuk mengetahui gambaran akan kinerja dan kondisi keuangan, yaitu menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam sebuah perusahaan. Di dalam analisis rasio, sumber data yang digunakan adalah laporan keuangan dan dalam penelitian ini untuk menganalisis rasio keuangan RS BM digunakan dua laporan keuangan, yaitu laporan laba rugi dan neraca. Rasio-rasio yang akan dianalisis di RS BM adalah rasio likuiditas, solvabilitas, aktifitas dan profitabilitas. Laporan keuangan yang menjadi sumber data rasio keuangan ini menggunakan laporan keuangan periode 2008-2012.. Hasil analisis rasio keuangan periode 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisis rasio keuangan periode 2008-2012

No Rasio Keuangan Tahun Rataan

2008 2009 2010 2011 2012 1 Analisis Likuiditas Rasio Lancar 1,571 1,480 1,440 1,292 1,321 1,440 Rasio Cepat 1,214 1,170 1,126 0,998 0,991 1,126 2 Rasio Solvabilitas Rasio Hutang (%) 0,062 0,067 0,073 0,083 0,088 0,073

Rasio Total Hutang dengan Modal (%) 0,066 0,071 0,079 0,091 0,097 0,079

3 Rasio Aktivitas

Perputaran Total Aktiva 0,652 0,763 0,849 0,855 0,903 0,849

Perputaran Aktiva Tetap 0,722 0,847 0,949 0,958 1,022 0,949

4 Rasio Profitabilitas

Tingkat Pengembalian Investasi dari

Laba Usaha (%) 0,058 0,114 0,157 0,152 0,172 0,152

Tingkat Pengembalian Ekuitas (%) 0,062 0,122 0,170 0,165 0,189 0,165

Marjin Laba Bersih (%) 0,089 0,149 0,185 0,177 0,191 0,177

Sumber : Laporan Keuangan RS BM Periode 2008-2012 (diolah)

Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas dapat menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban finansial yang harus segera dilunasi. Analisi rasio ini dapat menggunakan dua pendekatan. Pertama membandingkan antara kas atau berupa aktiva-aktiva yang dapat segera diubah dalam bentuk kas pada tahun di mana kewajiban finansial jatuh tempo dan harus segera dibayar, kedua dengan mengeluarkan pos persediaan dari aktiva lancar sehingga pengkuruan likuiditas menjadi lebih fokus. Dengan demikian rasio likuiditas ini dapat dijadikan indikator RS BM menyangkut kemampuannya dalam melunasi kewajiban-kewajiban finansial jangka pendek menggunakan aktiva lancar.

Rasio Lancar

Rasio lancar atau current ratio (CR) merupakan rasio likuiditas yang menghitung kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar. Semakin tinggi nilai rasio lancar tidak mengindikasikan bahwa sebuah perusahaan baik dalam mengelola kewajiban jangka pendeknya. Nilai rasio yang tinggi dapat diartikan bahwa nilai aktiva dalam menghasilkan laba operasi tidak produktif atau dapat dikatakan banyak dana yang menganggur.

Nilai rasio lancar RS BM pada tahun 2008 menunjukkan angka 1,571, dan menurun tahun 2009 sebesar 1,480. Tahun 2010-2011 nilai rasio lancar terus menurun diangka 1,440 dan 1,292 . Namun terjadi peningkatan pada tahun 2012 yaitu sebesar 1,321 dibandingkan dengan tahun 2011.

Gambar 2. Nilai rasio lancar

Berdasarkan Gambar 2, nilai rasio lancar rumah sakit terus menurun. Hal ini Disebabkan nilai aktiva lancarnya kurang dapat menjamin pembayaran kewajiban lancarnya atau hutang lancar yang meningkat dalam lima tahun lebih tinggi dibandingkan peningkatan nilai aktiva lancar RS dalam lima tahun. Penurunan nilai rasio tahun 2008-2011 ini harus ditanggapi dengan serius oleh RS. Karena peningkatan nilai rasio tahun 2012 juga tergolong kurang baik apabila dibandingkan tahun 2008.. Untuk proyeksi tahun 2013 agar nilai rasio lancar meningkat alternatif yang dapat diambil yaitu mengurangi sebisa mungkin hutang lancar atau meningkatkan nilai aktiva lancar agar rasio lancar tidak terus menurun.

Rasio Cepat

Rasio cepat atau quick ratio (QR) menghitung kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya menggunakan aktiva lancar dengan mengurangi pos persediaan. Persediaan pada laporan neraca yang dieliminasi mempunyai maksud karena persediaan merupakan aktiva lancar yang paling tidak likuid. Rasio cepat RS BM mengalami hal yang serupa dengan rasio lancar, yaitu penurunan dari tahun ketahun. Dapat dilihat pada Tabel 5, tahun 2008 nilai rasio cepat 1,214 menurun menjadi 1,170 pada tahun 2009. Penurunan terus terjadi untuk tahun berikutnya yaitu 2010-2012, sebesar 1,126, 0,998, dan 0,991.

Hal ini dapat dikatakan kurang baik apabila RS BM mengurangi persediaan untuk menjamin pembayaran kewajiban yang jatuh tempo. Tahun 2011-2012 nilai QR semakin menjauhi nilai standar. Kewajiban yang semakin meningkat dari tahun 2011-2012 dengan peningkatan yang signifikan dari pos hutang usaha dan uang muka pasien menjadi penyebab rasio cepat RS BM tergolong kurang baik. Kemampuan bayar RS dengan mengeliminasi persediaan menjadi kurang baik dan dapat dinyatakan bahwa RS BM kurang likuid.

0.5 0.8 1.1 1.4 1.7 2 2008 2009 2010 2011 2012 N il ai R asi o CR

Gambar 3. Rasio cepat

Berdasarkan Gambar 3, nilai rasio cepat RS BM fluktuasinya hampir sama dengan rasio lancar. Tren rasio cepat menunjukkan penurunan yang terus terjadi pada periode 2008-2011, kecuali untuk tahun 2012.

Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio antara total hutang dan total aset. Dalam rasio ini akan dijelaskan bagaimana RS BM didanai atau dengan kata lain persentase nilai aktiva rumah sakit yang didanai oleh hutang.

Rasio Hutang terhadap Aset

Debt to asset ratio (DAR) atau disebut rasio hutang terhadap aset merupakan rasio yang menghitung nilai persentase rumah sakit yang dibiayai oleh hutang, termasuk hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Apabila kita lihat hasil perhitungan dari rasio hutang terhadap aset RS BM pada Tabel 6, tahun 2008 aset yang dibiaya oleh hutang 6,2%. Tahun 2009 meningkat menjadi 6,6% dan meningkat kembali pada tahun 2010, 2011, dan 2012 sebesar 7,3%, 8,3% dan 8,8%.

Gambar 4. Nilai rasio hutang terhadap aset

Peningkatan persentase hutang RS BM menurut Gambar 4 terjadi pada tahun 2008-2012, namun nilai rasio hutang ini tergolong baik dan aman karena rumah sakit tergolong mampu membayar semua hutang apabila terjadi sekenario

0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 2008 2009 2010 2011 2012 N il ai R asi o QR 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 2008 2009 2010 2011 2012 Per sen tase DAR

terburuk yaitu dilikuidasi. Peningkatan hutang usaha dan uang muka pasien secara nyata mengakibatkan peningkatan nilai rasio ini.

Rasio Hutang terhadap Modal

Debt to equity ratio (DER) atau rasio hutang terhadap modal merupakan perbandingan antara jumlah seluruh hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal RS BM itu sendiri. Jika nilai rasio lebih besar dari satu, maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang semakin rendah, sebaliknya jika nilai rasio lebih kurang dari satu maka modal perusahaan itu sendiri mampu menjamin hutang yang dimiliki baik jangka panjang maupun jangka pendek.

Nilai rasio dari tahun 2008 sebesar 6,6% meningkat tahun 2009 menjadi 7,1%. Peningkatan terjadi tahun 2010-2011 menjadi 7,9% dan 9,1%. Meningkat kembali tahun 2012 menjadi 9,7%.

Gambar 5. Rasio total hutang terhadap modal

Hasil perhitungan rasio total hutang dengan modal atau DER pada Gambar 5, menunjukkan peningkatan dari tahun 2008-20012 . Apabila kita lihat nilai rasionya dari tahun 2008-2012, rasio ini tergolong baik karena modal dapat menjamin hutang jangka pendek dan jangka panjang rumah sakit dengan perolehan nilai yang kurang dari satu. Rata-rata untuk rasio ini adalah 0,079 yang berarti Rp1 modal atau ekuitas perusahaan dapat menjamin Rp 0,079 hutang RS BM baik yang jangka panjang dan jangka pendek.

Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur nilai efektivitas manajemen sebuah perusahaan dalam mengelola aset-asetnya. Pengukuran nilai efektivitas perusahaan yang dimaksud adalah efektivitas dalam pengelolaan persediaan-persediaan dan kebijakan manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva. Rasio aktivitas menggunakan nilai dari pos laporan laba rugi perusahaan dengan mgnhubungkan nilai dari laporan neraca. Rasio ini mengukur perputaran unsur-unsur aktiva yang dihubungkan dengan penjualan.

5.00% 6.50% 8.00% 9.50% 11.00% 2008 2009 2010 2011 2012 Pe r se n t as e DER

Perputaran Total Aktiva

Perputaran total aktiva atau Total Assets Turnover Ratio (TATO) pada rumah sakit mengukur efisiensi aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio perputaran total aktiva RS BM mengalami peningkatan dari 2008-2012. Namun peningkatan ini tergolong kecil apabila dilihat dari nilai rasionya. Tahun 2008 nilai rasio TATO 0,652 lalu meningkat di tahun 2009 sebesar 0,763 dan meningkat pada tahun 2010-2012 sebesar 0,849, 0,855 dan 0,903.

Gambar 6. Perputaran total aktiva

Hasil perhitungan rasio peruputaran total aktiva RS BM pada Gambar 6 menunjukkan bahwa rumah sakit dalam menghasilkan pendapatan operasi atau volume bisnis dilihat dari total aktiva atau total investasinya, rumah sakit sudah efektif. RS BM sebaiknya melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan pendapatan operasinya secara konsisten agar efektifitas aktiva yang dimilki perusahaan meningkat pada tahun 2013.

Perputaran Aktiva Tetap

Rasio perputaran aktiva tetap atau Fixed Asset Turnover (FAT) mengukur seberapa efektif rumah sakit dalam menggunakan aktiva tetapnya. Rasio ini membandingkan penjualan dan aktiva tetap bersih. Dalam rasio ini digambarkan bagaimana efisiensi dari aktiva tetap dalam menghasilkan penjualan jasa rumah sakit. Penjualan jasa ini yaitu pendapatan RS yang berupa pendapatan pasien rawat jalan, pendapatan pasien rawat inap dan pendapatan penunjang medis. Nilai rasio perputaran aktiva tetap RS BM menunjukkan bahwa efisiensi dari penggunaan aktiva tetap yang dihubungkan dengan penjualan atau pendapatan operasional rumah sakit. Tahun 2008-2012 nilai rasio ini terus meningkat 0,722, 0,847, 0,949, 0,958 dan1,022,. 0.4 0.55 0.7 0.85 1 2008 2009 2010 2011 2012 N il ai R asi o TATO

Gambar 7. Rasio perputaran aktiva tetap

Gambar 7 menunjukkan keadaan nilai rasio yang meningkat. Meskipun hal ini baik namun apabila terus meningkat akan erjadi idle capacity pada RS. Penumpukan aktiva tetap RS dapat berupa investasi, namun hal ini apabila berlanjut maka efektifitas dari aktiva tetap akan terus berkurang, karena RS perlu meningkatkan penjualan jasa berupa pendapatan operasi.

Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur efektifitas dari manajemen rumah sakit secara keseluruhan yang ditunjukkan dengan bagaimana rumah sakit mendapatkan surplus yang diperoleh dari hubungan antara pendapatan dan investasi.

Rasio Tingkat Pengembalian Investasi dari Laba Usaha

Rasio tingkat pengembalian investasi dari laba usaha atau Return on Investment (ROI) atau disebut Return on Asset (ROA) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas aktiva yang digunakan atau dimiliki. Nilai rasio ROI RS BM dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 3. Apabila dilihat pada Tabel 3, nilai persentase ROI RS BM mengalami peningkatan. Tahun 2008 nilai ROI RS 5,8% dan meningkat di tahun berikutnya 11,4%. Tahun 2010 peningkatan terjadi 15,7%, tahun 2011 terjadi penurunan menjadi 15,16%. Dan meningkat kembali pada tahun 2012 sebesar 17,2%. Rataan persentase nilai ROI RS BM periode 2008-2009 adalah 15,2%.

0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 2008 2009 2010 2011 2012 N il ai R asi o FAT 0.30% 5.30% 10.30% 15.30% 20.30% 2008 2009 2010 2011 2012 Per sen tase ROI

Gambar 8. Rasio tingkat pengembalian investasi dari laba usaha

Rasio ROI menunjukkan fluktuasi pada tahun 2008-2012, yaitu peningkatan nilai rasio ini terjadi dari 2008-2010 dan menurun di tahun 2011 dan kembali meningkat di tahun 2012. Fenomena ini terjadi akibat laba bersih RS BM pada tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010. Penurunan laba bersih ini diakibatkan jumlah beban dan kewajiban yang tidak dapat dikontrol oleh rumah sakit. Pos Beban dan kewajiban yang meningkat ini adalah beban rawat inap dan beban gaji.

Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas

Rasio tingkat pengembalian ekuitas atau Return on Equity (ROE) sering disebut rentabilitas modal sendiri (Martono dan Harjito 2010). Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Dengan kata lain, kemampuan RS dalam menghasilkan keutungan dari modal sendiri atau ekuitas. Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3, nilai rasio ROE mengalami fluktuatif. Terlihat nilai pada tahun 2008-2009 meningkat dan kembali turun tahun 2010-2011, serta kembali meningkat pada tahun 2012, tetapi tidak melampaui nilai rasio pada tahun 2008-2010. Tahun 2012 nilai rasio yang meningkat jika dibandingkan dengan nilai rasio tahun 2011 dapat diartikan bahwa proporsi dari perbandingan pendapatan bersih dan total ekuitas RS pada tahun 2012 lebih besar dibandingkan tahun 2011 meskipun tidak sebanding dengan nilai rasio pada tahun 2008-2010.

Gambar 9. Rasio tingkat pengembalian ekuitas

Rasio ROE pada Gambar 9 menunjukkan fluktuasi pada tahun 2008 bernilai 6,2% dan meningkat pada tahun 2009 sebesar 12,2%. Tahun 2010, nilai rasio ini mengalami penurunan menjadi 17% dan meningkat pada tahun berikutnya (2011) sebesar 16,5%. Tahun 2010, nilai rasio kembali naik dari tahun sebelumnya (18,9%). Tahun 2008-2010 modal RS BM terus meningkat dalam menghasilkan keuntungan namun menurun pada tahun 2011 dan kembali meningkat tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa modal RS BM digunakan dengan baik karena dapat menghasilkan keuntungan atau pendapatan bersih yang terus meningkat kecuali untuk tahun 2011 yang menurun. Penurunan pendapatan bersih diakibatkan oleh beban dan kerugian yang meningkat lebih besar dari tahun sebelumnya dibandingkan jumlah penghasilan RS BM.

5.00% 8.00% 11.00% 14.00% 17.00% 20.00% 2008 2009 2010 2011 2012 Per sen tase ROE

Rasio Margin Laba Bersih

Rasio margin laba bersih atau Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang membandingkan antara laba bersih setelah pajak dan biaya-biaya dengan penjualan. Penjualan di RS BM ini adalah pendapatan operasi yang didapatkan dari penjualan jasa. Berdasarkan Tabel 3, nilai rasio margin laba bersih terlihat cenderung meningkat dari tahun 2008-2011 dan sedikit menurun pada tahun 2011. Terlihat bahwa RS BM kesulitan menghadapi beban yang semakin tinggi pada tahun 2011.

Gambar 10. Rasio margin laba bersih

Peningkatan nilai rasio margin laba bersih dilihat pada tahun 2008, dengan nilai 8,9%, tahun 2009 meningkat 14,9%, tahun 2010 meningkat 18,5% dan tahun 2011 mengalami penurunan 17,7%. Tahun 2012 nilai rasio meningkat 19,1%. Penurunan nilai rasio margin laba bersih RS BM tahun 2011 ini menunjukkan pihak RS belum mampu untuk mengendalikan biaya operasional yang terus meningkat. Biaya operasional ini menyangkut beban dari kegiatan usaha dan beban umum. Beban yang meningkat secara nyata adalah beban rawat inap dan gaji karyawan.

Analisis Tren Neraca dan Laba RS BM

Analisis tren, atau disebut dengan analisis indeks, merupakan salah satu alat analisis laporan keuangan. Alat analisis ini biasanya digunakan untuk laporan neraca dan laba rugi dengan cara menetapkan tahun dasar pada laporan keuangan. Kemudian setiap pos keuangan laporan keuangan yang dijadikan tahun dasar, dirubah menjadi angka indeks 100. Pemilihan tahun dasar ini tidak harus selalu tahun yang paling awal namun bisa juga dianggap tahun yang normal. Analisis ini membandingkan perkembangan secara horizontal dari tahun ke tahun dengan cara dibandingkan dengan tahun dasar dan dikali 100%. Dengan demikian akan diketahui bagaimana perkembangan laporan keuangan dibandingkan dengan tahun dasar. Apakah tendensi dari pos laporan neraca dan laba rugi naik, turun atau cenderung tetap. Analisis tren ini memfokuskan pada pos keuangan atau akun-akun yang signifikan. Laporan neraca dan laba rugi RS BM tahun 2008-2012 yang dianalisis dengan metode analisis indeks dapat dilihat pada Tabel 4.

5.00% 8.00% 11.00% 14.00% 17.00% 20.00% 2008 2009 2010 2011 2012 Per sen tase NPM

Tabel 4. Analisis tren laporan neraca dan laba rugi 2008-2012 RS BM

Pos Keuangan Tren (%)

2008 2009 2010 2011 2012 NERACA

Jumlah Aktiva Lancar 100 102 111 115 126

Jumlah Aktiva 100 101 102 104 106

Jumlah Kewajiban Lancar 100 108 121 140 150

Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 100 101 101 102 106

LABA RUGI

Jumlah Pendapatan Operasional

(Penjualan bersih) 100 118 133 137 146

Laba Kotor 100 119 133 135 143

Jumlah Beban dan Kerugian 100 117 120 123 127 Jumlah Pendapatan Bersih (Laba) 100 129 194 192 214

Sumber : Laporan Keuangan RS BM Periode 2008-2012 (diolah)

Analisis tren laporan neraca RS BM periode 2008-2012 menunjukkan tendensi dari nilai aset yang dimiliki, kewajiban dan modal. Persentase dari perhitungan analisis tren laporan neraca ini dapat menggambarkan kondisi tahun 2008-2012, apakah cenderung bergerak naik, tetap atau turun. Terlihat pada Tabel 10, jumlah aktiva lancar RS BM cenderung meningkat dari tahun 2008-2012. Tahun 2009 peningkatan nilai aset lancar 2% dibandingkan dengan tahun 2008. Nilai peningkatan relatif kecil dikarenakan akun persediaan RS tahun 2009 sebesar Rp 81.842.540,- menurun dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp 87.122.350,- ,meskipun nilai kas dan piutang meningkat. Tahun 2010 meningkat 11% dibandingkan tahun 2008. Karena peningkatan terjadi pada asuransi dibayar dimuka dan piutang jasa perawatan. Pada tahun 2011, peningkatan terjadi 15%, tahun 2012 terjadi peningkatan 26% dibandingkan tahun 2008. Jumlah total aktiva merupakan jumlah antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Peningkatan pos keuangan ini tahun 2009 terlihat tidak banyak berubah, karena hasil analisis tren menyatakan peningkatan hanya 1%. Dikatakan tidak banyak berubah dibanding tahun 2008, tetapi ada peningkatan dalam hal aset tetap, tahun 2010 terjadi peningkatan 2% dibandingkan tahun 2008, tahun 2011 peningkatan terjadi cukup besar, yaitu 4% dibandingkan tahun 2008, karena RS berinvestasi pada alat penunjang pelayanan kesehatan. Tahun 2012 peningkatan jumlah aktiva menjadi 6% dibandingkan dengan tahun 2008. Peningkatan jumlah aktiva tergolong kecil, disebabkan RS BM belum melakukan penambahan ruangan rawat inap dan hanya menambah peralatan kantor dan penunjang medik.

Pos keuangan jumlah hutang jangka pendek, atau kewajiban lancar RS BM meningkat sejalan dengan peningkatan nilai aktiva rumah sakit. Tahun 2009 peningkatan terjadi sebesar 8% dibandingkan dengan tahun 2008. Tahun 2010 terjadi peningkatan sangat besar, yaitu 21% dibandingkan tahun 2008. Tahun 2011 nilai tren meningkat 40% dibandingkan tahun 2008. Tahun 2012 jumlah kewajiban meningkat cukup besar, yaitu 50%. Hutang telah menyebabkan peningkatan ini, dikarenakan pos keuangan hutang usaha dan uanng muka meningkat. Dilihat dari laporan neraca bagian aktiva lancar, peningkatan nyata terjadi pada pos persediaan hal ini dikarenakan rumah sakit terus melakukan investasi berupa persediaan medis seperti obat, alat kesehatan dan alat medis untuk persediaan non medis yaitu peralatan kantor, linen, bahan makanan kering atau basah. Dan kas yang merupakan pos keuangan yang penting peningkatannya

tidak terlalu nyata. Kas yang seharusnya didapat dari penerimaan penjualan jasa secara tunai peningkatannya tidak terlihat nyata. Dilihat dari kewajiban lancar RS BM, hutang usaha mengalami peningkatan yang nyata dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan RS BM perlu mendanai biaya operasional sehari-hari.

Analisis tren laporan aktivitas RS BM menunjukkan tendensi dari perolehan keuntungan kegiatan operasi atau laba rugi rumah sakit. Pos keuangan pendapatan operasional dapat dikatakan juga sebagai penjualan bersih. Penjualan disini adalah penjualan jasa pelayanan yang dilakukan oleh RS BM. Tahun 2009 pendapatan operasional meningkat 18%. Tahun 2010 meningkat 33% dibanding tahun 2008. tahun 2011 dan 2012 pos keuangan terus meningkat 37% dan 46%. Laba kotor rumah sakit mengalami peningkatan dari tahun 2009-2012. Tahun 2009 laba kotor meningkat 19% dibandingkan tahun 2008. Tahun 2009 laba kotor meningkat 33% dan 37% ditahun 2010 dibandingkan tahun 2008. Laba kotor tahun 2012 dibandingkan tahun 2008 meningkat 43%. Tahun 2009 beban dan kerugian meningkat 17%. Tahun 2010 dan 2011 meningkat 20% dan 23%. Tahun 2012 beban dan kerugian meningkat 27% dibandingkan tahun 2008. Jumlah pendapatan bersih rumah sakit meningkat dari tahun ke tahun dimulai tahun 2009, di mana pendapatan bersih meningkat 29%. Tahun 2010 meningkat cukup pesat, yaitu 94%. Tahun 2011 peningkatan laba bersih ini menurun menjadi 92%, hal ini akibat beban yang meningkat diantaranya beban rawat inap gaji karyawan. meningkat kembali 114% diakibatkan pendapatan operasional yang meningkat dan RS BM dapat mengantisispasi beban yang dihadapi seperti beban rawat inap. Peningkatan yang nyata untuk pos keuangan pada laporan aktivitas atau laba rugi RS BM adalah pendapatan operasional rawat inap. Seiring dengan meningkatnya pendapatan operasional rawat inap, peningkatan yang nyata juga terjadi pada beban rawat inap baik berupa listrik, peralatan medik dan non medik penunjang dan beban gaji karyawan dan direksi.

Customer Satisfaction Index (CSI) RS BM

Survei kepuasan pasien rawat inap RS BM dengan menggunakan metode Indeks kepuasan pelanggan atau CSI dilakukan dengan menghitung nilai rataan dari tingkat kepentingan dan kepuasan dari seluruh atribut.Hasil Perhitungan CSI RS BM dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan lima dimensi jasa, yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy, nilai CSI untuk pelayanan yang diberikan bagi pasien rawat inap adalah 80,9%. Dengan

Dokumen terkait