• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Pendapatan Operasional

(Penjualan bersih) 100 118 133 137 146

Laba Kotor 100 119 133 135 143

Jumlah Beban dan Kerugian 100 117 120 123 127 Jumlah Pendapatan Bersih (Laba) 100 129 194 192 214

Sumber : Laporan Keuangan RS BM Periode 2008-2012 (diolah)

Analisis tren laporan neraca RS BM periode 2008-2012 menunjukkan tendensi dari nilai aset yang dimiliki, kewajiban dan modal. Persentase dari perhitungan analisis tren laporan neraca ini dapat menggambarkan kondisi tahun 2008-2012, apakah cenderung bergerak naik, tetap atau turun. Terlihat pada Tabel 10, jumlah aktiva lancar RS BM cenderung meningkat dari tahun 2008-2012. Tahun 2009 peningkatan nilai aset lancar 2% dibandingkan dengan tahun 2008. Nilai peningkatan relatif kecil dikarenakan akun persediaan RS tahun 2009 sebesar Rp 81.842.540,- menurun dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp 87.122.350,- ,meskipun nilai kas dan piutang meningkat. Tahun 2010 meningkat 11% dibandingkan tahun 2008. Karena peningkatan terjadi pada asuransi dibayar dimuka dan piutang jasa perawatan. Pada tahun 2011, peningkatan terjadi 15%, tahun 2012 terjadi peningkatan 26% dibandingkan tahun 2008. Jumlah total aktiva merupakan jumlah antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Peningkatan pos keuangan ini tahun 2009 terlihat tidak banyak berubah, karena hasil analisis tren menyatakan peningkatan hanya 1%. Dikatakan tidak banyak berubah dibanding tahun 2008, tetapi ada peningkatan dalam hal aset tetap, tahun 2010 terjadi peningkatan 2% dibandingkan tahun 2008, tahun 2011 peningkatan terjadi cukup besar, yaitu 4% dibandingkan tahun 2008, karena RS berinvestasi pada alat penunjang pelayanan kesehatan. Tahun 2012 peningkatan jumlah aktiva menjadi 6% dibandingkan dengan tahun 2008. Peningkatan jumlah aktiva tergolong kecil, disebabkan RS BM belum melakukan penambahan ruangan rawat inap dan hanya menambah peralatan kantor dan penunjang medik.

Pos keuangan jumlah hutang jangka pendek, atau kewajiban lancar RS BM meningkat sejalan dengan peningkatan nilai aktiva rumah sakit. Tahun 2009 peningkatan terjadi sebesar 8% dibandingkan dengan tahun 2008. Tahun 2010 terjadi peningkatan sangat besar, yaitu 21% dibandingkan tahun 2008. Tahun 2011 nilai tren meningkat 40% dibandingkan tahun 2008. Tahun 2012 jumlah kewajiban meningkat cukup besar, yaitu 50%. Hutang telah menyebabkan peningkatan ini, dikarenakan pos keuangan hutang usaha dan uanng muka meningkat. Dilihat dari laporan neraca bagian aktiva lancar, peningkatan nyata terjadi pada pos persediaan hal ini dikarenakan rumah sakit terus melakukan investasi berupa persediaan medis seperti obat, alat kesehatan dan alat medis untuk persediaan non medis yaitu peralatan kantor, linen, bahan makanan kering atau basah. Dan kas yang merupakan pos keuangan yang penting peningkatannya

tidak terlalu nyata. Kas yang seharusnya didapat dari penerimaan penjualan jasa secara tunai peningkatannya tidak terlihat nyata. Dilihat dari kewajiban lancar RS BM, hutang usaha mengalami peningkatan yang nyata dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan RS BM perlu mendanai biaya operasional sehari-hari.

Analisis tren laporan aktivitas RS BM menunjukkan tendensi dari perolehan keuntungan kegiatan operasi atau laba rugi rumah sakit. Pos keuangan pendapatan operasional dapat dikatakan juga sebagai penjualan bersih. Penjualan disini adalah penjualan jasa pelayanan yang dilakukan oleh RS BM. Tahun 2009 pendapatan operasional meningkat 18%. Tahun 2010 meningkat 33% dibanding tahun 2008. tahun 2011 dan 2012 pos keuangan terus meningkat 37% dan 46%. Laba kotor rumah sakit mengalami peningkatan dari tahun 2009-2012. Tahun 2009 laba kotor meningkat 19% dibandingkan tahun 2008. Tahun 2009 laba kotor meningkat 33% dan 37% ditahun 2010 dibandingkan tahun 2008. Laba kotor tahun 2012 dibandingkan tahun 2008 meningkat 43%. Tahun 2009 beban dan kerugian meningkat 17%. Tahun 2010 dan 2011 meningkat 20% dan 23%. Tahun 2012 beban dan kerugian meningkat 27% dibandingkan tahun 2008. Jumlah pendapatan bersih rumah sakit meningkat dari tahun ke tahun dimulai tahun 2009, di mana pendapatan bersih meningkat 29%. Tahun 2010 meningkat cukup pesat, yaitu 94%. Tahun 2011 peningkatan laba bersih ini menurun menjadi 92%, hal ini akibat beban yang meningkat diantaranya beban rawat inap gaji karyawan. meningkat kembali 114% diakibatkan pendapatan operasional yang meningkat dan RS BM dapat mengantisispasi beban yang dihadapi seperti beban rawat inap. Peningkatan yang nyata untuk pos keuangan pada laporan aktivitas atau laba rugi RS BM adalah pendapatan operasional rawat inap. Seiring dengan meningkatnya pendapatan operasional rawat inap, peningkatan yang nyata juga terjadi pada beban rawat inap baik berupa listrik, peralatan medik dan non medik penunjang dan beban gaji karyawan dan direksi.

Customer Satisfaction Index (CSI) RS BM

Survei kepuasan pasien rawat inap RS BM dengan menggunakan metode Indeks kepuasan pelanggan atau CSI dilakukan dengan menghitung nilai rataan dari tingkat kepentingan dan kepuasan dari seluruh atribut.Hasil Perhitungan CSI RS BM dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan lima dimensi jasa, yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy, nilai CSI untuk pelayanan yang diberikan bagi pasien rawat inap adalah 80,9%. Dengan menggunakan standar yang dibuat PT Sucofindo sebagai BUMN yang bergerak dalam bidang pemeriksaan, pengawasan, pengujian, dan pengkajian Ini menandakan bahwa pasien rawat inap merasakan pelayanan yang disediakan rumah sakit melalui lima dimensi jasa dapat digolongkan “PUAS”. Untuk pilihan makanan dan kecepatan pelayanan perawat merupakan indikator kepuasan yang paling kecil nilai survei kepuasaannya. Ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit untuk menambah menu dan variasi makanan bagi pasien rawat inap dan meningkatkan kinerja perawat melalui peningkatan kecepatan melayani pasien. Secara keseluruhan RS BM sudah memberikan pelayanan yang memuaskan pasien rawat inap sebagai konsumennya. Rataan untuk mengetahui nilai kepuasan pasien rawat inap RS BM dapat dilihat pada Lampiran 5 pada kolom Mean

Satisfaction Score (MSS). Karakteristik responden yang dijadikan contoh dapat dilihat pada Lampiran 4.

Implikasi Manajerial

Implikasi dari penilitian in adalah bagaimana RS BM sebagai RS sektor privat atau milik swasta dapat meningkatkan kinerja keuangannya dilihat dari penerapan analisis rasio keuangan. Hasil analisis empat rasio keuangan seperti likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas, perlu melakukan langkah- langkah berikut:

1. Likuiditas RS BM dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan lagi nilai pos aktiva lancar, terutama akun kas dengan mengurangi persediaan yang semakin menumpuk dari tahun ke tahun. Persediaan yang dimaksud adalah persediaan medis dan non medis. Persediaan ini dapat dikurangi dengan memprioritaskan persediaan non medis untuk dikurangi yaitu bisa berupa alat tulis kantor, linen, bahan bangunan.

2. Selama lima tahun periode laporan keuangan yang dianalisis, RS BM mengalami peningkatan relatif kecil dilihat dari analisis kecenderungan laporan keuangan neraca dan laba rugi 2008-2012, RS BM harus bisa terus meningkatkan kapasitas ruang rawat inap berupa jumalh tempat tidur untuk meningkatkan pendapatan operasi RS.

3. Kepuasan pasien rawat inap yang diukur dengan CSI berdasarkan lima dimensi mutu jasa dikategorikan puas, di samping adanya peningkatan laba operasional RS BM. Untuk meningkatkan kepuasan pasien rawat inap menjadi “Sangat Puas”, RS BM dapat melihat dimensi mutu dengan nilai terkecil yaitu pilihan makanan dan kecepatan pelayanan perawat. Hal yang dapat dilakukan adalah menambahkan menu makanan untuk pasien rawat inap dan meningkatkan kinerja perawat yang melayani pasien. Salah satunya adalah kecepatan dalam melayani pasien saat pasien membutuhkan pelayanan.

Dokumen terkait