• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Program Diploma Institut Pertanian Bogor Sejarah Program Diploma IPB

Program Diploma dibuka pertama kali oleh IPB pada tahun 1979. Pada tahun 1980 program tersebut berubah nama menjadi Fakultas Politeknik Pertanian. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1990 Fakultas Politeknik Pertanian ditiadakan dan program-program diploma yang berada dibawahnya harus diintegrasikan dalam fakultas yang relevan. Selanjutnya sejak tahun 1992 Program Studi Pendidikan Diploma di IPB dikelola oleh jurusan atau fakultas yang ada di lingkungan IPB. Sampai dengan tahun 2004 terdapat 32 Program Studi Diploma yang bernaung di bawah tujuh fakultas yang berbeda.

Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan yang dinamis, IPB melalui Peraturan Pemerintah Nomor 154 Tahun 2000 telah ditetapkan sebagai Badan Hukum Milik Negara. Status tersebut memberi peluang pada IPB untuk terus mengembangkan diri untuk mendukung pengembangan bidang pertanian dalam arti luas termasuk mengembangkan program pendidikan diploma.

χ2o = ∑ƒ0 – ƒℎ2 ƒℎ

28

Pada tahun 2004 berdasarkan ketetapan Majelis Wali Amanat (MWA) IPB No. 17/MWA-IPB/2003 tentang Anggaran Rumah Tangga IPB yang mengamanatkan politeknik sebagai wadah yang mengelola pendidikan vokasi, maka IPB melakukan penataan dan restrukturisasi terhadap penyelenggaraan pendidikan program diploma di IPB. Berdasar Surat Keputusan Rektor No. 124/ I Pendahuluan Buku Panduan Tahun 2011/2012 3 K13/OT/2004 tanggal 13 Juli 2004 dibentuk Direktorat Program Diploma IPB sebagai unit kerja yang diberi mandat mengelola penyelenggaraan pendidikan program diploma di IPB pada masa transisi menuju pengelolaan yang mandiri.

Pada awal dibuka tahun 2004 Program Diploma IPB menyelenggarakan 13 Program Keahlian sesuai dengan SK Rektor Nomor 073/K13/PP/2005 tanggal 17 Juni 2005. Pada tahun 2006 dibuka Program Keahlian Akuntansi (SK Rektor Nomor 176/K13/PP/2006 tanggal 29 Desember 2006). Pada tahun 2007 dibuka dua program keahlian lagi yang merupakan program taylor made yaitu Program

Keahlian Perkebunan Kelapa Sawit (kerjasama dengan PT. Sinar Mas Agrotechnology) dan Program Keahlian Teknik Komputer Jaringan (kerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional). Selanjutnya pada tahun 2009/2010 dibuka Program Keahlian Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian yang merupakan program taylor made kerjasama dengan Pemerintah

Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2010/2011 dibuka program keahlian ke-17 yaitu Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Produksi Perkebunan. Pada tahun 2011/2012 program diploma membuka Program Keahlian Paramedik Veteriner sebagai program keahlian ke-18.

Program Diploma IPB pada tahun 2009 melakukan akreditasi terhadap 14 program keahlian oleh Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi dalam rangka penjaminan mutu proses pendidikan dan pengajaran di lingkunganya. Upaya lain yang dilakukan Program Diploma IPB dalam penjaminan mutu eksternal yaitu dengan menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 terhadap seluruh proses pendidikan dan pengajaran pada seluruh program keahlian. Setelah menerapkan SMM ISO 9001:2008 sejak tanggal 7 Juli 2009, maka Program Diploma IPB memperoleh sertifikasi ISO 9001:2008 pada tanggal 2 Oktober 2009.

Program Diploma IPB memiliki berbagai fasilitas dalam menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar berupa Lab Biologi, Lab Kulinari, Lab Fotografi, Lab Fisika, Lab Kimia, Lab Komputer, Lahan Percobaan, Lab Pengolahan, Lab Multimedia, Ruang Perkuliahan, Perpustakaan, dan Perkandangan. Fasilitas-fasilitas tersebut tersebar di beberapa lokasi kampus, yaitu kampus Cilibende, kampus Gunung Gede, kampus Baranang Siang, dan kampus Darmaga.

Kampus IPB Cilibende Bogor (1.6 ha) sebagai kampus pusat Program Diploma IPB. Kampus Cilibende telah mengalami kemajuan yang pesat, saat ini memiliki tiga gedung baru dan modern dan beberapa kali mendapat penghargaan sebagai kampus paling bersih di IPB. Kampus ini berada di pusat kota Bogor dan dekat ke pusat wisata seperti Kebun Raya Bogor, Istana Negara, dan Puncak. Kampus IPB Gunung Gede Bogor (3.5 ha) sebagai tempat kuliah, praktikum dan praktek (kebun, kandang, kolam, pabrik pakan, dll). Kampus IPB Baranangsiang Bogor sebagai tempat kuliah. Kampus ini juga menjadi salah satu landmark kota

29 dan pusat kegiatan belajar-mengajar S1, S2 dan S3 IPB. Mahasiswa Program Diploma IPB dapat menggunakan fasilitas yang ada di kampus Darmaga ini seperti perpustakaan pusat (LSI), perpustakaan fakultas, university farm, pusat

pengembangan karir dan hubungan alumni. Profil Program Diploma IPB

Jenis Pendidikan : Vokasi

Status : Milik Institut Pertanian Bogor IPB-BHMN / Negeri Misi : Mencetak tenaga ahli menengah yang siap pakai,

berkualitas dan berkualifikasi sesuai kebutuhan pasar

Pengelolaan : Otonom, birokrasi pendek, efisien, transparan, profesional, kompetitif

Sasaran : Lulusan SMA/SMK dan yang sederajat Citra : Muda, enerjik, disiplin, ramah

Metode Pengajaran : Dialogis, partisipatif, bernilai tambah, menyenangkan, memudahkan, berbasis TI

Kampus : Segar, asri, ceria, harmonis

Pengajar : Demokratis, komunikatif, berjiwa muda, smart Suasana : Work - leissure - learning

Komunikasi : Bersahabat, jemput bola, menyenangkan

Target Lulusan : Memiliki kompetensi yang berkualitas,bekerja dibidangnya dan masa tunggu pendek

Kebijakan Mutu

Sebagai perguruan tinggi yang berkomitmen terhadap peningkatan mutu dalam seluruh aspek penyelenggaraan program akademik dan non-akademik, IPB memiliki pernyataan mutu (quality statement) sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Rektor No. 210/K13/OT/2004, yaitu: ”dengan komitmen yang tinggi terhadap mutu, IPB secara efisiens dan akuntabel menghasilkan lulusan yang kompeten dan IPTEKS yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.”

Keunggulan Program Diploma IPB

1) Status Negeri/BHMN dan semua Program Keahlian telah terakreditasi oleh BAN-PT.

2) Fasilitas belajar lengkap dengan laboratorium lapang yang modern. 3) Kualitas lulusan diakui nasional dan internasional.

4) Memperoleh sertivikasi ISO 9001:2008 sebagai pengakuan jaminan kualitas manajemen pendidikan.

5) Kampus berada di tengah kota Bogor yang sejuk dan nyaman. Dekat dengan obyek wisata terkenal seperti Kebun Raya Bogor, Istana Bogor dan Puncak. 6) Memiliki gedung modern, bersih dan nyaman. Keamanan dilengkapi CCTV

security.

7) Tenaga pengajar yang unggul dan profesional lulusan perguruan tinggi luar dan dalam negeri. Tenaga pengajar terdiri atas Dosen IPB, pakar dan praktisi yang ahli di bidangnya.

8) Jaringan alumni yang besar dan tersebar di berbagai profesi di seluruh nusantara dan luar negeri.

30

Karakteristik Individu

Karakteristik individu mencakup jenis kelamin, suku, agama, jumlah uang saku per bulan, program keahlian, masa studi, tempat tinggal asal, dan keikutsertaan dalam organisasi. Karakteristik Responden yang pertama dianalisis adalah jenis kelamin. Jenis kelamin responden sebagian besar merupakan perempuan, yaitu sebesar 62,4 persen dan laki-laki berjumlah 74 orang atau sebesar 37.6 persen.

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin, 2016 Jenis kelamin Jumlah

(orang) Persentase (%)

Laki-laki 74 37.6

Perempuan 123 62.4

Total 197 100.0

l

Suku dalam penelitian dikategorikan menurut sebaran suku responden, yaitu suku Jawa, Sunda, Campuran, Minang, Batak, Betawi, dan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa suku responden paling banyak merupakan suku campuran, yaitu responden dengan orang tua yang berasal dari suku yang berbeda sebesar 57 orang responden atau sebesar 28.9 persen (Tabel 6).

Suku campuran tersebut didominasi oleh suku Jawa-Sunda yang berjumlah 23 orang dari keseluruhan responden yang bersuku campuran. Selain suku campuran, banyak responden yang berasal dari suku Sunda (25.4%) dan Jawa (23.9%). Banyaknya mahasiswa Diploma IPB yang berasal dari Suku Sunda dan Jawa dikarenakan letak geografis kampus Diploma IPB yang berada di kota Bogor yang termasuk dalam wilayah Jawa Barat, dimana suku Sunda merupakan penduduk asli masyarakat Jawa Barat, dan langsung berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Tengah yang penduduk aslinya bersuku Jawa. Kategori Suku “lainnya” terdiri dari suku yang beragam selain yang telah disebutkan di atas yaitu Kalimantan Barat, Betawi, Muna (Sulawesi Tenggara), Melayu, Bengkulu, Palembang, dan Lampung. Keanekaragaman suku responden, terutama suku campuran adalah sesuai dengan apa yang dikemukakan Raharjo (2004) bahwa pola kebudayaan masyarakat Indonesia umumnya ternyata berasal dari tempat dan suku bangsa yang bereda-beda.

Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan suku, 2016

Suku Jumlah (orang) Persentase (%) Jawa 47 23.9 Sunda Batak Minang Campuran Lainnya 50 15 14 57 14 25.4 7.6 7.1 28.9 7.1 Total 197 100.0

31 Agama responden sebagian besar adalah Islam yaitu sebesar 90.4% (Tabel 8). Agama menunjukkan keyakinan yang dianut oleh responden. Indonesia mengakui lima agama sebagai agama resmi, termasuk aliran kepercayaan yang ada. Agama Islam yang dianut responden memberi gambaran bahwa Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia. Selain Islam, responden merupakan pemeluk agama Kristen, Katholik, dan Budha.

Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan agama yang dianut, 2016

Agama Jumlah (orang) Persentase (%) Islam 178 90.4 Kristen Katholik Budha 16 2 1 8.1 1.0 0.5 Total 197 100.0

Pemenuhan kebutuhan responden terutama mereka yang tinggal di rumah kost dilakukan melalui uang saku yang diperoleh responden. Tabel 9 menunjukkan bahwa berdasarkan periode bulan, responden sebagian besar dapat dikategorikan memiliki jumlah uang saku pada tingkat sedang atau menengah, yaitu dengan jumlah satu sampai satu setengah juta rupiah per bulan (sebesar 49.7 %), berikutnya adalah memiliki uang saku rendah (kurang dari satu juta rupiah per bulan), dan paling sedikit memiliki jumlah uang saku tinggi (lebih dari satu setengah juta rupiah per bulan).

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan jumlah uang saku per bulan, 2016 Jumlah uang saku per

bulan Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah 75 38.1

Sedang 98 49.7

Tinggi 24 12.2

Total 197 100.0

Responden terdiri dari mahasiswa yang berasal dari 14 program keahlian dari keseluruhan program keahlian yang ada di program diploma IPB yaitu sebanyak 16 program keahlian (Tabel 10). Program Keahlian yang terpilih adalah Akuntansi, Analisis Kimia, Ekowisata, Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Manajemen Informatika, Komunikasi, Teknik Manajemen lingkungan, Manajemen Agribisnis, Manajemen Industri, Teknologi dan Manajemen Ternak, Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian, Supervisor jaminan Mutu pangan, Teknik Komputer, dan Teknologi Industri Benih. Responden paling banyak berasal dari program keahlian Komunikasi, yaitu sebesar 16,2 persen.

32

Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan Program Keahlian, 2016

Program Keahlian Jumlah

Responden (orang)

Persentase (%)

Komunikasi 32 16.2

Teknologi dan Manajemen Ternak 15 7.6

Manajemen Informatika 16 8.1

Supervisor jaminan Mutu pangan 12 6.1

Teknologi Industri benih 9 4.6

Manajemen Industri 13 6.6

Analisis Kimia 22 11.2

Akuntansi 23 11.7

Teknik Komputer 7 3.5

Manajemen Industri Jasa Makanan dan

Gizi 10 5.1

Manajemen Agribisnis 18 9.1

Teknologi produksi dan Pengembangan

Masyarakat Pertanian 9 4.6

Teknik Manajemen lingkungan 4 2.0

Ekowisata 7 3.5

Total 197 100.0

Keseluruhan mahasiswa yang berasal dari 14 program keahlian tersebut, tersebar dalam tiga angkatan, yang berada pada pada tingkat yang berbeda, yaitu duduk di semester satu, semester tiga, dan semester lima. Jumlah mahasiswa pada tiga semester ini berada pada proporsi yang seimbang sesuai dengan jumlah keseluruhan mahasiswa Program Diploma IPB (populasi) penelitian. Proporsi tersebut adalah 35.0 persen mahasiswa semester satu, 34.0 persen mahasiswa semester tiga, dan 31.0 persen mahasiswa semester satu (Tabel 11).

Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan masa studi (jumlah semester yang diikuti), 2016

Jumlah semester yang

diikuti Responden Jumlah

(orang) Persentase (%) Satu Tiga Lima 69 67 61 35.0 34.0 31.0 Total 197 100.0

Program Diploma IPB setiap tahun menerima mahasiswa baru yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Penerimaan mahasiswa baru diselenggarakan melalui jalur reguler, undangan seleksi masuk IPB (USMI), jalur prestasi, dan utusan daerah. Kesempatan menjadi mahasiswa IPB terbuka bagi seluruh lulusan SMU atau sederajat di seluruh Indonesia, hal ini dapat dilihat dari responden yang berasal baik dari perkotaan maupun dari pedesaan. Responden yang bertempat tinggal asal dari kota mendominasi, yaitu sebesar 65.5 persen atau sebanyak 129 orang (Tabel 12).

33 Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan tempat tinggal asal, 2016

Tempat tinggal asal Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Desa 68 34.5 Kota 129 65.5 Total 197 100.0

Kegiatan berorganisasi merupakan salah satu kegiatan yang umum dilakukan mahasiswa disamping kegiatan akademis. Kegiatan dalam organisasi dijadikan sebagai ajang aktualisasi diri bagi mahasiswa dalam menyalurkan kreativitas dan aspirasi. Keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi dapat memberikan manfaat antara lain dalam melatih keterampilan komunikasi interpersonal, tanggung jawab, berfikir kritis, dan pengembangan jaringan yang bermanfaat bagi karir. Atas dasar itu, Program Diploma menyediakan fasilitas atau wadah organisasi agar mahasiswa dapat mengembangkan keahlian non akademis, meskipun keberadaan organisasi- organisasi tersebut tidak diikuti oleh seluruh mahasiswa.

Berdasarkan keikutsertaan dalam organisasi dapat diketahui bahwa proporsi responden yang ikut serta dalam organisasi kemahasiswaan dan yang tidak adalah hampir seimbang, yaitu 49.7 persen ikut serta dalam organisasi dan 50.3 persen tidak ikut serta dalam organisasi (Tabel 13). Responden mengikuti organisasi kemahasiswaan yang terdapat di lingkungan Diploma IPB yang terdiri dari Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Mahasiswa (BEM), Minat profesi (MIPRO), dan Klub olahraga dan seni, dan forum kerohanian. Umumnya organisasi yang diikuti responden terkait dengan program keahlian atau yang bertujuan menambah keahlian dan pengembangan minat yang diwadahi dalam Minat Profesi. Responden mengikuti organisasi minat profesi berdasarkan rumpun keilmuan program keahlian, yaitu rumpun pertanian (MAPERTA) terdiri dari mahasiswa yang berasal dari PK , rumpun pangan dan gizi (MAPAGI), rumpun informasi dan teknologi (MICRO), rumpun lingkungan dan kimia (LIKISTA), dan rumpun manajemen (AKMAPESA). Responden juga mengikuti organisasi kemahasiswaan yang bertujuan pengembangan minat dan bakat bidang seni, olahraga serta kerohanian yang disebut klub atau forum, seperti paduan suara De Voice, teater jendela, klub fotografi Obscura, Forum Rohani Islam (Rohis), Forum Mahasiswa Kristen (FMK), Pervomad (organisasi untuk mengembangkan minat dan bakat olahrga bola volley), PSD (organisasi untuk mengembangkan minat dan bakat olahraga sepak bola). Selain itu, mahasiswa juga mengikuti organisasi mahasiswa daerah (OMD) seperti Ikatan Mahasiswa Simalungun, dan Keluarga Mahasiswa Banten. Organisasi lainnya yang diikuti adalah Genus, Action Cam Go Pro, Agrimovie, Tax Centre, Aromatic, organisasi di asrama, IMKN, Max, dan resimen mahasiswa (MENWA).

34

Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan keikutsertaan dalam organisasi, 2016 Keikutsertaan dalam

organisasi Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

Ya 98 49.7

Tidak 99 50.3

Total 197 100.0

Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga mencakup tipe keluarga, tingkat pendidikan orang tua (ayah dan ibu), pekerjaan orang tua (ayah dan ibu), dan tingkat pendapatan orang tua (ayah dan ibu). Peubah pertama yang termasuk dalam karakteristik keluarga adalah tipe keluarga. Umumnya responden hidup dalam tipe keluarga utuh yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan anak yaitu sebesar 72.6 persen atau sebanyak 143 orang. Hal ini relevan dengan asal tempat tinggal responden yang sebagian besar adalah berasal dari kota. Karena dalam kehidupan sosial yang modern, sudah jarang ditemui keluarga yang tinggal bersama dengan kerabat lain, seperti nenek, kekek, ataupun sanak keluarga yang lain (keluarga besar). Responden dengan keluarga besar terdiri dari 23 orang.

Keluarga dengan orang tua tunggal adalah sebuah kondisi dimana orang tua tidak lagi lengkap karena adanya perpisahan akibat kematian ataupun perceraian. Responden dengan orang tua tunggal cukup banyak, melebihi responden yang berasal dari keluarga besar, yaitu berjumlah 29 orang. Sementara keluarga campuran adalah keluarga yang terdiri dari ayah/ ibu tiri termasuk anak/ saudara tiri, hanya berjumlah dua orang atau sebesar 1.0 persen.

Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan tipe keluarga, 2016

Tipe keluarga Jumlah

Responden (orang) Persentase (%) Keluarga utuh 143 72.6 Keluarga besar 23 11.7

Keluarga dengan orang

tua tunggal 29 14.7

Keluarga campuran 2 1.0

Total 197 100.0

Faktor penting lain dalam karakteristik keluarga yang dianalisis adalah tingkat pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan orang tua meliputi tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu. Tingkat pendidikan keluarga diukur dalam kategori rendah, sedang dan tinggi. Menururt Setiawan dan Woyanti (2010) kondisi keluarga dengan pendidikan tinggi umum terjadi di perkotaan.

Tingkat pendidikan ayah responden berada pada kategori tinggi, dimana hampir sebagian besar pendidikan terakhir ayah adalah lulusan dari Perguruan Tinggi yaitu sebesar 46,2 persen (Tabel 15). Sementara responden dengan tingkat pendidikan ayah sedang (lulusan SMA/ sederajat) berjumlah 73 orang, dan

35 sisanya atau 33 orang responden memiliki ayah dengan tingkat pendidikan rendah (di bawah SMA).

Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ayah, 2016 Tingkat pendidikan ayah Jumlah Responden

(orang) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi 33 73 91 16.7 37.1 46.2 Total 197 100.0

Tingkat pendidikan ibu dalam penelitian ini juga termasuk tinggi, walaupun persentasenya berbeda dengan tingkat pendidikan ayah. Dewasa ini, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan tinggi tidak terbuka hanya bagi laki- laki, sehingga pada akhirnya tingkat pendidikan perempuan menjadi setara dengan laki-laki. Responden dengan tingkat pendidikan ibu berjumlah 81 orang atau sebesar 41.1 persen, disusul dengan tingkat pendidikan sedang sebanyak 77 orang, dan sebagian kecil dengan tingkat pendidikan rendah.

Tabel 16 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu, 2016 Tingkat pendidikan ibu Jumlah Responden

(orang) Persentase (%) Rendah Sedang Tinggi 39 77 81 19.8 39.1 41.1 Total 197 100.0

Guitian (2009) mengemukakan bahwa pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana manusia menghabiskan sebagian besar waktunya. Pekerjaan dan keluarga memiliki ketergantungan satu sama lain sebagaimana keduanya berkaitan dengan pemenuhan hidup seseorang. Melalui pekerjaan, seseorang mengubah tidak hanya lingkungan namun juga dirinya, memperkaya dan menumbuhkan hidup dan semangatnya. Sementara itu, keluarga dipandang sebagai hal yang pertama dan paling penting dalam human society. Keluarga juga dikaitkan dengan

kasih sayang dimana seseorang dapat mengembangkan diri dan memperoleh pemenuhan dirinya, serta merupakan tempat yang penting bagi sebuah kebahagiaan dan harapan. Berbeda dengan keluarga, pekerjaan adalah kondisi dan kebutuhan dasar bagi kehidupan keluarga, dan pada sisi lain merupakan sekolah pertama bagi pekerjaan untuk setiap orang. Jadi pekerjaan ditujukan bagi seseorang dan keluarga.

Pekerjaan orang tua merupakan salah satu peubah penting dalam karakteristik keluarga untuk dianalisis. Pekerjaan ayah responden paling banyak merupakan wiraswasta yaitu sebesar 34 persen (Tabel 17) selain karyawan (23.4%), dosen/ guru (13.37 %), dan wiraswasta, pekerjaan lainnya dari ayah responden adalah PNS, pensiunan, anggota TNI, buruh, dokter gigi, petani, dan

36

polisi. Keseluruhan pekerjaan dalam kategori lainnya ini adalah sebesar 28.9 persen.

Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan ayah, 2016

Pekerjaan Ayah Jumlah

(orang) Persentase (%) Karyawan 46 23.4 Guru/ dosen Wiraswasta Lainnya 27 67 57 13.7 34.0 28.9 Total 197 100.0

Pekerjaan ibu dari responden paling banyak adalah ibu rumah tangga yaitu sebesar 43,6 persen. Kondisi ini kontras sekali dengan tingkat pendidikan ibu yang termasuk dalam kategori tinggi (Tabel 18). Kondisi ini sesuai dengan yang digambarkan Christine et al. (2011) yang mengemukakan bahwa pembagian

peran pekerjaan dan tugas dalam rata-rata keluarga responden sangat jelas, seperti di masa lalu, dimana suami adalah pencari nafkah melalui pekerjaannya sedangkan istri merawat keluarga dan anak-anak, namun demikian, dewasa ini, kesempatan untuk bekerja tidak hanya terbuka bagi laki-laki.

Tabel 18 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan ibu, 2016

Pekerjaan ibu Jumlah

Responden (orang) Persentase (%) Karyawan 20 10.2 Guru/ dosen Wiraswasta Ibu rumah tangga Lainnya 53 27 86 11 26.9 13.7 43.6 5.6 Total 197 100.0

Hal ini dapat dilihat dari beragamnya pekerjaan ibu responden selain sebagai ibu rumah tangga, yaitu guru/ dosen (26.9%), diikuti karyawan (10.2%), dan wiraswasta (13.7%). Pekerjaan ibu responden selain yang telah disebutkan di atas adalah PNS, dokter gigi, petani, dan pensiunan.

Bellante dan Jackson (1990) dalam Setiawan dan Woyanti (2010)

mengatakan rata-rata tamatan perguruan tinggi mempunyai karakteristik individu yang unggul sehingga ia mempunyai penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata mereka yang berpendapatan rendah. Tingkat pendapatan keluarga diukur dari pendapatan yang masuk dalam suatu keluarga per bulan yang merupakan gabungan dari pendapatan ayah dan ibu. Berdasarkan Tabel 19, dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan orang tua responden termasuk dalam kategori tinggi, yaitu sebanyak 127 responden atau sebesar 64.5 persen. Tingkat pendapatan keluarga tinggi dikategorikan berada pada jumlah pendapatan lebih dari atau sama dengan lima juta rupiah per bulan. Pendapatan tingkat sedang adalah pendapatan

37 tiga sampai lima juta per bulan yaitu sebanyak 46 orang, dan sebagian kecil responden berada pada tingkat pendapatan kategori rendah yaitu kurang dari atau sama dengan tiga juta rupiah per bulan.

Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga, 2016 Tingkat pendapatan

orang tua (orang) Jumlah Persentase (%)

Rendah 25 12.7

Sedang

Tinggi 127 45 22.8 64.5

Total 197 100.0

Tingkat Pengetahuan Mengenai Etika Komunikasi

Pengetahuan mengenai etika komunikasi responden berada pada kondisi yang memprihatinkan, yaitu pada kategori rendah, sebesar 59.9 persen dari keseluruhan responden. Pengetahuan responden dikatakan kurang jika memperoleh skor sembilan sampai 12, dikatakan sedang jika memiliki skor 12 sampai 15, dan dikatakan tinggi jika memperoleh skor 15 sampai 18. Fenomena ini disebabkan karena mahasiswa sebagai responden kurang mengenal atau tidak akrab dengan istilah “etika komunikasi”. Responden mengetahui nilai-nilai yang baik dan buruk dalam perilaku komunikasi secara praktis, tetapi kurang memahami bahwa hal tersebut termasuk dalam istilah atau konsep “etika komunikasi” seperti yang ditanyakan dalam kuesioner.

Pengetahuan yang rendah tentang etika komunikasi tentu perlu ditingkatkan, agar terjadi komunikasi yang berjalan dengan efektif dan memuaskan pihak pengirim dan penerima pesan. Perbawaningsih (1999) menelaah tentang fenomena etis dan tidak etis yang kian merebak. Misal saja, dari tataran hubungan di lingkungan organisasi kerja, komunikasi antar personal, bahkan komunikasi massa, tak jarang ditemui konflik yang terjadi akibat ketidaktahuan atau bahkan mungkin pengabaian akan nilai-nilai normatif. Pada banyak perilaku komunikasi, etika tidak banyak dijadikan sebagai pedoman dalam bertindak.

Pengetahuan memiliki peranan yang sangat penting sebagai bekal bagi penerapan sebuah keterampilan. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan rendahnya pengetahuan mengenai etika. Penelitian yang dilakukan oleh Ismaili et al. (2011) menunjukkan kurangnya pengetahuan mengenai etika di kalangan

mahasiswa. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Celen dan Seferoglu (2013) yang mengungkapkan bahwa terjadinya perilaku tidak etis dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi juga disebabkan karena tidak memiliki pengetahuan tentang tanggung jawab penggunaannya.

38

Tabel 20 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai etika Komunikasi, 2016

Tingkat pengetahuan

responden Jumlah (orang) Persentase (%)

Tinggi 11 5.6

Sedang

Rendah 68 118 34.5 59.9

Total 197 100.0

Sumber Informasi Mengenai Etika Komunikasi

Sumber informasi mengenai etika komunikasi yang diperoleh responden paling banyak berasal dari keluarga, selain dari orang lain, buku/ media massa dan gabungan dari ketiga kategori tersebut. Responden yang memiliki sumber informasi mengenai etika komunikasi dari keluarga sebesar 30.5 persen (Tabel 21). Data ini menguatkan teori mengenai prinsip etika komunikasi interpersonal yang dikemukakan West dan Turner (2009) bahwa komunikasi itu dipelajari, sebagai sebuah proses belajar, termasuk mempelajari aturan di dalamnya. Sejak lahir kita

Dokumen terkait