Hasil
Fisiologi thiol lateks karet 0 bulan
Pengamatan fishiologi thiol lateks 0 bulan dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon, konsentrasi asam askorbat dan interaksi menunjukan tidak berbeda nyata
Rataan fisiologis thiol lateks 0 bulan dari klon dan konsentrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. fisiologi thiol lateks 0 bulan dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB260 0,043 0,062 0,043 0,052 0,05 K2 =IRR42 0,182 0,265 0,182 0,223 0,21 Rataan 0,11 0,16 0,11 0,14 0,13
Fisiologi thiol lateks karet 2 bulan
Pengamatan fishiologi thiol lateks 2 bulan dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon , konsentrasi asam askorbat dan interaksi menunjukan tidak berbeda nyata.
Rataan fisiologis thiol lateks 2 bulan dari klon dan konsentrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. fisiologi thiol lateks 2 bulan dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 0,850 1,111 0,850 0,980 0,95 K2 =IRR 42 0,640 0,729 0,640 0,685 0,67 Rataan 0,74 0,92 0,74 0,83 0,81
Fisiologi thiol lateks karet 4 bulan
Pengamatan fishiologi thiol lateks 4 bulan dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran . Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon , konsentrasi asam askorbat dan interaksi menunjukan tidak berbeda nyata
Rataan fisiologis thiol lateks 4 bulan dari klon dan konsentrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. fisiologi thiol lateks 4 bulan dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBIT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 0,403 0,509 0,403 0,456 0,44 K2 =IRR 42 0,469 0,696 0,469 0,583 0,55 Rataan 0,44 0,60 0,44 0,52 0,50
Fisiologi Fosfat Anorganik ( PI ) lateks karet 0 bulan
Pengamatan fishiologi Fosfat Anorganik ( PI ) lateks 0 bulan dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon tanaman menunjukan berbeda nyata pada fisiologis Fosfat Anorganik ( PI ) 0 bulan ,sedangkan konsentrasi asam askorbat dan interaksi menunjukan tidak berbeda nyata.
Rataan fisiologis Fosfat Anorganik ( PI ) lateks 0 bulan dari klon dan konsentrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. fisiologi Fosfat Anorganik ( PI ) lateks 0 bulan dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 14,633 15,367 20,950 18,667 17,40 a K2 =IRR 42 7,700 10,383 10,383 10,533 9,75 b Rataan 11,17 12,88 15,67 14,60 13,58
Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji jarak berganda Duncan pada tara 5%
Fisiologi Fosfat Anorganik ( PI ) lateks karet 2 bulan
Pengamatan fishiologi Fosfat Anorganik ( PI ) lateks 2 bulan dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran . Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon , konsentrasi asam askorbat dan interaksi menunjukan tidak berbeda nyata.
Rataan fisiologis Fosfat Anorganik ( PI ) lateks 2 bulan dari klon dan konsentrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. fisiologi Fosfat Anorganik ( PI ) lateks 2 bulan dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBIT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 12,300 11,583 14,633 14,183 13,18 K2 =IRR 42 15,000 9,383 15,000 17,617 14,25 Rataan 13,65 10,48 14,82 15,90 13,71
Fisiologi Fosfat Anorganik ( PI ) lateks karet 4 bulan
Pengamatan fishiologi Fosfat Anorganik ( PI ) lateks 4 bulan dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran . Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon , konsentrasi asam askorbat dan interaksi menunjukan tidak berbeda nyata.
Rataan fisiologis Fosfat Anorganik ( PI ) lateks 4 bulan dari klon tanam dan konsentrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. fisiologi Fosfat Anorganik ( PI ) lateks 4 bulan dengan perlakuan klon tanaman dan taraf asam akorbat
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 11,750 13,467 16,017 12,350 13,40 K2 =IRR 42 16,767 15,767 17,550 20,033 17,53 Rataan 14,26 14,62 16,78 16,19 15,46
Fisiologi sukrosa lateks karet 0 bulan
Pengamatan fishiologi sukrosa lateks 0 bulan dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran . Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon tanaman dan konsentrasi asam askorbit terjadi interaksi berbedanyata.
Rataan fisiologis sukrosa lateks 0 bulan dari klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. fisiologi sukrosa lateks 0 bulan dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 10,467 c 10,689 c 14,208 c 6,904 c 10,57 K2 =IRR 42 28,127ab 24,198 b 11,389 c 34,009 a 24,45 Rataan 19,30 17,44 12,80 20,50 17,51
Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji jarak berganda Duncan pada tara 5%
Tabel 7 dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan klon tanaman dengan konsentrasi asam askorbat tertinggi terdapat pada K2A3 (34,10) berbeda nyata dengan K2A2 (24,20) serta dengan K1A0 (10,47) K1A1 (10,69) K1A2 (14,21) K1A3 (6,90) K2A2 (11,39) namun K2A0 (28,13) tidak berbeda nyata dengan K2A3 (34,10)
Fisiologi sukrosa lateks karet 2 bulan
Pengamatan fishiologi sukrosa lateks 2 bulan dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran . Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon , konsentrasi asam askorbat dan interaksi menunjukan tidak berbeda nyata.
Rataan fisiologis sukrosa lateks 2 bulan dari klon tanam dan konsentrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. fisiologi sukrosa lateks 2 bulan dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 6,815 4,385 4,007 3,807 4,75 K2 =IRR 42 7,814 7,359 5,128 8,103 7,10 Rataan 7,31 5,87 4,57 5,96 5,93
Fisiologi sukrosa lateks karet 4 bulan
Pengamatan fishiologi sukrosa lateks 4 bulan dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon , konsentrasi asam askorbat dan interaksi menunjukan tidak berbeda nyata.
Rataan fisiologis sukrosa lateks 4 bulan dari klon tanam dan konsentrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. fisiologi sukrosa lateks 4 bulan dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 4,218 4,040 2,731 4,673 3,92 K2 =IRR 42 8,059 8,902 2,886 7,337 6,80 Rataan 6,14 6,47 2,81 6,01 5,36
Superoksida dismutase (SOD) 0 bulan
Pengamatan Superoksida dismutase (SOD) lateks 0 bulan dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam di peroleh bahwa mnunjukan berbeda nyata pada interaksi antar klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat.
Rataan Superoksida dismutase (SOD) lateks 0 bulan dari klon tanam dan konsentrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Superoksida dismutase (SOD) lateks 0 bulan dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 12,20 c 67,40 a 41,93 b 20,07 bc 35,40 K2 =IRR 42 15,27 c 20,70 bc 14,87 c 13,67 c 16,13 Rataan 13,73 44,05 28,40 16,87 25,76
Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji jarak berganda Duncan pada tara 5%
Tabel 10 dapat dilihat bahwa inetraksi rataan klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat tertinggi terdapat pada K1A1 (67,40) berbeda nyata dengan perlakuan K1A2 (41,93), K2A1 (20,70), K1A3 (20,07), K2A0 (15,27), K2A2 (14,87), K1A0 (12,20).
Superoksida dismutase (SOD) 4 bulan
Pengamatan Superoksida dismutase (SOD) lateks 4 bulan dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon tanaman, konsentrasi asam askorbat dan interaksi menunjukan tidak berbeda nyata.
Rataan Superoksida dismutase (SOD) lateks 4 bulan dari klon tanam dan konsentrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Superoksida dismutase (SOD) lateks 4 bulan dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 152,47 597,37 103,50 59,67 228,25 K2 =IRR 42 150,23 102,77 179,30 166,37 149,67 Rataan 151,35 350,07 141,40 113,02 188,96
Pengamatan Produksi lateks ke 1, setelah 4 kali aplikasi di bulan ke 1 dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon tanaman, konsentrasi asam askorbat dan interaksi menunjukan tidak berbeda nyata.
Rataan produksi lateks ke 1, setelah 4 kali aplikasi di bulan ke 1 dari klon tanam dan konsetrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. produksi lateks ke 1, setelah 4 kali aplikasi di bulan ke 1 dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 0,26 0,55 0,40 0,61 0,46 b K2 =IRR 42 0,71 0,62 0,78 0,57 0,67 a Rataan 0,48 0,59 0,59 0,59 0,56
Produksi lateks ke 2, setelah 8 kali aplikasi di bulan ke 2
Pengamatan Produksi lateks ke 2, setelah 8 kali aplikasi di bulan ke 2 dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon tanaman menunjukan berbeda nyata pada produksi ke 2, setelah 8 kali aplikasi di bulan ke 2, sedangkan konsentrasi asam askorbat tidak berbeda nyata.
Rataan produksi lateks ke 2, setelah 8 kali aplikasi di bulan ke 2 dari klon tanam dan konsentrasi asam askorbat dapat di lihat pada tabel 13.
Tabel 13. produksi lateks ke 2, setelah 8 kali aplikasi di bulan ke 2 dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 0,90 2,32 2,10 1,36 1,67 a K2 =IRR 42 1,02 1,57 0,63 1,32 1,13 b Rataan 0,96 1,95 1,36 1,34 1,40
berdasarkan Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 13 dapat dilihat bahwa jenis klon tanama rataan produksi tertinggi terdapat pada K1 (1,67 g) berbeda nyata dengan K2 (1,13 g).
Produksi lateks ke 3, 10 hari setelah aplikasi ke 9 di bulan ke 3
Pengamatan Produksi lateks ke 3, 10 hari setelah aplikasi ke 9 di bulan ke 3 dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat menunjukan berbeda nyata pada produksi ke 3, 10 hari setelah aplikasi ke 9 di bulan ke 3.
Rataan produksi lateks ke 3, 10 hari setelah aplikasi ke 9 di bulan ke 3 dari klon tanam dan konsentrasi asam askorbat dapat di lihat pada tabel 14.
Tabel 14. produksi lateks ke 3, 10 hari setelah aplikasi ke 9 di bulan ke 3 dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 1,27 7,83 9,82 7,00 6,48 a K2 =IRR 42 5,23 5,23 4,21 4,83 4,88 b Rataan 3,25 b 6,53 a 7,02 a 5,91 a 5,68
Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata Berdasarkan Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 14 di ketahui bahwa rataan jenis klon tanaman tertinggi di dapat pada K1 (6,48 g) berbeda nyata dengan K2 (4,88 g), sedangakan konsentrasi asam askorbat A2 (7,02 g), A1 ( 6,53 g) dan A3 (5,91 g) berbeda nyata dengan A0 (3,25 g).
Produksi lateks ke 4, 10 hari setelah aplikasi ke 10 di bulan ke 3
Pengamatan Produksi lateks ke 4, 10 hari setelah aplikasi ke 10 di bulan ke 3 dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa
terdapat interkasi antara klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat menunjukan berbeda nyata pada produksi ke 4, 10 hari setelah aplikasi ke 10 di bulan ke 3.
Rataan produksi lateks ke 4, 10 hari setelah aplikasi ke 10 di bulan ke 3 dari klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat dapat di lihat pada tabel 15.
Tabel 15. produksi lateks ke 4, 10 hari setelah aplikasi ke 10 di bulan ke 3 dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBIT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 1,41 c 8,72 ab 10,07 a 7,87 ab 7,02 K2 =IRR 42 1,08 c 6,15 b 3,38 c 6,03 b 4,16 Rataan 1,24 7,44 6,72 6,95 5,59
Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata Berdasarkan Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 15 dapat di lihat bahwa interaksi rataan klon tanaman dan taraf asam askorbat tertinggi terdapat pada K1A2 (10,07 G), K1A1 (8,72), K1A3 (7,87) berbeda nyata dengan K2A1(6,15 g) K2A3 (6,03 g) K2A2 (3,38 g) K1A1 (1,41 g) K2A1 (1,08).
Produksi lateks ke 5, 10 hari setelah aplikasi ke 11 di bulan ke 3
Pengamatan Produksi lateks ke 5, 10 hari setelah aplikasi ke 11 di bulan ke 3 dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa konsentrasi asam askorbat menunjukan berbeda nyata pada produksi ke 5, 10 hari setelah aplikasi ke 11 di bulan ke 3, sedangkan jenis klon tanaman dan interaksi tidak berbeda nyata.
Rataan produksi lateks ke 5, 10 hari setelah aplikasi ke 11 di bulan ke 3 dari klon tanam dan konsentrasi asam askorbat dapat di lihat pada tabel 16.
Tabel 16. produksi lateks ke 5, 10 hari setelah aplikasi ke 11 di bulan ke 3 dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.
Klon
KOSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 1,72 8,36 4,45 5,85 5,10 K2 =IRR 42 1,20 3,41 4,88 3,50 3,25 Rataan 1,46 b 5,89 a 4,66 a 4,68 a 4,17
Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata Berdasarkan Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 16 di ketahui bahwa rataan jenis klon tanaman tertinggi di dapat pada konsentrasi asam askorbat A1 (5,89 g), A3 ( 4,68 g) dan A2 (4,66 g) berbeda nyata dengan A0 (1,46 g).
Produksi lateks ke 6, 10 hari setelah aplikasi ke 12 di bulan ke 4
Pengamatan Produksi lateks ke 6, 12 hari setelah aplikasi ke 12 di bulan ke 4 dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa konsentrasi asam askorbat menunjukan berbeda nyata pada produksi ke 6, 10 hari setelah aplikasi ke 12 di bulan ke 4, sedangkan jenis klon tanaman dan interaksi tidak berbeda nyata.
Rataan produksi lateks ke 6, 10 hari setelah aplikasi ke 12 di bulan ke 4 dari klon tanam dan konsentrasi asam askorbat dapat di lihat pada tabel 17.
Tabel 17. Produksi lateks ke 6, 10 hari setelah aplikasi ke 12 di bulan ke 4 dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.
Klon
KOSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 1,16 12,99 8,99 12,73 8,97 K2 =IRR 42 1,54 3,40 2,95 3,74 2,91 Rataan 1,35 b 8,20 a 5,97 a 8,23 a 5,94
Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkanUji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
Tabel 17. di ketahui bahwa rataan konsentrasi tertinggi di dapat pada konsentrasi asam askorbat A3 (8,23 g) A1 ( 8,20 g) dan A2 (5,97 g) berbeda nyata dengan A0 (1,35 g).
Produksi lateks ke 7, 10 hari setelah aplikasi ke 13 di bulan ke 4
Pengamatan Produksi lateks ke 7, 10 hari setelah aplikasi ke 13 di bulan ke 4 dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa jenis klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat menunjukan berbeda nyata pada produksi ke 7, 10 hari setelah aplikasi ke 13 di bulan ke 4, sedangkan interaksi tidak berbeda nyata.
Rataan produksi lateks ke 7, 10 hari setelah aplikasi ke 13 di bulan ke 4 dari klon tanam dan konsentrasi asam askorbat dapat di lihat pada tabel 18.
Tabel 18. Produksi lateks ke 7, 10 hari setelah aplikasi ke 13 di bulan ke 4 dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.
Klon
KOSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 1,70 11,51 12,80 11,09 9,28 a K2 =IRR 42 1,80 3,44 4,54 3,24 3,26 b Rataan 1,75 b 7,48 a 8,67 a 7,17 a 6,27
Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 18 di ketahui bahwa rataan jenis klon tanaman tertinggi di dapat K1 (9,28) berbeda nyata dengan K2 (3,26 g) dan rataan konsentrasi tertinggi di dapat pada konsentrasi asam askorbat A2 (8,67 g) A1 ( 7,48 g) serta A3 (7,17 g) berbeda nyata dengan A0 (1,75 g).
Produksi lateks ke 8, 10 hari setelah aplikasi ke 14 di bulan ke 4
Pengamatan Produksi lateks ke 8, 10 hari setelah aplikasi ke 14 di bulan ke 4 dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa terdapat interkasi antara klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat menunjukan berbeda nyata pada produksi ke 8, 10 hari setelah aplikasi ke 14 di bulan ke 4, sedangkan jenis klon tanaman dan konsentrasi tidak berbeda nyata.
Rataan produksi lateks ke 8, 10 hari setelah aplikasi ke 14 di bulan ke 4 dari klon tanam dan konsentrasi asam askorbat dapat di lihat pada tabel 19.
Tabel 19. Produksi lateks ke 8, 10 hari setelah aplikasi ke 14 di bulan ke 4 dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.
Klon
KOSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 1,03 e 13,55 a 7,38 bc 10,68 ab 8,16 K2 =IRR 42 1,15 e 2,57 de 4,43 cd 4,28 cd 3,10 Rataan 1,09 8,06 5,90 7,48 5,63
Keterangan : Data yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 19 dapat di lihat bahwa interaksi rataan klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat tertinggi terdapat pada K1A1 (13,55 g), K1A3 (10.68 g), berbeda nyata dengan K1A2 (7,38 g), K2A2 (4,43 g), K2A3 (4,28 g), K2A1(2,57 g), K2A0(1,15 g), K1A0 (1,03 g).
Pengamatan IP (indeks penyumbatan) 2 bulan aplikasi dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon tanaman, konsentrasi asam askorbat dan interaksi menunjukan tidak berbeda nyata.
Rataan IP (indeks penyumbatan) 2 bulan aplikasi dari klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 20.
Tabel 20. IP (indeks penyumbatan) 2 bulan aplikasi dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1= 150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 3,9 7,9 6,4 6,7 6,22 K2 =IRR 42 4,6 10,0 7,5 4,9 6,77 Rataan 4,26 8,93 6,99 5,81 6,50
IP (indeks penyumbatan) 4 bulan aplikasi
Pengamatan IP (indeks penyumbatan) 4 bulan aplikasi dari sidik ragam dapat dilihat pada lampiran. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa klon tanaman, konsentrasi asam askorbat dan interaksi menunjukan tidak berbeda nyata.
Rataan IP (indeks penyumbatan) 4 bulan aplikasi dari klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat dapat dilihat pada tabel 21.
Tabel 21. IP (indeks penyumbatan) 4 bulan aplikasi dengan perlakuan klon tanaman dan konsentrasi asam akorbat.
Klon
KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
Rataan A0= 0 ppm A1=150 ppm A2= 300 ppm A3= 450 ppm K1 =PB 260 3,61 4,69 5,12 4,92 4,59 K2 =IRR 42 2,72 5,71 5,21 4,38 4,50 Rataan 3,17 5,20 5,17 4,65 4,55
Pembahasaan
Respon pemberian konsentrasi asam askorbat pada klon yang berbeda terhadap status fishiologi tanaman karet yang terkena KAS parsial
Hasil pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat bahwa jenis klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat tidak berbedanyata terhadap respon fisiologis thiol. Nilai nilai fisiologis thiol yang dilakukan aplikasi selama 4 bulan mengalami peningkatan hal ini sesuai dengan pernyataan Tistama et all ( 2006) yang menyatakan komponen fisiologis lateks lainnya adalah thiol. Thiol (R-SH) berperan dalam mengaktifkan beberapa enzim yang berhubungan dengan cekaman lingkungan. Status thiol berhubungan pada saat mendapat tekanan sistem ekploitasi. Semakin tinggi intensitas eksploitasi semakin rendah setatus thiol dalam lateks. Pada tanaman yang mengalami KAS setatus thiolnya lebih rendah dibandingkan dengan tanaman sehat. Kemunkinan jaringan kulit mengalami proses keletihan yang dapat diikuti dengan kematian secara parsial sel-sel pembuluh lateks.
Hasil pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat bahwa jenis klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat tidak berbedanyata terhadap respon fisiologis fosfat anorganik (PI). Nilai nilai fisiologis fosfat anorganik (PI) yang dilakukan aplikasi selama 4 bulan mengalami peningkatan hal ini sesuai dengan pernyataan Krisnakumar et al (2001) yang menyatakan tanaman yang terkena KAS terjadi hambatan perubahan mevalonat menjadi isopenteril piroposfat (IPP). Hambatan tersebut terjadi akibat kurangnya suplai ATP sebagai sumber energi pada reaksi perubahan mevalonat menjadi IPP . Pada tahapan tersebut merupakan proses reaksi yang membutuhkan banyak energi . status ATP yang rendah juga diiringi dengan
status fosfat anorganik yang rendah didalam lateks pada tanaman terserang KAS. Kandungan PI memang cendrung menurun jika tanaman dieksploitasi dengan sistem sadap yang lebih intensip.
Hasil pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat bahwa jenis klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat tidak berbedanyata terhadap respon fisiologis Sukrosa. Nilai nilai fisiologis sukrosa yang dilakukan aplikasi selama 4 bulan mengalami penurunan hal ini sesuai dengan pernyataan tistama et al (2006) yang meyatakan dari hasil pengamatan terhadap kandungan sukrosa pada tanaman yang sehat an tanaman yang terkena KAS sebagian , ternyata kandungan sukrosa dari pada tanaman yang sehat. hal ini membuktikan dua hal, pertama : adanya suplai sukrosa ynang normal pada tanaman yang terserang KAS, kedua: adanya hamabatan biosintesis karet sehingga sukrosa tidak dimanfaatkan dalam proses tersebut sehingga terjadi penumpukan.
Respon pemberian konsentrasi asam askorbat pada klon yang berbeda terhadap status ROS tanaman karet yang terkena KAS parsial
Hasil pengamatan dan sidik ragam dapat dilihat bahwa jenis klon tanaman dan konsentrasi asam askorbat tidak berbedanyata terhadap respon enzim SOD dan Indeks Penyumbata (IP) . Hal ini dikarenakan funsi enzim yang menghadapi ROS berbeda beda dan ketidak seimbangan aktifitas enzim SOD, APX, katalase serta Indek Penyumbatan (IP) terganggu karna tertekan toksisitas ROS hal ini sesuai dengan pernyataan Arlyny (2008) yang meyatakan Fungsi enzim yang berbeda-beda
dalam menghadapi ROS mengakibatkan tingkat ekspresi gen responsif terhadap ROS beragam pada berbagai perlakuan. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa tingkat cekaman oksidatif dapat ditentukan dari jumlah ROS seperti superoksida, peroksida, dan radikal hidroksil. Oleh karena itu, keseimbangan aktifitas enzim SOD, APX, dan katalase sangat penting untuk menekan level toksisitas ROS di dalam sel. Saat aktifitas katalase rendah di tanaman, aktifitas enzim lain, yaitu APX akan meningkat.
Hasil penelitian yang telah dilakukan jenis klon tanaman terhadap perlakuan yang dilakukan yaitu jenis klon tanaman dan kosentrasi asam askorbat. Jenis klon tanaman yang kondisi labil dikarnkan kekurangan giji dan logam berat hal ini sesuai dengan pernyataan Sarvajeet dan Narendra ( 2010 ) Dalam kondisi labil, molekul ROS memulung berbagai mekanisme pertahanan antioksidan. Kesetimbangan antara produksi dan pemulungan ROS mungkin terganggu oleh berbagai faktor stresbiotik dan abiotik seperti salinitas, radiasi UV, kekeringan, logam berat, suhu ekstrim, kekurangan gizi dan udara. Melalui berbagai reaksi, O2 mengarah pada pembentukan H2O2, OH dan ROS lainnya. ROS terdiri O2, H2O2, 1O2, HO2, OH, ROOH, ROO, dan RO yang sangat reaktif dan beracun dan penyebab kerusakan protein, lipid, karbohidrat, DNA yang akhirnya menghasilkan kematian sel.
Respon pemberian konsentrasi asam askorbat pada klon yang berbeda terhadap status produksi tanaman yang terkena KAS parsial
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa jenis klon tanaman pada tanaman yang terkena KAS parsial terhadap pemberian berbagai jenis konsentrasi asam askorbat menunjukan pengaruh yang nyata terhadap peubah
amatan produksi 1,3,4 dan 7 tetapi belum berpengaruh nyata terhadap peubah amatan produksi 2,5,6 dan 8.
Adanya perbedaan respon produksi tanaman pada pengamatan produksi bahwa antara klon tanaman karet PB 260 menunjukan berbeda nyata dalam produksi dimana dari tabel dapat diketahui rataan tertingi produksi 1 K2 (0,46 g), produksi 3 K1 (6,48 g), produksi 4 K1 (7,02 g), produksi 7 K1 (9,28 g) dan produksi K1 (8,19 g) namun berbeda nyata pada klon tanaman karet IRR 42 produksi 1 K1 (0,46 g), produksi 3 K1 (4,88 g), produksi 4 K1 (4,16 g), produksi 7 K1 (3,26 g), dan roduksi 8 K2 (8,16 g) hal ini di sebabkan klon PB 260 penghasil lateks dan klon IRR 42 penghasil lateks-kayu. Hal ini sesuai dengan pernyaatan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2013) yang menyatakan untuk Rekomendasi klon-klon karet untuk periode tahun 2010-2014 berdasarkan hasil rumusan Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet Tahun 2009, yaitu sebagai berikut: Klon Anjuran Komersial a.) klon penghasil lateks terdiri: IRR 104, IRR 112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB 330, dan PB 340; b.) klon penghasil lateks-kayu terdiri: IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 107,dan RRIC 100.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa jenis konsentrasi asam askorbat pada jenis klon tanaman yang terkena KAS parsial menunjukan pengaruh yang nyata terhadap peubah amatan produksi 3,4,5,6,7 dan 8 tetapi belum