• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Selama penelitian berlangsung kondisi curah hujan rata-rata per bulan cukup tinggi yaitu 403.85 mm/bulan (Lampiran 1). Kondisi pertumbuhan tanaman kemangi dan kenikir pada awal penanaman di lapangan secara umum tumbuh dengan baik dan seragam. Pertumbuhan tanaman katuk ulangan 1 tidak seragam dengan ulangan 2 dan 3. Hal ini ditunjukkan pada pertumbuhan tanaman katuk ulangan 1 memiliki tinggi tanaman yang pendek karena penanaman stek batang dari tanaman induknya kemungkinan tidak terklasifikasi dengan baik, sehingga tanaman katuk pada ulangan 1 tumbuh lebih lambat dibanding ulangan 2 dan 3 serta kondisi bedengan pada ulangan 1 lebih lembab karena pintu masuk pengairan di dekat bedengan ulangan 1.

Analisis tanah yang dilakukan sebelum penanaman di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan menunjukkan bahwa pH tanah yang digunakan sebagai media tanam sebelum dilakukan pengapuran pada kemasaman sedang yaitu 5.10 (Lampiran 2). Kandungan hara tanah tersebut tergolong rendah. Hasil analisis tanah menunjukkan persentase tekstur tanah yang digunakan untuk menanam termasuk tanah liat, sehingga tanaman kemangi tumbuh agak lambat.

Pengamatan pertumbuhan tanaman kemangi dan kenikir dilakukan pada minggu kedua setelah ditanam, sedangkan pengamatan tanaman katuk dilakukan pada minggu keenam. Pengamatan tanaman kemangi dilakukan sampai 6 MST dan pengamatan tanaman kenikir dilakukan sampai 5 MST. Pada minggu pertama setelah penanaman ada beberapa tanaman kemangi, kenikir, dan katuk yang mati, tingkat kematian tanaman masing-masing mencapai 10% (108 tanaman kemangi, 84 tanaman kenikir, dan 106 tanaman katuk).

Hama dan penyakit selama penanaman kemangi dan kenikir jumlahnya sedikit dan tidak mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara mekanis. Pengendalian mekanis dilakukan dengan cara memotong bagian tanaman yang

terkena hama dan penyakit. Hama yang menyerang kemangi antara lain kutu daun dan ulat penggulung daun, hama yang menyerang kenikir lebih banyak kutu daun, dan hama pada tanaman katuk adalah rayap dan ulat pemakan tangkai daun katuk sehingga menyebabkan daun-daun katuk gugur dan kering. Penyakit yang menyerang pada tanaman kemangi yaitu penyakit belang (yang terinfeksi virus) dan penyakit pada tanaman kenikir yaitu busuk batang bawah. Penyakit tanaman tersebut sebagian besar menyerang pada perlakuan jarak tanam sempit karena bedengan menjadi lembab. Gejala serangan kutu daun ditandai dengan daun mengerut dan gejala serangan ulat penggulung daun ditandai daun menggulung dan berlubang. Gejala serangan hama dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 1. Hama dan gejala serangan pada tanaman kemangi dan kenikir: (a) kutu daun pada kemangi dan daun mengerut, (b) telur ulat penggulung daun, (c) kutu daun pada kenikir dan daun mengerut, (d) ulat penggulung daun kemangi, (e) ulat pemakan tangkai daun dan daun katuk.

Kemangi (Ocimum americanum L.)

Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam kemangi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif dan produksinya yaitu pada bobot panen per petak (Lampiran 3–6). Nilai uji Fdan koefisien keragaman pertumbuhan vegetatif katuk disajikan pada Tabel 1.

Koefisien keragaman pada beberapa pertumbuhan vegetatif menunjukkan rata-rata kurang dari 20 %. Pada waktu bibit kemangi dipindahtanamkan ke lapangan terdapat 10% bibit (± 108 bibit) tumbuh tidak seragam sehingga berpengaruh pada pertumbuhan selanjutnya dan dilakukan penyulaman kemangi pada minggu pertama dengan tinggi bibit yang tidak seragam dengan bibit utama yang ditanam. Kemangi dipindahtanamkan ke lapangan pada umur 4 minggu setelah semai.

Tabel 1. Rekapitulasi Uji F dan Koefisien Keragaman Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kemangi

Karakter F Hitung KK (%) Tinggi Tanaman 2 MST 1.89tn 20.61 Tinggi Tanaman 3 MST 4.40tn 13.26 Tinggi Tanaman 4 MST 2.61tn 12.38 Tinggi Tanaman 5 MST 1.31tn 9.80 Tinggi Tanaman 6 MST 1.87tn 5.60 Jumlah Cabang 4 MST 2.99tn 10.83 Jumlah Cabang 5 MST 0.90tn 12.65 Jumlah Cabang 6 MST 0.62tn 5.72 Jumlah Daun 2 MST 2.43tn 14.7 Jumlah Daun 3 MST 4.59tn 15.51 Jumlah Daun 4 MST 1.19tn 18.56 Jumlah Daun 5 MST 1.16tn 14.15 Jumlah Daun 6 MST 1.49tn 22.48

Bobot Panen per Tanaman 0.27tn 19.68

Bobot Panen per Petak 1.28tn 10.40

Keterangan: tn: Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Berdasarkan hasil uji F pada pertumbuhan vegetatif rata-rata tinggi tanaman tidak berbeda nyata pada seluruh perlakuan jarak tanam selama pengamatan. Nilai rata-rata tinggi tanaman kemangi disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kemangi

Jarak Tanam Umur Tanaman (MST)

(populasi tanaman/ha) 2 3 4 5 6 –––– ––––– cm––––––––– 25 cm × 13.33 cm (300 000 tanaman/ha) 15.7 20.4 30.6 37.9 39.2 25 cm × 16 cm (250 000 tanaman/ha) 17.8 24.2 34.3 40.2 41.1 25 cm × 20 cm (200 000 tanaman/ha) 12.4 16.5 25.8 34.5 37.9 25 cm × 26.67 cm (150 000 tanaman/ha) 18.1 22.6 30.6 36.3 37.1 Respon tn tn tn tn tn

Keterangan: tn: Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Pertumbuhan cabang kemangi muncul pada 3 MST dan jumlah cabang mulai diamati pada 4 MST, karena pada 3 MST cabang kemangi masih berukuran pendek berkisar 3 cm. Berdasarkan hasil uji F perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan jumlah cabang pada setiap minggu. Jumlah cabang tanaman kemangi pada umur 6 MST hampir sama dengan minggu sebelumnya. Nilai rata-rata jumlah cabang tanaman kemangi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kemangi

Jarak Tanam Umur Tanaman (MST)

(populasi tanaman/ha) 4 5 6 25 cm × 13.33 cm (300 000 tanaman/ha) 13.6 16.5 17.6 25 cm × 16 cm (250 000 tanaman/ha) 15.6 18.1 18.6 25 cm × 20 cm (200 000 tanaman/ha) 12.2 19.3 17.6 25 cm × 26.67 cm (150 000 tanaman/ha) 15.0 17.2 17.8 Respon tn tn tn

Keterangan: tn: Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun pada setiap minggu pengamatan. Pertumbuhan daun pada tanaman setiap minggunya tumbuh dengan cepat. Nilai rata-rata jumlah daun tanaman kemangi disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kemangi

Jarak Tanam Umur Tanaman (MST)

(populasi tanaman/ha) 2 3 4 5 6 25 cm × 13.33 cm (300 000 tanaman/ha) 14.3 60.0 95.7 163.7 288.3 25 cm × 16 cm (250 000 tanaman/ha) 12.7 58.7 106.7 178.7 316.7 25 cm × 20 cm (200 000 tanaman/ha) 10.3 38.0 80.0 144.0 240.3 25 cm × 26.67 cm (150 000 tanaman/ha) 12.3 54.0 98.0 166.7 352.7 Respon tn tn tn tn tn

Keterangan: tn: Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Perlakuan jarak tanam tidak mempengaruhi bobot panen kemangi per tanaman dan bobot panen kemangi per petak, namun peningkatan produksi panen secara kuantitas meningkat lebih dari 10% pada jarak tanam 25 cm × 13.33 cm. Panen kemangi dilakukan sebanyak dua kali, panen pertama dilakukan pada umur 6 MST dan panen kedua dilakukan pada 8 MST. Hal ini dilakukan karena kemangi memiliki pertumbuhan yang cepat pada jarak tanam 25 cm × 13.33 cm, sehingga terjadi kompetisi antar tanaman untuk mendapatkan sinar matahari. Nilai rata-rata bobot panen per tanaman dan rata-rata bobot panen per petak tanaman kemangi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Bobot Panen Tanaman Kemangi

Jarak Tanam Bobot Panen per Bobot Panen per (populasi tanaman/ha) Tanaman (g) Petak (g) 25 cm × 13.33 cm (300 000 tanaman/ha) 66.57 7034.6 25 cm × 16 cm (250 000 tanaman/ha) 72.12 6224.7 25 cm × 20 cm (200 000 tanaman/ha) 67.12 6637.2 25 cm × 26.67 cm (150 000 tanaman/ha) 75.28 6049.1

Respon tn tn

Keterangan: tn: Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α =5 %

Pengaturan jarak tanam pada kemangi mempengaruhi bentuk pertumbuhannya. Kondisi tanaman kemangi pada 6 MST pada perlakuan jarak tanam 25 cm × 20 cm dan 25 cm × 26.67 cm memiliki tajuk tanaman lebih lebar dan tinggi tanaman lebih pendek. Jarak tanam 25 cm × 13.33 cm menyebabkan pertumbuhan kemangi menjadi tumbuh tegak dan cabang-cabangnya tidak

y = 0.005x + 5341. R² = 0.185 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 0 100000 200000 300000 400000 b o b o t p an e n p e r p e tak (gr am ) populasi (tanaman/ha)

menyebar. Jarak tanam lebar menyebabkan kemangi tumbuh tegak dan cabang-cabangnya menyebar. Bentuk tanaman kemangi dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2. Kondisi tanaman kemangi umur 6 MST di lapangan; (a) P1: 25cm×13.33cm, (b) P2: 25 cm × 16 cm, (c) P3: 25 cm × 20 cm, (d) P4: 25 cm × 26.67 cm.

Berdasarkan grafik pengaruh populasi tanaman pada Gambar 3, diperoleh persamaan regresi y = 0.005x + 5341 (R2 = 0.185). Persamaan regresi yang diperoleh berbentuk persamaan linier sehingga populasi tanaman kemangi tidak dapat diduga dengan tepat, karena respon membentuk hubungan linier.

Gambar 3. Pengaruh jarak tanam (populasi) terhadap bobot panen kemangi per petak

Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.)

Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam kenikir tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan vegetatif dan produksinya (Lampiran 7–10). Nilai uji F dan koefisien keragaman pertumbuhan vegetatif kenikir disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi Uji Fdan Koefisien Keragaman Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kenikir

Karakter F Hitung KK (%) Tinggi Tanaman 2 MST 0.16tn 9.73 Tinggi Tanaman 3 MST 1.34 tn 11.56 Tinggi Tanaman 4 MST 0.78tn 12.39y Tinggi Tanaman 5 MST 2.03 tn 6.90 Jumlah Daun 2 MST 1.82 tn 9.48 Jumlah Daun 3 MST 2.00 tn 5.41 Jumlah Daun 4 MST 1.06 tn 8.64 Jumlah Daun 5 MST 6.79* 10.19 Jumlah Cabang 3 MST 1.00tn 12.59y Jumlah Cabang 4 MST 3.52tn 10.27y Jumlah Cabang 5 MST 5.42* 18.46

Bobot Panen per Tanaman 18.05* 5.87

Bobot Panen per Petak 3.76+ 11.21

Keterangan:

y

: data setelah ditransformasi dengan metode

*: data berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5% tn: tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 % + : cenderung berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 10 %

Hasil analisis uji F tinggi tanaman kenikir menunjukkan bahwa jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatifnya. Pertumbuhan tinggi tanaman pada 2 MST ke 5 MST tumbuh dengan cepat. Nilai rata-rata tinggi tanaman kenikir disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Kenikir

Jarak Tanam Umur Tanaman (MST)

(populasi tanaman/ha) 2 3 4 5 ––––––––– cm––––––– 25 cm × 13.33 cm (300 000 tanaman/ha) 8.79 13.74 22.00 41.52 25 cm × 16 cm (250 000 tanaman/ha) 8.50 12.25 21.41 39.38 25 cm × 20 cm (200 000 tanaman/ha) 8.33 11.51 18.81 37.48 25 cm × 26.67 cm (150 000 tanaman/ha) 8.50 12.01 27.04 36.55 Respon tn tn tn tn

Keterangan: tn: Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata pada 5 MST terhadap pertumbuhan jumlah cabang kenikir. Pada jarak tanam 25 cm × 26.67 cm, kenikir menghasilkan jumlah cabang rata-rata yang paling banyak diantara perlakuan jarak tanam lainnya. Jumlah cabang pada perlakuan 25 cm × 20 cm dan 25 cm × 26.67 cm berbeda nyata. Nilai rata-rata jumlah cabang kenikir disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kenikir

Jarak Tanam Umur Tanaman (MST)

(populasi tanaman/ha) 3 4 5 25 cm × 13.33 cm (300 000 tanaman/ha) 3.0 3.0 4.7ab 25 cm × 16 cm (250 000 tanaman/ha) 2.0 3.7 5.3ab 25 cm × 20 cm (200 000 tanaman/ha) 2.0 2.7 4.3b 25 cm × 26.67 cm (50 000 tanaman/ha) 2.7 4.7 7.3a Respon tn tn

Keterangan: tn: Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Angka yang diikuti dengan huruf menunjukkan respon berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 5 MST. Perlakuan 25 cm × 26.67 cm pada jarak tanam kenikir menghasilkan rata-rata jumlah daun paling banyak yaitu 40 daun dan berbeda nyata dengan perlakuan 25 cm × 13.33 cm dan 25 cm × 20 cm. Perlakuan jarak tanam 25 cm × 26.67 cm tidak berbeda nyata dengan perlakuan 25 cm × 16 cm, karena rata-rata jumlah daun kenikir hampir sama. Nilai rata-rata jumlah daun kenikir disajikan

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kenikir

Jarak Tanam Umur Tanaman (MST)

(populasi tanaman/ha) 2 3 4 5 25 cm × 13.33 cm (300 000 tanaman/ha) 6.33 10.67 13.67 30.00b 25 cm × 16 cm (250 000 tanaman/ha) 5.67 10.33 14.33 33.67ab 25 cm × 20 cm (200 000 tanaman/ha) 5.33 10.33 12.67 28.67b 25 cm × 26.67 cm (150 000 tanaman/ha) 6.00 11.33 13.33 40.00a Respon tn tn tn

Keterangan: tn: Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Angka yang diikuti dengan huruf menunjukkan respon berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Kenikir dipanen pertama pada saat berumur 5 MST. Bobot panen kenikir per petak cenderung dipengaruhi oleh jarak tanam secara nyata sedangkan bobot panen kenikir per tanaman berbeda nyata. Bobot panen kenikir per tanaman terus meningkat pada jarak tanam lebih lebar atau pada populasi rendah. Bobot panen kenikir rata-rata per petak paling banyak yaitu pada perlakuan 25 cm × 13.33 cm dengan populasi tanaman 300 000 tanaman/ha dan bobot panen kenikir per tanaman pada perlakuan 25 cm × 26.67 cm dengan populasi tanaman 150 000/ha. Nilai rata-rata bobot panen kenikir disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Bobot Panen Tanaman Kenikir

Jarak Tanam Bobot Panen per Bobot Panen per (populasi tanaman/ha) Tanaman (g) Petak (g) 25 cm × 13.33 cm (300 000 tanaman/ha) 49.75b 8101.63 25 cm × 16 cm (250 000 tanaman/ha) 52.13b 7223.17 25 cm × 20 cm (200 000 tanaman/ha) 56.91b 6507.97 25 cm × 26.67 cm (150 000 tanaman/ha) 68.16a 6105.73

Respon +

Keterangan: + : Cenderung berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 10%

Angka yang diikuti dengan huruf menunjukkan respon berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

y = 0.013x + 3968. R² = 0.419 0.00 1000.00 2000.00 3000.00 4000.00 5000.00 6000.00 7000.00 8000.00 9000.00 10000.00 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 b o b o t p an e n p e r p e tak (gr am ) populasi (tanaman/ha) (a) (b) (c) (d)

Gambar 4. Kondisi tanaman kenikir umur 4 MST di lapangan; (a) P1: 25cm × 13.33cm, (b) P2: 25 cm × 16 cm, (c) P3: 25 cm × 20 cm, (d) P4: 25 cm × 26.67 cm.

Gambar 5. Pengaruh jarak tanam (populasi) terhadap bobot panen kenikir per petak

Berdasarkan grafik pengaruh populasi tanaman pada Gambar 5, diperoleh persamaan regresi y = 0.013x + 3968 (R2 = 0.419). Persamaan regresi yang diperoleh berbentuk persamaan linier sehingga populasi optimum tanaman kenikir tidak dapat diduga.

Katuk (Sauropus androgynus L.)

Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam terhadap produksi tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan vegetatif dan produksinya (Lampiran 11–14). Hasil uji F dan koefisien keragaman pertumbuhan vegetatif katuk disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rekapitulasi Uji F dan Koefisien Keragaman Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Katuk

Karakter F Hitung KK (%) Tinggi Tanaman 6 MST 0.33tn 10.58y Tinggi Tanaman 7 MST 0.78tn 19.13 Tinggi Tanaman 8 MST 0.36tn 18.52 Tinggi Tanaman 9 MST 0.6tn 9.96 Tinggi Tanaman 10 MST 1.61tn 12.88 Jumlah Daun 6 MST 0.01+ 18.02 Jumlah Daun 7 MST 3.78tn 9.82 Jumlah Daun 8 MST 0.29tn 10.20y Jumlah Daun 9 MST 0.19tn 6.85 Jumlah Daun 10 MST 0.12tn 16.19 Jumlah Cabang 8 MST 2.30tn 13.68y Jumlah Cabang 9 MST 0.38tn 10.36y Jumlah Cabang 10 MST 0.15tn 9.49y

Bobot panen per tanaman 1.69tn 14.91

Bobot panen per petak 1.77tn 6.92y

Keterangan:

y

: data setelah ditransformasi dengan metode

+

: data berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 10 % tn: tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Karakter tinggi tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan untuk mengukur pengaruh yang diterapkan. Hasil analisis uji F menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif pada tinggi tanaman katuk tidak dipengaruhi oleh jarak tanam. Nilai rata-rata tinggi tanaman katuk disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata-rata Tinggi Tanaman Katuk

Jarak Tanam Umur Tanaman (MST)

(populasi tanaman/ha) 6 7 8 9 10 ––––––––– cm ––– –––––– 25 cm × 13.33 cm (300 000 tanaman/ha) 27.3 34.1 33.2 39.1 49.2 25 cm × 16 cm (250 000 tanaman/ha) 26.1 30.7 34.7 36.3 43.4 25 cm × 20 cm (200 000 tanaman/ha) 24.3 34.8 32.4 36.2 39.9 25 cm × 26.67 cm (150 000 tanaman/ha) 22.8 28.1 29.7 35.3 41.3 Respon tn tn tn tn tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Perlakuan jarak tanam tidak mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun pada setiap minggu pengamatan. Jumlah daun tanaman katuk meningkat seiring dengan bertambahnya umur, pada umur 7-9 MST jumlah daun katuk meningkat dengan pesat namun pada 10 MST pada perlakuan 25 cm × 16 cm, 25 cm × 20 cm, dan 25 cm × 26.67 cm menurun karena kering dan gugur. Jumlah daun tanaman katuk pada setiap perlakuan pada 10 MST memiliki jumlah hampir sama. Nilai rata-rata jumlah daun tanaman katuk disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Katuk

Jarak Tanam Umur Tanaman (MST)

(populasi tanaman/ha) 6 7 8 9 10 25 cm × 13.33 cm (300 000 tanaman/ha) 9.5 12.0 11.5 16.4 16.5 25 cm × 16 cm (250 000 tanaman/ha) 9.4 9.7 13.4 16.4 15.3 25 cm × 20 cm (200 000 tanaman/ha) 9.2 9.9 13.5 15.9 15.8 25 cm × 26.67 cm (150 000 tanaman/ha) 9.3 9.6 13.0 15.9 15.8 Respon tn tn tn tn tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Pertumbuhan cabang katuk muncul pada 8 MST. Berdasarkan hasil uji- F perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan jumlah cabang pada setiap minggu. Jumlah cabang katuk pada setiap perlakuan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Nilai rata-rata jumlah cabang tanaman katuk disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Katuk

Jarak Tanam Umur Tanaman (MST)

(populasi tanaman/ha) 8 9 10 25 cm × 13.33 cm (300 000 tanaman/ha) 0.8 1.5 1.6 25 cm × 16 cm (250 000 tanaman/ha) 1.1 1.5 1.6 25 cm × 20 cm (200 000 tanaman/ha) 1.5 1.6 1.6 25 cm × 26.67 cm (150 000 tanaman/ha) 1.5 1.8 1.8 Respon tn tn tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Katuk dipanen pertama pada saat berumur 10 MST. Bobot panen katuk per petak dan bobot panen per tanaman katuk tidak dipengaruhi oleh jarak tanam secara nyata. Nilai rata-rata bobot panen katuk disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Rata-rata Bobot Panen Tanaman Katuk

Jarak Tanam Bobot Panen per Bobot Panen per (populasi tanaman/ha) Tanaman (g) Petak (g) 25 cm × 13.33 cm (300 000 tanaman/ha) 7.69 821.8 25 cm × 16 cm (250 000 tanaman/ha) 6.657 555.3 25 cm × 20 cm (200 000 tanaman/ha) 7.443 748.3 25 cm × 26.67 cm (150 000 tanaman/ha) 9.237 875.4

Respon tn tn

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf nyata α = 5 %

Berdasarkan grafik pengaruh populasi katuk pada Gambar 6, diperoleh persamaan regresi y = -0.00071x + 908.7 (R2 = 0.02). Persamaan regresi yang diperoleh berbentuk persamaan linier negatif sehingga apabila populasi ditingkatkan maka produksi tanaman katuk cenderung menurun.

y = -0.00071x + 908.7 R² = 0.020 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 b o b o t p an e n p e r p e ta k (g r am ) populasi (tanaman/ha)

Gambar 6. Pengaruh jarak tanam (populasi) terhadap bobot panen katuk per petak

Pembahasan

Pertumbuhan tanaman merupakan bertambahnya ukuran tanaman dan bobot tanaman yang tidak dapat balik. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang paling primer meliputi tanah, cahaya matahari, suhu, kelembaban, dan air. Apabila salah satu faktor tersebut tidak terpenuhi maka akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman sehingga akan mempengaruhi bobot produksi tanaman, misalnya pada salah satu unsur faktor cahaya tidak terpenuhi karena populasi yang terlalu padat sehingga penerimaan cahaya pada daun tidak mencukupi (Harjadi, 1996).

Tajuk tanaman pada jarak tanam rapat tanaman kemangi, kenikir, dan katuksaling tumpang tindih sehingga menutup ruang antar tanaman. Daun tanaman yang saling tumpang tindih akan mengakibatkan tanaman tidak menerima cahaya matahari secara maksimal dan proses fotosintesis berlangsung kurang optimal sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Tajuk tanaman merupakan suatu faktor yang menentukan jumlah energi matahari yang dapat diserap oleh daun dan akan menentukan besarnya fotosintat yang dihasilkan. Menurut Noverita (2005) pertumbuhan tanaman terjadi karena fotosintat yang dihasilkan tanaman yang akan mempengaruhi bobot panen

dimanfaatkan seefisien mungkin maka akan diperoleh hasil fotosintesis yang semakin besar. Fotosintat tersebut sangat menentukan hasil bobot panen daun karena sebagian fotosintat ditimbun dalam daun (Salisbury dan Ross, 1992).

Pertumbuhan vegetatif tanaman kemangi, kenikir, dan katuk pada tinggi tanaman menunjukkan rata-rata paling tinggi terjadi pada jarak tanam rapat (25 cm × 13.33 cm). Menurut Budiastuti (2000) beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam, maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata berpengaruh pada jumlah cabang dan jumlah daun. Menurut Taiz dan Zeiger (2002) pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi penerimaan gelombang cahaya pada fitokrom terhadap pertumbuhan tanaman, gelombang cahaya yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu cahaya merah dan merah jauh. Cahaya merah umumnya diserap di atas permukaan tajuk tanaman dan cahaya merah jauh diteruskan sampai ke tanaman yang di bawahnya dan cahaya merah jauh mengaktifkan gen yang merespon pemanjangan batang.

Harjadi (1996), Guillen et al. (1999), dan Mualim et al. (2009) menyatakan bahwa kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena keefisienan penggunaan cahaya. Hasil analisis regresi pada bobot per petak tanaman kemangi menunjukkan terjadi peningkatan produksi tanaman secara linier. Hal ini menunjukkan jika tanaman ditanam dengan populasi tinggi maka produksi akan meningkat seiring dengan jumlah populasi yang ditanam. Bobot panen tanaman kemangi pada populasi tinggi memberi hasil tinggi. Pengaturan jarak tanam kemangi ini sesuai dengan penelitian Pambayun (2008) dimana tanaman kemangi memiliki bobot panen per petak paling tinggi pada populasi tinggi yaitu bobot tanaman kemangi meningkat secara linier.

Hasil analisis regresi bobot panen per petak tanaman kenikir pada jarak tanam rapat memberikan respon linier sama seperti tanaman kemangi, yaitu populasi tanaman kenikir pada jarak tanam rapat akan menghasilkan bobot panen per petak cukup tinggi dan diduga tanaman kenikir masih dapat menghasilkan bobot panen per petak lebih tinggi pada populasi di atas 300 000 tanaman/ha. Pambayun (2008) menyatakan bahwa tanaman kenikir memiliki bobot panen per

petak pada jumlah populasi tinggi pada jarak tanam 50 cm × 10 cm (200 000 tanaman/ha). Pada tanaman kenikir diduga jarak tanam 25 cm × 13.33 cm dapat meningkatkan bobot tanaman karena pada waktu dipanen dengan cara memetik 20 cm dari tunas paling atas dan masih menyisakan cabang kenikir yang di ruas paling bawah sehingga panen selanjutnya menjadi tinggi dan setiap ruas yang telah dipetik tumbuh cabang baru dan tumbuh menyamping seperti tanaman kemangi.

Hasil analisis regresi bobot panen per petak tanaman katuk pada jarak tanam rapat memberikan respon linier negatif, yaitu apabila tanaman katuk ditingkatkan populasi 300 000 tan/ha, maka bobot panen per petak tanaman katukmenurun. Menurut Janick (1972) persaingan populasi tinggi menyebabkan perubahan bentuk tanaman dan dimungkinkan terjadi penurunan ukuran dan bobot tanaman. Hal ini sejalan dengan penelitian Supriyono (2000) dan Sumarni et al.

(2005) yang menyatakan bahwajarak tanam rapat menyebabkan jumlah tanaman per petak meningkat dan akan menurunkan bobot kering per tanaman. Tejasarwana dan Rahardjo (2009) menyatakan dalam penelitian bunga potong bahwa semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi hasil produksi bunga per petak sampai kerapatan populasi tertentu dan jika tingkat kerapatan populasi tanaman sudah mencapai optimum maka terjadi persaingan untuk mendapatkan hara maupun sinar yang berpengaruh terhadap produksi.

Dokumen terkait